Analisis Teori TINJAUAN PUSTAKA

17 sehingga pembelajaran dalam setiap bidang keahlian juga difokuskan pada program yang diambil. Tujuan diberikannya mata pelajaran kimia di SMK adalah sebagai mata pelajaran peminatan untuk mendukung mata pelajaran dasar kejuruan. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia dapat digunakan sebagai bekal ilmu bagi siswa SMK dalam mengasah kompetensi keahlian yang dipelajari, sehingga kelak mampu mengaplikasikannya dengan baik. Pembelajaran di SMK selain mengacu pada KI-KD yang telah ditetapkan, juga dikombinasikan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SKKNI. Selanjutnya, dilihat dari tujuan dan hasil pembelajaran, untuk SMK diharapkan kelak dapat mendatangkan outcome yang sesuai. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran kimia pun bahan ajar yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa SMK. Ketepatan pemilihan bahan ajar yang baik mampu memotivasi siswa untuk melakukan aktivitas seperti menandai, mencatat dan membuat sketsa peta konsep. Proses pembelajaran yang seperti ini akan lebih mengena bagi siswa karena siswa tidak hanya menghafal, namun juga memahami. Dengan membuat peta konsep, maka siswa akan belajar untuk mengorganisasi konsep yang telah dipelajari. Selain itu, siswa bahkan mengetahui kaitan konsep tersebut dengan program yang diambil, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. 18 b. Konten Pembelajaran Kimia di SMK Berdasarkan Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, ruang lingkup pembelajaran kimia di SMK untuk program Teknik Otomotif adalah sebagai berikut. 1 Materi dan perubahannya. 2 Struktur atom, sistem periodik dan ikatan kimia. 3 Bentuk molekul. 4 Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. 5 Reaksi oksidasi reduksi dan bilangan okidasi. 6 Tatanama senyawa anorganik dan organik sederhana. 7 Stoikiometri. 8 Hidrokarbon dan minyak bumi. 9 Termokimia. 10 Laju reaksi. 11 Kesetimbangan kimia. 12 Sifat larutan asam basa dan pH larutan. 13 Hidrolisis. 14 Larutan penyangga. 15 Kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp. 16 Sistem koloid. 17 Sifat koligatif larutan. 18 Redoks dan elektrokimia. 19 19 Senyawa karbon halo alkana, alkanol, alkoksi alkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat dan alkil alkanoat. 20 Benzena dan turunannya. 21 Makromolekul polimer, karbohidrat dan protein. 22 Metode pemisahan dan pengukuran. 23 Penentuan kadar suatu unsur atau senyawa.

3. Konten Kimia dalam Mata Pelajaran Kejuruan Teknik Otomotif

Program Teknik Otomotif terdiri dari empat paket keahlian yaitu teknik kendaraan ringan, teknik sepeda motor, teknik perbaikan bodi otomotif dan teknik alat berat. Berikut ini adalah hasil analisis KD pada Teknik Otomotif yang dapat dikaitkan dengan KD kimia SMK sesuai dengan Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMKMAK. Hasil analisis ini difokuskan pada materi elektrokimia.

a. KD Teknik Otomotif

1 Menerangkan fungsi dan konstruksi baterai. 2 Menjelaskan cara pengelasan CO 2 MIG dan las elektroda secara manual. 3 Menjelaskan cara menghilangkan korosikerak hingga siap pengecatan dasar. 4 Menjelaskan pemeliharaan mesin dan peralatan otomotif. 5 Menjelaskan pengkilapan secara manual dan menggunakan mesin sesuai SOP. 20

b. KD kimia SMK materi elektrokimia terdapat pada kelas X

1 KD 3.9 Memahami gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel Volta yang digunakan dalam kehidupan. 2 KD 3.10 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi dan mengajukan idegagasan untuk mengatasinya. 3 KD 3.11 Memahami gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrolisis yang digunakan dalam kehidupan.

c. Konten kimia yang sesuai dengan kompetensi dasar pada Teknik

Otomotif 1 Hakikat Elektrokimia. 2 Definisi sel Volta. 3 Klasifikasi sel Volta. 4 Sifat larutan elektrolit. 5 Pengukuran potensial sel. 6 Fungsi larutan elektrolit dalam baterai. 7 Diagram sel Volta dan komponen-komponennya. 8 Reaksi dan sistem kerja pada baterai. 9 Penentuan potensial pada baterai. 10 Pemilihan elektroda pada pengelasan. 11 Proses korosi 21 12 Faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi. 13 Dampak korosi pada komponen mesin dan peralatan otomotif. 14 Cara mencegah terjadinya korosi pada komponen mesin dan peralatan otomotif. 15 Definisi sel elektrolisis 16 Diagram sel elektrolisis 17 Reaksi yang terjadi pada elektrolisis 18 Penyepuhan logam pada komponen kendaraan 19 Elektroplating

