PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ELEKTROKIMIA TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK SISWA SMK PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF.

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ELEKTROKIMIA TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK SISWA SMK

PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Indri Hestinasari NIM. 13303241024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ELEKTROKIMIA TERINTEGRASI KONTEKS KEJURUAN UNTUK SISWA SMK

PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF

Oleh: Indri Hestinasari NIM. 13303241024

Pembimbing: Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan bahan ajar dalam bidang pendidikan kimia. Tujuan penelitian meliputi menganalisis karakteristik bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif, menganalisis kelayakan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif menurut ahli materi dan ahli media dan menganalisis kelayakan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif menurut respon pengguna.

Penelitian ini menggunakan metode kombinasi (mixed method) dengan desain exploratory instrument development model (Creswell, 2007). Teknik analisis data yang digunakan yaitu diawali dengan pengubahan data kualitatif menjadi data kuantitatif menggunakan skala Likert. Selanjutnya dilakukan perhitungan skor total dan skor rata-rata untuk masing-masing komponen. Skor rata-rata yang diperoleh dikonversi menjadi tingkat kelayakan produk secara kualitatif dengan pedoman konversi ideal.

Hasil penelitian ini berupa bahan ajar berjudul “Elektrokimia untuk SMK Teknik Otomotif”. Bahan ajar tersebut telah dinilai oleh lima orang reviewer dan dilakukan uji tanggapan pada sepuluh siswa SMK program Teknik Otomotif. Bahan ajar yang disusun memperoleh tingkat kelayakan sangat baik (SB) berdasarkan penilaian reviewer, sedangkan berdasarkan tanggapan siswa, tingkat kelayakan bahan ajar yang disusun adalah baik (B). Oleh sebab itu, bahan ajar tersebut layak digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa SMK program Teknik Otomotif.

Kata kunci: pengembangan bahan ajar, elektrokimia, SMK program Teknik Otomotif


(3)

DEVELOPMENT OF ELECTROCHEMISTRY TEACHING MATERIALS THAT INTEGRATED WITH VOCATIONAL CONTEXT FOR

STUDENTS OF VOCATIONAL SCHOOL AUTOMOTIVE ENGINEERING PROGRAMME

By: Indri Hestinasari NIM. 13303241024

Supervisor: Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc

ABSTRACT

This research was teaching materials developmental research in Chemistry Education. The aims of this research were to analyse the characteristic of electrochemistry teaching materials that integrated with vocational context for automotive engineering programme, to analyse advisability of electrochemistry teaching materals that integrated with vocational context for automotive engineering programme based on professional judgement, and also to analyse advisability of electrochemistry teaching materals that integrated with vocational context for automotive engineering programme based on user respons.

This research used mixed methode by exploratory instrument developmental model (Creswell, 2007). Data analyse technique that used was beginning by the changed of qualitative data to quantitative data by Likert scale. Next, total score and average score for every component was counted. Average score that obtained then coverted to be qualitative advisability grade by ideal conversion directive.

The result of this research was a teaching materials which the title was “Electrochemistry for Vocational School of Automotive Engineering”. This teaching materials has assessed by five reviwers and response by ten students of Vocational School Automotive Engineering Programme. Based on the assesment of five reviewers, this product was obtained to be very good, but based on respons of ten students, this product was obtained to be good. Therefore, this electrochemstry teaching materials could be used as a chemistry learning source for students of Vocational School Automotive Engineering Programme.

Keywords: teaching materials development, electrochemistry, Vocational School Automotive Engineering Programme


(4)

(5)

(6)

(7)

HALAMAN MOTTO


(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk: Ibu

Bapak dan Adikku


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan tepat pada waktunya. Tidak lupa, sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Penelitian berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Elektrokimia Terintegrasi Konteks Kejuruan untuk Siswa SMK Program Studi Teknik Otomotif” ini dapat terlaksana hingga selesai berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan koordinator skripsi pendidikan kimia.

4. Ibu Antuni Wiyarsi, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan dan pengarahan selama proses penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak Heru Pratomo Al, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran hingga selesainya skripsi ini.


(10)

6. Ibu Marfuatun, M.Si selaku dosen penguji pendamping yang telah memberikan kritik dan saran hingga selesainya skripsi ini.

7. Ibu Endah Partiningsih, S.Pd (guru kimia SMK Taman Siswa, Jetis), Ibu Estri Triningsih (guru kimia SMK Muhammadiyah Mlati), Ibu Sri Handayani (guru kimia SMK Negeri 3 Yogyakarta), Ibu Asri Firizkina, S.Pd (guru kimia SMK Piri 1 Yogyakarta) dan Ibu Nuryani Ekaningsih (guru kimia SMK Negeri 2 Depok).

8. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Selain itu, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi dan menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan dapat menambah wawasan lebih luas terkait penelitian bidang penelitian kimia.

Yogyakarta, 4 Mei 2017


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Pengembangan ... 8


(12)

G. Manfaat Pengembangan ... 10

H. Asumsi Pengembangan ... 11

I. Definisi Istilah ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Teori ... 14

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 37

B. Prosedur Peneltian ... 37

C. Desain Uji Coba ... 42

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Produk Awal ... 50

B. Proses Pengumpulan Data dan Revisi Produk ... 52

C. Kajian Produk Akhir ... 66

D. Keunggulan dan Kelemahan ... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Produk oleh Reviewer ... 45

Tabel 2. Konversi setiap Kategori menjadi Skor untuk Penilaian Reviewer..47

Tabel 3. Konversi setiap Kategori menjadi Skor untuk Tanggapan Siswa ... 47

Tabel 4. Pedoman Konversi Ideal ... 48

Tabel 5. Matriks Konten Kimia Konteks Kejuruan Teknik Otomotif ... 51

Tabel 6. Revisi pada Bab 1 ... 55

Tabel 7. Revisi pada Bab 2 ... 56

Tabel 8. Revisi pada Bab 3 ... 57

Tabel 9. Revisi pada Bab 4 ... 58

Tabel 10. Hasil Revisi II ... 59

Tabel 11. Data Penilaian Kelayakan Bahan Ajar Elektrokimia untuk SMK Teknik Otomotif berdasarkan Penilaian Lima Reviewer secara Lengkap ... 61

Tabel 12. Kelayakan Bahan Ajar pada Komponen Penyajian ... 61

Tabel 13. Kelayakan Bahan Ajar pada Komponen Kelayakan Isi ... 62

Tabel 14. Kelayakan Bahan Ajar pada Komponen Kebahasaan ... 62

Tabel 15. Kelayakan Bahan Ajar pada Komponen Integrasi Konteks Kejuruan ... 63

Tabel 16. Kelayakan Bahan Ajar pada Komponen Keterbacaan ... 63 Tabel 17. Data Kelayakan Bahan Ajar Elektrokimia untuk SMK Teknik


(14)

Otomotif berdasarkan Tanggapan Sepuluh Siswa secara Lengkap..64

Tabel 18. Pertimbangan Tidak Melakukan Revisi sesuai Masukan Reviewer ... 75

Tabel 19. Kriteria Penilaian Ideal Komponen Penyajian ... 105

Tabel 20. Kriteria Penilaian Ideal Komponen Kelayakan Isi ... 106

Tabel 21. Kriteria Penilaian Ideal Komponen Kebahasaan ... 106

Tabel 22. Kriteria Penilaian Ideal Komponen Integrasi Konteks Kejuruan ... 107


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Mekanisme Korosi pada Besi ... 33

Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian ... 37

Gambar 3. Bagan Teknik Uji Coba ... 42

Gambar 4. Diagram Hubungan antara Komponen dengan Persentase Keidealan ... 65

Gambar 5. Sampul Bahan Ajar ... 207

Gambar 6. Matriks Konten Kimia Konteks Kejuruan Teknik Otomotif ... 207

Gambar 7. Peta Konsep Integrasi Konten Kimia dengan Kejuruan Teknik Otomotif ... 208

Gambar 8. Hakikat Elektrokimia ... 209

Gambar 9. Sampul setiap Bab ... 210

Gambar 10. Dunia Otomotif ... 211

Gambar 11. Contoh Uraian Materi suatu Bab ... 211

Gambar 12. Peta Konsep Materi ... 212


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penilaian Kelayakan Bahan Ajar ... 86

Lampiran 2. Lembar Penjabaran Indikator Instrumen Penilaian Kelayakan Bahan Ajar ... 90

Lampiran 3. Hasil Analisis Tinjauan Reviewer ... 103

Lampiran 4. Hasil Analisis Tanggapan Siswa ... 112

Lampiran 5. Tinjauan Ahli Materi dan Ahli Media ... 120

Lampiran 6. Lembar Angket Tanggapan Siswa terhadap Bahan Ajar ... 145

Lampiran 7. Daftar Nama Ahli Materi, Ahli Media, Peer Reviewer, Reviewer dan Siswa ... 146

Lampiran 8. Lembar Tinjauan Ahli Materi dan Ahli Media ... 147

Lampiran 9. Penilaian Bahan Ajar Kimia oleh Reviewer ... 160

Lampiran 10. Uji Keterbacaan Peer Reviewer ... 176

Lampiran 11. Surat Pernyataan Ahli Materi, Ahli Media, Peer Reviewer dan Reviewer ... 187

Lampiran 12. Surat Pengantar Reviewer ... 200


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Oleh sebab itu, pada dasarnya prinsip dan tujuan pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidaklah sama dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) walaupun keduanya adalah sekolah lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS). Pendidikan di SMK memiliki karakter khusus yaitu pembelajaran dibedakan berdasarkan pada paket-paket keahlian. Maka dari itu, pembelajaran di SMK harus memiliki strategi yang berbeda dibandingkan di SMA.

