Penyediaan Pangan TINJAUAN PUSTAKA

asupan energi dan protein. Protein diperlukan oleh anak balita untuk pemeliharaan jaringan, perubahan komposisi tubuh dan pertumbuhan jaringan baru Nur’aeni, 2008. Menurut Arisman 2004, jika asupan protein kurang pada balita maka dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan dan organ, berat badan dan tinggi badan, serta lingkar kepala. Anak yang tidak cukup menerima asupan makan maka daya tahan tubuh imunitas melemah, sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang.

2.2 Penyediaan Pangan

Penyediaan pangan adalah pengadaan bahan makanan dari proses memilih dan pengolahan makanan. Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri melalui upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur, dan buah- buahan. Agar produksi pangan dapat dimanfaatkan setinggi-tingginya perlu diberikan perlakuan pascapanen sebaik-baiknya Almatsier, 2002. Menurut Suryana 2003, apabila ditinjau dari ketersediaan komoditas pangan per kapita per tahun secara mikro pada tingkat rumah tangga masih terdapat masalah yang tidak seimbang dari sisi kecukupan dan komposisinya. Ketersediaan bahan pangan sumber energi dan protein masih secara dominan dipenuhi oleh pangan sumber karbohidrat, khususnya beras. Kelompok padi- padian menyumbang protein sekitar 56-61, kacang-kacangan sekitar 19 dari total ketersediaan protein, ketersediaan protein dari pangan hewani masih relatif rendah. Universitas Sumatera Utara Undang-undang No.7 Tahun 1996 mengartikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya bahan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau, mempunyai pengertian : a. Pangan bukan berarti hanya beras atau komoditas tanaman pangan tapi mencakup makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan termasuk ikan. Dengan demikian, proses produksi pangan tidak hanya di hasilkan oleh kegiatan subsektor pertanian, tapi juga peternakan, perikanan, dan industri pengolahan pangan. b. Penyediaan pangan yang cukup diartikan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu untuk memenuhi asupan zat gizi makro karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi mikro vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan, kesehatan, daya tahan jasmani dan rohani. Dengan demikian ketahanan pangan tidak hanya berupa pemenuhan konsumsi pangan saja tapi harus memperhatikan kualitas dan keseimbangan konsumsi gizi. Ketersediaan pangan di keluarga harus memenuhi jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu dan keamanannya. Kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang dipengaruhi oleh daya beli kemiskinan, pengetahuan dan juga oleh kemampuan wilayah dan rumah tangga memproduksi dan menyediakan pangan secara cukup, aman, dan kontiniu. Keluarga yang mampu memenuhi hal ini disebut sebagai keluarga yang memiliki ketahanan pangan yang baik. Pangan dalam kelurga Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh ketersediaan, distribusi dan konsumsi, dimana penyediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi standart kebutuhan energi bagi individu agar mampu menjalankan aktifitas sehari-hari Dinkes Prop Sumut, 2006. Pengukuran ketahanan pangan di tingkat keluarga dapat ditentukan secara kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menurut Smith 2002 dalam Hamzah 2015, dilakukan dengan menggunakan survei pengeluaran keluarga household expenditure survey dan asupan pangan individu individual food intake. Dalam metode kuantitatif, terdapat empat variabel yang digunakan yaitu jumlah konsumsi energi keluarga, tingkat kecukupan energi, diversifikasi pangan, dan persentase pengeluaran pangan Hamzah, 2015. Penilaian kualitas pangan telah dikembangkan di Amerika Serikat dengan menggunakan alat kuesioner. Menurut Bickel et al 2000 dalam Hamzah 2015, penilaian ketahanan pangan keluarga secara kualitatif dapat dilakukan dengan menanyakan kondisi kejadian perilaku dan reaksi subjektif, yaitu : 1. Kekhawatiran bahwa anggaran pangan rumah tangga atau ketersediaan pangan kemungkinan tidak mencukupi 2. Persepsi bahwa konsumsi orang dewasa atau anak-anak dalam keluarga tidak mencukupi dari segi kualitas 3. Kejadian mengurangi konsumsi dewasa dalam keluarga atau berbagai akibat yang muncul dari pengurangan asupan makanan tersebut Universitas Sumatera Utara 4. Kejadian mengurangi makanan atau berbagai akibat yang muncul dari pengurangan asupan makanan tersebut pada anak-anak dalam suatu keluarga Isi dari pertanyaan dalam kuesioner tersebut kemudian dikategorikan ke dalam skala ketahanan pangan yang terdiri dari 4 kategori tingkat keparahan yang sebagai berikut. 1. Tahan Panganterjamin yaitu jika suatu keluarga tidak menunjukkan tidak ada atau hanya sedikit bukti ketidaktahanan pangan 2. Tidak Tahan pangan tanpa kelaparan kelaparan ringan yaitu jika hanya sedikit atau tidak ada pengurangan asupan makanan pada setiap anggota keluarga 3. Tidak Tahan Pangan dengan Kelaparan Sedang yaitu jika asupan makanan orang dewasa dalam keluarga dikurangi sehingga terjadi kelaparan yang berulang 4. Tidak Tahan Pangan dengan Kelaparan Berat yaitu jika keluarga yang memiliki anak melakukan pengurangan asupan makanan sehingga terjadi kelaparan pada anak

2.3 Kebutuhan Zat Gizi Pada Balita