EFEKTIVITAS PENERAPAN KOLABORASI MODEL THINK-PAIRSHARE (TPS) DAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI ASAM DAN BASA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEWON TAHUN AJARAN 2016/2017.
i
EFEKTIVITAS PENERAPAN KOLABORASI MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI ASAM DAN BASA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEWON
TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Azmi Rahmawati NIM:13303241003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v MOTTO
Kesabaran adalah ukuran sebuah kedewasaan. Jadikanlah sebuah masalah sebagai penyemangat untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.
(6)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini ingin ku persembahkan untuk:
1. Bapak Drs. Narduwi dan Ibu Sri Tuwuh, S.Ag, kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan untukku,
2. Kakekku, yang selalu mendukung dan mendoakanku,
3. Kakakku, Zulham Ahmad Fanani, S.E, yang selalu menjadi tempat untuk berbagi segala hal,
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Penerapan Kolaborasi Model Think-Pair-Share (TPS) dan Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada Materi Asam dan Basa Kelas XI SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran 2016/2017”. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan penelitian ini tidak lepas dari peran beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas MIPA UNY yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini,
2. Jaslin Ikhsan, Drs.,M.App.Sc.,Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penyelesaian laporan,
3. Sukisman Purtadi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan ilmu dan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penulisan laporan,
4. Dr. Crys Fajar Partana, M.Si. selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan ilmu dengan kesabarannya senantiasa membimbing penulis selama penelitian dan penyelesaian laporan,
5. Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU.,Apt. selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,
(8)
viii
6. Rr. Lis Permana Sari, M.Si. selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,
7. Drs. Marsudiyana selaku Kepala SMA Negeri 1 Sewon yang berkenan memberikan izin melaksanakan penelitian,
8. Dra. Eka Titin Aryani, selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Sewon yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses penelitian di sekolah, 9. Peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sewon Tahun Ajaran 2016/2017,
terutama kelas XI MIA 3 dan XI MIA 5 yang bersedia belajar bersama – sama selama penelitian,
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu, terimakasih untuk segala bantuannya.
Tidak akan cukup kata yang dapat mewakili rasa syukur dan terimakasih penulis. Semoga segala bentuk kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan kebaikan oleh-Nya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian ini yang jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, Penulis,
(9)
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iv
HALAMAN MOTTO ……….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vi
KATA PENGANTAR ………. vii
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ……… xi
DAFTAR GAMBAR ……… xii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii
ABSTRAK……… xiv
ABSTRACT ……….. xv
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Identifikasi Masalah ………... 5
C. Pembatasan Masalah ……….. 6
D. Rumusan Masalah ……….. 7
E. Tujuan Penelitian ………... 7
F. Manfaat Penelitian ………. 8
BAB II LANDASAN TEORI ……….. 9
A. Deskripsi Teori ……….. 9
B. Penelitian yang Relevan ……… 18
C. Kerangka Berpikir ………. 19
D. Hipotesis Penelitian ………... 21
BAB III METODE PENELITIAN ………. 22
A. Desain Penelitian ………... 22
B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 22
C. Teknik Pengambilan Sampel ………. 23
(10)
x
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ……… 26
F. Teknik Analisis Data ………. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 40
A. Hasil Penelitian ……….. 40
B. Pembahasan ………... 46
BAB V PENUTUP ………... 62
A. Kesimpulan ……… 62
B. Saran ……….. 62
DAFTAR PUSTAKA ……….. 64
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2 ……….. 17
Tabel 2. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ………. 27
Tabel 3. Kisi-kisi Penilaian Sikap Ilmiah Belajar Kimia ………. 29
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Peserta didik ………. 34
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Sikap Ilmiah Awal Peserta didik ………. 34
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data SIkap Ilmiah Akhir Peserta didik ……… 35
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ………. 36
Tabel 8. Rumus Anakova ………. 37
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji-t sama Subjek………. 39
Tabel 10. Data Pengetahuan Awal Peserta didik ………. 40