Salah satu mata pelajaran dasar kejuruan di SMK adalah kimia. Tujuan diberikannya mata pelajaran kimia tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan pengetahuan kimia siswa SMK baik secara teori maupun terapan. Siswa SMK juga diharapkan mampu mewujudkan kompetensi keahlian di bidang sains. Dengan demikian, melalui pembelajaran kimia diharapkan siswa SMK dapat menyesuaikan diri dengan dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang ada di lingkungan sosial maupun lingkungan kerja kelak dengan baik.

Selama ini pembelajaran kimia yang dilakukan di SMK lebih terfokus pada menghafal fakta, prinsip dan teori. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kimia dan teknik otomotif di SMK Negeri 2 Yogyakarta, siswa mempelajari


(18)

ilmu kimia hanya terbatas pada materi yang diperoleh dari guru. Siswa juga mengalami kesulitan dalam pembelajaran kimia karena dituntut menghafal banyak konsep dan rumus-rumus dalam hitungan. Bukan hanya itu, siswa bahkan cenderung bosan dalam pembelajaran kimia yang akhirnya berimbas pada rendahnya motivasi belajar. Rendahnya motivasi belajar siswa dapat ditunjukkan melalui kurang perhatiannya mereka saat pembelajaran di kelas berlangsung, misalnya tidak memperhatikan guru, bergurau di kelas bahkan tidur di kelas. Keadaan rendahnya motivasi belajar tersebut salah satunya dialami siswa pada SMK program Teknik Otomotif.

Selain berkaitan dengan proses pembelajaran, faktor lain yang menyebabkan motivasi belajar siswa di SMK rendah adalah karena ketidaksesuaian sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Sumber belajar yang dimaksud adalah bahan ajar. Bentuk bahan ajar tersebut berupa buku teks pelajaran kimia.

Bahan ajar memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran kimia di SMK, termasuk dalam program Teknik Otomotif. Bahan ajar tersebut dapat berfungsi sebagai pengganti penjelasan guru untuk materi-materi terkait dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Apabila ditinjau dari sudut keterkaitan antara mata pelajaran kejuruan dengan mata pelajaran kimia, program Teknik Otomotif tidak memiliki keterkaitan langsung. Akan tetapi, dalam bidang otomotif kimia berperan besar sebagai konsep dasar terkait aplikasi dan penanganan apabila terjadi permasalahan dalam bidang otomotif. Dengan kata lain, kimia adalah mata pelajaran penting yang wajib dikuasai siswa program


(19)

Teknik Otomotif untuk mendasari mata pelajaran kejuruan. Salah satunya adalah bagian elektrokimia.

Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan yaitu di SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Depok dan SMK Muhammadiyah Mlati sampai saat ini bahan ajar kimia yang digunakan di SMK terutama program Teknik Otomotif masih belum tepat. Bahan ajar kimia yang digunakan tersebut masih sama dengan bahan ajar yang digunakan di SMA. Dengan kata lain, bahan ajar kimia belum terintegrasi dengan konteks kejuruan Teknik Otomotif. Maka dari itu, ruang lingkup materi materi kimia menjadi terlalu luas. Konten materi kimia tidak terfokus pada bagian-bagian penting yang dibutuhkan oleh siswa SMK. Selain itu, bahan ajar kimia yang digunakan juga belum disesuaikan dengan gaya belajar siswa.

Hasil wawancara yang lain dengan guru kimia dan teknik otomotif SMK menyebutkan bahwa siswa SMK cenderung lebih tertarik belajar apabila konten materi dikaitkan dengan materi kejuruan yang dipelajari. Contohnya adalah siswa SMK secara tidak langsung dituntut untuk lebih menguasai hal yang bersifat praktek dibandingkan teori, sehingga bahan ajar kimia yang memuat praktikum yang terintegrasi dengan konteks kejuruan lebih diminati. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa bahan ajar kimia tersebut belum terpenuhi. Oleh sebab itu, guru harus membuat lembar kerja sendiri untuk memenuhinya.

Berdasarkan data Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Ditpsmk, 2016), program Teknik Otomotif merupakan program yang memiliki jumlah siswa terbanyak (3989) dibandingkan program lain terutama di wilayah


(20)

DIY. Fakta tersebut menunjukkan bahwa program Teknik Otomotif memiliki jumlah input yang relatif besar dibandingkan program lain di lingkup SMK. Oleh sebab itu, harapannya output yang dihasilkan tidak hanya dalam jumlah besar, namun juga berkualitas dan profesional di bidang otomotif. Output yang berkualitas tersebut salah satunya ditentukan melalui proses pembelajaran yang berkualitas dan pengalaman belajar yang baik selama menempuh pendidikan di SMK.

Dengan demikian, bahan ajar kimia yang digunakan di SMK termasuk program Teknik Otomotif haruslah sesuai dan relevan supaya mampu mendukung keberhasilan pembelajaran kimia tersebut. Bahan ajar yang sesuai artinya bahan ajar kimia tersebut telah terintegrasi dengan konteks kejuruan Teknik Otomotif. Sementara bahan ajar bersifat relevan, artinya bahan ajar kimia tersebut mampu membuat siswa merasa bahwa topik yang dibahas dalam bahan ajar secara personal berdampak langsung pada program yang di ambil saat ini di sekolah (Kotkas, Holbrook & Rannikmae, 2016).

Salah satu cara untuk mengatasi keadaan tersebut adalah melalui pengembangan bahan ajar kimia yang terintegrasi konteks kejuruan. Berdasarkan penelitian Vaino, Holbrook dan Rannikmae (2012), bahan ajar berbasis konteks memang didesain untuk memotivasi siswa secara intrinsik dan untuk meningkatkan literasi sains siswa. Dengan demikian, siswa dapat tumbuh menjadi pribadi yang cepat tanggap, terutama apabila terkait dengan keahlian yang dipelajari di sekolah.


(21)

Bahan ajar yang berbasis konteks diharapkan juga dapat membantu meningkatkan literasi sains siswa SMK program Teknik Otomotif sebab dalam bahan ajar tersebut semua konsep berawal dari kehidupan nyata yang dialami siswa. Bybee dan McCrae (2011) mengemukakan empat ciri-ciri literasi sains diantaranya mengarahkan pengetahuan saintifik siswa, mengarahkan pemahaman siswa tentang karakteristik sains, mengarahkan logika siswa terkait sains dan teknologi, serta mengarahkan siswa untuk menghubungkan isu-isu sains dengan ide-ide sains sebagai bentuk refleksi. Dengan demikian, bahan ajar berbasis konteks yang baik adalah bahan ajar yang memuat empat komponen literasi sains tersebut.

Melalui bahan ajar kimia berbasis konteks, siswa SMK program Teknik Otomotif diharapkan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ditemui di lingkungan sekitar. Bahan ajar kimia yang berbasis konteks tersebut isinya akan lebih terfokus untuk program tertentu dibandingkan bahan ajar kimia yang lain. Bahan ajar kimia ini disesuaikan dengan karakter SMK yang terdiri dari beragam program. Setiap program di SMK memiliki kekhasan masing-masing. Contohnya konten kimia yang dibutuhkan oleh program Teknik Otomotif akan berbeda dengan yang dibutuhkan program lain. Salah satu pemisalannya adalah Teknik Otomotif lebih membutuhkan pendalaman materi kimia bagian elektrokimia, sedangkan Teknik Tekstil pada bagian bahan-bahan surfaktan atau jenis pewarna untuk tekstil.

Elektrokimia adalah salah satu materi dasar yang harus dikuasai oleh siswa Teknik Otomotif. Materi ini kelak berhubungan dengan lingkup kerja siswa,


(22)

misalnya pada baterai kendaraan, elektroplating dan pencegahan korosi pada komponen kendaraan. Contohnya yaitu siswa Teknik otomotif harus menguasai konstruksi baterai dan reaksi yang terlibat sebagai salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan pada kendaraan. Selain itu, konsep elektroplating juga tidak kalah penting karena sangat bermanfaat pada proses perbaikan bodi otomotif, dan sebagainya. Melalui elektrokimia, maka siswa Teknik Otomotif dapat mengetahui bahwa komponen tertentu pada kendaraan melibatkan proses listrik dengan reaksi kimia.

Berdasarkan keadaan tersebut, bahan ajar kimia yang terintegrasi dengan konteks kejuruan untuk saat ini sangat dibutuhkan. Dengan demikian, penelitian pengembangan ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan bahan ajar kimia yang sesuai dengan konteks kejuruan. Terpenuhinya kebutuhan bahan ajar kimia SMK diharapkan pula dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di SMK.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Bahan ajar kimia SMK program Teknik Otomotif yang digunakan saat ini masih bersifat umum dan tidak sesuai konteks kejuruan Teknik Otomotif, sehingga kurang relevan dengan kebutuhan siswa.


(23)

2. Konten kimia yang dipelajari di SMK masih terlalu luas menyebabkan tujuan pembelajaran kimia belum tercapai secara maksimal, sehingga pembelajaran tidak berjalan efektif.

3. Ketidaksesuaian bahan ajar kimia yang digunakan di SMK program Teknik Otomotif saat ini berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa yang masih rendah menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi kurang baik.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang dikaji dan diidentifikasi dalam penelitian ini masih luas. Dengan demikian, permasalahan yang ada dibatasi pada bahan ajar yang terintegrasi konteks kejuruan untuk SMK Teknik Otomotif materi elektrokimia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif?

2. Bagaimana kelayakan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif menurut ahli materi dan ahli media?

3. Bagaimana kelayakan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif menurut respon pengguna?


(24)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Menganalisis karakteristik bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif.

2. Menganalisis kelayakan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif menurut ahli materi dan ahli media.

3. Menganalisis kelayakan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif menurut respon pengguna.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK program Teknik Otomotif. Bahan ajar tersebut berbentuk buku cetak berjudul “Elektrokimia untuk SMK Teknik Otomotif” dengan spesifikasi sebagai berikut.

