Tenaga kependidikan akan merasa nyaman dan senang serta dapat bekerja dengan baik dalam lingkungan kerja yang harmonis
dimana setiap tenaga kependidikan memiliki hubungan yang baik. Tenaga kependidikan memerlukan perasaan ini sebagai motivasi
agar dapat bekerja dengan maksimal. Persepsi yang sama juga diberikan tenaga kependidikan, hal tersebut dapat diketahui dari
hubungan kerja yang harmonis antar sesama rekan kerja baik di tempat kerja maupun di luar tempat kerja. Selain itu, tenaga
kependidikan saling membantu dan memberikan dorongan atau semangat kerja satu sama lain.
Tenaga kependidikan juga sudah disiplin dalam bekerja. Hal tersebut, salah satunya dapat diketahui dari frekuensi kehadiran
tenaga kependidikan yang sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, kesediaan bekerja tanpa disuruh atau diawasi oleh atasan, mematuhi
peraturan dan menjaga kebersihan tempat kerja. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja tenaga kependidikan di sembilan
fakultas IPB dapat dikategorikan baik. Hal ini berarti tenaga kependidikan sudah memiliki kemampuan yang baik dalam bekerja
yang meliputi produktivitas dan kualitas kerja yang baik yang dapat mempengaruhi kinerja tenaga kependidikan.
4.3.3. Persepsi Tenaga Kependidikan Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kependidikan
Analisis persepsi berdasarkan karakteristik digunakan untuk mengkaji jawaban dan penilaian pegawai mengenai setiap variabel
yang digunakan dalam penelitian secara lebih mendalam, sehingga dapat dilihat persepsi dari setiap kategori karakteristik yang ada.
Tabel 12. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan jenis kelamin tenaga kependidikan
Kategori Kompensasi
Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan
itu sendiri Laki - laki
2,53 3, 6
2,79 3,13
2,58 3,
Perempuan
2,45 2,96
2,69 3,
2,46 2,84
Total 2,49
3,01 2,74
3,09 2,52
2,94
Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa tenaga kependidikan yang berjenis kelamin laki-laki memiliki persepsi yang baik terhadap
seluruh indikator kepuasan kerja. Sedangkan tenaga kependidikan berjenis kelamin perempuan berpersepsi tidak puas terhadap
indikator kompensasi dan pengakuan. Hal ini wajar terjadi, karena kebutuhan hidup setiap tenaga kependidikan berbeda satu sama
lainnya. Dan pada indikator pengakuan, tenaga kependidikan yang berjenis kelamin perempuan memiliki persepsi yang tidak puas. Hal
ini mungkin disebabkan mereka merasa penghargaan yang diberikan baik penghargaan finansial maupun non finansial tidak sesuai dengan
harapan mereka dan adanya beberapa tenaga kependidikan perempuan yang masih berstatus tenaga honorer, dimana
berdasarkan Tabel 9 tenaga kependidikan honorer tidak puas terhadap pengakuan yang diberikan institusi.
