PENERAPAN BAHAN AJAR KIMIA MINYAK BUMI TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN LITERASI SAINS SISWA SMK KELAS XI PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017.
i
PENERAPAN BAHAN AJAR KIMIA MINYAK BUMI TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
LITERASI SAINS SISWA SMK KELAS XI PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kima
Disusun Oleh: Avionita Pramesari
13303244012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
ii
PENERAPAN BAHAN AJAR KIMIA MINYAK BUMI TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
LITERASI SAINS SISWA SMK KELAS XI PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh:
Avionita Pramesari 13303244012
Dosen Pembimbing : Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) ada tidaknya perbedaan minat belajar siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif; 2) ada tidaknya perbedaan tingkat literasi sains siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif; dan 3) tanggapan siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarya terhadap bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif yang dikembangkan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TKR (Teknik Kendaraan Ringan) SMK Negeri 2 Yogyakarta. Sampel yang diambil adalah dua kelas secara
cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket, tes, dan observasi. Instrumen dianalisis menggunakan uji analisis n-gain, uji prasyarat,
dependent t-test, independent t-test, dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan minat belajar siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif; 2) ada perbedaan tingkat literasi sains siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif; dan 3) tanggapan siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta terhadap bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif yang dikembangkan termasuk kategori baik.
Kata Kunci : Kimia konteks kejuruan, literasi sains, minat, minyak bumi, teknik otomotif
(3)
iii
APPLICATION OF TEACHING MATERIALS ABOUT PETROLEUM INTEGRATED VOCATIONAL CONTEXT TO INCREASE THE
INTEREST AND SCIENTIFIC LITERACY OF ELEVENTH GRADE STUDENTS AUTOMOTIVE ENGINEERING OF
SMK N 2 YOGYAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2016/2017
By:
Avionita Pramesari 13303244012
Supervisor : Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc.
ABSTRACK
The aims of this research were to know: 1) the difference of interest learning chemistry in students of SMK N 2 Yogyakarta by applying teaching materials petroleum integrated automotive engineering vocational context; 2) the difference of scientific literacy in students of SMK N 2 Yogyakarta by applying teaching materials petroleum integrated automotive engineering vocational context; and 3) response of SMK N 2 Yogyakarta students towards teaching materials about petroleum integrated automotive engineering vocational context.
Population of this research were all of students in grade eleven TKR program. Sample technique used to cluster random sampling. The collecting data techniques were questionnaire, test, and observation. The methods were n-gain analyze, precondition test, paired sample t-test, and independent sample t-test.
The analysis results showed that: 1) there was a difference in interest learning chemistry students of SMK N 2 Yogyakarta by applying teaching materials petroleum integrated automotive engineering vocational context; 2) there was a difference scientific literacy students of SMK N 2 Yogyakarta by applying teaching materials petroleum integrated automotive engineering vocational context; and 3) response of SMK N 2 Yogyakarta students towards teaching materials petroleum integrated vocational context automotive engineering was good.
Keywords : Chemistry on vocational context, scientific literacy, interest, petroleum, automotive engineering.
(4)
(5)
(6)
(7)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta bapak (Alm) Yuswadi dan ibu Syamsiar yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun secara moril, semangat, dan doa.
2. Kakak-kakakku Agung Prasetyo, Arti Lukitosari, Phila Delpia, dan Eko Guswanto, serta adikku Adelia Sekarsari yang selalu menjadi penyemangatku untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Antuni selaku dosen pembimbing yang selalu dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan demi terselesainya skripsi ini.
4. Fulan, Indri, dan Fani selaku teman seperjuangan yang selalu menemaniku, menyemangatiku, dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku Nabil, Ika Putri, dan Riyan yang selalu menjadi teman yang setia dalam suka dan duka.
6. Teman-Teman Pendidikan Kimia A 2013 yang telah mewarnai kehidupanku dengan canda tawa, semangat, motivasi, kenangan tak terlupakan di tengah kesibukkan kita masing-masing.
Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Aamiin.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Bahan Ajar Kimia Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan untuk Meningkatkan Minat dan Literasi Sains Siswa SMK Kelas XI Program Studi Teknik Otomotif di SMK Negeri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017” tanpa ada hambatan yang berarti.
Peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang mendukung dan membantu hingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang tidak pernah
lelah memberi arahan dan bimbingan dari awal hingga skripsi ini selesai. 2. Ibu Dr. Eli Rohaeti selaku Validator instrumen penelitian TAS yang
memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
3. Ibu Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc. selaku Ketua dan Sekertaris Penguji, Bapak Sunarto, M.Si. selaku Penguji Utama, dan Ibu Dr. Eli Rohaeti selaku Penguji Pendamping yang sudah memberikan koreksi perbaikan sehingga secara komprehensif terhadap TAS.
4. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph. D selaku Ketua Jurusan dan Bapak Sukisman Purtadi, M. Pd beserta dosen dan staf yang telah membarikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya. 5. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan
persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
6. Bapak Dr. Sentot Hargiadi, MM selaku Kepala SMK Negeri 2 Yogyakarta yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
(9)
(10)
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 8
1. Kurikulum Kimia di SMK ... 8
2. Pembelajaran Kimia di SMK ... 11
3. Minat Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Kimia ... 12
(11)
xi
5. Bahan Ajar Kimia ... 18
6. Model Pembelajaran STS ... 21
7. Materi Minyak Bumi untuk SMK Program Teknik Otomotif ... 23
B. Penelitian Relevan ... 25
C. Kerangka Berpikir ... 26
D. Hipotesis ... 27
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
D. Instrumen Penelitian ... 30
E. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
1. Data Minat Belajar Kimia Siswa ... 43
2. Data Literasi Sains Kimia ... 44
B. Analisis Data ... 45
1. Uji Normalitas Data ... 45
2. Uji Homogenitas Data ... 46
3. Uji Perbedaan Minat Belajar Kimia dan Literasi Sains Awal .. dan Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46
4. Uji Perbedaan Minat Belajar Kimia dan Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48
5. Tanggapan terhadap Bahan Ajar ... 49
C. Pembahasan ... 49
1. Proses Pembelajaran Kimia pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50 2. Perbedaan Minat Belajar Kimia Siswa pada Penerapan Bahan
(12)
xii
Ajar Kimia Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan ... 58
3. Perbedaan Literasi Sains Siswa pada Penerapan Bahan Ajar Kimia Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan ... 59
4. Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen Mengenai Bahan Ajar Kimia Minyak Bumi Terintegrasi Konteks Kejuruan ... 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Kimia Siswa ... 31
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Tanggapan terhadap Pembelajaran Kimia ... 32
Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Literasi Sains Siswa ... 34
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 33
Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 37
Tabel 6. Tinggi Rendahnya Gain score Ternormalisasi ... 39
Tabel 7. Kriteria Pengubahan Nilai Kuantitatif Menjadi Kualitatif ... 41
Tabel 8. Ringkasan Data Skor Minat Belajar Kimia Siswa ... 43
Tabel 9. Ringkasan Data Literasi Sains Kimia Siswa ... 45
Tabel 10. Ringkasan Uji Normalitas Data ... 46
Tabel 11. Ringkasan Uji Homogenitas Data ... 46
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Beda Minat Belajar Kimia Awal dan Akhir Kelas Eksperimen ... 47
Tabel 13. Ringkasan Hasil Uji Beda Minat Belajar Kimia Awal dan Akhir Kelas Kontrol ... 47
Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Beda Literasi Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Minat Belajar Kimia ... 48
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Literasi Sains ... 48
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Alur Desain Penelitian ... 28
Gambar 2. Kategori n-gain Minat Belajar Kimia Siswa ... 44
Gambar 3. Kategori n-gain Literasi Sains Siswa ... 45
Gambar 4. Rerata Kemampuan Menyelesaikan LKS Kelas Eksperimen .... 53
Gambar 5. Rerata Kemampuan Menyelesaikan LKS Kelas Kontrol ... 53
Gambar 6. Aspek Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54
Gambar 7. Sebaran Persentase Aspek Rasa Senang Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55