1. Bahan ajar kimia elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK Teknik Otomotif disusun berdasarkan integrasi antara kompetensi inti dan kompetensi dasar (KI-KD) kimia SMK dengan KI-KD mata pelajaran kejuruan Teknik Otomotif berdasarkan Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMK/MAK.

2. Bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK Teknik Otomotif berisi materi elektrokimia yang sesuai dengan konteks


(25)

Teknik Otomotif meliputi hakikat elektrokimia, dasar-dasar elektrokimia, baterai, elektroplating dan korosi pada bidang otomotif.

3. Bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif memuat praktikum untuk setiap bab dengan menggunakan alat dan bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

4. Sistematika bahan ajar meliputi: a. Halaman sampul

b. Kata pengantar c. Daftar Isi

d. Matriks konten kimia konteks kejuruan Teknik Otomotif.

e. Peta konsep integrasi konten kimia dengan kejuruan Teknik Otomotif f. Hakikat Elektrokimia

g. Isi buku:

1) Sampul bab 2) Dunia otomotif

3) Uraian materi disertai info di bagian-bagian tertentu 4) Rangkuman

5) Peta konsep materi 6) Latihan soal 7) Praktikum h. Bibliografi

i. Sumber gambar dan berita j. Glosarium


(26)

5. Program yang digunakan dalam penyusunan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK program Teknik Otomotif adalah MicrosoftWord 2010, Adobe Photoshop CS6 dan Corel Draw X5. 6. Bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK

Teknik Otomotif memiliki format sebagai berikut.

a. Berupa bahan ajar cetak yang terdiri dari 136 halaman full colour dengan ukuran kertas B5 (18,2 cm x 25,7 cm) dan berjudul “Elektrokimia untuk SMK Teknik Otomotif”.

b. Jenis huruf yang digunakan adalah Franklin Gothic Book ukuran 11. c. Bahan ajar ini memuat lembar praktikum untuk meningkatkan

pemahaman siswa terkait materi dan memuat peta konsep yang berfungsi untuk memudahkan siswa dalam mengorganisir konsep-konsep penting dalam setiap bab pada bahan ajar.

d. Bahan ajar kimia ini memuat beberapa info yang berfungsi untuk menambah wawasan kimia siswa tentang elektrokimia.

G. Manfaat Penelitian

Pengembangan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK program Teknik Otomotif ini bermanfaat untuk:

1. Siswa

Bahan ajar ini diharapkan dapat membantu siswa SMK program Teknik Otomotif dalam memahami materi elektrokimia sesuai dengan konteks kejuruan yang dihadapi.


(27)

2. Guru

Bahan ajar ini dapat digunakan oleh guru-guru kimia SMK program Teknik Otomotif sebagai buku pegangan mengajar elektrokimia. Dengan demikian, proses pembelajaran elektrokimia diharapkan tepat sasaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Peneliti

Bahan ajar ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti mengenai elektrokimia yang sesuai dengan konteks SMK program Teknik Otomotif. Selain itu, juga untuk menambah pengalaman peneliti tentang praktikum-praktikum yang relevan dengan elektrokimia dalam program Teknik Otomotif.

H. Asumsi Pengembangan

Asumsi dalam pengembangan bahan ajar kimia ini adalah:

1. Ahli materi kimia memiliki pengetahuan yang baik terkait elektrokimia di bidang otomotif.

2. Ahli media mengetahui kriteria bahan ajar kimia berbentuk cetak yang baik. 3. Guru kimia sebagai reviewer memiliki pemahaman yang sama mengenai

elektrokimia untuk SMK Teknik Otomotif. Pemahaman ini disesuaikan dengan KI-KD kimia untuk SMK dan KI-KD mata pelajaran kejuruan Teknik Otomotif berdasarkan Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 SMK/MAK.


(28)

I. Definisi Istilah

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Pengembangan bahan ajar kimia

Pengembangan bahan ajar kimia adalah pengembangan bahan ajar materi elektrokimia yang disusun berdasarkan langkah-langkah tertentu meliputi pengumpulan data kualitatif, analisis data kualitatif, hasil data kualitatif, pengembangan instrumen, pengumpulan data kuantitatif, analisis data kuantitatif, hasil data kuantitatif dan interpretasi data kualitatif dan kuantitatif.

2. Bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif

Bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan Teknik Otomotif adalah yang bahan ajar elektrokimia yang konten kimianya disesuaikan dengan konten mata pelajaran kejuruan Teknik Otomotif.

3. Teknik Otomotif

Teknik Otomotif adalah salah satu program di SMK yang terdiri dari dari empat paket keahlian yaitu teknik kendaraan ringan, teknik sepeda motor, teknik perbaikan bodi otomotif dan teknik alat berat.

4. Ahli materi

Ahli materi adalah dosen kimia yang memiliki pemahaman tentang ilmu kimia khususnya elektrokimia dalam bidang otomotif.

5. Ahli media pembelajaran kimia

Ahli media pembelajaran kimia adalah dosen kimia yang memiliki pengetahuan di bidang media pembelajaran dan memahami standar kelayakan


(29)

bahan ajar kimia yang baik, sehingga dapat memberikan masukan terhadap bahan ajar yang disusun.

6. Peer reviewer

Peer reviewer adalah teman sejawat yang melakukan penelitian pengembangan bahan ajar dan atau memahami standar kelayakan bahan ajar yang baik.

7. Reviewer

Reviewer adalah penilai kelayakan produk hasil pengembangan yaitu guru kimia SMK/MAK di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mengajar di program Teknik Otomotif dan telah bertugas sebagai guru minimal tiga tahun.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Teori

1. Struktur Kurikulum SMK

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Kurikulum merupakan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pada Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan telah diterangkan kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan. Struktur kurikulum SMK merupakan pengorganisasian kompetensi inti, kompetensi dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran dan beban belajar pada setiap satuan penddikan dan program pendidikan.

Berdasarkan Permendikbud No. 60 tahun 2014, kurikulum SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah. Pembeda diantara SMA/MA dengan SMK/MAK hanya pada pengakomodasian minat siswa saat memasuki pendidikan menengah. Oleh sebab itu, struktur umum mata pelajaran SMK/MAK sama dengan SMA/MA. Ada tiga kelompok mata pelajaran dalam pendidikan menegah yaitu kelompok A, B, dan C. Kelompok


(31)

A dan B adalah mata pelajaran wajib. Kelompok A terdiri dari pendidikan agama dan budi pekerti, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, sejarah Indonesia dan bahasa Inggris. Kelompok B terdiri dari seni budaya, pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan, serta prakarya dan kewirausahaan. Kelompok C adalah mata pelajaran peminatan yang berisi mata pelajaran peminatan akademik dan vokasi (SMK/MAK).

SMK yang ada di Indonesia memiliki sembilan bidang keahlian sesuai dengan Struktur Kurikulum SMK/MAK yang tercantum dalam Permendikbud No. 60 tahun 2014. Sembilan bidang keahlian tersebut meliputi:

a. Teknologi dan rekayasa b. Kesehatan

c. Agribisnis dan agroteknologi d. Perikanan dan kelautan e. Pariwisata

f. Bisnis dan manajemen g. Seni rupa dan kriya h. Seni pertunjukan

i. Teknologi informasi dan komunikasi

Kimia menurut Permendikbud No. 60 tahun 2014 adalah salah satu bagian dari mata pelajaran peminatan golongan C1 di SMK. Akan tetapi, tidak semua bidang keahlian di SMK mempelajari kimia. Mata pelajaran kimia hanya ada pada bidang-bidang tertentu dari sembilan bidang keahlian


(32)

tersebut. Bidang keahlian yang mempelajari kimia meliputi teknologi dan rekayasa, kesehatan, perikanan dan kelautan serta agribisnis dan agroteknologi.

Pada bidang keahlian teknologi dan rekayasa, salah satu program yang mempelajari kimia adalah program Teknik Otomotif. Program Teknik Otomotif terdiri dari empat paket keahlian yang meliputi teknik kendaraan ringan, teknik sepeda motor, teknik perbaikan bodi otomotif dan teknik alat berat. Semua paket keahlian tersebut mempelajari kimia sebagai mata pelajaran peminatan. Berdasarkan pada Permendikbud No. 60 tahun 2014, telah disebutkan bahwa mata pelajaran kimia dipelajari pada program Teknik Otomotif pada kelas X dengan jumlah jam pelajaran sebanyak 4 jam per minggu.

2. Pembelajaran Kimia di SMK

a. Prinsip Pembelajaran Kimia di SMK

Definisi SMK menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bidang tertentu tersebut diwujudkan dalam bentuk bidang keahlian. Oleh sebab itu, prinsip pembelajaran di SMK adalah mengajarkan materi pembelajaran sesuai dengan bidang yang ditekuni. Masing-masing bidang keahlian memiliki beberapa program yang membawahi beberapa paket keahlian,


(33)

sehingga pembelajaran dalam setiap bidang keahlian juga difokuskan pada program yang diambil.

Tujuan diberikannya mata pelajaran kimia di SMK adalah sebagai mata pelajaran peminatan untuk mendukung mata pelajaran dasar kejuruan. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia dapat digunakan sebagai bekal ilmu bagi siswa SMK dalam mengasah kompetensi keahlian yang dipelajari, sehingga kelak mampu mengaplikasikannya dengan baik.

Pembelajaran di SMK selain mengacu pada KI-KD yang telah ditetapkan, juga dikombinasikan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Selanjutnya, dilihat dari tujuan dan hasil pembelajaran, untuk SMK diharapkan kelak dapat mendatangkan

outcome yang sesuai. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran kimia pun bahan ajar yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa SMK. Ketepatan pemilihan bahan ajar yang baik mampu memotivasi siswa untuk melakukan aktivitas seperti menandai, mencatat dan membuat sketsa (peta konsep). Proses pembelajaran yang seperti ini akan lebih mengena bagi siswa karena siswa tidak hanya menghafal, namun juga memahami. Dengan membuat peta konsep, maka siswa akan belajar untuk mengorganisasi konsep yang telah dipelajari. Selain itu, siswa bahkan mengetahui kaitan konsep tersebut dengan program yang diambil, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.