4. Pengembangan Bahan Ajar Kimia berbasis Kontekstual

Pengertian bahan ajar menurut Arsyad 2004, adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Prastowo 2015 mengemukakan bahan ajar memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut. a. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif. b. Sebagai pedoman bagi guru dalam mengarahkan aktivitas selama pembelajaran. c. Sebagai kumpulan kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. d. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. e. Sebagai sumber belajar bagi siswa dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. 22 f. Membantu siswa dalam belajar tanpa harus ada keterlibatan guru belajar mandiri. Pendapat lain tentang bahan ajar juga dikemukakan oleh Majid 2007, yang menyatakan bahwa suatu bahan ajar memiliki ciri-ciri di antaranya: a. Petunjuk belajar petunjuk siswa atau guru b. Kompetensi yang akan dicapai c. Informasi pendukung d. Latihan-latihan e. Petunjuk kerja berupa lembar kerja LK f. Evaluasi Salah satu jenis bahan ajar yang sering digunakan dari jaman dahulu adalah bahan ajar bentuk cetak. Bahan ajar cetak umumnya berbentuk buku dan memiliki struktur yang terdiri dari empat komponen yaitu judul, kompetensi dasar, latihan yang dapat berupa latihan soal maupun lembar praktikum dan lembar penilaian Prastowo, 2015. Sementara itu, menurut Arsyad 2004, bahan ajar yang berbasis cetak memuat enam elemen meliputi konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf dan penggunaan spasi kosong. a. Konsistensi Konsisten menurut KBBI berarti tetap tidak berubah-ubah; taat asas; ajek, sehingga yang dimaksud dengan konsistensi adalah segala hal yang bersifat tetap. Konsistensi yang dimaksud dalam penulisan bahan ajar adalah 23 konsistensi format antar halaman. Format setiap halaman dalam bahan ajar harus tetap dari segi ukuran huruf dalam teks, jarak spasi, jarak antara judul dengan baris pertama teks dan margin kertas. b. Format Format penulisan bahan ajar yang perlu diperhatikan adalah pada bagian penyajian teks. Teks dalam bahan ajar dapat berupa paragraf-paragraf yang panjang maupun pendek. Apabila setiap paragraf tertulis panjang- panjang, maka teks disajikan menggunakan tipe satu kolom. Akan tetapi, jika paragraf tertulis pendek-pendek, maka teks disajikan menggunakan tipe dua kolom. Selain itu, ditinjau dari isi paragraf, maka paragraf yang isinya berbeda dengan isi secara keseluruhan diberi format khusus yaitu berbeda secara visual dan ditulis terpisah. Begitu pula dalam hal penyampaiannya dalam proses pembelajaran. c. Organisasi Organisi teks berkaitan dengan tata cara penyusunan teks dalam bahan ajar. Teks dalam bahan ajar disusun sedemikian rupa, sehingga informasi mudah diperoleh ketika bahan ajar dibaca. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan kotak-kotak untuk memisahkan antar bagian teks. d. Daya tarik Daya tarik bahan ajar berpengaruh terhadap motivasi pengguna bahan ajar, terutama siswa. Semakin tinggi daya tarik baan ajar, maka semakin tinggi pula motivasi siswa untuk belajar bahan ajar tersebut. Salah satu cara 24 menjadikan bahan ajar menarik adalah dengan memperkenalkan setiap bab baru dalam bahan ajar dengan cara yang berbeda. e. Ukuran huruf Ukuran huruf dalam penulisan bahan ajar disesuaikan dengan siswa sebagai pengguna, makna yang akan disampaikan dan ruang lingkup pengguna bahan ajar. Ukuran huruf yang baik untuk buku teks adalah 12 poin per inchi. Sebisa mungkin menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks sebab akan menyulitkan proses membaca. f. Penggunaan spasi kosong Fungsi penggunaan spasi kosong adalah untuk menambah kontras, artinya sebagai titik-titik untuk mata siswa beristirahat setelah menyusuri suatu teks. Ruang kosong tersebut dapat berupa: 1 Ruangan sekitar judul 2 Batas tepi margin 3 Spasi antarkolom 4 Permulaan paragraf yang diindentasi 5 Penyesuaian spasi antar baris maupun antar paragraf Salah satu bahan ajar berbentuk cetak adalah buku pelajaran. Buku pelajaran merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis yang dapat digunakan oleh siswa maupun guru. Buku pelajaran yang baik adalah buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa yang baik, mudah dimengerti dan disajikan secara menarik. Artinya, buku tersebut dilengkapi dengan gambar dan keterangan- 25 keterangannya serta isi buku menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisnya Majid, 2007. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Faraday, Overton dan Cooper 2011, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di SMK pada dasarnya tidak berbeda dengan pendidikan yang lain, kecuali dalam aspek konteks. Konteks artinya integrasi antara sifat dasar suatu subjek mata pelajaran tertentu dengan subjek kejuruan. Maka dari itu, bahan ajar kimia yang sesuai untuk siswa SMK adalah bahan ajar yang terintegrasi dengan konteks kejuruan. Konteks sangat penting dalam bidang kejuruan. Contohnya adalah pada penelitian Boddey dan Berg 2014 tentang dampak pengalaman bidang kimia yang diprioritaskan oleh siswa keperawatan terhadap performa akademik dan sudut pandang keterkaitannya dalam suatu kursus sains bidang kesehatan. Kasus yang diteliti adalah kesulitan yang dialami oleh siswa keperawatan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sains, terutama fisika dan kimia. Berdasarkan pengalaman staf keperawatan, dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi staf keperawatan untuk mengajar sains di kursus keperawatan. Sementara itu, kimia tetap dibutuhkan dalam menunjang kemampuan siswa keperawatan. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa siswa keperawatan yang telah mengikuti kursus selama tiga hari 3-day chemistry bridging courseBC ternyata tidak memiliki perbedaan skor prestasi rata-rata yang signifikan terhadap siswa yang tidak belajar kimia sejak umur sepuluh tahun PC. 26 Persentase hasilnya yaitu 52,3 berskor rendah dari kelompok PC berbanding dengan 33,3 dari kelompok BC. Namun, siswa keperawatan yang sebelumnya telah belajar kimia di SMA SC, memiliki skor prestasi rata-rata yang berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok BC dan PC Boddey Berg, 2014. Terkait dengan pengembangan bahan ajar kimia, telah dilakukan penelitian sebelumnya tentang pengujian kelayakan Lembar Kerja Siswa LKS berorientasi pendekatan kontekstual materi laju kimia. Penelitian tersebut dilakukan oleh Arifin dan Nasrudin 2014, dengan hasil bahwa bahan ajar kimia berbasis kontekstual layak digunakan karena dapat meningkatkan keahlian berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diperoleh informasi bahwa pengembangan bahan ajar kimia yang berbasis konteks cukup memberikan hasil yang positif bagi pembelajaran. Selain itu, sumber belajar berupa buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib dan sumber pembelajaran utama yang digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka memenuhi Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti yang diinginkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Oleh sebab itu, buku teks pelajaran pada jenjang sekolah dasar dan menengah harus dinilai kelayakannya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP sebelum digunakan oleh siswa sebagai sumber belajar . Hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 2 tahun 2008 pasal 4 ayat 1. Kelayakan mutu standar buku teks pelajaran menurut 27 BSNP meliputi kelayakan isi materi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa dan kelayakan kegrafikaan BSNP, 2014.