Gambar 8. Aspek Aktivitas Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 56
Gambar 9. Aspek Aktivitas Siswa Pada Kelas Kontrol ... 57
Gambar 10. Validasi Empiris Instrumen ... 238
Gambar 11. Proses Pembelajaran Pertama di Kelas Eksperimen ... 238
Gambar 12. Proses Pembelajaran Praktikum di Kelas Eksperimen ... 238
Gambar 13. Proses Pembelajaran Ketiga di Kelas Eksperimen ... 239
Gambar 14. Proses Pembelajaran Pertama di Kelas Kontrol ... 239
Gambar 15. Proses Pembelajaran Kedua di Kelas Kontrol ... 239
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ... 66
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ... 90
Lampiran 3. LKS Kelas Eksperimen ... 113
Lampiran 4. LKS Kelas Kontrol ... 139
Lampiran 5. Instrumen Angket Minat Belajar Kimia ... 160
Lampiran 6. Instrumen Angket Tanggapan Bahan Ajar ... 164
Lampiran 7. Instrumen Tes Literasi Sains Siswa ... 168
Lampiran 8. Lembar Observasi Pembelajaran ... 182
Lampiran 9. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Minat Belajar Kimia ... 186
Lampiran 10. Data Butir Pernyataan Angket Minat Belajar Kimia ... 191
Lampiran 11. Data Butir Pertanyaan Literasi Sains ... 196
Lampiran 12. Data n-gain Angket Minat Belajar Kimia dan Literasi Sains ... 199
Lampiran 13. Uji Normalitas Angket Minat Belajar Kimia dan Literasi Sains ... 204
Lampiran 14. Uji Homogenitas Angket Minat Belajar Kimia dan Literasi Sains ... 209
Lampiran 15. Uji Perbedaan Minat Belajar Kimia dan Literasi Sains Awal dan Akhir ... 211
Lampiran 16. Uji Perbedaan Minat Belajar Kimia dan Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 214
Lampiran 17. Analisis Data Tanggapan Terhadap Bahan Ajar ... 216
Lampiran 18. Data Kemampuan Menyelesaikan LKS ... 218
(16)
xvi
Lampiran 20. Data Aktivitas Siswa ... 228
Lampiran 21. Surat Pernyataan Validasi ... 231
Lampiran 22. Surat Izin Penelitian ... 233
Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 235 Lampiran 24. Dokumentasi
(17)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menengah di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan siswa untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMK yaitu kimia. Tujuan diberikannya mata pelajaran kimia di SMK adalah untuk mempersiapkan kemampuan dasar siswa SMK dalam mengembangkan keahliannya, sebagai pendukung mata pelajaran kejuruan, sebagai pengetahuan dasar untuk jenjang yang lebih tinggi, dan memberikan pengetahuan agar siswa memiliki literasi sains yang baik. Namun demikian, berdasarkan observasi di SMK Negeri 2 Yogyakarta, jabaran Kompetensi Dasar (KD) kimia di SMK saat ini masih belum disesuaikan dengan kebutuhan siswa
Terkait dengan pengembangan pembelajaran di sekolah kejuruan, hasil penelitian Faraday, Overton, dan Cooper (2011) menyimpulkan bahwa pembelajaran pada pendidikan kejuruan pada dasarnya tidak berbeda dengan lingkup pendidikan yang lain, kecuali dalam satu aspek, yaitu konteks. Konteks ini merupakan integrasi sifat dasar subjek kejuruan, keadaan dimana pembelajaran berlangsung, tujuan dan outcome yang diinginkan yang disesuaikan dengan spesifikasi dan kualifikasi kejuruan, sifat dasar siswa dan bagaimana gaya belajar siswa. Pembelajaran kimia seharusnya disesuaikan dengan konteks kejuruan, seperti konten mata pelajaran kejuruan. Konteks kejuruan siswa menjadi salah satu acuan dalam pemilihan dan pemetaan konten kimia. Konten kimia yang diperlukan untuk siswa kejuruan Teknik Otomotif tentunya berbeda dengan siswa kejuruan Agribisnis Produksi Tanaman. Misalnya, pada konten kimia organik, siswa kejuruan Teknik Otomotif lebih
(18)
2
membutuhkan pengetahuan yang lebih luas mengenai pemahaman tentang fraksinasi minyak bumi. Sementara itu, siswa kejuruan Agribisnis Produksi Tanaman menekankan pada jenis-jenis pupuk organik. Dengan demikian, konten kimia untuk setiap jurusan di SMK tidak dapat di sama ratakan.
Berdasarkan observasi awal yang di SMK Negeri 2 Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia untuk materi minyak bumi yang telah dilaksanakan pada program Teknik Otomotif belum disesuaikan dengan konteks kejuruan siswa. Observasi dilaksanakan dengan mewawancarai 2 orang guru kimia dan melakukan observasi pembelajaran di kelas. Guru memberikan materi berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) kimia dari Permendikbud nomor 60 Tahun 2014. Oleh karena itu, materi yang telah diajarkan tidak seluruhnya selaras dengan konteks. Kondisi ini menyebabkan minat belajar kimia siswa SMK dalam pembelajaran kimia rendah. Selain itu, pembelajaran kimia lebih banyak dilakukan dengan cara ekspositori, sehingga membuat pembelajaran kimia membosankan dan menjadi salah satu penyebab menurunnya minat siswa SMK. Pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran yang hanya menekankan pada penyajian materi (Sanjaya, 2009; Hamalik, 2009). Salah satu sumber permasalahan yang ada adalah tidak tersedianya bahan ajar minyak bumi untuk prodi Teknik Otomotif yang isinya berhubungan langsung dengan materi kejuruan. Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 2 Yogyakarta berisi tentang materi kimia umum dengan urutan yang tidak sesuai dengan urutan pemberian materi yang diberikan oleh guru.
Teknik Otomotif merupakan salah satu bidang keahlian di SMK. Menurut Permendikbud No. 60 Tahun 2013, Teknik Otomotif termasuk ke dalam bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa. Siswa SMK Program Teknik Otomotif juga mempelajari kimia, fisika, dan gambar teknik sebagai mata pelajaran dasar kejuruan. Materi kimia di SMK Program Teknik Otomotif diperlukan agar siswa mengetahui dasar-dasar bahan bakar kendaraan. Bahan ajar kimia yang terintegrasi dengan
(19)
3
konteks kejuruan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kimia. Bahan ajar yang sesuai dengan konteks kejuruan akan meningkatkan minat dan ketertarikan siswa. Minat merupakan ketertarikan seseorang akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari bermakna bagi dirinya (Hamalik, 2004). Oleh karena itu, apabila materi pelajaran kimia relevan dengan kebutuhan siswa SMK, maka minat siswa SMK terhadap pembelajaran kimia akan meningkat. Minat ini sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Semakin besar minat siswa terhadap suatu materi pembelajaran, maka proses pembelajaran yang berlangsung juga akan semakin efektif. Minat memiliki 7 aspek, yaitu kesenangan, kebermaknaan, konsep diri, perhatian, ingatan, tanggapan, dan kemauan. Dengan demikian, topik yang sesuai dengan kebutuhan kejuruan siswa akan meningkatkan minat sehingga berdampak positif pada hasil belajar siswa SMK.
Penerapan bahan ajar yang teritegrasi dengan konteks kejuruan juga dapat mengembangkan literasi sains siswa. Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, 2006). Kompetensi sains meliputi empat aspek, yaitu: (1) pengetahuan; (2) memahami karakteristik-karakteristik sains; (3) perduli terhadap sains dan teknologi; dan (4) memiliki kemauan untuk berhubungan dengan persoalan sains (Bybee & McCrae, 2011). Kemampuan literasi sains menunjukkan bahwa siswa tidak hanya memahami konten kimia, tetapi juga dapat menerapkan pengetahuan pada konteks yang sesuai. Literasi sains memiliki lima dimensi besar (PISA, 2006), yaitu kompetensi, proses, sikap, konten, dan konteks. Selain itu, siswa SMK prodi Teknik Otomotif juga dapat memperluas wawasannya mengenai pengetahuan kejuruannya. Namun, berdasarkan observasi di SMK Negeri 2 Yogyakarta, pembelajaran kimia di SMK lebih banyak fokus terhadap penguasaan konten, belum memfasilitasi pengembangan literasi sains, kondisi tersebut
(20)
4
menyebabkan siswa SMK prodi Teknik Otomotif menganggap kimia tidak bermanfaat bagi kehidupannya.
Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk mengembangkan literasi sains adalah STS (Science Technology Society). Model pembelajaran STS ini diartikan sebagai suatu pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat (Poedjiadi, 2005). Model pembelajaran STS bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungan (Poedjiadi, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran STS dapat meningkatkan pengetahuan sains dan sikap terhadap sains (Akcay & Ackay, 2015).
Oleh karena itu, model STS dapat digunakan dalam pembelajaran kimia di SMK dengan menerapkan bahan ajar kimia yang terintegrasi dengan konteks kejuruan. Penelitian penerapan bahan ajar ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar kimia minyak bumi yang terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif dalam pembelajaran terhadap minat belajar dan literasi sains siswa SMK Negeri 2 Yogyakarta. Selain itu juga diperlukan untuk mengetahui tanggapan siswa SMK Negeri 2 Yogyakarta terhadap bahan ajar kimia yang digunakan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran kimia di SMK Negeri 2 Yogyakarta sebagai berikut. 1. Salah satu tujuan pendidikan kejuruan adalah siswa harus menguasai bidang
keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, namun jabaran Kompetensi Dasar (KD) kimia di SMK saat ini masih belum disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
2. Konteks dalam pembelajaran kimia di SMK harus sesuai dengan subjek kejuruan, tujuan, outcome, spesifikasi kejuruan, kualifikasi kejuruan, sifat dasar siswa dan
(21)
5
bagaimana gaya belajar siswa, namun guru belum menerapkannya terutama konteks dalam arti subjek kejuruan.