(34)

b. Konten Pembelajaran Kimia di SMK

Berdasarkan Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, ruang lingkup pembelajaran kimia di SMK untuk program Teknik Otomotif adalah sebagai berikut.

1) Materi dan perubahannya.

2) Struktur atom, sistem periodik dan ikatan kimia. 3) Bentuk molekul.

4) Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. 5) Reaksi oksidasi reduksi dan bilangan okidasi.

6) Tatanama senyawa anorganik dan organik sederhana. 7) Stoikiometri.

8) Hidrokarbon dan minyak bumi. 9) Termokimia.

10) Laju reaksi.

11) Kesetimbangan kimia.

12) Sifat larutan asam basa dan pH larutan. 13) Hidrolisis.

14) Larutan penyangga.

15) Kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). 16) Sistem koloid.

17) Sifat koligatif larutan. 18) Redoks dan elektrokimia.


(35)

19) Senyawa karbon (halo alkana, alkanol, alkoksi alkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat dan alkil alkanoat).

20) Benzena dan turunannya.

21) Makromolekul (polimer, karbohidrat dan protein). 22) Metode pemisahan dan pengukuran.

23) Penentuan kadar suatu unsur atau senyawa.

3. Konten Kimia dalam Mata Pelajaran Kejuruan Teknik Otomotif

Program Teknik Otomotif terdiri dari empat paket keahlian yaitu teknik kendaraan ringan, teknik sepeda motor, teknik perbaikan bodi otomotif dan teknik alat berat. Berikut ini adalah hasil analisis KD pada Teknik Otomotif yang dapat dikaitkan dengan KD kimia SMK sesuai dengan Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMK/MAK. Hasil analisis ini difokuskan pada materi elektrokimia.

a. KD Teknik Otomotif

1) Menerangkan fungsi dan konstruksi baterai.

2) Menjelaskan cara pengelasan CO2 (MIG) dan las elektroda secara

manual.

3) Menjelaskan cara menghilangkan korosi/kerak hingga siap pengecatan dasar.

4) Menjelaskan pemeliharaan mesin dan peralatan otomotif.

5) Menjelaskan pengkilapan secara manual dan menggunakan mesin sesuai SOP.


(36)

b. KD kimia SMK materi elektrokimia (terdapat pada kelas X)

1) KD 3.9

Memahami gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel Volta yang digunakan dalam kehidupan.

2) KD 3.10

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi dan mengajukan ide/gagasan untuk mengatasinya.

3) KD 3.11

Memahami gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrolisis yang digunakan dalam kehidupan.

c. Konten kimia yang sesuai dengan kompetensi dasar pada Teknik

Otomotif

1) Hakikat Elektrokimia. 2) Definisi sel Volta. 3) Klasifikasi sel Volta. 4) Sifat larutan elektrolit. 5) Pengukuran potensial sel.

6) Fungsi larutan elektrolit dalam baterai.

7) Diagram sel Volta dan komponen-komponennya. 8) Reaksi dan sistem kerja pada baterai.

9) Penentuan potensial pada baterai. 10)Pemilihan elektroda pada pengelasan. 11)Proses korosi


(37)

12)Faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi.

13)Dampak korosi pada komponen mesin dan peralatan otomotif.

14)Cara mencegah terjadinya korosi pada komponen mesin dan peralatan otomotif.

15)Definisi sel elektrolisis 16)Diagram sel elektrolisis

17)Reaksi yang terjadi pada elektrolisis

18)Penyepuhan logam pada komponen kendaraan 19)Elektroplating

4. Pengembangan Bahan Ajar Kimia berbasis Kontekstual

Pengertian bahan ajar menurut Arsyad (2004), adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Prastowo (2015) mengemukakan bahan ajar memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

a. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

b. Sebagai pedoman bagi guru dalam mengarahkan aktivitas selama pembelajaran.

c. Sebagai kumpulan kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. d. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Sebagai sumber belajar bagi siswa dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan.


(38)

f. Membantu siswa dalam belajar tanpa harus ada keterlibatan guru (belajar mandiri).

Pendapat lain tentang bahan ajar juga dikemukakan oleh Majid (2007), yang menyatakan bahwa suatu bahan ajar memiliki ciri-ciri di antaranya:

a. Petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru) b. Kompetensi yang akan dicapai

c. Informasi pendukung d. Latihan-latihan

e. Petunjuk kerja berupa lembar kerja (LK) f. Evaluasi

Salah satu jenis bahan ajar yang sering digunakan dari jaman dahulu adalah bahan ajar bentuk cetak. Bahan ajar cetak umumnya berbentuk buku dan memiliki struktur yang terdiri dari empat komponen yaitu judul, kompetensi dasar, latihan yang dapat berupa latihan soal maupun lembar praktikum dan lembar penilaian (Prastowo, 2015). Sementara itu, menurut Arsyad (2004), bahan ajar yang berbasis cetak memuat enam elemen meliputi konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf dan penggunaan spasi kosong.

a. Konsistensi

Konsisten menurut KBBI berarti tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek, sehingga yang dimaksud dengan konsistensi adalah segala hal yang bersifat tetap. Konsistensi yang dimaksud dalam penulisan bahan ajar adalah


(39)

konsistensi format antar halaman. Format setiap halaman dalam bahan ajar harus tetap dari segi ukuran huruf dalam teks, jarak spasi, jarak antara judul dengan baris pertama teks dan margin kertas.

b. Format

Format penulisan bahan ajar yang perlu diperhatikan adalah pada bagian penyajian teks. Teks dalam bahan ajar dapat berupa paragraf-paragraf yang panjang maupun pendek. Apabila setiap paragraf tertulis panjang-panjang, maka teks disajikan menggunakan tipe satu kolom. Akan tetapi, jika paragraf tertulis pendek-pendek, maka teks disajikan menggunakan tipe dua kolom.

Selain itu, ditinjau dari isi paragraf, maka paragraf yang isinya berbeda dengan isi secara keseluruhan diberi format khusus yaitu berbeda secara visual dan ditulis terpisah. Begitu pula dalam hal penyampaiannya dalam proses pembelajaran.

c. Organisasi

Organisi teks berkaitan dengan tata cara penyusunan teks dalam bahan ajar. Teks dalam bahan ajar disusun sedemikian rupa, sehingga informasi mudah diperoleh ketika bahan ajar dibaca. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan kotak-kotak untuk memisahkan antar bagian teks.

d. Daya tarik

Daya tarik bahan ajar berpengaruh terhadap motivasi pengguna bahan ajar, terutama siswa. Semakin tinggi daya tarik baan ajar, maka semakin tinggi pula motivasi siswa untuk belajar bahan ajar tersebut. Salah satu cara


(40)

menjadikan bahan ajar menarik adalah dengan memperkenalkan setiap bab baru dalam bahan ajar dengan cara yang berbeda.

e. Ukuran huruf

Ukuran huruf dalam penulisan bahan ajar disesuaikan dengan siswa sebagai pengguna, makna yang akan disampaikan dan ruang lingkup pengguna bahan ajar. Ukuran huruf yang baik untuk buku teks adalah 12 poin per inchi. Sebisa mungkin menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks sebab akan menyulitkan proses membaca.

f. Penggunaan spasi kosong

Fungsi penggunaan spasi kosong adalah untuk menambah kontras, artinya sebagai titik-titik untuk mata siswa beristirahat setelah menyusuri suatu teks. Ruang kosong tersebut dapat berupa:

1) Ruangan sekitar judul 2) Batas tepi (margin) 3) Spasi antarkolom

4) Permulaan paragraf yang diindentasi

5) Penyesuaian spasi antar baris maupun antar paragraf

Salah satu bahan ajar berbentuk cetak adalah buku pelajaran. Buku pelajaran merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis yang dapat digunakan oleh siswa maupun guru. Buku pelajaran yang baik adalah buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa yang baik, mudah dimengerti dan disajikan secara menarik. Artinya, buku tersebut dilengkapi dengan gambar dan


(41)

keterangan-keterangannya serta isi buku menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisnya (Majid, 2007).

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Faraday, Overton dan Cooper (2011), dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di SMK pada dasarnya tidak berbeda dengan pendidikan yang lain, kecuali dalam aspek konteks. Konteks artinya integrasi antara sifat dasar suatu subjek (mata pelajaran tertentu) dengan subjek kejuruan. Maka dari itu, bahan ajar kimia yang sesuai untuk siswa SMK adalah bahan ajar yang terintegrasi dengan konteks kejuruan.

Konteks sangat penting dalam bidang kejuruan. Contohnya adalah pada penelitian Boddey dan Berg (2014) tentang dampak pengalaman bidang kimia yang diprioritaskan oleh siswa keperawatan terhadap performa akademik dan sudut pandang keterkaitannya dalam suatu kursus sains bidang kesehatan. Kasus yang diteliti adalah kesulitan yang dialami oleh siswa keperawatan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sains, terutama fisika dan kimia. Berdasarkan pengalaman staf keperawatan, dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi staf keperawatan untuk mengajar sains di kursus keperawatan. Sementara itu, kimia tetap dibutuhkan dalam menunjang kemampuan siswa keperawatan.

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa siswa keperawatan yang telah mengikuti kursus selama tiga hari (3-day chemistry bridging course/BC) ternyata tidak memiliki perbedaan skor prestasi rata-rata yang signifikan terhadap siswa yang tidak belajar kimia sejak umur sepuluh tahun (PC).