Tabel 13. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan usia tenaga kependidikan
Kategori tahun
Kompensasi Kondisi
kerja Kebijakan
institusi Hubungan antar
pribadi Pengakuan
Pekerjaan itu sendiri
20-30 2,32
3,00 2,73
3,03 2,51
2,89 31-40
2,64 3,06
2,86 3,16
2,53 2,91
41-50 2,52
3,03 2,73
3,11 2,54
3,09 50
2,67 3,00
2,58 3,09
2,60 2,98
Total
2,54 3,02
2,73 3,10
2,55 2,97
Usia tenaga kependidikan sangat mempengaruhi motivasi dan kinerja seseorang. Pekerja yang masih muda tuntutan kepuasan
kerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja usia tua. Hal ini akan berpengaruh terhadap motivasi yang dimiliki seorang pegawai
Hasibuan, 2003. Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa tenaga kependidikan memiliki persepsi yang baik terhadap seluruh indikator
kepuasan kerja kecuali indikator kompensasi pada tenaga kependidikan yang berusia 20-30 tahun. Persepsi mereka tentang
indikator ini belum puas. Hal ini dikarenakan ada kecenderungan tenaga kependidikan yang tua lebih merasa puas daripada tenaga
kependidikan yang berusia relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa tenaga kependidikan telah menginjak usia tua dengan kekuatan fisik
yang semakin menurun lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. walaupun usia seseorang tidak selalu
menjamin tingginya tingkat kepuasan kerja. Sebaliknya, tenaga kependidikan dengan usia yang relatif
muda pada umumnya mempunyai kekuatan fisik yang kuat, dinamis dan kreatif, namun disisi lain tenaga kependidikan yang berusia
muda cenderung cepat merasa bosan dan sering merasa tidak puas terhadap sistem penggajian yang berlaku di institusi. Tenaga
kependidikan usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapannya dengan
realita kerja terdapat kessenjangan atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
Tabel 14. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan tingkat pendidikan tenaga kependidikan
Kategori Kompensasi
Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan
itu sendiri ≤
SMP
2,59 3,19
2,88 3,14
2,50 2,93
SMA
2,54 3,00
2,63 3,08
2,55 2,88
DIPLOMA
2,38 3,02
2,89 3,11
2,46 2,98
S1
2,50 3,01
2,79 3,11
2,64 3,18
S2
2,33 2,78
2,67 2,78
2,11 2,44
Total
2,47 3,00
2,77 3,04
2,45 2,88
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir, bersikap dan memandang suatu masalah yang akhirnya
akan berpengaruh pada perilaku dan cara memotivasi diri yang berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa persepsi
tentang kompensasi pada kategori tingkat pendidikan ≤
SMP dan SMA sudah baik. Sedangkan pada kategori Diploma, S1 dan S2
berpersepsi tidak puas. Mereka merasa tidak puas terhadap
kompensasi yang ditetapkan institusi, hal ini mungkin karena tenaga kependidikan merasa kompensasi yang diberikan tidak sesuai dengan
harapan mereka dan beberapa tenaga kependidikan dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma dan S1 masih berstatus tenaga honorer,
dimana berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat tenaga kependidikan yang berstatus honorer merasa tidak puas terhadap sistem penggajian yang
yang ditetapkan. Begitu pula pada kategori S2, mereka merasa tidak puas terhadap kompensasi. Hal ini mungkin karena mereka merasa
reward yang diterima masih kurang sebanding dengan tingkat pendidikan dan hasil kerja mereka. Dan dilihat dari segi tingkat
pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemungkinan motivasi kerja yang dimilikinya akan semakin tinggi.
Hal ini dikarenakan adanya keinginan untuk maju dan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik di masa yang akan datang, sehingga
apabila hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapannya dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
Tingkat pendidikan juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pengambilan keputusan institusi. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
partisipasi tenaga kependidikan terhadap pengambilan keputusan tenaga kependidikan akan semakin baik. Pada kategori tingkat
pendidikan ≤
SMP, Diploma dan S2 memiliki persepsi yang tidak puas terhadap pengakuan. Hal ini dapat disebabkan ide-ide mereka
dalam pengambilan keputusan kurang diperhatikan karena walaupun ide, usul dan saran mereka diterima di dalam rapat, pelaksanaannya
masih belum teraplikasikan sehingga mereka merasa tidak puas. Dan tenaga kependidikan pun memiliki persepsi yang baik terhadap
indikator pekerjaan itu sendiri kecuali pada tenaga kependidikan dengan tingkat pendidikan S2, hal ini mungkin karena tenaga
kependidikan merasa
jenuh dengan
pekerjaannya yang
mengakibatkan berkurangnya semangat kerja dan kebanggan dalam diri tenaga kependidikan saat mengerjakan pekerjaaan sehingga
mereka merasa tidak puas.