3. Konten kimia yang dibutuhkan siswa setiap jurusan berbeda, namun guru kimia di SMK Negeri 2 Yogyakarta belum membedakan penekanan konten kimia dalam pembelajaran kimia di Program Teknik Otomotif.
4. Tidak adanya penerapan bahan ajar kimia yang terintegrasi dengan konteks kejuruan sehingga menyulitkan guru untuk mewujudkan pembelajaran kimia yang bermakna bagi siswa SMK.
5. Bahan ajar yang tidak sesuai dengan konteks kejuruan menurunkan minat belajar kimia siswa SMK sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif dan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa tidak maksimal.
6. Pembelajaran kimia lebih banyak dilakukan dengan model ekspositori sehingga belum memfasilitasi pengembangan literasi sains siswa yang berakibat siswa SMK menganggap kimia tidak bermanfaat bagi kehidupannya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan suatu batasan masalah sebagai berikut.
1. Konteks dalam pembelajaran kimia di SMK harus disesuaikan dengan subjek kejuruan, namun guru masih belum menerapkannya.
2. Konten kimia yang dibutuhkan siswa SMK jurusan Teknik Otomotif berbeda dengan jurusan lainnya, namun guru kimia di SMK Negeri 2 Yogyakarta belum membedakan penekanan konten kimia dalam pembelajaran.
3. Tidak adanya penerapan bahan ajar kimia yang terintegrasi dengan konteks kejuruan sehingga menyulitkan guru di SMK Negeri 2 Yogyakarta untuk mewujudkan pembelajaran kimia yang bermakna.
(22)
6
4. Bahan ajar yang tidak sesuai dengan konteks kejuruan akan menurunkan minat belajar kimia dan literasi sains siswa SMK Negeri 2 Yogyakarta, sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh siswa tidak maksimal.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perbedaan antara minat belajar kimia siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan penerapan dan tanpa penerapan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif?
2. Bagaimanakah perbedaan literasi sains siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan penerapan dan tanpa penerapan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta terhadap bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif yang dikembangkan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis.
1. Perbedaan minat belajar kimia siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan penerapan dan tanpa penerapan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif.
2. Perbedaan literasi sains siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan penerapan dan tanpa penerapan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif.
3. Tanggapan siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta terhadap bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif yang dikembangkan.
(23)
7 F. Manfaat Penelitian
Penelitian penerapan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK program studi Teknik Otomotif ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.
1. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pengetahuan dalam penentuan kebijakan yang terkait dengan dunia pendidikan, khususnya mengenai kurikulum kimia di SMK yang sesuai dengan kebutuhan kejuruan siswa.
2. Bagi guru
Sebagai alternatif bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru-guru SMK program studi Teknik Otomotif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia.
3. Bagi siswa
Bahan ajar yang disusun diharapkan dapat meningkatkan minat dan literasi sains siswa pada pembelajaran minyak bumi.
4. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dalam membekali diri sebagai calon guru kimia serta memperoleh pengalaman penelitian secara ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal dalam mengajar.
(24)
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kurikulum Kimia di SMK
Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, pengalaman belajar, dan rencana program belajar (Mudlofir, 2011). Pengertian kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus ditempuh siswa mengandung makna bahwa seluruh mata pelajaran yang tercantum di dalam kurikulum harus ditempuh siswa sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan selanjutnya. Kemudian pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa kurikulum memuat seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dalam proses pembelajaran sekolah maupun diluar proses pembelajaran sekolah. Adapun pengertian kurikulum sebagai rencana program belajar mengandung makna bahwa kurikulum tidak hanya berisi tentang kegiatan pembelajaran, melainkan juga berisi tujuan pembelajaran dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui pencapaian yang diperoleh siswa.
Komponen dari kurikulum yang utama, yaitu tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi (Sukmadinata, 2009). Tujuan dalam kurikulum berguna sebagai pengarah semua kegiatan yang harus dilakukan.Isi atau materi berguna sebagai acuanyang digunakan untuk mencapai tujuan. Proses atau sistem penyampaian dan media dalam kurikulum merujuk pada metode, pendekatan, serta peralatan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun evaluasi digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan kurikulum yang telah ditetapkan.
Kurikulum kimia berisi tentang mata pelajaran kimia yang harus ditempuh siswa, pengalaman belajar kimia, dan rencana program pembelajaran kimia, dimana kurikulum memiliki empat komponen utama, yaitu tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian materi, dan evaluasi.
(25)
9 a. Struktur Kurikulum SMK
Berdasarkan Permendikbud nomor 60 Tahun 2014, kurikulum SMK dirancang dengan pandangan bahwa SMA dan SMK pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat memasuki pendidikan menengah. Oleh karena itu, struktur umum SMK sama dengan struktur umum SMA, yakni ada tiga kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok A, B, dan C. Mata pelajaran kelompok A dan kelompok C merupakan mata pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pemerintah pusat, sedangkan mata pelajaran kelompok B merupakan mata pelajaran yang dikembangkan oleh pemerintah pusat namun dapat dilengkapi dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah.
Mata pelajaran kelompok A bersifat wajib, meliputi pendidikan agama islam dan budi pekerti, pendidikan pancasila dan kewaranegaraan, bahasa Indonesia, matematika, sejarah Indonesia, dan bahasa Inggris. Mata pelajaran kelompok B bersifat wajib, meliputi seni budaya, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, serta prakarya dan kewirausahaan. Mata pelajaran kelompok C untuk SMK merupakan mata pelajaran peminatan dan vokasi. Kemudian bidang keahlian yang terdapat di SMK meliputi:
1) Teknologi dan Rekayasa
2) Teknologi Informasi dan Komunikasi 3) Kesehatan
4) Agribisnis dan Agroteknologi 5) Perikanan dan Kelautan 6) Bisnis dan Manajemen 7) Pariwisata
8) Seni Rupa dan Kriya 9) Seni Pertunjukkan
Spektrum keahlian SMK merupakan acuan dalam pembukaan dan penyelenggaraan bidang/program/paket keahlian pada SMK (Damarjati: 2016).
(26)
10
Bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa meliputi beberapa program keahlian, yaitu Teknik Bangunan, Teknik Pumbling dan Sanitasi, Teknik Survei dan Pemetaan, Teknik Ketenagalistrikan, Teknik Pendingin dan Tata Udara, Teknik Mesin, Teknik Otomotif, Teknologi Pesawat Udara, Teknik Perkapalan, dan lain-lain. Teknik Otomotif merupakan program studi dengan jumlah terbanyak dibandingkan program studi lainnya. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh Kemendikbud (Ditpsmk kemendikbud, 2016). Berdasarkan data tersebut, jumlah program studi yaitu sebanyak 3989. Paket keahlian yang terdapat pada program keahlian Teknik Otomotif adalah Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda Motor, Teknik Alat Berat, dan Teknik Perbaikan Bodi Otomotif.
b. Kedudukan Mata Pelajaran Kimia di SMK
Berdasarkan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014, materi pembelajaran kimia terdapat dalam bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa, Kesehatan, Agribisnis dan Agroteknologi, serta Perikanan dan Kelautan. Materi pembelajaran kimia di semua bidang keahlian hanya diberikan di kelas X dan kelas XI. Kemudian alokasi waktu untuk materi pembelajaran kimia yaitu 2 jam pelajaran per minggu.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014, mata pelajaran kimia termasuk ke dalam mata pelajaran kelompok C (Peminatan). Mata pelajaran kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian (kelompok C1), mata pelajaran Dasar Program Keahlian (kelompok C2), dan mata pelajaran Paket Keahlian (kelompok C3). Berdasarkan kelompok tersebut, mata pelajaran kimia termasuk ke dalam kelompok C1, yaitu dasar bidang keahlian. Mata pelajaran dan Kompetensi Dasar C1 merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh menteri. Mata pelajaran C1 diberikan agar siswa memahami dasar-dasar konten kejuruan dan mengetahui aplikasi dalam konteks kejuruan.
(27)
11 2. Pembelajaran Kimia di SMK
Hakim (Ristiyani & Bahriah, 2016) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan sebuah proses yang mampu membuat seseorang memahami maksud dari pengetahuan yang mereka peroleh. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari dua komponen yang saling berkaitan, yaitu proses belajar dan proses mengajar. Belajar merupakan suatu proses yang dapat mengubah tingkah laku seseorang, baik dalam bentuk peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan-keterampilan lainnya. Adapun mengajar adalah suatu kegiatan menyampaikan pengetahuan kepada orang lain guna mengubah tingkah laku orang tersebut.