(42)

Persentase hasilnya yaitu 52,3% berskor rendah dari kelompok PC berbanding dengan 33,3% dari kelompok BC. Namun, siswa keperawatan yang sebelumnya telah belajar kimia di SMA (SC), memiliki skor prestasi rata-rata yang berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok BC dan PC (Boddey & Berg, 2014).

Terkait dengan pengembangan bahan ajar kimia, telah dilakukan penelitian sebelumnya tentang pengujian kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) berorientasi pendekatan kontekstual materi laju kimia. Penelitian tersebut dilakukan oleh Arifin dan Nasrudin (2014), dengan hasil bahwa bahan ajar kimia berbasis kontekstual layak digunakan karena dapat meningkatkan keahlian berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diperoleh informasi bahwa pengembangan bahan ajar kimia yang berbasis konteks cukup memberikan hasil yang positif bagi pembelajaran.

Selain itu, sumber belajar berupa buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib dan sumber pembelajaran utama yang digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka memenuhi Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti yang diinginkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Oleh sebab itu, buku teks pelajaran pada jenjang sekolah dasar dan menengah harus dinilai kelayakannya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebelum digunakan oleh siswa sebagai sumber belajar . Hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 2 tahun 2008 pasal 4 ayat 1. Kelayakan mutu (standar) buku teks pelajaran menurut


(43)

BSNP meliputi kelayakan isi materi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa dan kelayakan kegrafikaan (BSNP, 2014).

5. Motivasi dan Gaya Belajar

Motivasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Omar Hamalik (Djamarah, 2011) menyebutkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya suatu perasaan dan reaksi atau aktivitas fisik untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua macam motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri. Dengan kata lain, motivasi intrinsik muncul karena siswa benar-benar mau menguasai nilai yang terkandung dalam proses pembelajaran. Adapun yang dimaksud motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau dorongan yang berasal dari luar diri seseorang tersebut.

Motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Contohnya adalah apabila siswa menyukai suatu mata pelajaran, maka siswa akan dengan senang hati mempelajari mata pelajaran tersebut. Dengan demikian, siswa menjadi lebih rajin belajar, sehingga mata pelajaran tersebut dapat dikuasai dengan cepat dan proses pembelajaran menjadi bermakna (Djamarah, 2011).

Meskipun demikian, motivasi belajar tidak lepas dari gaya belajar siswa. Gaya belajar adalah salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan motivasi belajar seorang siswa. Gaya belajar atau modalitas belajar adalah cara siswa belajar secara efektif. Gaya belajar setiap siswa memiliki kekhasan


(44)

masing-masing. Berdasarkan gaya belajar tipe VAK, ada tiga jenis yaitu gaya belajar visual, gaya belajar audio dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar visual artinya seorang siswa lebih cepat belajar dengan cara melihat, contohnya membaca buku, melihat demonstrasi guru dan observasi di lapangan. Gaya belajar audio artinya seorang siswa lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan, misalnya mendengarkan kaset pembelajaran. Gaya belajar kinestetik artinya seorang siswa lebih mudah belajar apabila siswa tersebut melakukan gerakan-gerakan fisik. Contohnya melakukan eksperimen di laboratorium (Suyono & Hariyanto, 2012).

6. Materi Elektrokimia Teknik Otomotif

a. Hakikat Elektrokimia

Hakikat elektrokimia merupakan gambaran elektrokimia secara umum. Elektrokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan aliran listrik. Reaksi ini dikenal dengan nama reaksi redoks, sedangkan aliran listrik dalam hal ini adalah aliran elektron. Reaksi redoks dalam elektrokimia dapat berlangsung secara spontan maupun tidak spontan.

Otomotif adalah bidang yang tidak terkait langsung dengan kimia, namun apabila dikaji lebih dalam, maka elektrokimia adalah konsep penting yang harus dipelajari dalam otomotif. Ada banyak kendaraan atau alat-alat dalam bidang otomotif yang menggunakan sel elektrokimia sebagai sumber energinya. Beberapa contohnya meliputi mobil, sepeda


(45)

motor dan alat berat. Selain itu, elektrokimia juga berperan dalam proses elektroplating, misalnya untuk perbaikan bodi otomotif.

b. Dasar-Dasar Sel Elektrokimia

Elektrokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan aliran listrik atau aliran elektron. Reaksi yang berhubungan dengan adanya aliran elektron adalah reaksi yang melibatkan pelepasan dan penerimaan elektron. Reaksi ini dikenal dengan reaksi oksidasi dan reduksi atau reaksi redoks. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam industri rumah tangga maupun industri besar. Bidang-bidang yang memerlukan penerapan elektrokimia diantaranya industri bahan-bahan kimia, farmasi, polimer, otomotif, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah dan bidang analisis (Chang, 2003; Mulyani & Hendrawan, 2005; Riyanto, 2013)..

Sel elektrokimia adalah seperangkat alat yang terdiri dari sepasang elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu lelehan atau larutan ion. Selanjutnya, alat tersebut dihubungkan dengan penghantar logam pada rangkaian luar. Sel elektrokimia dapat berupa sel Volta dan sel elektrolisis (Mulyani & Hendrawan, 2005).

1. Sel Volta

Sel Volta (sel Galvani) adalah suatu jenis sel elektrokimia yang terdiri dari dua elektroda yang terpisah oleh jembatan garam dan larutan elektrolit. Ion-ion mengalir menghantarkan arus listrik dari arah anoda


(46)

menuju katoda melalui jembatan garam melalui reaksi redoks yang spontan, sehingga menghasilkan suatu kerja.

2. Sel Elektrolisis

Mulyani dan Hendrawan (2005) mendefinisikan sel elektrolisis sebagai suatu sel elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks tidak spontan disebabkan energi listrik yang berasal dari luar. Komponen sel elektrolisis tersebut meliputi arus listrik searah (DC), kawat penghantar, sepasang elektroda dan larutan elektrolit.

c. Baterai

Chang (2003) mendefinisikan baterai sebagai suatu jenis sel Volta yang dapat terdiri dari satu buah sel atau gabungan beberapa sel dengan rangkaian tertentu yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah pada voltase tetap. Baterai memiliki dua buah elektroda yaitu anoda dan katoda. Anoda adalah elektroda tempat terjadinya oksidasi, sedangkan katoda adalah elektroda tempat terjadinya reduksi.

Beberapa baterai yang sering digunakan diantaranya adalah baterai sel kering, baterai merkuri, baterai bertimbal (aki), baterai litium keadaan-padat dan sel bahan bakar. Setiap baterai memiliki reaksi kimia yang berbeda-beda tergantung pada jenis elektroda dan larutan elektrolit yang digunakan. Pada kendaraan, baterai yang paling banyak digunakan adalah aki. Sistem kerja aki adalah elektron bergerak dari anoda menuju ke katoda, sehingga dihasilkan suatu aliran listrik. Listrik tersebut kemudian digunakan untuk menghidupkan beberapa komponen lain dalam mesin


(47)

kendaraan. Kebutuhan listrik yang terbesar pada kendaraan adalah ketika kendaraan tersebut distarter (dihidupkan). Listrik yang dibutuhkan untuk dapat menyalakan mesin adalah sebesar 300 – 400 A dan arus tegangan tinggi yang dihasilkan pada mayoritas mobil adalah 30000 V (Chang, 2003; Northop, 1994).

Aki kendaraan setelah digunakan secara terus menerus, maka akan mengalami pengosongan. Oleh karena itu, pada aki kendaraan terutama aki tipe basah dapat dilakukan pengisian ulang melalui penyetruman. Reaksi pengisian berkebalikan dengan reaksi pada saat pengosongan aki. Besarnya tegangan aki kendaraan pada umumnya adalah sekitar 12 V. Cara pengukuran besar potensialnya sama dengan cara mengukur beda potensial pada sel Volta lainnya (Northop, 1994).

d. Elektroplating

Elektroplating adalah proses pelapisan logam dan non logam menggunakan arus listrik searah atau direct current (DC) berdasarkan metode elektrolisis (Saleh, 2014). Pada proses elektrolisis, terjadi perpindahan ion-ion dari masing-masing elektroda melalui larutan elektrolit menghasilkan endapan. Endapan yang dihasilkan dari proses elektrolisis akan tertempel di katoda. Logam pelapis yang digunakan sebagai lapis pelindung (coating) diantaranya tembaga (Cu), nikel (Ni), zink (Zn), krom (Cr), emas (Au), perak (Ag) dan lain-lain. Tahapan elektroplating ada tiga yaitu:


(48)

1) Tahap Persiapan (pre-treatment)

Tahap persiapan merupakan tahap pembersihan objek sebelum objek tersebut dilakukan elektroplating. Tahap ini terdiri dari tiga perlakuan yaitu penghilangan pengotor (organik dan anorganik), perlakuan secara mekanik dan perlakuan secara kimia.

2) Proses Elektroplating (electroplating)

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada proses elektroplating yaitu rapat arus (current density), tegangan, suhu larutan dan pH larutan.

3) Tahap Akhir (post-treatment)

Pada tahap ini, objek yang telah dielektroplating dibilas menggunakan air bilasan yang bersih. Objek selanjutnya dilapisi suatu pelindung yaitu lapis transparan (pelindung lacquar) yang berfungsi untuk menambah daya tahan dan keindahan.

Ada beberapa jenis elektroplating dalam dunia industri, diantaranya adalah elektroplating zink, tembaga, nikel, kromium, emas, timah, perak, kuningan dan perungggu.

d. Korosi pada bidang otomotif

Korosi adalah suatu peristiwa rusak atau menurunnya mutu logam karena proses elektrokimia yang terjadi antara logam dengan lingkungan sekitarnya (Sumarji, 2012). Proses korosi adalah proses elektrokimia, artinya pada proses tersebut melibatkan aliran listrik dengan reaksi kimia.