5. Motivasi dan Gaya Belajar

Motivasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Omar Hamalik Djamarah, 2011 menyebutkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya suatu perasaan dan reaksi atau aktivitas fisik untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua macam motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri. Dengan kata lain, motivasi intrinsik muncul karena siswa benar-benar mau menguasai nilai yang terkandung dalam proses pembelajaran. Adapun yang dimaksud motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau dorongan yang berasal dari luar diri seseorang tersebut. Motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Contohnya adalah apabila siswa menyukai suatu mata pelajaran, maka siswa akan dengan senang hati mempelajari mata pelajaran tersebut. Dengan demikian, siswa menjadi lebih rajin belajar, sehingga mata pelajaran tersebut dapat dikuasai dengan cepat dan proses pembelajaran menjadi bermakna Djamarah, 2011. Meskipun demikian, motivasi belajar tidak lepas dari gaya belajar siswa. Gaya belajar adalah salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan motivasi belajar seorang siswa. Gaya belajar atau modalitas belajar adalah cara siswa belajar secara efektif. Gaya belajar setiap siswa memiliki kekhasan 28 masing-masing. Berdasarkan gaya belajar tipe VAK, ada tiga jenis yaitu gaya belajar visual, gaya belajar audio dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar visual artinya seorang siswa lebih cepat belajar dengan cara melihat, contohnya membaca buku, melihat demonstrasi guru dan observasi di lapangan. Gaya belajar audio artinya seorang siswa lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan, misalnya mendengarkan kaset pembelajaran. Gaya belajar kinestetik artinya seorang siswa lebih mudah belajar apabila siswa tersebut melakukan gerakan-gerakan fisik. Contohnya melakukan eksperimen di laboratorium Suyono Hariyanto, 2012.