Pembelajaran pada pendidikan kejuruan pada dasarnya tidak berbeda dengan lingkup pendidikan yang lain, kecuali dalam satu aspek, yaitu konteks (Faraday et al., 2011). Konteks ini merupakan integrasi sifat dasar subjek kejuruan, keadaan dimana pembelajaran berlangsung, tujuan dan outcome yang diinginkan yang disesuaikan dengan spesifikasi dan kualifikasi kejuruan, sifat dasar siswa dan bagaimana gaya belajar siswa. Integrasi sifat dasar subjek kejuruan artinya bahwa materi kimia yang diajarkan diintegrasi dengan konten mata pelajaran kejuruan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalis Kompetensi Dasar mata pelajaran kimia dan mengaitkannya dengan konten mata pelajaran kejuruan.
Pembelajaran pada pendidikan kejuruan dipengaruhi oleh kualitas dan keprofesionalan guru yang mengajar, kondisi infrastruktur sekolah sekolah, dan ketersediaan buku untuk membantu proses pembelajaran (Puyate, 2008). Ketersediaan buku yang kurang sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah kejuruan, terutama buku yang mengaitkan materi dengan konteks kejuruan yang dipilih siswa. Kurangnya keterkaitan konteks materi dengan kejuruan tentu akan menurunkan minat belajar siswa.
Pembelajaran kimia di SMK harus disesuiakan dengan konteks kejuruan siswa, dimana pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan bahan ajar yang terintegrasi
(28)
12
konteks kejuruan, sehingga kualitas pembelajaran kimia dan minat belajar kimia siswa juga akan meningkat.
3. Minat Belajar Kimia Siswa a. Hakikat Minat Belajar Kimia
Minat berkaitan dengan relevansi antara apa yang ia pelajari dengan kehidupannya (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007). Minat merupakan ketertarikan seseorang akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari bermakna bagi dirinya (Hamalik, 2004). Minat ini sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang diikuti siswa. Belajar kimia dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik, hal ini dikarenakan siswa merasa bahwa apa yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan dan memiliki manfaat bagi dirinya.
Minat adalah perasaan tertarik terhadap suatu topik yang sedang dibahas, atau
sering disebut dengan istilah “perhatian” (Winkel, 2009). Minat adalah suatu kecenderungan yang tetap untuk menaruh perhatian serta menyukai beberapa kegiatan atau bahan ajar tertentu (Suyono & Hariyanto, 2015). Siswa yang memiliki minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu (Slameto, 2013).
Apabila materi dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, maka minat siswa akan meningkat seiring dengan ketertarikan siswa terhadap materi tersebut. Untuk meningkatkan minat siswa, pembelajaran kimia tersebut harus dapat
“mengaktifkan” siswa, baik secara fisik (kegiatan laboratorium) maupun secara psikologis (berpikir dan mengadapi tantangan serta pertanyaan (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007). Selain itu, meningkatkan ketertarikan tersebut diiringi dengan meningkatnya ingatan siswa mengenai materi yang dipelajari. Hal ini sesuai
(29)
13
dengan pernyataan Sunday (2014) dan Djamarah (2008), yang menyatakan bahwa minat menjadi salah satu aspek terpenting dalam mendorong keberhasilan pembelajaran karena akan memunculkan ingatan yang baik bagi siswa.
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2003; Lucy, 2010). Keinginan yang besar terhadap sesuatu dapat terlihat dari ciri-ciri yang nampak. Apabila seseorang menginginkan sesuatu, maka orang tersebut akan cenderung menunjukkan keinginannya sehingga dapat terlihat.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai makna dari minat, dapat dinyatakan sebuah pemahaman baru bahwa minat adalah ketertarikan seseorang terhadap sesuatu yang baru dan terkait dengan kebutuhannya, sehingga memberikan kemungkinan untuk diberikannya perhatian, kemampuan berpikir dan ingatan yang besar terhadap sesuatu tersebut. Berdasarkan pengertian minat diatas, diperoleh 7 aspek minat, yaitu kesenangan, kebermaknaan. Konsep diri, perhatian, ingatan, tanggapan, dan kemauan.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Suyono & Hariyanto, 2015). Faktor internal itu antara lain adalah:
1) Kesehatan
Apabila kesehatan siswa baik, maka proses pembelajaran juga akan berlangsung baik. Misalnya, siswa sakit demam, maka konsentrasi belajar siswa akan menurun, dan tentu saja akan mengganggu minat belajar siswa. 2) Bakat
Seorang siswa yang berbakat akan suatu bidang, akan lebih mudah menyerap materi dan informasi yang berkaitan dengan bidang tersebut. Sehubungan dengan hal itu, bakat akan mempengaruhi hasil belajar bidang-bidang studi tertentu dan akan meningkatkan minat untuk mempelajari lebih lanjut.
(30)
14 3) Intelegensi
Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi siswa, akan semakin besar untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kemudian, dengan perolehan hasil belajar yang baik akan suatu materi, tentu saja minat belajar siswa akan timbul dan bertambah tentang materi tersebut.
Faktor eksternal yang mempengaruhi minat yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan tempat utama pembelajaran yang akan diperoleh anak. Lingkungan keluarga tersebut dapat berupa peran orangtua dan suasana rumah. Cara orang tua membelajarkan anak dapat berpengaruh terhadap minat belajar anak tersebut. Sementara itu, suasana rumah yang dapat meningkatkan minat belajar adalah suasana rumah yang mendukung dalam belajar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bahriah dan Abadi (2016); Asliyani, Rusdi dan Asrial (2014), serta pengertian minat menurut Slameto (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam pembelajaran kimia adalah sebagai berikut.
1) Metode pembelajaran yang tidak membosankan.
Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan minat belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Bahriah dan Abadi (2016) membuktikan bahwa metode pembelajaran yang tidak membosankan membuat minat siswa menjadi meningkat.
2) Bahan ajar yang menarik.
Bahan ajar yang menarik sangat mempengaruhi minat siswa dalam proses pembelajaran. Apabila bahan ajar tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan tertarik untuk belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asliyani et al. (2014) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang
(31)
15
menarik dan mudah dipahami dapat menumbukan sikap positif seperti minat dan sesuatu yang berhubungan dengan bidang keahlian siswa.
3) Materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Slameto (2013) menyatakan bahwa mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Oleh karena itu, dengan adanya keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan dirinya sendiri akan membuat siswa merasa bahwa materi pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
Minat memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhinya, yaitu kesehatan, bakat, intelegensi, metode pembelajaran yang tidak membosankan, bahan ajar yang menarik, dan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Bahan ajar yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa merupakan faktor yang sangat mempengaruhi minat belajar kimia siswa, dimana bahan ajar ini dapat diberikan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
c. Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa SMK
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa yaitu menarik perhatian siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan hobi siswa, menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan suatu berita sensasional yang kebanyakan sudah diketahui siswa, dan memberikan insentif kepada siswa (Slameto, 2013). Adapun penjelasan setiap cara adalah sebagai berikut.
1) Menarik perhatian siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan hobi siswa.
Sesuatu yang berkaitan dengan hobi siswa tentu akan meningkatkan minat siswa. Oleh karena itu, guru sebaiknya memberikan apersepsi kepada siswa berupa kaitan antara materi pembelajaran dengan hobi tersebut. Misalnya, seorang siswa yang hobi memasak, sebelum mengajarkan materi kenaikan
(32)
16
titik didih, guru dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan perubahan titik didih air apabila ditambahkan garam, yang kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pembelajaran yang sesungguhnya.
2) Menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan suatu berita sensasional yang kebanyakan sudah diketahui siswa.
Salah satu cara meningkatkan minat siswa yaitu dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan suatu berita sensasional. Misalnya, berita sensasional yang sudah umum diketahui yaitu mengenai kopi sianida. Seorang guru dapat menggunakan berita mengenai sianida tersebut yang kemudian dikaitkan dengan materi hakikat ilmu kimia mengenai bahaya senyawa kimia.
3) Memberikan insentif kepada siswa.
Insentif merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk membuat siswa ingin mempelajari kimia. Insentif ini dapat berupa hadiah-hadiah, yang dapat diberikan jika siswa dapat melakukan suatu percobaan dengan baik atau memperoleh nilai kimia tertinggi dikelasnya. Namun, pemberian insentif ini harus disesuaikan dengan diri siswa masing-masing.
4. Literasi Sains
a. Definisi Literasi Sains
PISA pada tahun 2006 mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Bybee & McCrae, 2011). Kemampuan menggunakan pengetahuan sains dapat digunakan agar dapat membedakan sesuatu yang berkaitan dengan sains dan non-sains. Selain itu, kemampuan tersebut tidak hanya digunakan untuk memahami alam dan perubahannya, melainkan juga dapat digunakan untuk
(33)
17
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan orang lain dan lingkungannya.