(49)

Pada saat proses korosi berlangsung, salah satu bagian logam berperan sebagai anoda (kutub atau elektroda negatif), sedangkan bagian yang lain berperan sebagai katoda (kutub atau elektroda positif). Arah perjalanan elektron adalah dari kutub positif (katoda) ke kutub negatif (anoda). Logam mengalami proses oksidasi dan udara (terutama gas oksigen) dari lingkungan mengalami reduksi. Berdasarkan hal tersebut, maka terjadinya korosi memiliki prinsip yang sama dengan proses elektrokimia pada sel Volta. Berikut ini adalah gambar mekanisme korosi pada besi.

Gambar 1. Mekanisme korosi pada besi

Faktor yang berpengaruh menyebabkan terjadinya korosi meliputi jumlah zat pencemar di udara (debu atau gas), suhu, kelembaban kritis, arah dan kecepatan angin serta radiasi matahari. Dampak yang muncul karena adanya korosi ada bermacam-macam. Munculnya dampak tersebut bergantung pada jenis korosi yang timbul, di antaranya adalah korosi atmosfer, Galvani, seragam, retak tegang dan intergranular (butiran). Cara mencegah timbulnya korosi pada bidang otomotif di antaranya melalui


(50)

pengontrolan atmosfer, pengecatan, melapisi dengan gemuk (grease) dan elektroplating.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Arifin dan Nasrudin (2014) yang berjudul “Development of Student Worksheet Which Contextual Approach Oriented to Train Critical Thinking Skills on Reaction Rates Subject Matter in Student Grade XI Senior High School”. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 1 Kebomas, Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa worksheet tersebut mampu menjembatani pikiran siswa terkait materi yang dipelajari dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, worksheet yang berbasis pendekatan kontekstual tersebut dinyatakan layak digunakan karena mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian kedua yang juga relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Abualrob dan Shah (2012), yaitu tentang pengembangan suatu modul pembelajaran berbasis STS (Science Technology and Society). Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas sembilan program IPA. Hasil yang diperoleh adalah melalui pengembangan modul berbasis STS tersebut, maka ketertarikan siswa dalam belajar sains menjadi meningkat. Adanya modul tersebut juga membantu siswa dalam merelevansi pengetahuan sains yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.


(51)

Pada penelitian pertama, hal yang relevan dengan penelitian ini adalah kesamaan dalam bidang pengembangan sumber belajar yang berbasis kontekstual untuk materi kimia di sekolah menengah. Adapun pada penelitian kedua, hal yang relevan masih berkaitan dengan penelitian pertama yaitu dalam bidang pembuatan sumber belajar yang berbasis teknologi sains dan kemasyarakatan atau Science Technology and Society (STS). Pada jenis sumber belajar seperti bahan ajar kimia yang berbasis kontekstual, maka konten kimia yang tertuang dalam bahan ajar tersebut juga tidak lepas dari kemajuan teknologi saat ini dan lingkungan sosial di sekitar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Fakta di lapangan saat ini adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menggunakan bahan ajar kimia yang sama dengan yang digunakan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Padahal ditinjau dari karakter dan prinsip pembelajaran yang dilakukan, proses pembelajaran di SMK berbeda dengan SMA. Pembelajaran di SMK lebih difokuskan pada aspek praktek sesuai konteks kejuruan dibandingkan teori. Dengan demikian, untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas, seharusnya siswa SMK memiliki sumber belajar yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan program kejuruan.

Kimia adalah salah satu mata pelajaran yang juga dipelajari di beberapa jurusan di SMK, salah satunya program Teknik Otomotif. Mata pelajaran kimia dapat menjadi salah satu mata pelajaran dasar pendukung mata pelajaran kejuruan Teknik Otomotif. Oleh sebab itu, konten kimia yang seharusnya dipelajari oleh


(52)

siswa Teknik Otomotif adalah konten kimia yang berhubungan langsung dengan bidang otomotif.

Salah satu konten kimia tersebut adalah elektrokimia. Elektrokimia adalah konten dasar kimia yang mendasari bidang otomotif misalnya pada baterai kendaraan, proses pengelasan, proses elektroplating hingga proses korosi yang terjadi pada beberapa logam penyusun komponen kendaraan. Akan tetapi, saat ini siswa SMK program Teknik Otomotif cenderung mempelajari elektrokimia secara menyeluruh seperti halnya siswa SMA. Oleh sebab itu, siswa menjadi kurang tertarik karena tidak mempelajari elektrokimia seperti yang diperlukan dalam kejuruan Teknik Otomotif. Dengan kata lain, konten kimia yang dipelajari belum sesuai dengan konteks kejuruan Teknik Otomotif.

Berdasarkan fakta tersebut, maka untuk membantu siswa SMK maupun guru kimia yang mengajar di program Teknik Otomotif dalam proses pembelajaran supaya tujuan pembelajaran tercapai, perlu disusun suatu sumber belajar yang sesuai dengan kejuruan Teknik Otomotif. Salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan tersebut adalah bahan ajar kimia berupa buku teks pelajaran materi elektrokimia. Konten kimia penyusun bahan ajar tersebut berisi konten kimia hasil integrasi antara kompetensi dasar (KD) kimia dengan KD kejuruan Teknik Otomotif. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang, maka sumber dokumen KD kimia SMK mengikuti KD kimia SMK berdasarkan pada Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 SMK/MAK.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kombinasi (mixed methods) dengan desain exploratory instrument development model (Creswell, 2007). Model pengembangan ini lebih menekankan pada data kuantitatif. Oleh sebab itu, pada bagan prosedur penelitian kata yang menunjukkan data kuantitatif yaitu “QUAN

ditulis dengan huruf kapital. Produk hasil pengembangan yang diperoleh adalah bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK program Teknik Otomotif.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung. Prosedur penelitian dengan desain exploratory instrument development model tersusun dalam delapan langkah (Creswell, 2007). Delapan langkah tersebut ditunjukkan melalui bagan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian

qual data collection

qual data

analysis qual results

Develop instrument

QUAN data collection QUAN data

analysis QUAN results

interpretation qualQUAN


(54)

Berdasarkan pada Gambar 2. maka dapat dijelaskan bahwa sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. qual data collection

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui eksplorasi secara kualitatif terkait masalah yang akan diteliti. Masalah yang diteliti bersifat holistik. Oleh sebab itu, eksplorasi pengumpulan data kualitatif dilakukan terhadap beberapa hal diantaranya:

a. Penyebab tidak adanya buku kimia materi elektrokimia yang terintegrasi konteks kejuruan untuk SMK Teknik Otomotif. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode interview (wawancara) terhadap guru kimia dan guru Teknik Otomotif SMK Negeri 2 Yogyakarta.

b. Ruang lingkup materi, yaitu materi elektrokimia untuk SMK program teknik otomotif yang terintegrasi konteks kejuruan.

c. Sumber tentang KI-KD untuk SMK serta KI-KD kimia untuk SMK program Teknik Otomotif berdasarkan Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan d. Referensi untuk penulisan produk pengembangan bahan ajar meliputi

buku-buku literatur, jurnal penelitian nasional maupun internasional dan artikel ilmiah.

2. qual data analysis

Pada tahap ini dilakukan kajian teori secara perspektif. Maksudnya adalah dilakukan analisis terhadap hasil pengumpulan data kualitatif dengan berdasar


(55)

teori yang terkait, sehingga mampu memahami konteks penelitian. Data kualitatif yang dianalisis adalah:

a. Kompetensi inti dan kompetensi dasar (KD) kimia untuk SMK dan KI-KD kejuruan Teknik Otomotif berdasarkan Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

b. Materi kimia yang dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran kejuruan Teknik Otomotif.

c. Konten kimia konteks kejuruan Teknik Otomotif.

3. qual results

Berdasarkan analisis data kualitatif yang telah dilakukan, diperoleh hasil awal berupa matriks konten kimia konteks kejuruan Teknik Otomotif. Matriks tersebut berupa tabel yang berisi tentang tingkatan kelas pengguna bahan ajar kimia, kompetensi dasar (KD) kimia yang memuat materi elektrokimia, KD kejuruan Teknik Otomotif yang dapat diintegrasikan dengan pembelajaran kimia materi elektrokimia dan konten kimia konteks kejuruan otomotif yang berisi konten kimia hasil integrasi dengan kejuruan Teknik Otomotif. Matriks konten kimia konteks kejuruan Teknik Otomotif selanjutnya digunakan untuk menyusun bahan ajar, sehingga diperoleh hasil data kualitatif akhir berupa hasil validasi bahan ajar kimia oleh dosen ahli dan hasil uji keterbacaan oleh peer reviewer.


(56)

4. Develop instrument

Tahap ini terdiri dari tiga langkah. Langkah awal adalah penyusunan draft

bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk SMK Teknik Otomotif. Setelah itu, dilakukan tinjauan kelayakan oleh dua orang dosen ahli yaitu satu orang dosen ahli materi dan satu orang dosen ahli media. Hasil tinjauan selanjutnya direvisi, kemudian dilakukan uji keterbacaan oleh lima orang peer reviewer.

Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan instrumen untuk mengumpulkan data guna menentukan kelayakan bahan ajar yang telah disusun. Instrumen pengumpulan data disusun berbeda untuk setiap subjek uji coba. Jumlah instrumen yang digunakan ada empat jenis instrumen.

5. QUAN data collection

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui tinjauan terhadap kelayakan bahan ajar berdasarkan pada respon pengguna. Pengguna bahan ajar kimia yang disusun ada dua kelompok yaitu guru kimia dan siswa kelas X SMK program Teknik Otomotif. Guru kimia yang meninjau kelayakan bahan ajar yang disusun disebut reviewer.