Tabel 11. Ringkasan Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik ………. 41
Tabel 12. Ringkasan Data Sikap Ilmiah Peserta didik ………. 41
Tabel 13. Ringkasan Uji Normalitas ……… 42
Tabel 14. Ringkasan Uji Homogenitas ………. 43
Tabel 15. Ringkasan Uji Anakova ………... 44
(12)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian ……… 33
Gambar 2. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ……….. 226
Gambar 3. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ………... 226
Gambar 4. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ……… 227
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………... 68
Lampiran 2. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2 ……… 152
Lampiran 3. Soal Kemampuan Berpikir Kritis ………. 154
Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Berpikir Kritis ………… 160
Lampiran 5. Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ……… 172
Lampiran 6. Angket Sikap Ilmiah Peserta didik ………... 199
Lampiran 7. Data Nilai Pengetahuan Awal Kimia ……… 203
Lampiran 8. Data Angket Sikap Ilmiah Peserta didik ……….. 205
Lampiran 9. Data Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik …… 207
Lampiran 10. Uji Validitas ……… 209
Lampiran 11. Uji Reliabilitas ……… 212
Lampiran 12. Uji Normalitas ……… 220
Lampiran 13. Uji Homogenitas ………. 222
Lampiran 14. Uji Anakova ……… 223
Lampiran 15. Uji-t sama Subjek ………... 224
(14)
xiv
EFEKTIVITAS PENERAPAN KOLABORASI MODEL
THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MATERI ASAM DAN BASA KELAS XI SMA NEGERI 1
SEWON TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh:
Azmi Rahmawati 13303241003
Dosen Pembimbing: Dr. Crys Fajar Partana, M.Si.
ABSTRAK
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia kelas XI SMA Negeri 1 Sewon antara yang mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan, serta mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik dalam pembelajaran kimia sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE,.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI semester 2 SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017 yang terbagi dalam 5 kelas. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sampel penelitian terdiri atas dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Masing-masing kelas terdiri dari 31 peserta didik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t pair samples t-test) dan uji anakova satu jalur (one way anacova).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik, serta terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap ilmiah peserta didik, sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan POE.
(15)
xv
EFFECTIVENESS OF TPS AND POE MODELS COLLABORATION APPLICATION ON SCIENTIFIC ATTITUDE AND CRITICAL THINKING
ABILITY OF STUDENTS OF SMA N 1 SEWON GRADE XI SEMESTER 2 ACADEMIC YEAR 2016/2017
By:
Azmi Rahmawati 13303241003
Supervisor: Dr. Crys Fajar Partana, M.Si.
ABSTRACT
The aims of this research were to know the significant differences in critical thinking ability and scientific attitude between students of SMA N 1 Sewon who attending class which using TPS and POE models collaboration and students who attending class which using Discovery Learning model, if prior knowledge controlled statistically.
The population of this research were students of SMA N 1 Sewon grade XI semester 2 on the academic year 2016/2017, which divided in 5 classes. Samples of the research were determined by purposive sampling method. Samples which were two classes, were divided into two groups, one called as experimental class and the other as control class. The hypothesis of this research were analyzed by using pair samples t-test and oneway anacova.
The results showed that there were significant differences in critical thinking ability and scientific attitude between students of SMA N 1 Sewon who attending class which using TPS and POE models collaboration and students who attending class which using discovery learning model, if prior knowledge controlled statistically.
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi prioritas utama dalam tujuan kehidupan. Pendidikan dapat digolongkan menjadi 3 jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Menurut Pasal 1 ayat 7, Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Indonesia telah menerapkan kurikulum baru yang disebut kurikulum 2013. Sebelumnya, Indonesia pernah menerapkan beberapa kurikulum, seperti Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan terakhir Kurikulum 2013 (K-13). Kurikulum pendidikan K-13 ini dikembangkan dengan memiliki ciri khas yaitu adanya Pendekatan Saintifik (scientific Approach). Pada pelaksanaan kurikulum ini, peserta didik dituntut untuk aktif dan ikut berpartisipasi dalam setiap
(17)
2
pembelajaran. Artinya, proses pembelajaran di dalam kelas bukan lagi teacher centered, tetapi student centered.
