LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap orang baik itu pendidik, orang tua, siswa maupun yang lainnya pasti menginginkan keberhasilan dalam usaha dan hidupnya. Ada beberapa faktor yang dapat membantu seseorang mewujudkan keberhasilan tersebut, salah satunya adalah faktor kedisiplinan dalam belajar. Di era yang sangat sarat dengan informasi dan teknologi, siswa ditantang untuk lebih memacu diri agar keberadaannya menjadi lebih berarti bagi kamajuan bangsa dan negara. Sebagai pewaris serta penerus pembangunan, siswa diharapkan dapat terus mamacu diri untuk meningkatkan kualitas dan prestasinya dalam belajar dengan disiplin yang tinggi 1 . Disiplin sekolah sangat membantu kesungguhan belajar anak. Kalau suatu lembaga pendidikan kurang melaksanakan disiplin sudah tentu anak- anak tidak akan serius dalam belajar sehingga mutu pelajarannya akan turun 2 . Peranan disiplin di setiap lembaga pendidikan cukup bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan peraturan yang telah diterapkan dan kondisi masing-masing lembaga pendidikan tersebut. Setiap tempat memiliki pembiana atau pengasuh dan peserta didik yang berbeda. Perbedaan ini 1 Wardiman Djoyonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”,dalam D. Soemarmo ed, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, Jakarta: Mini Jaya Abadi, 1998, Cet. 1, h. 223 2 Singgih D. Gunarsa, Y. Singgih D. Gunarsa Ed, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia, 1995, Cet ke-7, h. 134 1 memberikan kemungkinan adanya perbedaan berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkannya. Oleh karena itu dalam suatu wadah lembaga pendidikan terdapat suatu macam aturan yang menuntut para siswa untuk mematuhi aturan-aturan yang aturan tersebut dapat membina siswa untuk menjalankan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta suatu keadaan yang diinginkan agar tercapai dari tujuan tersebut. Sejalan dengan itu, Ahmad Rohani dan Abu Bakar Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran” mengatakan bahwa dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjahui larangan tertentu. Kesadaran semacam ini harus di pelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara tugas-tugas di sekolah 3 . Kegiatan belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling penting. Karena dalam proses pendidikan, belajar merupakan penentuan berhasil atau tidaknya seseorang banyak tergantung kepada proses belajar yang dialami seseorang tersebut. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, sebab segala aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar bukan sekedar pengalaman, melainkan suatu proses. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan yang di inginkannya. Belajar di sekolah bukanlah hal yang mudah. Ilmu yang diterima dari sekolah tidak mungkin dimiliki dengan usaha yang ringan dan singkat, karena itu para siswa perlu mengatur waktu dengan baik untuk belajar, harus mengikuti pelajaran secara tertib, membaca buku pelajaran, menghafal dan lain sebagainya. Banyak siswa yang mengalami kebiasaan menunda belajar menjelang catur wulan atau semester. Kemudian kalau waktu catur wulan atau semester sudah dekat berulah mereka melakukan usaha sistem kebut semalam 3 Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rieneka Cipta, 1995, Cet. Ke-1, h.126 sudah beres atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan “Cramming” yaitu belajar secara mati-matian untuk memadatkan kepalanya dengan semua bahan pelajaran. Sehingga pelajaran yang sangat banyak tersebut tidak mungkin di masukkan ke dalam otak dengan jangka waktu yang sangat singkat, betapapun kerasnya seorang siswa belajar. Kalaupun ada siswa yang mempelajari pelajarannya itu tidak akan dikuasainya dengan baik. Usaha secara “Cramming” itu mengandung bahaya, karena siswa dengan adanya waktu yang sudah mendesak ia berusaha secara mati-matian semalam suntuk, kadang-kadang sampai menjelang pagi, maka apa yang diperolehnya pada keesokan harinya bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan badan yang lemas. 4 Banyak siswa yang telah giat belajar, tetapi usaha itu tidak memberikan hasil yang sesuai dengan harapannya, sebab kerja keras saja belum tentu menjamin seorang siswa akan lulus ujian, karena disamping belajar dengan giat dan tekun diperlukan pula teknik belajar yang baik. Teknik belajar yang baik inilah yang harus dikenal dan dipraktekkan oleh setiap siswa, agar studinya berhasil sesuai dengan tujuannya. 5 Oleh karena itu seorang siswa harus belajar dengan sungguh-sungguh, tidak boleh bermalas- malasan. Cara belajar yang baik bukanlah bakat yang dibawa sejak lahir dari segolongan orang saja, akan tetapi merupakan suatu kecakapan yang dapat dimiliki oleh setiap siswa dengan jalan latihan, kemauan dan kesungguhan. Sehingga kecakapan itu menjadi kebiasaan yang melekat pada diri siswa. Berhasil tidaknya kegiatan belajar sangat bergantung kepada kebutuhan dan motivasi semua personal baik siswa, guru maupun lingkungannya. Dengan demikian belajar harus terarah pada tujuan yang hendak dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut siswa harus memiliki 4 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efesien, Yogyakarta : Pusat Kemajuan Studi, 1986, Cet. XIX, H.50. 5 Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Tepat , Semarang : Mutiara Widya, 1986, Cet. III, h.11. rencana dan melaksanakan apa yang sudah di rencanakan. Dengan kata lain siswa harus memiliki kedisiplinan yang tinggi agar segala tujuan yang akan diperoleh itu bisa terealisasikan. Disiplin dalam belajar sangat diperlukan untuk meraih suatu prestasi, sehingga seseorang dapat menyeleksi kegiatan mana yang harus didahulukan dan kegiatan mana yang menyusul kemudian. Untuk mencapai tujuan pendidikan, disiplin belajar merupakan hal yang harus dilaksanakan. Dalam dunia pendidikan, masalah disiplin belajar dipandang sebagi komponen yang kedudukannya tidak kalah penting dengan komponen- komponen lainnya. Disiplin belajar tumbuh dalam diri siswa melalui proses latihan yang akhirnya timbul kesediaan, ketaatan, kesungguhan yang disadari untuk mematuhi norma-norma yang berlaku di lingkungan belajar, bertindak dengan rasa tanggung jawab dan konsekuen. Berdisiplin dalam belajar selain akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga mengandung proses ke arah pembentukan watak yang baik, dimana watak yang baik dalam diri siswa tersebut akan menciptakan kepribadian yang luhur 6 . Oleh karena itu penulis terdorong untuk membahas lebih lanjut guna melihat apakah pendidikan akhlak yang diberikan kepada siswa telah berperan dalam membina kedisiplinan siswa. Bertitik tolak dari permasalahan yang ada di atas, maka penulis terdorong untuk mengajukan skripsi dengan judul : “PERANAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PEMBINAAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS 2 MTs MUHAMMADIYAH I CIPUTAT”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan Masalah