6. QUAN data analysis

Pada tahap ini, diawali dengan dilakukan pengubahan penilaian oleh

reviewer dan siswa dari nilai yang berbentuk kualitatif menjadi nilai yang berbentuk kuantitatif. Reviewer menggunakan nilai skala lima, sedangkan siswa


(57)

menggunakan nilai skala empat. Perbedaan besar skala tersebut dilakukan dengan dasar bahwa siswa bertugas memberikan tanggapan pada bahan ajar yang telah disusun. Oleh sebab itu, tanggapan yang diberikan harus jelas dan tidak bersifat netral. Pendapat netral tersebut ditunjukkan dengan nilai C (cukup). Dasar pengubahan nilai kualitatif menjadi skor kuantitatif berdasarkan skala Likert tercantum pada Tabel. 2 dan Tabel 3. Selanjutnya dibuat tabulasi data untuk masing-masing respon pengguna dan diperoleh skor rata-rata.

7. QUAN results

Berdasarkan analisis data kuantitatif, diperoleh skor rata-rata. Skor tersebut digunakan untuk menentukan kelayakan bahan ajar elektrokimia terintegrasi konteks kejuruan untuk siswa SMK program Teknik Otomotif. Dasar penentuan kategori kelayakan bahan ajar tersebut menggunakan pedoman konversi ideal menurut Widoyoko (2009).

8. Interpretation qual QUAN

Interpretasi adalah tahap pembacaan hasil berupa kelayakan bahan ajar yang disusun berdasarkan hasil data kualitatif dan kuantitatif. Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan, maka penentuan kelayakan bahan ajar yang disusun diperkuat melalui hasil data kuantitatif yaitu hasil analisis tinjauan guru dan tanggapan siswa. Setelah itu, dilakukan pula analisis terhadap temuan-temuan yang muncul selama penelitian berlangsung. Hasil


(58)

penelitian keseluruhan selanjutnya disusun dalam bentuk laporan akhir yaitu skripsi.

C. Desain Uji Coba

Desain uji coba adalah rancangan yang disusun sedemikian rupa dan digunakan untuk meninjau kelayakan bahan ajar kimia yang telah disusun melalui uji coba terhadap beberapa subjek uji coba. Desain uji coba dibuat berdasarkan pada teknik uji coba yang dilakukan dan subjek uji coba yang digunakan.

1. Teknik Uji Coba

Teknik uji coba adalah suatu tahapan yang digunakan untuk mengambil data kuantitatif melalui penilaian terhadap bahan ajar kimia yang disusun. langkah-langkah tersebut tersusun dalam bagan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagan Teknik Uji Coba Bahan ajar yang telah disusun

Validasi Ahli

Uji Keterbacaan oleh Peer Reviewer

Tinjauan oleh Reviewer

Uji Tanggapan Siswa

Revisi I

Revisi II


(59)

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba adalah kelompok yang berperan untuk meninjau atau menilai kelayakan bahan ajar kimia yang telah disusun. Pada penelitian ini, ada empat subjek uji coba yang digunakan. Subjek uji coba tersebut meliputi dosen ahli yaitu ahli materi dan media, peer reviewer, reviewer dan siswa.

a. Ahli materi dan ahli media

Ahli materi maupun ahli media ditentukan secara purposive sampling. Ahli materi dalam penelitian ini adalah satu orang dosen kimia dengan kriteria yaitu dosen kimia yang memahami materi kimia fisika terutama elektrokimia di bidang otomotif. Ahli media dalam penelitian ini merupakan satu orang dosen kimia dengan kriteria memiliki pengetahuan di bidang media pembelajaran kimia, memahami standar kelayakan bahan ajar kimia yang baik dan telah banyak melakukan penelitian di bidang pengembangan media pembelajaran kimia. Nama dosen kimia sebagai ahli materi dan ahli media tercantum dalam Lampiran 7. b. Peer Reviewer

Peer reviewer dalam penelitian ini berjumlah lima orang. Peer reviewer

dipilih secara purposive sampling. Kriteria yang menjadi bahan pertimbangan pemilihan peer reviewer adalah teman sejawat dari program studi pendidikan kimia yang juga melakukan penelitian pengembangan bahan ajar atau memahami standar kelayakan bahan ajar kimia yang baik. Nama peer reviewer dalam penelitian ini tercantum dalam Lampiran 7.


(60)

c. Reviewer

Reviewer adalah guru kimia SMK yang mengajar di program Teknik Otomotif. Reviewer tersebut berperan meninjau kelayakan bahan ajar kimia yang dikembangkan. Jumlah reviewer sebanyak lima orang. Masing-masing berasal dari SMK Taman Siswa Jetis, SMK Muhammadiyah Mlati, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Depok dan SMK 1 Piri. Nama guru kimia sebagai

reviewer tercantum pada Lampiran 7. Pemilihan reviewer secara purposive sampling didasarkan pada kategori SMK di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki program Teknik Otomotif dan guru tersebut telah mengajar kimia minimal tiga tahun di program Teknik Otomotif.

d. Siswa SMK program Teknik Otomotif

Siswa SMK program Teknik Otomotif berperan sebagai responden . Siswa bertugas meninjau bahan ajar kimia yang dikembangkan dengan mengisi angket tanggapan bahan ajar kimia. Siswa yang dipilih berjumlah sepuluh orang dari kelas X program Teknik Otomotif. Pemilihan siswa berdasarkan atas rekomendasi dari guru kimia pengampu kelas yang bersangkutan.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah suatu instrumen yang disusun secara khusus untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan kelayakan bahan ajar yang telah disusun. Pada penelitian ini, ada empat instrumen yang digunakan sesuai dengan subjek uji coba. Keempat instrumen tersebut meliputi:


(61)

1. Instrumen validasi ahli

2. Lembar masukan peer reviewer

3. Instrumen penilaian produk oleh reviewer

4. Instrumen uji tanggapan produk oleh siswa

Sebelum instrumen penilaian produk untuk reviewer dibuat, terlebih dahulu disusun kisi-kisi untuk instrumen penilaian tersebut. Kisi-kisi instrumen penilaian produk oleh reviewer tersebut tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Produk oleh Reviewer

Komponen Indikator Nomor Butir

Penyajian

1. Sistematika

2. Kelogisan penyajian

3. Penyajian ilustrasi, tabel, gambar dan peta konsep

1 2 3, 4, 5, 6

Kelayakan Isi

1. Kelengkapan, keluasan, ke-dalaman dan akurasi materi 2. Kelengkapan pendukung isi

bahan ajar

3. Kemampuan mendorong rasa ingin tahu

7, 8, 9 10 11

Kebahasaan

1. Kesesuaian dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan kaidah Bahasa Indonesia

2. Ketepatan dan efektivitas kalimat 3. Konsistensi istilah dan simbol

kimia

12, 15 13, 14, 15

16 Integrasi konteks kejuruan

1. Ketepatan integrasi dan narasi pengantar materi

2. Keseuaian praktikum yang diberikan

17, 18 19

Keterbacaan

1. Sampul bahan ajar 2. Layout bahan ajar 3. Jenis huruf

4. Daya tarik secara keseluruhan

20 21 22 23

Instrumen penilaian produk oleh reviewer berupa angket atau kuisioner yang terdiri dari lima aspek. Aspek yang dikaji meliputi komponen penyajian, komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen integrasi konteks


(62)

kejuruan dan komponen keterbacaan (Arsyad, 2004; BNSP, 2014; Vaino, Holbrook & Rannikmae, 2012). Jumlah indikator yang digunakan sebanyak 23 indikator. Sebelum digunakan, instrumen penilaian untuk reviewer tersebut divalidasi secara logis terlebih dahulu. Hasil valiadasi logis selanjutnya direvisi dan digunakan untuk mengambil data kuantitatif dari penilaian reviewer.

Adapun instrumen penilaian untuk ahli disusun berdasarkan pada teori tentang content validity. Berdasarkan teori tersebut, maka ahli materi maupun ahli media tidak bertugas untuk menilai produk yang disusun, melainkan hanya memberi masukan dan judgement (putusan) terhadap produk yang disusun. Hasil

judgement berupa keterangan telah layak atau belum layak untuk bahan ajar yag disusun.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data terbagi dalam dua bagian yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif terbagi dalam dua bagian yaitu teknik analisis data kualitatif dari ahli materi dan media serta teknik analisis data kualitatif dari masukan peer reviewer. Proses analisis untuk masing-masing bagian dilakukan dengan mendata semua masukan yang diberikan, selanjutnya melakukan analisis dengan menyeleksi masukan mana yang dapat diterima untuk dilakukan revisi.

Teknik analisis data kuantitatif berbeda dengan teknik analisis data kualitatif. Pada teknik data kuantitaif, analisis data diawali dengan pengubahan penilaian reviewer dari nilai yang berbentuk kualitatif menjadi nilai yang


(63)

berbentuk kuantitatif. Hal yang sama juga dilakukan pada data yang diperoleh berdasarkan tanggapan siswa. Akan tetapi, pada penilaian reviewer, data dibuat dengan skala lima, sedangkan pada tanggapan siswa data dibuat dengan skala 4. Pengubahan tersebut berdasarkan pada ketentuan konversi menurut skala Likert. Konversi untuk data reviewer tercantum pada Tabel 2., sedangkan konversi untuk data tanggapan siswa tercantum pada Tabel 3.

Tabel 2. Konversi setiap Kategori menjadi Skor untuk Penilaian Reviewer

Kategori Skor

SB (Sangat Baik) 5

B (Baik) 4

C (Cukup) 3

K (Kurang) 2

SK (Sangat Kurang) 1

Tabel 3. Konversi setiap Kategori menjadi Skor untuk Tanggapan Siswa

Kategori Skor

SS (Sangat Setuju) 4

S (Setuju) 3

KS (Kurang Setuju) 2

TS (Tidak Setuju) 1

Setelah dilakukan konversi, selanjutnya dibuat tabulasi data skor yang sudah diperoleh untuk setiap komponen. Kemudian, melakukan penghitungan skor total dan skor rata-rata setiap indikator maupun setiap komponen. Skor rata-rata setiap indikator ditentukan melalui rumus:

̅ ∑

Keterangan:

̅ = Skor rata-rata indikator


(64)

= Jumlah reviewer atau siswa

Berdasarkan data tersebut, maka skor rata-rata setiap komponen dapat dihitung dengan menjumlahkan semua skor rata-rata dari setiap indikator dalam komponen.