Penerapan kurikulum 2013 memiliki kesulitan dan hambatan di lapangan. Peserta didik dan guru mata pelajaran masing-masing belum siap menghadapi perubahan kurikulum yang terjadi. Ditambah dengan fasilitas pendidikan yang belum memadai. Akibatnya, banyak jenjang - jenjang sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 tetapi pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional atau ceramah (teacher centered). Hal ini tentu saja tidak relevan dengan tujuan kurikulum 2013 itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan teknik, strategi maupun metode pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan kurikulum 2013.
Model POE (Predict-Observe-Explain) adalah teknik kombinasi yang terdiri dari langkah – langkah berupa predict, observe, dan explain. Predict artinya memprediksi, langkah ini akan memperlihatkan pengetahuan atau konsep yang dimiliki oleh peserta didik tentang fenomena. Observe artinya mengamati, peserta didik dituntun untuk lebih berkonsentrasi pada percobaan atau demonstrasi yang disajikan. Explain artinya menjelaskan, peserta didik dapat secara aktif melakukan diskusi di dalam kelas untuk mengutarakan pendapat mereka masing – masing (Terasong, Chantore, & Nacapricha, 2010).
Di dalam proses pembelajaran, model POE sangat efektif untuk diterapkan. Model ini dapat membantu peserta didik dalam membentuk konsep atau pengetahuan yang benar tentang suatu mata pelajaran, khususnya mata pelajaran kimia di SMA. Model POE sesuai dengan tujuan kurikulum 2013,
(18)
3
peserta didik akan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran yang menggunakan model POE, peserta didik akan disajikan media ataupun sebuah demonstrasi. Sebelumnya akan dilakukan pre-test untuk mengetahui sejauh mana konsep kimia yang mereka kuasai. Kemudian peserta didik akan mengamati demonstrasi yang disajikan, mengumpulkan data, informasi, membuat kesimpulan dan mendiskusikan hasilnya (Kibirige, Osodo, & Tiala, 2014). Sehingga peserta didik akan mendapatkan pemahaman sendiri dan mampu membentuk konsep kimia dengan benar.
Model lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah model TPS (Think-Pair-Share). Model TPS merupakan kombinasi dari 3 langkah yaitu think, pair, dan share.Think artinya berpikir, peserta didik dituntun untuk tidak hanya menerima apa yang dijelaskan guru di dalam kelas, tetapi juga memiliki pendapat mereka masing – masing. Pair artinya berpasangan, peserta didik akan diarahkan untuk bekerja di dalam grup – grup kecil untuk menyelesaikan masalah yang telah disajikan. Sedangkan share artinya berbagi, peserta didik akan diarahkan untuk berdiskusi secara bersama – sama, mengungkapkan pendapat mereka masing – masing (Adekunmi, 2015).
Baik model POE maupun model TPS efektif terhadap pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas. Penerapan model POE dan model TPS secara mandiri dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini didukung dalam jurnal – jurnal yang berjudul The Effect of Predict-Observe-Explain Strategy on Learners’ Misconceptions about Dissolved Salts, Development of a Predict -observe-explain Strategy for Teaching Flow Injection at Undergraduate
(19)
4
Chemistry, dan Effect of Think-pair-Share Collaborative Inquiry as One of Classroom Practices for Improving Students’ Reflective Thinking Skills in basic Science (Kibirige, Osodo, & Tlala.2014).
Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi, model TPS dapat dikolaborasikan dengan model POE. Kolaborasi ini dapat dilakukan dengan penilaian peserta didik dalam bentuk pre-test, untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kimia, kemudian diikuti dengan penyajian materi dalam bentuk demonstrasi. Langkah awal ini termasuk dalam langkah Think dan Predict. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk bekerja secara berkelompok dalam mengamati dan mencoba sendiri demonstrasi yang disajikan. Langkah ini termasuk dalam langkah Pair dan Observe. Kemudian, peserta didik akan diberikan waktu untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan percobaan mereka secara berkelompok. Setelah itu, setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi mereka, dengan memberikan pendapat dan penjelasan yang sesuai. Langkah ini termasuk dalam langkah Share dan Explain. Melalui langkah – langkah tersebut, peserta didik akan lebih mudah memahami materi kimia yang diajarkan. Selain itu, kolaborasi model TPS dan model POE ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Sewon, masih menerapkan metode ceramah/konvensional dalam menyampaikan materi kimia. Sedangkan kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 1 Sewon sudah berupa Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menekankan pada keaktifan peserta didik di kelas (student centered). Oleh karena itu, kolaborasi antara
(20)
5
model TPS dan model POE untuk diterapkan pada proses pembelajaran kimia di SMA menawarkan suasana belajar yang baru bagi peserta didik.