Miler mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan membaca dan menulis tentang sains dan teknologi (Toharudin, 2011). Seseorang yang memiliki kemampuan membaca dan menulis tentang sains dan teknologi dapat dipresentasikan bahwa orang tersebut paham mengenai sains dan teknologi. Sains dan teknologi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan, terutama untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
Siswa yang memiliki kemampuan literasi sains dan teknologi adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya (Poedjadi, 2005). Literasi sains berarti mampu menerapkan konsep-konsep yang diperoleh siswa di sekolah dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Konsep tersebut juga harus dikaitkan dengan konteks aplikasinya, agar siswa dapat mengaitkan pengetahuan sains yang diperoleh dengan fenomena-fenomena alam tersebut.
Literasi kimia menjadi bagian dari literasi sains dalam proses pembelajaran kimia. Salah satu literasi kimia yang dapat ditunjukkan adalah siswa SMK Kejuruan Teknik Otomotif tidak hanya dapat menerima teori minyak bumi, namun juga mampu mengkonstruksi pemahaman berdasarkan fenomena dan proses ilmiah. Siswa tidak hanya memahami pengertian dari minyak bumi, melainkan juga aplikasinya dalam berbagai konteks kehidupan terutama pada konteks kejuruannya.
b. Ruang Lingkup Literasi Sains
PISA pada tahun 2006 menetapkan 3 dimensi besar literasi sains, yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains (Faraday et al., 2011). Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk dapat memahami fenomena alam dan berbagai perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
(34)
18
aktivitas manusia. Konten sains yang dapat dikaji misalnya fraksinasi minyak bumi, bensin (gasoline), solar, dan minyak pelumas.
Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika siswa menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah. Aspek-aspek yang termasuk ke dalam proses sains adalah mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Aspek mengidentifikasi isu ilmiah misalnya menunjukkan logam-logam yang terdapat di dalam oli bekas, aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah misalnya menjelaskan cara mendaur ulang oli bekas, dan aspek menggunakan bukti ilmiah misalnya menjelaskan dampak yang akan ditimbulkan dari pembuangan oli bekas. Adapun konteks aplikasi sains melibatkan isu-isu yang sangat penting dalam kehidupan secara umum. Dalam hal ini konteks aplikasi yang digunakan misalnya Teknik Otomotif.
5. Bahan Ajar Kimia
a. Definisi Bahan Ajar Kimia
Bahan ajar kimia adalah sumber belajar dengan materi pelajaran kimia yang memiliki peranan penting untuk menunjang proses pembelajaran. Menurut Widodo dan Jasmadi (Lestari, 2013), bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Oleh karena itu, bahan ajar merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bahan ajar yang inovatif dapat meningkatkan mutu pembelajaran (Gultom, 2015). Hal ini dikarenakan apabila seorang guru terlalu terpaku dengan bahan ajar yang sederhana tanpa kreatifitas, maka kegiatan pembelajaran akan menjadi membosankan. Dengan kondisi pembelajaran yang tidak membosankan, maka akan membuat proses pembelajaran menjadi efektif dan meningkatkan literasi sains siswa,
(35)
19
sehingga mutu pembelajaran akan meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan.
Bahan ajar yang baik harus memiliki relevansi (Kapici & Funda, 2015). Relevansi artinya memiliki keterkaitan baik dengan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, maupun konteks kejuruan siswa. Misalnya, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa mengetahui fakta mengenai minyak bumi, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta mengenai minyak bumi.
Penerapan bahan ajar yang teritegrasi dengan konteks kejuruan juga dapat meningkatkan literasi sains siswa. Literasi sains meliputi kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pemahaman sains dalam kehidupan nyata (Bybee & McCrae, 2011). Oleh karena itu, dengan adanya bahan ajar yang terintegrasi dengan konteks kejuruan akan membuat siswa dapat mengaplikasikan materi ke dalam kehidupan nyata. Hal ini menyebabkan siswa lebih memperoleh pemantapan konsep dari materi, sehingga dapat meningkatkan literasi sainsnya.
Bahan ajar memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran, dimana dapat meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran. Bahan ajar yang baik harus memiliki relevansi dengan konteks kejuruannya, sehingga dapat meningkatkan literasi sains siswa. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap bahan ajar yang digunakan, diberikan angket tanggapan terhadap bahan ajar yang aspeknya dielaborasi dari Badan Standar Nasional Pendidikan (2014), yaitu komponen penyajian bahan ajar, komponen kelayakan isi bahan ajar, komponen kebahasaan bahan ajar, komponen integrasi konteks kejuruan, komponen keterbacaan bahan ajar, kebermaknaan bahan ajar serta manfaat bahan ajar.
b. Manfaat Bahan Ajar Kimia
Bahan ajar merupakan salah satu bentuk media instruksional yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Kemp dan Dayton (Trisnaningsih, 2007),
(36)
20
mengidentifikasi manfaat penggunaan media instruksional dalam proses pembelajaran, yaitu dapat:
1) menyeragamkan penyampaian materi pembelajaran, 2) membuat proses instruksional menjadi lebih menarik, 3) membuat proses belajar siswa menjadi lebih interaktif, 4) mengurangi jumlah waktu belajar-mengajar,
5) meningkatkan kualitas belajar siswa,
6) meningkatkan sikap positif siswa terhadap bahan belajar maupun terhadap proses belajar itu sendiri.
Bahan ajar memiliki dua fungsi, yaitu bagi guru dan bagi siswa. Menurut Lestari (2013), fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Adapun bagi siswa akan menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari.
Penyediaan bahan ajar cukup menunjang terhadap pelaksanaan pembelajaran, berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Merujuk pada perlunya guru menggunakan berbagai bahan ajar, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi bahan ajar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut (Komalasari, 2013).
1) Sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran 2) Mengatasi keterbatasan pengalaman belajar
3) Memungkinkan keseragaman pengamatan 4) Menanamkan konsep baru
5) Membangkitkan minat siswa 6) Membangkitkan motivasi siswa 7) Memberikan pengalaman menyeluruh.
(37)
21
Berdasarkan beberapa manfaat dari bahan ajar, diketahui bahwa bahan ajar memilliki peranan bagi guru, bagi siswa, dan dalam proses pembelajaran. Selain itu, manfaat lain dari penggunaan bahan ajar yaitu dapat meningkatkan minat belajar dan literasi sains siswa.
6. Model Pembelajaran STS
a. Hakikat Model Pembelajaran STS
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran ini berfungsi sebagai pedoman bagi pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran (Trianto, 2010). Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk mengembangkan literasi sains adalah STS (Ackay & Ackay, 2015). Model pembelajaran STS diartikan sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.
Mikdar (Wati, Karyanto, & Santosa, 2014) menyatakan bahwa model pembelajaran STS dilandasi oleh teori konstruktivisme yang menekankan pada pengembangan konsep dan struktur kognitifnya secara mandiri oleh siswa. Model pembelajaran tersebut menekankan agar siswa dapat berpikir, menilai, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Model pembelajaran STS bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungan (Poedjiadi, 2005).
Bakar mengatakan bahwa pelaksanaan model STS ditujukan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah yang telah diidentifikasi. STS dimulai dengan masalah nyata dan rasa kepedulian (Wati et al., 2014). Siswa fokus pada masalah dan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah kehidupan mereka.
(38)
22
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akcay & Akcay (2015), model pembelajaran STS dapat pengetahuan sains siswa.
b. Sintaks Model Pembelajaran STS
Model pembelajaran STS menurut Smarabawa (2013) merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan isu-isu sains yang ada di lingkungan sekitar siswa untuk dibahas dalam pembelajaran. Model pembelajaran STS meliputi 5 tahapan (Poedjiadi, 2005). Adapun penjelasan setiap tahapan adalah sebagai berikut.
1) Fase 1 (tahap apersepsi/inisiasi)
Tahap apersepsi merupakan kegiatan yang merupakan jembatan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari (Sanjaya, 2016). Tahapan ini memperlihatkan siswa mengenai hubungan antara pengetahuan yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Selain itu, tahap apersepsi juga dapat dilakukan dengan menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini dapat membuat siswa merasa lebih dekat dan lebih percaya diri dalam proses pembelajaran.
2) Fase 2 (tahap pembentukan konsep)
Tahap pembentukan konsep dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan dan metode (Poedjiadi, 2005). Pendekatan yang dapat digunakan misalnya pendekatan konseptual, pendekatan kontekstual, pendekatan sejarah, dan lain-lain. Adapun metode yang dapat digunakan misalnya metode diskusi, demonstrasi, ceramah, dan lain-lain. Metode yang digunakan sangat mempengaruhi konsep yang akan dibentuk siswa. Dengan pendekatan dan metode yang sesuai akan membuat siswa terhindar dari adanya miskonsepsi atau salah konsep.
(39)
23
3) Fase 3 (tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah)
Pada tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, siswa melakukan analisis isu atau penyelesaian masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan (Poedjiadi, 2005). Konsep-konsep yang telah dipahami siswa sebelumnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membuat siswa lebih memantapkan konsep yang telah diperoleh sebelumnya. 4) Fase 4 (tahap pemantapan konsep)
Pemantapan konsep dilakukan melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting dalam bahan kajian tertentu (Poedjiadi, 2005). Pemantapan konsep dilaksanakan di akhir pembelajaran. Hal ini dapat menyebabkan daya ingat siswa akan kata kunci pada konsep tersebut dapat bertahan lama.