6. Materi Elektrokimia Teknik Otomotif

a. Hakikat Elektrokimia Hakikat elektrokimia merupakan gambaran elektrokimia secara umum. Elektrokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan aliran listrik. Reaksi ini dikenal dengan nama reaksi redoks, sedangkan aliran listrik dalam hal ini adalah aliran elektron. Reaksi redoks dalam elektrokimia dapat berlangsung secara spontan maupun tidak spontan. Otomotif adalah bidang yang tidak terkait langsung dengan kimia, namun apabila dikaji lebih dalam, maka elektrokimia adalah konsep penting yang harus dipelajari dalam otomotif. Ada banyak kendaraan atau alat-alat dalam bidang otomotif yang menggunakan sel elektrokimia sebagai sumber energinya. Beberapa contohnya meliputi mobil, sepeda 29 motor dan alat berat. Selain itu, elektrokimia juga berperan dalam proses elektroplating, misalnya untuk perbaikan bodi otomotif. b. Dasar-Dasar Sel Elektrokimia Elektrokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan aliran listrik atau aliran elektron. Reaksi yang berhubungan dengan adanya aliran elektron adalah reaksi yang melibatkan pelepasan dan penerimaan elektron. Reaksi ini dikenal dengan reaksi oksidasi dan reduksi atau reaksi redoks. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam industri rumah tangga maupun industri besar. Bidang-bidang yang memerlukan penerapan elektrokimia diantaranya industri bahan-bahan kimia, farmasi, polimer, otomotif, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah dan bidang analisis Chang, 2003; Mulyani Hendrawan, 2005; Riyanto, 2013.. Sel elektrokimia adalah seperangkat alat yang terdiri dari sepasang elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu lelehan atau larutan ion. Selanjutnya, alat tersebut dihubungkan dengan penghantar logam pada rangkaian luar. Sel elektrokimia dapat berupa sel Volta dan sel elektrolisis Mulyani Hendrawan, 2005. 1. Sel Volta Sel Volta sel Galvani adalah suatu jenis sel elektrokimia yang terdiri dari dua elektroda yang terpisah oleh jembatan garam dan larutan elektrolit. Ion-ion mengalir menghantarkan arus listrik dari arah anoda 30 menuju katoda melalui jembatan garam melalui reaksi redoks yang spontan, sehingga menghasilkan suatu kerja. 2. Sel Elektrolisis Mulyani dan Hendrawan 2005 mendefinisikan sel elektrolisis sebagai suatu sel elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks tidak spontan disebabkan energi listrik yang berasal dari luar. Komponen sel elektrolisis tersebut meliputi arus listrik searah DC, kawat penghantar, sepasang elektroda dan larutan elektrolit. c. Baterai Chang 2003 mendefinisikan baterai sebagai suatu jenis sel Volta yang dapat terdiri dari satu buah sel atau gabungan beberapa sel dengan rangkaian tertentu yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah pada voltase tetap. Baterai memiliki dua buah elektroda yaitu anoda dan katoda. Anoda adalah elektroda tempat terjadinya oksidasi, sedangkan katoda adalah elektroda tempat terjadinya reduksi. Beberapa baterai yang sering digunakan diantaranya adalah baterai sel kering, baterai merkuri, baterai bertimbal aki, baterai litium keadaan- padat dan sel bahan bakar. Setiap baterai memiliki reaksi kimia yang berbeda-beda tergantung pada jenis elektroda dan larutan elektrolit yang digunakan. Pada kendaraan, baterai yang paling banyak digunakan adalah aki. Sistem kerja aki adalah elektron bergerak dari anoda menuju ke katoda, sehingga dihasilkan suatu aliran listrik. Listrik tersebut kemudian digunakan untuk menghidupkan beberapa komponen lain dalam mesin 31 kendaraan. Kebutuhan listrik yang terbesar pada kendaraan adalah ketika kendaraan tersebut distarter dihidupkan. Listrik yang dibutuhkan untuk dapat menyalakan mesin adalah sebesar 300 – 400 A dan arus tegangan tinggi yang dihasilkan pada mayoritas mobil adalah 30000 V Chang, 2003; Northop, 1994. Aki kendaraan setelah digunakan secara terus menerus, maka akan mengalami pengosongan. Oleh karena itu, pada aki kendaraan terutama aki tipe basah dapat dilakukan pengisian ulang melalui penyetruman. Reaksi pengisian berkebalikan dengan reaksi pada saat pengosongan aki. Besarnya tegangan aki kendaraan pada