Atas dasar uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas penerapan kolaborasi model Think-Pair-Share (TPS) dan Predict-Observe-Explain (POE) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah – masalah sebagai berikut.
1. Kegiatan pembelajaran kimia di SMA N 1 Sewon belum menekankan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik.
2. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas masih berupa pembelajaran satu arah dari guru, sehingga peserta didik bersifat pasif. Sedangkan proses pembelajaran kurikulum 2013 menekankan pada keaktifan/peran peserta didik dalam kelas (student centered).
3. Pembelajaran satu arah (teacher centered) mengurangi kemampuan peserta didik dalam bekerja secara kelompok dan mengurangi sikap ilmiah peserta didik.
4. Metode pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran kimia adalah model POE yang dikolaborasikan dengan model TPS. Efektivitas penerapan model POE yang dikolaborasikan
(21)
6
dengan model TPS terhadap sikap ilmiah dan kemampuan berpikir kritis peserta didik ini masih perlu untuk diteliti.
5. Model pembelajaran POE yang dikolaborasikan dengan model TPS ini tidak dapat diterapkan pada semua materi kimia.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian sebagai berikut.
1. Materi kimia yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi Asam dan Basa untuk peserta didik kelas XI semester 2.
2. Perlakuan terhadap kelas eksperimen adalah pembelajaran kimia dengan menggunakan kolaborasi model TPS dengan model POE.
3. Pengetahuan awal kimia pada peserta didik berupa nilai Ujian Akhir Semester 1 (UAS) mata pelajaran kimia kelas XI semester 1 tahun ajaran 2016/2017.
4. Kemampuan berpikir kritis peserta didik diungkap dengan menggunakan tugas dan tes kemampuan berpikir kritis materi Asam dan Basa.
5. Angket sikap ilmiah diberikan kepada peserta didik, sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan model POE yang dikolaborasikan dengan model TPS.
(22)
7 D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal kimia dikendalikan? 2. Adakah perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik
dalam pembelajaran kimia sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia yang mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning, jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan
2. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik dalam pembelajaran kimia sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE
(23)
8 F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Peserta didik
Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta prestasi belajar kimia dengan kolaborasi model TPS dan model POE.
2. Bagi Guru
Guru dapat memperoleh gambaran dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran kimia menggunakan kolaborasi model TPS dan model POE, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar kimia peserta didik.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah, khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar kimia peserta didik.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keefektifan model TPS yang dikolaborasi dengan model POE dibandingkan dengan pembelajaran yang umum dilakukan di kelas.
(24)
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Kurikulum 2013
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan suatu proses belajar-mengajar (pembelajaran) di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya (Nasution, 2009, h.5). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum yang sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis pendidikan karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana peserta didik dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman peserta didik dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan
(25)
10
bisa diperoleh juga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya. b. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek keterampilan sendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka peserta didik tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.
c. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi, dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi peserta didiknya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
2. TPS
Think-pair-share (TPS) adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Prof. Frank Lyman di University of Maryland pada tahun 1981. TPS diperoleh dari tiga buah aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik, yaitu Think, Pair dan Share.Think adalah proses
(26)
11
dimana guru mengajak peserta didik untuk berpikir dengan menyajikan sebuah pertanyaan maupun demonstrasi, dan peserta didik diberikan waktu beberapa menit untuk berpikir. Pair, adalah proses dimana guru meminta peserta didik untuk berkelompok dan berdiskusi mencari jawaban atas masalah yang telah disajikan oleh guru. Kemudian, aktivitas yang ketiga adalah share, yaitu proses dimana peserta didik secara berkelompok diminta untuk menyampaikan hasil diskusi mereka, ke dalam kelompok diskusi yang lebih besar (dalam satu kelas) (Kaddoura, 2013).