5) Fase 5 (tahap penilaian)
Tahap penilaian dilakukan agar dapat diketahui pengetahuan siswa atas materi yang telah dipelajari.
Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran STS harus menerapkan tahapan-tahapan yang ada di dalamnya secara berurutan, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dan literasi sains siswa juga dapat meningkat.
7. Materi Minyak Bumi untuk SMK Program Teknik Otomotif
Berdasarkan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014, Kompetensi Dasar (KD) materi minyak bumi di SMK terdiri atas 2, yaitu memahami proses pembentukan dan teknik pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi serta kegunaannya dan memahami dampak pembakaran senyawa hidrokarbon terhadap lingkungan dan kesehatan serta cara mengatasinya. KD mengenai minyak bumi didahului oleh KD materi struktur dan sifat senyawa hidrokarbon. Kemudian materi minyak bumi di SMK juga disertai dengan beberapa percobaan yang disesuaikan dengan KDnya.
(40)
24
Minyak bumi adalah campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon dan merupakan sumber daya energi terbesar di Indonesia (Purwono & Murachman, 2012). Berdasarkan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014, materi minyak bumi yang sesuai dengan SMK program studi Teknik Otomotif adalah dasar-dasar fraksinasi minyak bumi, bensin (gasoline), solar, dan pelumas. Fraksi-fraksi minyak bumi lebih menekankan pada proses pembuatan dari fraksi-fraksinya. Kemudian untuk bensin, solar, dan pelumas lebih menekankan pada karakteristik dan dampak pembakarannya.
Materi dasar-dasar fraksinasi minyak bumi berisi tentang proses pembentukan minyak bumi, komposisi minyak bumi, dan pengolahan minyak bumi. Pengolahan minyak bumi terdiri dari dua tahapan, yaitu tahapan pertama dan tahapan kedua. Tahapan pertama merupakan tahapan pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi dengan cara distilasi bertingkat, sedangkan tahapan kedua merupakan tahapan lanjutan yang terdiri dari beberapa proses, yaitu cracking (perengkahan), ekstraksi, dan treating (pembersihan dari kontaminasi).
Materi bensin (gasoline) membahas tentang karakteristik bensin, kualitas bensin, jenis-jenis bensin, serta reaksi pembakaran bensin dan dampaknya. Karakteristik bensin dapat ditentukan secara fisika maupun kimia. Kualitas bensin dapat diketahui berdasarkan angka oktannya, semakin tinggi angka oktan maka kualitas bensin juga akan semakin baik, sehingga pertamax plus dengan angka oktan 95 merupakan jenis bensin dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan jenis bensin lainnya. Reaksi pembakaran bensin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembakaran sempurna dan pembakaran tidak sempurna. Gas buang hasil pembakaran tersebut dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi lingkungan, salah satunya yaitu efek rumah kaca.
Materi solar memuat tentang karakteristik solar, kualitas solar, jenis-jenis solar, reaksi pembakaran dan dampaknya, serta bahan bakar alternatif. Seperti halnya bensin, solar dapat diketahui kualitasnya dengan melihat angka cetana solar. Solar
(41)
25
dengan angka cetana yang tinggi, artinya solar tersebut memiliki kualitas yang baik. Solar mengandung sulfur, yang pada reaksinya akan dihasilkan gas SO2. Gas ini sangat berbahaya apabila terhirup oleh manusia. Selain itu, solar dapat digantikan dengan bahan bakar alternatif yang berasal dari alam, yaitu biodiesel.
Materi minyak pelumas berisi tentang karakteristik minyak pelumas, kualitas minyak pelumas, jenis-jenis minyak pelumas, serta proses dan manfaat minyak pelumas. Kualitas minyak pelumas dapat dilihat berdasarkan kekentalan (viscocity) maupun warnanya. Apabila kualitas minyak pelumas sudah menurun, maka minyak pelumas tersebut dapat didaur ulang agar dapat digunakan lebih lanjut.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Icha Kurnia Wati, Puguh Karyanto, dan Slamet Santosa (2013) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013” menunjukkan bahwa model pembelajaran STS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Metode yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan desain posttest only non equivalent group design. Relevansi dengan penelitian ini adalah model pembelajaran STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Behiye Ackay dan Hakan Ackay (2015) yang
berjudul “Effectiveness of Science-Technology-Society (STS) Instruction on Student Understanding of the Nature of Science and Attitudes toward Science” menunjukkan bahwa model pembelajaran STS meningkatkan pemahaman siswa mengenai sains. Hal ini ditunjukkan dengan hasil Signifikansi (Sig.) dengan menggunakan uji t yaitu 0,000. Relevansi dengan penelitian ini yaitu model pembelajaran STS dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai sains.
Penelitian yang dilakukan oleh Katrin Vaino, Jack Holbrook, dan Miia Rannika
(42)
26
Chemistry thoughts Use of Context-Based Learning Modules” menunjukkan bahwa penggunaan modul pembelajaran yang berbasis konteks dapat meningkatkan motivasi siswa, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Hal ini ditunjukkan dengan respon siswa yang menggunakan modul lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan modul. Relevansi dengan penelitian ini yaitu modul pembelajaran yang berbasis konteks dapat meningkatkan motivasi siswa, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah minat.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan menengah di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Perbedaan pembelajaran di SMA dan SMK terletak pada konteks. Konteks ini merupakan integrasi sifat dasar subjek kejuruan, keadaan dimana pembelajaran berlangsung, tujuan dan outcome yang diinginkan yang disesuaikan dengan spesifikasi dan kualifikasi kejuruan, sifat dasar siswa dan bagaimana gaya belajar siswa.
Mata pelajaran kimia juga seharusnya disesuaikan dengan konteks kejuruan. Konteks kejuruan siswa menjadi salah satu acuan dalam pemilihan dan pemetaan konten kimia. Konten kimia yang dibutuhkan siswa di setiap program studi berbeda-beda. Kemudian, apabila konten ini sesuai dengan kebutuhan dan kejuruan yang dipilih oleh siswa SMK, maka akan meningkatkan minat dan literasi sains siswa SMK.
Oleh karena itu, bahan ajar kimia yang terintegrasi dengam konteks kejuruan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kimia. Bahan ajar yang sesuai dengan konteks kejuruan akan meningkatkan minat dan ketertarikan serta dapat mengembangkan literasi sains siswa SMK. Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk mengembangkan literasi sains adalah STS (Science Technology Society). Model pembelajaran STS dapat meningkatkan pengetahuan siswa mengenai sains dan sikap terhadap sains.
(43)
27 D. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Hipotesis Statistik
H01 : Tidak terdapat perbedaan minat belajar kimia siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif.
Ha1 : Terdapat perbedaan minat belajar kimia siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif.
H02 : Tidak terdapat perbedaan tingkat literasi sains siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif.
Ha2 : Terdapat perbedaan tingkat literasi sains siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta dengan menerapkan bahan ajar kimia minyak bumi terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif.
2. Hipotesis Deskriptif
Ha3 : Tanggapan siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarya terhadap bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif yang dikembangkan dapat dikategorikan baik.
(44)
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimen. Desain Quasi Experimental atau desain eksperimen semu yang digunakan adalah pretest-posttest design (Cresswel, 2008). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan pretest-posttest. Pada desain tersebut, siswa diberikan pretest sebelum perlakuan dan posttest setelah perlakuan. Selain itu, diberikan angket sebelum pretest dan posttest. Diagram alur disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alur Desain Penelitian Pengetahuan Awal
Kelas Kelas Kontrol
Angket Minat Angket Minat
pretest pretest
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Bahan Ajar Terintegrasi Konteks
Kejuruan
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Bahan Ajar Kimia Umum
Angket Minat
posttest Angket Tanggapan Bahan
Angket Minat
posttest
(45)
29 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan dalam pembelajaran minyak bumi di program Teknik Otomotif.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat belajar kimia siswa dalam proses pembelajaran dan literasi sains siswa.
a. Minat belajar kimia siswa terhadap pembelajaran kimia dinyatakan dalam bentuk skor angket minat yang terdiri dari 7 aspek, yaitu kesenangan, kebermaknaan, konsep diri, perhatian, ingatan, tanggapan dan kemauan.
b. Literasi sains siswa yaitu hasil belajar kognitif siswa yang diukur dengan tes literasi sains dengan empat dimensi dengan materi pokok minyak bumi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 program Teknik Otomotif di SMK Negeri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 sejumlah 115 siswa.
2. Sampel Penelitian
Jumlah sampel yang diambil sejumlah 61 siswa dari dua kelas. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Langkah penentuan sampel penelitian:
a. Sebelum melakukan sampling, melakukan uji kesetaraan seluruh siswa kelas XI Program Studi Teknik Otomotif dengan menganalisis pengetahuan awal kimia dan karakteristik siswa.