Tabel 15. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan masa kerja tenaga kependidikan
Kategori tahun
Kompensasi Kondisi
kerja Kebijakan
institusi Hubungan antar
pribadi Pengakuan
Pekerjaan itu sendiri
5 2,42
3, 2,87
3, 2,62
2,98 5 – 15
2,47 2,95
2,69 3,
2,48 2,88
16 – 25 2,51
3,03 2,77
3, 2,5
2,97 26 – 35
2,67 3,
2,61 3,
2,55 3,
Total
2,52 2,74
2,54 2,98
Masa kerja tenaga kependidikan pada institusi berkaitan dengan pengalaman kerja, tingkat kejenuhan dan loyalitas tenaga
kependidikan. Berdasarkan Tabel 15, Persepsi tenaga kependidikan untuk indikator kondisi kerja, kebijakan instutusi dan hubungan antar
pribadi sudah baik pada semua kategori masa kerja. Sedangkan pada indikator kompensasi, tenaga kependidikan dengan masa kerja 5
dan 5-15 tahun memiliki persepsi yang tidak puas. Hal ini wajar terjadi, karena masa kerja juga berpengaruh dalam menentukan upah
dan gaji serta beberapa tenaga kependidikan dengan masa kerja ini masih berstatus tenaga honorer dimana berdasarkan Tabel 5, tenaga
kependidikan honorer tidak puas terhadap sistem penggajian yang ditetapkan. Dan pada indikator pengakuan, hampir seluruh kategori
berpersepsi tidak puas. Hal ini mungkin karena tenaga kependidikan merasa pengakuan atau penghargaan baik berupa finansial maupun
non finansial terhadap kinerja mareka dirasakan masih minim. Tabel 16. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan pangkat
atau golongan tenaga kependidikan
Kategori Kompensasi
Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan
itu sendiri Golongan I
3, 10 3, 33
3,17 3,
3,33 3,67
Golongan II
2,64 3,06
2,71 3,
2,57 2,94
Golongan III
2,69 3,04
2,75 3,12
2,67 3,
Golongan IV
3,2 3,33
3,17 3,
2,67 3,33
Total
2,91 3,19
2,95 2,81
3,26
Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa persepsi tenaga kependidikan yang berstatus PNS untuk indikator kompensasi sudah
baik pada semua kategori pangkat atau golongan. Hal ini disebabkan
karena tenaga kependidikan PNS merasa bahwa institusi sudah memperhatikan unsur keadilan dalam sistem penggajiannya, karena
mereka merasa institusi telah menyelenggarakan sistem kompensasi langsung dan tidak langsung gaji dan tunjangan yang sesuai dengan
posisi atau jabatannya, dimana gaji pokok yang diberikan juga sudah sesuai dengan standar gaji yang ditetapkan. Persepsi tenaga
kependidikan PNS untuk indikator kondisi kerja, kebijakan instutusi hubungan antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri juga
sudah baik pada semua kategori pangkat atau golongan. Hal ini dapat disebabkan tenaga kependidikan sudah merasa puas terhadap kondisi
dan lingkungan kerja yang aman dan sehat, peraturan jam kerja, penegakkan kedisiplinan, komunikasi yang baik antar rekan kerja
serta tingkat pemahaman pekerjaan yang dikuasai dapat mendukung pelaksanaan pekerjaan mereka.
4.4. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan
Dalam penelitian ini besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan dapat diketahui dengan menggunakan metode
Structural Equation Modeling SEM yang terdiri dari dua variabel, yaitu variabel laten bebas dan variabel laten tidak bebas. Kepuasan kerja tenaga
kependidikan ξ merupakan variabel laten bebas yang terdiri dari beberapa variabel laten, yaitu kompensasi, kondisi kerja, kebijakan institusi, hubungan
antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri. Variabel-variabel ini dibentuk oleh beberapa indikator. Sedangkan kinerja tenaga kependidikan
η merupakan variabel laten tidak bebas dan terdiri dari beberapa variabel laten yaitu, produktivitas, inisiatifkreativitas, tanggung jawab, kerja sama
dan kedisiplinan. Variabel-variabel ini pun dibentuk oleh beberapa indikator. Nilai dari masing-masing indikator tiap komponen diolah dengan
menggunakan software LISREL 8.30 yang membentuk diagram lintas model pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan yang dapat
dilihat pada Gambar 6.