3. POE
Predict-observe-explain merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang memfasilitasi peserta didik dalam mengungkapkan pendapatnya. Prosedur POE didasarkan pada metode klasik dimana hipotesis dinyatakan terlebih dahulu yang diperkuat dengan argumentasi. Kemudian diikuti dengan pengumpulan data dan diskusi. Model POE melibatkan peserta didik dalam memprediksi hasil akhir dari suatu demonstrasi dengan mengungkapkan argumentasi mereka. Proses ini disebut dengan Predict. Kemudian, selama demonstrasi berlangsung, peserta didik melakukan pengamatan untuk meyakinkan hipotesis yang telah mereka buat sebelumnya. Proses ini disebut dengan Observe. Selanjutnya, peserta didik menjelaskan apa yang telah mereka amati, didukung oleh sumber – sumber yang relevan, tentang apa yang mereka prediksikan dengan apa yang telah mereka amati. Proses ini disebut dengan Explain.
(27)
12
POE pertama kali dikembangkan di University of Pittsburgh. Awalnya, POE dikenal sebagai strategi pembelajaran DOE ( demonstrate-observe-explain), karena prosesnya yang menggunakan demonstrasi sebagai obyek untuk diobservasi (Kearney, Treagust, Yeo & Zadnik, 2001).
4. Kemampuan berpikir kritis
Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda antara satu dengan lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini. Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari alasan.
Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Berpikir kritis juga merupakan berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik ( Fitriawati, N, 2010).
Berpikir kritis secara essensial merupakan proses ‘aktif’ dimana seseorang memikirkan suatu hal secara lebih mendalam, mengajukan berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang relevan sehingga memiliki pola pikir yang lebih bila dibandingkan dengan orang lain yang bersikap ‘pasif’ (Fisher, A, 2009, h.2).
(28)
13
Berpikir kritis merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat kemungkinan dan perilaku yang rasional (Sapriya, 2015, h.144). Terdapat lima tahap berpikir kritis. Proses-proses tersebut mencakup pemfokusan dan observasi pada sebuah pertanyaan atau masalah, penilaian dan pemahaman situasi masalah, analisis masalah, membuat dan mengevaluasi keputusan-keputusan atau solusi-solusi, dan akhirnya memutuskan satu tindakan.
Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide. Termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan - pertimbangan itu biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir kritis dapat mendorong peserta didik untuk mengeluarkan ide baru. Pembelajaran keterampilan berpikir kritis kadang - kadang dikaitkan dengan keterampilan berpikir kreatif.
Kecakapan berpikir kritis terdiri dari Inferece yaitu kecakapan untuk membedakan antara tingkat - tingkat kebenaran dan kepalsuan, pengenalan padaasumsi-asumsi; deduksi yaitu kecakapan untukmenentukan kesimpulan-kesimpulan tertentu perlumengikuti informasi di dalam pernyataan-pernyataan ataupremis - premis yang diberikan; interpretasi yaitu kecakapan menimbang fakta - fakta dan menghasilkanpenggeneralisasian atau kesimpulan-kesimpulan berdasarkan pada data yang diberikan; dan evaluasi sebuah argumen yaitu kecakapan membedakan antara argumen-argumen yang kuat dan relevan dan argumen-argumenyang lemah atau tidak relevan. Aspek berpikirkritis meliputi
(29)
14
dugaan-dugaan, kriteria, argumen yaitu sebuah pernyataan atau usul dengan fakta-fakta yangmendukung, penalaran yaitu kemampuan untukmenginferensi sebuah kesimpulan dari satu premis atau lebih, sudut pandang yaitu cara seseorang untuk memandang dunia yang membentuk konstruksi makna seseorang, prosedur-prosedur untuk penerapan kriteria-kriteria.
5. Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitudeberasal dari bahasa Latin yaitu “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sikap ilmiah berkaitan dengan obyek yang disertai dengan perasaan positif atau perasaan negatif. Dengan demikian sikap ilmiah merupakan sikap keilmuwan atau scientific attitude.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2005), sikap didefinisikan sebagai perbuatan yang didasarkan pada pendirian atau keyakinan, sedangkan ilmiah berarti ilmu, secara ilmu pengetahuan atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Sikap ilmiah peserta didik dapat dilatih melalui berbagai macam kegiatan belajar. Sikap ilmiah peserta didik dapat berupa kemampuan menyampaikan pendapat, ketertarikan terhadap suatu masalah, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan bekerjasama serta menghargai pendapat orang lain. Sikap ilmiah peserta didik dapat membentuk cara berpikir yang kritis, sehingga dapat memabntu perwujudan dari tujuan pembelajaran yaitu student centered (keaktifan peserta didik).
(30)
15
Sikap ilmiah peserta didik dapat diketahui melalui angket yang diberkan kepada peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Selain itu, sikap ilmiah juga dapat diukur dengan menggunakan lembar observasi.
6. Materi Asam dan Basa
Definisi umum tentang asam dan basa pertama kali diungkapkan oleh Svante Arrhenius pada tahun 1887. Arrhenius menyatakan bahwa asam adalah zat yang apabila terdisosiasi dalam air akan membentuk ion H+, sedangkan basa dinyatakan sebagai suatu zat yang apabila terdisosiasi dalam air akan membentuk ion –OH. Apabila rumus umum zat asam dinyatakan sebagai HA, dan basa sebagai BOH, maka menurut Arrhenius asam dan basa dapat didefinisikan sebagai berikut,
Asam HA + H2O H3O + + A-
Basa BOH + H2O -OH + B+ (Myers, 2003)
Definisi tentang asam dan basa yang dinyatakan oleh Arrhenius hanya terbatas pada larutan berair. Oleh karena itu, Johannes Bronsted pada tahun 1932 mengemukakan definisinya tentang asam dan basa, dimana asam didefinisikan sebagai donor proton, dan basa didefinisikan sebagai acceptor proton.
HCl(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)
Proton terhidrasi, H3O+, disebut juga ion hidronium. Reaksi di atas menunjukkan bahwa asam Bronsted (HCl) mendonorkan protonnya kepada basa Bronsted (H2O).
(31)
16
Ion hidroksida dapat menerima proton (H+), dengan persamaan sebagai berikut: H+(aq) + -OH(aq) H2O(l)
Sehingga, ion hidroksida disebut dengan basa Bronsted (Chang, 2010)
Larutan asam dan basa dapat diidentifikasi menggunakan sebuah indikator asam dan basa. Beberapa contoh indikator adalah fenolftalein, bromtimol biru, metil jingga dan metil merah. Indikator akan memberikan perubahan warna yang berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Misalnya, fenoftalein yang tak berwarna, akan tetap pada larutan asam dan berubah menjadi merah muda pada larutan basa. Pemilihan indikator akan lebih mudah jika ada perubahan yang besar pada pH di dekat titik ekivalen titrasi (Sastrohamidjojo, 2005, h.291).
Materi kimia Asam – Basa secara keseluruhan yang digunakan adalah materi kimia Asam – Basa yang sesuai dengan silabus kimia SMA Kurikulum 2013 revisi tahun 2016. Kompetensi dasar dan uraian materi dapat dilihat pada tabel 1. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2 sebagai berikut,
(32)
17
Tabel 1. Silabus Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2 3.10 Memahami
konsep asam dan basa serta kekuatannya dan kesetimbangan pengionannya dalam larutan 4.10 Menentukan trayek
perubahan pH beberapa indikator yang diekstrak dari bahan alam
Asam dan Basa Perkembangan
konsep asam dan basa Indikator
asam-basa
pH asam kuat, basa kuat, asam lemah, dan basa lemah
Mengamati zat-zat yang bersifat asam atau basa dalam kehidupan sehari-hari.
Menyimak penjelasan tentang berbagai konsep asam basa Membandingkan konsep asam
basa menurut Arrhenius,
Brønsted-Lowry dan Lewis serta menyimpulkannya.
Mengamati perubahan warna indikator dalam berbagai larutan. Membahas bahan alam yang dapat
digunakan sebagai indikator. Merancang dan melakukan
percobaan membuat indikator asam basa dari bahan alam dan melaporkannya.