Langkah selanjutnya adalah konversi skor rata – rata yang diperoleh menjadi tingkat kelayakan produk secara kualitatif dengan pedoman konversi ideal seperti dalam Tabel 4.

Tabel 4. Pedoman Konversi Ideal

No. Rentang Skor (i) Kategori Kelayakan

1. ̅ > Xi + 1,8 x sbi Sangat Baik (SB)

2. Xi + 0,6 x sbi < ̅≤ Xi + 1,8 x sbi Baik (B)

3. Xi– 0,6 x sbi < ̅≤ Xi + 0,6 x sbi Cukup (C)

4. Xi– 1,8 x sbi < ̅≤ Xi– 0,6 x sbi Kurang (K)

5. ̅≤ Xi– 1,8 x sbi Sangat Kurang (SK)

Sumber: Widoyoko (2009) Keterangan:

Xi = Rerata ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

sbi = Simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

X = Skor empiris

Skor maksimal ideal = Ʃ butir kriteria x skor tertinggi Skor minimal ideal = Ʃ butir kriteria x skor terendah

Setelah itu dihitung pula persentase keidealan produk dengan rumus sebagai berikut.

Persentase keidealan = skor rata-rata


(65)

Khusus untuk skor rata-rata pada data tanggapan siswa, juga dibuat diagram yang menunjukkan persentase keidealan untuk masing-masing komponen.


(66)

BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Produk Awal

Hasil penelitian pengembangan pada tahap awal adalah terciptanya draft bahan ajar kimia yang berjudul “Elektrokimia untuk SMK Teknik Otomotif”. Bahan ajar kimiayang disusun tersebut mengacu pada kurikulum 2013. Konten dalam bahan ajar kimia yang dikembangkan, disusun berdasarkan hasil analisis data kualitatif yaitu matriks hasil integrasi antara KD kimia SMK dengan KD kejuruan Teknik Otomotif. Matriks hasil integrasi tersebut tersaji dalam Tabel 5.

Berdasarkan matriks pada Tabel 5. maka tersusun sebuah produk pengembangan berupa bahan ajar yang dicetak dengan kertas berukuran B5 (18,2 cm x 25,7 cm) full colour. Jumlah halaman sebanyak 138. Bahan ajar tersebut terdiri dari empat bab yaitu dasar-dasar elektrokimia, baterai, elektroplating dan korosi. Khusus untuk bab pertama, diawali dengan pendahuluan yaitu hakikat elektrokimia. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran umum tentang elektrokimia yang tersaji melalui suatu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Adanya hakikat elektrokimia tersebut diharapkan juga dapat memancing rasa keingintahuan siswa supaya mempelajari elektrokimia lebih lanjut dalam bahan ajar yang disusun.

Ciri khas lain adalah adanya halaman “Dunia Otomotif” pada masing -masing awal bab, adanya peta konsep hasil integrasi konten kimia dengan kejuruan Teknik Otomotif, praktikum setiap akhir bab dan adanya peta konsep


(67)

materi setiap akhir bab. Keterangan lebih lengkap tercantum pada sistematika bahan ajar kimia.

Tabel 5. Matriks Konten Kimia Konteks Kejuruan Teknik Otomotif

Kelas Kompetensi Dasar (KD) Kimia

KD Kejuruan Teknik Otomotif yang Dapat Diintegrasikan dengan Pembelajaran Kimia

Konten Kimia Konteks Kejuruan Teknik Otomotif

X 3.9 Memahami

ge-jala atau

proses yang terjadi dalam contoh sel volta yang digunakan dalam kehidupan.

 Menerangkan fungsi dan konstruksi baterai.

 Menjelaskan cara

pe-ngelasan CO2 (MIG) dan las

elektroda secara manual.

 Hakikat Elektrokimia.  Definisi sel Volta.  Klasifikasi sel Volta.  Sifat larutan elektrolit.  Pengukuran potensial sel pada

sel Volta.

 Fungsi larutan elektrolit dalam baterai.

 Diagram sel Volta dan

komponen-komponennya.  Reaksi dan sistem kerja pada

baterai.

 Penentuan potensial pada baterai.

 Pemilihan elektroda pada pengelasan.

3.10 Menganalisis faktor-faktor yang mem-pengaruhi terjadinya korosi dan me-ngajukan ide/gagasan untuk mengatasi-nya.

 Menjelaskan cara meng-hilangkan korosi/kerak hingga siap pengecatan da-sar.

 Menjelaskan pe-meliharaan mesin dan peralatan oto-motif.

 Proses korosi

 Faktor yang mem-pengaruhi terjadinya korosi.

 Dampak korosi pada

komponen mesin dan per-alatan otomotif.

 Cara mencegah terjadinya korosi pada komponen mesin dan peralatan otomotif.

3.11 Memahami ge-jala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrolisis

yang

di-gunakan dalam ke-hidupan.

 Menjelaskan pengkilapan secara manual dan meng-gunakan mesin sesuai SOP.

 Definisi sel elektrolisis  Diagram sel elektrolisis  Reaksi yang terjadi pada

elektrolisis

 Penyepuhan logam pada

komponen kendaraan  Elektroplating


(68)

Bahan ajar kimia hasil pengembangan produk awal secara lengkap memiliki sistematika meliputi halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, matriks konten kimia konteks kejuruan Teknik Otomotif, peta konsep integrasi konten kimia dengan kejuruan Teknik Otomotif, hakikat elektrokimia, isi buku, bibliografi, dan sumber gambar dan berita. Sistematika bagian isi bahan ajar produk awal yaitu sampul bab, dunia otomotif, uraian materi disertai info di bagian-bagian tertentu, rangkuman, peta konsep materi, latihan soal dan praktikum.

B. Proses Pengumpulan Data dan Revisi Produk

1. Hasil Validasi Produk Awal oleh Ahli dan Revisi

Setelah produk awal pengembangan tersusun, produk tersebut selanjutnya dilakukan validasi pada bagian konten produk. Intrumen untuk validasi tersebut tercantum pada Lampiran 8. Validasi konten yang dilakukan meliputi validasi materi oleh satu orang dosen kimia sebagai ahli materi dan validasi media oleh satu orang dosen kimia sebagai ahli media. Tujuan validasi konten adalah untuk mengetahui kelayakan bahan ajar kimia yang disusun sebelum diujicobakan dalam pembelajaran kimia di SMK. Berikut ini adalah masukan dari ahli materi dan ahli media untuk konten bahan ajar. a. Masukan Ahli Materi

1) Perbaikan penulisan persamaan Nernst

2) Pemindahan letak materi “elektroda pada pengelasan” supaya tidak tercampur dengan komponen Sel Volta.


(69)

3) Penambahan penjelasan untuk beberapa konsep tertentu.

4) Penjelasan lebih lanjut terkait teori pengantar praktikum dan bahan yang digunakan untuk praktikum.

5) Penambahan teori terkait keunggulan dan kelemahan aki kering dan aki basah.

6) Menghindari pengulangan konsep dan contoh soal. 7) Perbaikan penulisan rumus kimia.

8) Perbaikan praktikum bab 3 terkait waktu dan konsentrasi larutan yang digunakan.

9) Tidak perlu ada teori tentang klasifikasi cat. 10) Ada penambahan teori tentang kegunaan cat.

11) Penambahan penjelasan pada gambar-gambar tertentu. 12) Pencantuman sumber yang jelas pada Tabel 1.1

13) Perbaikan perhitungan pada contoh dalam bab 1. 14) Penyamaran merk pada gambar.

15) Penjelasan lebih lanjut tentang isi Tabel 3.1

16) Penggantian istilah “reaksi bersih” menjadi reaksi total”

17) Perbaikan narasi dalam “Dunia Otomotif” di awal setiap bab yaitu menggunakan kalimat sendiri.

18) Penggantian kata “dikarenakan” menjadi “disebabkan” 19) Perbaikan kalimat supaya lebih efektif.

20) Penambahan fokus pembahasan aki pada halaman 57.


(70)

22) Penggantian kata “seng” menjadi kata “zink”, kata”potasium” menjadi “kalium”, kata”sulfur” menjadi “belerang”, kata “metal” menjadi “logam” dan kata “ketetapan” menjadi kata”tetapan”.

23) Perbaikan kata “kelembapan” menjadi kata “kelembaban” sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

b. Masukan Ahi Media

1) Perbaikan penggunaan fasa zat dan lambang kimia.

2) Penjelasan lebih lanjut terkait satuan yang digunakan dalam perhitungan.

3) Perbaikan gambar mekanisme korosi, melengkapi reaksi pada mekanisme korosi, penambahan keterangan pada Gambar 4.5, Tabel 4.3 dan Gambar 4.6.

4) Hindari pengulangan gambar yang sama.

5) Penggantian nomor pada gambar-gambar di “Hakikat Elektrokimia” 6) Perbaikan kelengkapan keterangan gambar dan sumber tabel. 7) Perbaikan perhitungan pada contoh soal.

8) Perbaikan fokus dan keterangan pada Gambar 4.1, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

Hasil validasi ahli materi dan ahli media yaitu berupa masukan atau saran, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyusun revisi I. Kesimpulan yang diperoleh dari validasi tersebut adalah draft bahan ajar yang


(1)

(2)

Gambar 7. Peta Konsep Integrasi Konten Kimia dengan Kejuruan Teknik Otomotif


(3)

(4)

(5)

(6)