(46)
30
c. Berdasarkan uji beda pengetahuan awal, diperoleh dua kelas yang setara, sehingga dua kelas ini diacak untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berdasarkan langkah tersebut, diperoleh kelas XI TKR 1 dengan siswa sebanyak 31 orang sebagai kelas kontrol dan kelas XI TKR 2 dengan siswa sebanyak 30 orang sebagai kelas eksperimen.
D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen perlakuan dan instrumen pengambilan data.
a. Instrumen Perlakuan 1)Kelas Eksperimen
Instrumen perlakuan untuk kelas eksperimen adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan ajar kimia minyak bumi yang terintegrasi konteks kejuruan yang disusun oleh Fachrunnisa Fulan Anggraini. RPP dan LKS dikembangkan menjadi 3 pertemuan dengan model STS dan dikaitkan dengan konteks kejuruan siswa. Instrumen RPP kelas eksperimen tertera pada Lampiran 1 dan LKS kelas eksperimen tertera pada Lampiran 3.
2)Kelas Kontrol
Instrumen perlakuan untuk kelas kontrol adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan ajar kimia umum. RPP dan LKS dikembangkan menjadi 3 pertemuan dengan model STS dan disesuaikan dengan bahan ajar yang digunakan. Instrumen RPP kelas kontrol tertera pada Lampiran 2 dan LKS kelas kontrol tertera pada Lampiran 4.
(47)
31 b. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data terdiri dari lembar angket minat belajar kimia siswa, angket tanggapan terhadap bahan ajar, soal-soal literasi sains materi minyak bumi, dan lembar observasi pembelajaran.
1) Angket Minat Belajar Kimia Siswa
Angket minat belajar kimia siswa memiliki 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Pemberian skor jawaban adalah 4, 3, 2, 1 pada pernyataan positif dan pernyataan yang negatif diberi skor 1, 2, 3, 4. Kisi-kisi angket minat belajar kimia siswa tertera pada Tabel 1 dan instrumen secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Kimia Siswa
No Aspek Minat Nomor Butir Jumlah
Positif Negatif 1.
Kesenangan dalam mengikuti pembelajaran
kimia
1,3,21,24,41 15,17,49 8 2. Kebermaknaan materi
pembelajaran 2,20,42 27,29,32 6
3. Konsep diri dalam kimia 5,10,13,25,3
1,36 18,19,43,46 10 4. Perhatian dalam mengikuti
pembelajaran kimia 16,37
8,12,23,35,4
4 7
5. Kemampuan mengingat
dalam pembelajaran kimia 28,30,33 7,9,14,40 7 6.
Tanggapan selama mengikuti pembelajaran
kimia
34 22,26,39,47 5
7. Kemauan mengikuti
pembelajaran kimia 4,6,11,38,48 45 6
(48)
32 2) Angket Tanggapan terhadap Bahan Ajar
Angket tanggapan bahan ajar merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan yang digunakan dalam proses pembelajaran pada kelas eksperimen. Angket berisi sejumlah pernyataan yang menunjukkan tanggapan siswa selama menggunakan bahan ajar. Angket tanggapan bahan ajar terdiri dari 28 butir pernyataan yang masing-masing pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Pemberian skor jawaban adalah 4, 3, 2, 1 pada pernyataan positif dan pernyataan yang negatif diberi skor 1, 2, 3, 4. Kisi-kisi instrumen angket minat belajar dapat dilihat pada Tabel 2 dan instrumen secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Tanggapan terhadap Bahan Ajar
No Aspek Minat Nomor Butir Jumlah
Positif Negatif
1. Komponen penyajian bahan ajar 9,19,24 1,16 5 2. Komponen kelayakan isi bahan
ajar 2,18,23 6 4
3. Komponen kebahasaan bahan
ajar 7 17 2
4. Komponen integrasi konteks
kejuruan 15,25 2
5. Komponen keterbacaan bahan
ajar 8,13,26 5 4
6. Kebermaknaan bahan ajar 3,14,20,21,2
7 4,12 7
7. Manfaat bahan ajar 10,22 11 3
Jumlah 15 12 27
3) Tes Literasi Sains Minyak Bumi
Tes literasi sains minyak bumi dikembangkan berdasarkan 3 aspek literasi sains menurut PISA tahun 2006, yaitu konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. Konten sains yang digunakan yaitu materi minyak bumi dalam Teknik Otomotif.
(49)
33
Konteks sains yang digunakan yaitu konteks kejuruan Teknik Otomotif. Adapun proses sains yang digunakan yaitu keterampilan yang dimiliki siswa berkaitan dengan metode ilmiah. Kisi-kisi tes literasi sains minyak bumi dapat dilihat pada Tabel 3 dan instrumen secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 7.
4) Lembar Observasi Pembelajaran
Observasi yang digunakan merupakan observasi langsung dimana pengamatan terhadap gejala dan proses yang terjadi langsung diamati oleh observer. Observasi dilakukan oleh 1 orang observer. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa, tingkat partisipasi dalam kegiatan pembelajaran, proses kegiatan yang dilakukan, kemampuan serta hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Kisi-kisi lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4 dan instrumen secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi
No Komponen Tahapan yang diamati No. Item
1 Aktivitas Siswa Inisiasi 1a, b, c
Pembentukan Konsep 2a, b Pemahaman Konsep 3a, b, c, d Pemantapan Konsep 4a, b, c
(50)
34
Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Literasi Sains Minyak Bumi KONTEN
KIMIA
PROSES
IINDIKATOR PENCAPAIAN LITERASI SAINS
NO. BUTI R SOAL Kompetensi Proses Sains
Indikator Proses Sains
Fraksinasi Minyak Bumi
Mengidentifikasi isu ilmiah
Mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah
Menunjukkan komponen utama yang terkandung di dalam minyak bumi
1a Menjelaskan
fenomena secara ilmiah
Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat
Menjelaskan prinsip pemisahan minyak bumi 1b Memprediksi perubahan berdasarkan
fenomena
Memprediksi wujud dan jumlah rantai karbon yang dihasilkan pada suhu 150C
1c Menggunakan bukti
ilmiah
Merumuskan kesimpulan berdasarkan tafsiran terhadap bukti ilmiah
Menjelaskan hubungan antara panjang rantai karbon, titik didih, dan wujud dari komponen minyak bumi
1d Bensin
(Gasoline)
Mengidentifikasi isu ilmiah
Mengenali isu yang mungkin diselidiki secara ilmiah
Menjelaskan hubungan antara harga bensin dengan angka oktan dari jenis-jenis bensin
2a Menjelaskan
fenomena secara ilmiah
Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat
Menjelaskan cara penentuan angka oktan bensin 2b
Menggunakan bukti ilmiah
Merumuskan kesimpulan berdasarkan tafsiran terhadap bukti ilmiah
Menjelaskan hubungan antara angka oktan dengan kualitas bensin
2c Mengidentifikasi isu
ilmiah
Mengidentifikasi fitur-fitur kunci penyelidikan ilmiah
Menyebutkan zat aditif yang dapat digunakan untuk meningkatkan angka oktan
3a Menjelaskan
fenomena secara ilmiah
Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat
Menjelaskan penyebab larangan penggunaan timbal pada bahan bakar
3b
Solar Mengidentifikasi isu ilmiah
Mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi secara ilmiah
Menunjukkan unsur yang terkandung di dalam solar yang menyebabkan gas buang solar berwarna hitam
4a Menjelaskan
fenomena secara ilmiah
Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat
Menjelaskan perbedaan ketiga jenis solar 4b Menerapkan ilmu pengetahuan dalam
situasi tertentu
(51)
35 Minyak Pelumas Menjelaskan fenomena secara ilmiah
Menerapkan ilmu pengetahuan dalam situasi tertentu
Menjelaskan penyebab oli kendaraan menghitam dan mengental
5a
Menggunakan bukti ilmiah
Mengidentifikasi asumsi, bukti, alasan yang mendasari suatu kesimpulan
Menunjukkan cara mengetahui kelayakan penggunaan oli
5b Mengidentifikasi isu
ilmiah
Mengidentifikasi fitur-fitur kunci penyelidikan ilmiah
Menunjukkan logam-logam yang terkandung di dalam oli bekas
6a Menjelaskan
fenomena secara ilmiah
Menerapkan ilmu pengetahuan dalam situasi tertentu
Menjelaskan cara mendaur ulang oli bekas 6b
Menggunakan bukti ilmiah
Merefleksikan implikasi sosial dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Menjelaskan dampak-dampak yang akan ditimbulkan dari pembuangan oli bekas
6c
Hidrokarbon Mengidentifikasi isu ilmiah
Mengidentifikasi isu yang mungkin diselidiki secara ilmiah
Mengidentifikasi isu ilmiah yang ditemukan di dalam narasi
7a Menjelaskan
fenomena secara ilmiah
Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat
Menunjukkan reaksi yang dihasilkan dari pengolahan minyak jarak dan minyak ketela
7b Memprediksi perubahan berdasarkan
fenomena
Memprediksikan sifat dan karakteristik dari premium murni dengan premium hasil campuran dengan minyak ketela
7c
Mengidentifikasi isu ilmiah
Mengenali isu yang mungkin diselidiki secara ilmiah
Menemukan satu pernyataan mengenai pembakaran minyak bumi yang dapat diselidiki secara ilmiah
8a Menjelaskan
fenomena secara ilmiah
Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang tepat
Menjelaskan penyebab pembakaran bahan bakar minyak bumi dijadikan faktor utama munculnya gas efek rumah kaca
8b
Menentukan jumlah gas CO2 yang dihasilkan jika
dibakar secara sempurna 1L bensin
(52)
36 2. Analisis Instrumen Penelitian
a. Pembuktian Validitas Teoretik
Pembuktian validitas teoretik yang dilakukan adalah validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis melalui expert judgement yang melibatkan dua ahli pembelajaran kimia. Validitas tampang dengan mengkonsultasikan penampilan dan penyajian instrumen pada satu guru kimia SMK. Validitas teoretik dilakukan terhadap instrumen tes literasi sains minyak bumi dan angket minat belajar kimia.
