tahun 2008 mencapai 3.093 unit, sedangkan jumlah alat tangkap terbanyak terjadi saat tahun 2006 yang mencapai 3.856 unit Anonim, 2008c.
Selama periode 2004-2008, jumlah alat tangkap di PPI Muara Angke mengalami peningkatan pada tahun 2006 dan penurunan pada tahun 2008. Rata-
rata pertumbuhan sebesar -2,85 per tahun dengan kisaran antara -14,9 hingga 5,7 per tahun.
c. Nelayan
Pada tahun 2008, jumlah nelayan yang beraktivitas di PPI Muara Angke mencapai 11.251 jiwa. Selama tahun 2004 hingga 2008, jumlah nelayan yang
beraktivitas terbanyak di PPI Muara Angke terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 11.251 jiwa. Jumlah nelayan yang beraktivitas terendah di PPI Muara
Angke terjadi pada tahun 2004 yang mencapai 10.573 jiwa. Jumlah nelayan yang beraktivitas di PPI Muara Angke selama tahun 2004-2008 dapat dilihat pada
Tabel 15 dan Gambar 18. Tabel 15 Jumlah dan pertumbuhan nelayan yang beraktivitas di PPI Muara
Angke tahun 2004-2008
Tahun 2004
2005 2006
2007 2008
Nelayan jiwa 10.573 10.789
10.805 11.026
11.251 Pertumbuhan
tahun - 2,04
0,14 2,04
2,04 Kisaran
tahun 0,14
– 2,04
Sumber : Anonim 2009e data diolah kembali
Selama tahun 2004-2008, jumlah nelayan yang beraktivitas di PPI Muara Angke cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
1,57 tiap tahunnya dengan kisaran antara 0,14 hingga 2,04 per tahun. Rata- rata pertumbuhan tersebut mengindikasikan bahwa selama periode 2004-2008
telah terjadi peningkatan jumlah nelayan di PPI Muara Angke dengan rata-rata sebesar 1,57 per tahunnya.
Sumber : Anonim 2009e data diolah kembali
Gambar 18 Grafik perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di PPI Muara Angke tahun 2004-2008
5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL
TANGKAPAN
Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan kemunduran mutu. Pada komoditi
perikanan, mutu sangat erat kaitannya dengan kesegaran ikan. Apabila penanganan kurang baik maka proses pembusukan yang terjadi pada ikan akan
menjadi lebih cepat Afrianto dan Liviawaty, 1987 vide Krisdiyanto, 2007. Dengan demikian diperlukan penanganan yang baik guna mempertahankan mutu
hasil tangkapan. Penanganan terhadap hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke
terdiri atas dua cara yaitu pembekuan dengan udara dingin dan pemberian es. Kedua penanganan ini diberlakukan di atas kapal setelah hasil tangkapan tersebut
berhasil ditangkap dan disortir. Pembekuan dengan udara dingin dilakukan setelah hasil tangkapan
dikeluarkan dari alat tangkap, yang kemudian dicuci dan disortir menurut jenis dan ukuran. Setelah dilakukan penyortiran, hasil tangkapan dikeringkan dari air
bekas pencucian dan dimasukkan ke dalam palka bersuhu hingga -20
o
C. Palka tersebut berfungsi sebagai tempat pembekuan hasil tangkapan. Sebelum
dimasukkan ke dalam palka tempat pembekuan, hasil tangkapan tersebut dimasukkan ke dalam plastik pembungkus dan dicetak di dalam kaleng pencetak
berbentuk balok. Pembungkusan hasil tangkapan yang akan dibekukan tersebut dimaksudkan
untuk mempermudah melepaskan hasil tangkapan yang telah membeku dari kaleng cetakan. Pembungkusan ini hanya diberlakukan untuk hasil tangkapan
yang berukuran kecil seperti cumi-cumi, kembung dan layang. Untuk ikan berukuran besar seperti tongkol dan marlin, setelah dibersihkan langsung
dimasukkan ke dalam palka pembeku tanpa dibungkus oleh plastik pembungkus. Setelah membeku, hasil tangkapan kemudian dikeluarkan dari kaleng cetakan dan
dipindahkan ke dalam palka yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan yang berpendingin. Hasil tangkapan tersebut akan disimpan di palka penyimpanan
berpendingin hingga kapal mendarat di PPI Muara Angke.
Kapal yang telah menerapkan sistem penanganan hasil tangkapan dengan mempergunakan palka pembeku dan pendingin salah satunya adalah kapal dengan
alat tangkap berupa pancing cumi squid jig. Keunggulan dari penanganan dengan pembekuan ini adalah ikan tidak perlu ditambahkan es lagi pada saat
pendaratan dan pelelangan. Selain itu mutu hasil tangkapan juga lebih terjaga karena ikan tetap berada dalam keadaan beku dan dingin. Hal ini dapat
meminimalisir aktivitas bakteri yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Cara penanganan hasil tangkapan yang lainnya adalah pemberian es pada
hasil tangkapan yang didaratkan. Hasil tangkapan yang berhasil tertangkap, kemudian diangkat ke atas kapal dan langsung dimasukkan ke dalam palka tanpa
adanya penyortiran terlebih dahulu. Kemudian hasil tangkapan tersebut diberi es dengan perbandingan es : hasil tangkapan adalah 1 : 1. Pemberian es ini
dimaksudkan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan hingga kapal mendarat di PPI Muara Angke. Setelah kapal mendarat, hasil tangkapan disortir
menurut jenis dan ukuran. Kemudian hasil tangkapan tersebut ditambah es untuk mempertahankan mutu ikan hingga tempat pendistribusian. Menurut pengamatan
di lapangan dan hasil wawancara, kapal yang menerapkan penanganan hasil tangkapan dengan pemberian es diantaranya kapal-kapal yang mengoperasikan
alat tangkap purse seine, gillnet dan kapal yang berfungsi sebagai kapal pengangkut.
Upaya penanganan hasil tangkapan harus dilakukan seoptimal mungkin dan juga harus didukung dengan kondisi yang optimal dari fasilitas dan pelayanan
kepelabuhanan yang terkait. Kondisi dari fasilitas yang digunakan diduga dapat mempengaruhi mutu hasil tangkapan tersebut. Fasilitas dan pelayanan
kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan yang dimiliki oleh PPI Muara Angke adalah Tempat Pelelangan Ikan, air bersih, pabrik es dan cold storage.
5.1 Tempat Pelelangan Ikan TPI 1