umumnya adalah sekitar 12 V. Cara pengukuran besar potensialnya sama dengan cara mengukur beda potensial pada sel Volta lainnya Northop, 1994. d. Elektroplating Elektroplating adalah proses pelapisan logam dan non logam menggunakan arus listrik searah atau direct current DC berdasarkan metode elektrolisis Saleh, 2014. Pada proses elektrolisis, terjadi perpindahan ion-ion dari masing-masing elektroda melalui larutan elektrolit menghasilkan endapan. Endapan yang dihasilkan dari proses elektrolisis akan tertempel di katoda. Logam pelapis yang digunakan sebagai lapis pelindung coating diantaranya tembaga Cu, nikel Ni, zink Zn, krom Cr, emas Au, perak Ag dan lain-lain. Tahapan elektroplating ada tiga yaitu: 32 1 Tahap Persiapan pre-treatment Tahap persiapan merupakan tahap pembersihan objek sebelum objek tersebut dilakukan elektroplating. Tahap ini terdiri dari tiga perlakuan yaitu penghilangan pengotor organik dan anorganik, perlakuan secara mekanik dan perlakuan secara kimia. 2 Proses Elektroplating electroplating Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada proses elektroplating yaitu rapat arus current density, tegangan, suhu larutan dan pH larutan. 3 Tahap Akhir post-treatment Pada tahap ini, objek yang telah dielektroplating dibilas menggunakan air bilasan yang bersih. Objek selanjutnya dilapisi suatu pelindung yaitu lapis transparan pelindung lacquar yang berfungsi untuk menambah daya tahan dan keindahan. Ada beberapa jenis elektroplating dalam dunia industri, diantaranya adalah elektroplating zink, tembaga, nikel, kromium, emas, timah, perak, kuningan dan perungggu. d. Korosi pada bidang otomotif Korosi adalah suatu peristiwa rusak atau menurunnya mutu logam karena proses elektrokimia yang terjadi antara logam dengan lingkungan sekitarnya Sumarji, 2012. Proses korosi adalah proses elektrokimia, artinya pada proses tersebut melibatkan aliran listrik dengan reaksi kimia. 33 Pada saat proses korosi berlangsung, salah satu bagian logam berperan sebagai anoda kutub atau elektroda negatif, sedangkan bagian yang lain berperan sebagai katoda kutub atau elektroda positif. Arah perjalanan elektron adalah dari kutub positif katoda ke kutub negatif anoda. Logam mengalami proses oksidasi dan udara terutama gas oksigen dari lingkungan mengalami reduksi. Berdasarkan hal tersebut, maka terjadinya korosi memiliki prinsip yang sama dengan proses elektrokimia pada sel Volta. Berikut ini adalah gambar mekanisme korosi pada besi. Gambar 1. Mekanisme korosi pada besi Faktor yang berpengaruh menyebabkan terjadinya korosi meliputi jumlah zat pencemar di udara debu atau gas, suhu, kelembaban kritis, arah dan kecepatan angin serta radiasi matahari. Dampak yang muncul karena adanya korosi ada bermacam-macam. Munculnya dampak tersebut bergantung pada jenis korosi yang timbul, di antaranya adalah korosi atmosfer, Galvani, seragam, retak tegang dan intergranular butiran. Cara mencegah timbulnya korosi pada bidang otomotif di antaranya melalui 34 pengontrolan atmosfer, pengecatan, melapisi dengan gemuk grease dan elektroplating.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Arifin dan Nasrudin 2014 yang berjudul “Development of Student Worksheet Which Contextual Approach Oriented to Train Critical Thinking Skills on Reaction Rates Subject Matter in Student Grade XI Senior High School ”. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 1 Kebomas, Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa worksheet tersebut mampu menjembatani pikiran siswa terkait materi yang dipelajari dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, worksheet yang berbasis pendekatan kontekstual tersebut dinyatakan layak digunakan karena mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian kedua yang juga relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Abualrob dan Shah 2012, yaitu tentang pengembangan suatu modul pembelajaran berbasis STS Science Technology and Society. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas sembilan program IPA. Hasil yang diperoleh adalah melalui pengembangan modul berbasis STS tersebut, maka ketertarikan siswa dalam belajar sains menjadi meningkat. Adanya modul tersebut juga membantu siswa dalam merelevansi pengetahuan sains yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. 