32
atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan
datang. Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional
lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi
mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
2.3.4 Tipe-Tipe Lanjut Usia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W 2000tipe-tipe lansia
antara lain: a.
Tipe Arif Bijaksana, yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri, yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan. c.
Tipe Tidak Puas, yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman. d.
Tipe Pasrah, yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik. e.
Tipe Bingung, yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif dan kaget.
Universitas Sumatera Utara
33
2.3.5 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua, dari ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya
umur. Menurut Nugroho 2000 perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Fisik
1. Sel: Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2. Sistem Persyarafan: Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Penglihatan: menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa
lebih suram kekeruhan pada lensa menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran: hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama
pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50 terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
5. Sistem Kulit: kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar
Universitas Sumatera Utara
34
keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
b. Perubahan Mental
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik. kesehatan umum, tingkat pendidikan, hereditas, lingkungan,
perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap, kenangan- kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit, kenangan
lama tidak dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada
daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu. c.
Perubahan Psikososial Adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut,
merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosio ekonomi seperti
pensiunan, kehilangan finansial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi, serta sadar akan datangnya kematian, perubahan dalam cara
hidup, kemampuan gerak sempit, ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi, penyakit kronis, kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial,
gangguan syaraf panca indra, gizi, kehilangan teman dan keluarga. d.
Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan lanjut usia makin berintegrasi dalam
kehidupannya. Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini dapat dilihat dalam berpikir dan bertindak. Spiritualitas pada lanjut usia
bersifat universal, intrinsic dan merupakan proses individual yang berkembang
Universitas Sumatera Utara
35
sepanjang rentang kehidupan, karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut. Lansia yang telah mempelajari
cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan
individu dengan keimanan spiritual atau religious untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian. Satu hal pada lansia yang
diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menujukkan bahwa lanjut usia cenderung tidak
terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian Azizah, 2011: 16.
2.3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lansia Sehingga Tinggal Di Panti