Berdasarkan hasil validasi logis, diperoleh beberapa saran sebagai berikut. 1) RPP perlu pencermatan terutama pada bagian indikator, tujuan
pembelajaran, metode, dan penilaian. Pemilihan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran perlu pencermatan kembali. Kemudian bagian variabel terikat seharusnya dimuat dalam indikator dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya teknik penilaian disesuaikan dengan variabel terikat, yaitu aspek-aspek minat seperti kesenangan, konsep diri, perhatian, ingatan, tanggapan dan kemauan.
2) LKS diperbaiki sesuai saran, yaitu beberapa pertanyaan dalam LKS perlu difokuskan pada jawaban yang dikehendaki, petunjuk dan arahan perlu diperjelas, dan gambar serta tulisan dalam LKS dibuat lebih mudah terbaca. 3) Instrumen literasi sains dan minat belajar kimia diperbaiki sesuai saran.
Untuk instrumen literasi sains, soal nomor 2a, 7a, dan 8b perlu pencermatan dalam hal jawaban yang sesuai. Kemudian untuk instrumen angket minat belajar kimia, aspek mengingat diganti dengan kemampuan mengingat dan butir pernyataan nomor 33 dan 38 dicermati serta disesuaikan dengan aspek minat.
Setelah dilakukan revisi oleh ahli diketahui bahwa instrumen telah layak digunakan.
(53)
37 b. Pembuktian Validitas Empiris
Validitas empiris dilakukan dengan mengujicobakan instrumen pada siswa kelas XII di luar sampel penelitian. Validitas empiris dilakukan terhadap instrumen angket minat belajar kimia. Instrumen literasi sains tidak dilakukan uji empiris dikarenakan keterbatasan responden untuk melakukan uji coba tersebut. Salah satu syarat responden untuk melakukan uji coba instrumen yaitu siswa telah mengikuti pembelajaran yang terintegrasi konteks kejuruan.
1) Validitas Instrumen Angket Minat Belajar Kimia
Pada penelitian ini, pengujian validitas instrumen menggunakan teknik Corrected Item-Total Correlation dengan program SPSS for Windows (SPSS 16.0 for Windows) (Yamin &Kurniawan, 2009). Item angket dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi > 0,3 (Widoyoko, 2012). Berdasarkan analisis dari 49 item, 32 item angket dinyatakan valid. Data analisis validitas angket minat belajar kimia selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
2) Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar
Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen menggunakan teknik
Cronbach’s Alpha dengan program SPSS for Windows (Yamin &Kurniawan,
2009). Koefisien yang dihasilkan selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria dari Guilford yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi
0,00 « r < 0,20 Sangat Rendah 0,20 « r < 0,40 Rendah 0,40 « r < 0,60 Sedang/Cukup 0,60 « r < 0,80 Tinggi 0,80 « r < 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Widoyoko (2012)
Berdasarkan hasil penelitian Christian & Yezierski (2012), suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,3. Koefisien reliabilitas angket minat belajar kimia yang diperoleh sebesar 0,891.
(54)
38
Berdasarkan klasifikasi koefisien reliabilitas pada Tabel 5, maka reliabilitas angket minat belajar kimia termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa angket minat belajar kimia bersifat reliabel, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Data analisis reliabilitas angket minat belajar kimia selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua macam data, yaitu data minat siswa dan data literasi sains siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:
a. Teknik Angket
Pengambilan data dikumpulkan secara kuantitatif dengan pemberian angket minat belajar kimia dan angket tanggapan terhadap bahan ajar. Angket minat belajar kimia diberikan 2 kali, yaitu sebelum pemberian pretest literasi sains dan sebelum pemberian posttest literasi sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan angket tanggapan terhadap bahan ajar diberikan setelah proses pembelajaran pada kelas eksperimen.
b. Teknik Tes
Pengambilan data dengan menggunakan teknik tes untuk mengumpulkan data literasi sains siswa dengan memberikan soal uraian dengan materi minyak bumi. Data diambil 2 kali, yaitu setelah pemberian angket minat belajar kimia awal dan setelah pemberian angket minat belajar kimia akhir.
c. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran. Pada penelitian ini digunakan teknik observasi untuk mengamati minat siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan bahan ajar kimia terintegrasi konteks kejuruan.
(55)
39 E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisis yang digunakan adalah n-gain, uji Prasyarat hipotesis, dan uji-t untuk menguji hipotesis ada perbedaan minat belajar kimia siswa dan perbedaan literasi sains siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
1. Analisis n-gain
Analisis n-gain dilakukan untuk mengklasifikasikan hasil tes literasi sains siswa. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus n-gain sebagai berikut.
n − gain g = XX e − X e e
max− X e e
Keterangan : Xposttest = nilai posttest siswa Xpretest = nilai pretest siswa
Xmax = nilai maksimal yang diperoleh siswa
Tinggi rendahnya gain score ternormalisasi dikategorikan dalam tiga kategori yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tinggi Rendahnya Gain Score Ternormalisasi
gain score ternormalisasi Kriteria Peningkatan
g-tinggi (g) > 0,7
g-sedang 0,3 < (g) < 0,7
g-rendah (g) < 0,3
Sumber: Hake (1999)
2. Uji Prasyarat
Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa sebaran data penelitian berdistribusi normal atau tidak (Sarjono &Julianita, 2011). Uji normalitas menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS menurut Sarjono & Julianita (2011). Data yang diuji normalitasnya adalah data minat belajar
(56)
40
kimia awal kelas eksperimen, minat belajar kimia awal kelas kontrol, minat belajar kimia akhir kelas eksperimen, minat belajar kimia akhir kelas kontrol, literasi sains awal kelas eksperimen, literasi sains awal kelas kontrol, literasi sains akhir kelas eksperimen, dan literasi sains akhir kelas kontrol. Data tersebut dikatakan berdistribusi normal apabila pada kolom asymptotic significance (Sig.) lebih besar dari () 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan variansi populasi yang berdistribusi normal. Uji homogen ini dilakukan terhadap data minat belajar kimia awal, minat belajar kimia akhir, literasi sains awal, dan literasi sains akhir dengan teknik Homogeneity of variance test pada program SPSS. Data dikatakan homogen apabila nilai asymptotic significance (Sig.) pada tabel homogenitas lebih besar dari () 0,05.
3. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (uji-t)
Menurut Arifin (2014), untuk menguji perbedaan dua rata-rata dari dua sampel tentang suatu variabel yang diteliti, maka teknik statistik yang digunakan adalah uji t (t-test). Uji t yang digunakan, yaitu uji paired sample t-test, uji Wolcoxon, independent sample t-test, dan uji Mann-Whitney. Pada penelitian ini, uji paired sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan minat belajar kimia dan literasi sains siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMK Negeri 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, sedangkan uji independent sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan minat belajar kimia dan literasi sains siswa kelas kontrol dan kelas ekseperimen sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis dikatakan memiliki perbedaan apabila memiliki nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari () 0,05.
(1)
LAMPIRAN 23
SURAT KETERANGAN TELAH
MELAKUKAN PENELITAN
(2)
(3)
LAMPIRAN 24
DOKUMENTASI
(4)
A. Validasi Instrumen
Gambar 10. Validasi Empiris Instrumen Angket Minat Belajar Kimia
B. Kelas Eksperimen
(5)
Gambar 13. Proses Pembelajaran Ketiga di Kelas Eksperimen
C. Kelas Kontrol
Gambar 14. Proses Pembelajaran Pertama di Kelas Kontrol
(6)
Gambar 16. Proses Pembelajaran Ketiga di Kelas Kontrol