35 Pada penelitian pertama, hal yang relevan dengan penelitian ini adalah kesamaan dalam bidang pengembangan sumber belajar yang berbasis kontekstual untuk materi kimia di sekolah menengah. Adapun pada penelitian kedua, hal yang relevan masih berkaitan dengan penelitian pertama yaitu dalam bidang pembuatan sumber belajar yang berbasis teknologi sains dan kemasyarakatan atau Science Technology and Society STS. Pada jenis sumber belajar seperti bahan ajar kimia yang berbasis kontekstual, maka konten kimia yang tertuang dalam bahan ajar tersebut juga tidak lepas dari kemajuan teknologi saat ini dan lingkungan sosial di sekitar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Fakta di lapangan saat ini adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan SMK masih menggunakan bahan ajar kimia yang sama dengan yang digunakan siswa Sekolah Menengah Atas SMA. Padahal ditinjau dari karakter dan prinsip pembelajaran yang dilakukan, proses pembelajaran di SMK berbeda dengan SMA. Pembelajaran di SMK lebih difokuskan pada aspek praktek sesuai konteks kejuruan dibandingkan teori. Dengan demikian, untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas, seharusnya siswa SMK memiliki sumber belajar yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan program kejuruan. Kimia adalah salah satu mata pelajaran yang juga dipelajari di beberapa jurusan di SMK, salah satunya program Teknik Otomotif. Mata pelajaran kimia dapat menjadi salah satu mata pelajaran dasar pendukung mata pelajaran kejuruan Teknik Otomotif. Oleh sebab itu, konten kimia yang seharusnya dipelajari oleh 36 siswa Teknik Otomotif adalah konten kimia yang berhubungan langsung dengan bidang otomotif. Salah satu konten kimia tersebut adalah elektrokimia. Elektrokimia adalah konten dasar kimia yang mendasari bidang otomotif misalnya pada baterai kendaraan, proses pengelasan, proses elektroplating hingga proses korosi yang terjadi pada beberapa logam penyusun komponen kendaraan. Akan tetapi, saat ini siswa SMK program Teknik Otomotif cenderung mempelajari elektrokimia secara menyeluruh seperti halnya siswa SMA. Oleh sebab itu, siswa menjadi kurang tertarik karena tidak mempelajari elektrokimia seperti yang diperlukan dalam kejuruan Teknik Otomotif. Dengan kata lain, konten kimia yang dipelajari belum sesuai dengan konteks kejuruan Teknik Otomotif. Berdasarkan fakta tersebut, maka untuk membantu siswa SMK maupun guru kimia yang mengajar di program Teknik Otomotif dalam proses pembelajaran supaya tujuan pembelajaran tercapai, perlu disusun suatu sumber belajar yang sesuai dengan kejuruan Teknik Otomotif. Salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan tersebut adalah bahan ajar kimia berupa buku teks pelajaran materi elektrokimia. Konten kimia penyusun bahan ajar tersebut berisi konten kimia hasil integrasi antara kompetensi dasar KD kimia dengan KD kejuruan Teknik Otomotif. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang, maka sumber dokumen KD kimia SMK mengikuti KD kimia SMK berdasarkan pada Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 SMKMAK. 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kombinasi mixed methods dengan desain exploratory instrument development model Creswell, 2007. Model pengembangan ini lebih menekankan pada data kuantitatif. Oleh sebab itu, pada bagan prosedur penelitian kata yang menunjukkan data kuan titatif yaitu “QUAN” ditulis dengan huruf kapital. Produk hasil pengembangan yang diperoleh adalah bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK program Teknik Otomotif.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung. Prosedur penelitian dengan desain exploratory instrument development model tersusun dalam delapan langkah Creswell, 2007. Delapan langkah tersebut ditunjukkan melalui bagan pada Gambar 2. Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian qual data collection qual data analysis qual results Develop instrument QUAN data collection QUAN data analysis QUAN results interpretation qual  QUAN