Mengidentifikasi beberapa larutan asam basa dengan beberapa indikator
Memprediksi pH larutan dengan menggunakan beberapa indikator. Menghitung pH larutan asam kuat
dan larutan basa kuat
Menghitung nilai Ka larutan asam lemah atau Kb larutan basa lemah yang diketahui konsentrasi dan pHnya.
Mengukur pH berbagai larutan asam lemah, asam kuat, basa lemah, dan basa kuat yang konsentrasinya sama dengan menggunakan indikator universal atau pH meter
Menyimpulkan perbedaan asam kuat dengan asam lemah serta basa kuat dengan basa lemah. Silabus Kimia SMA/MA Kurikulum 2013 Revisi 2016
(33)
18 B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Adekunmi (2015) yang berjudul “Effects Of Think-Pair-Share Collaborative Inquiry As One Of Classroom Practices For Improving Students’ Reflective Thinking Skills In Basic Science” menunjukkan masih adanya lulusan peserta didik yang gagal di Nigeria akibat penerapan metode pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan penelitian metode TPS, tingkat kegagalan lulusan peserta didik berkurang yang artinya terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kibirige, Osodo & Tlala (2014) yang berjudul “The Effect of Predict-Observe-Explain Strategy on Learners’ Misconceptions about Dissolved Salts” menunjukkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik kelas X SMA tentang konsep kelarutan garam, dapat diluruskan dengan pembelajaran menggunakan model POE. Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Teerasong, Chantore & Nacapricha (2010) yang berjudul “Development of a Predict-observe-explain
Strategy for Teaching Flow Injection at Undergraduate Chemistry”
menunjukkan bahwa model POE yang menggunakan cara demonstrasi pada peserta didik dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar pada peserta didik dibandingkan dengan metode konvensional.
Selain itu, penelitian mengenai penerapan model TPS dan POE juga dilakukan oleh Kala, Yaman & Ayas (2011) yang berjudul “The Effectiveness
(34)
19
of Predict-Observe-Explain Technique in Probing Students’ Understanding About Acid-Base Chemistry: A Case for The Concept of pH, pOH and The Strength” yang menunjukkan bahwa penerapan model POE dapat meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu materi pembelajaran kimia.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayvaci (2013) yang berjudul
“Investigating the Effectiveness of Predict-Observe-Explain Strategy On Teaching Photo Electricity Topic” menunjukkan bahwa penerapan POE dalam proses pembelajaran sangat efektif dilakukan, karena terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas yang menerapkan model POE dibandingkan dengan kelas yang tidak menerapkan model POE.
C. Kerangka Berpikir
Kurikulum pendidikan merupakan alat dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurikulum 2013, salah satu tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah peningkatan keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Artinya, kurikulum 2013 merupakan bentuk revisi dari kurikulum sebelumnya, dimana ada perubahan sistem dari teacher centered menjadi student centered. Perubahan ini tentunya akan sangat didukung dengan penerapan metode pembelajaran di dalam kelas yang tepat.
Ilmu kimia dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit sehingga dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Metode belajar konvensional menambah kesulitan pemahaman tentang materi kimia tertentu.
(35)
20
Oleh karena itu, variasi penerapan metode atau model pebelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 perlu diterapkan. Jika hanya menggunakan satu metode atau model, peserta didik tidak akan menaruh perhatian penuh pada setiap penjelasan materi yang diajarkan.
Model pembelajaran kooperatif dapat menarik perhatian serta partisipasi peserta didik. Dengan penerapan model ini, peserta didik dapat berperan aktif dalam menyampaikan pendapat dan pengetahuan mereka melalui diskusi. Model pembelajaran kooperatif di kelas menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas sehingga tidak dijumpai lagi suasana kelas yang sunyi selama proses pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan adalah kolaborasi model TPS dan model POE. Model ini mendorong peserta didik untuk dapat menaruh konsentrasi mereka dalam proses pembelajaran dan mendorong peserta didik untuk aktif bekerja dalam kelompok, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat mereka. Dengan adanya demonstrasi hingga proses diskusi tersebut, peserta didik diajak untuk berpikir kritis sehingga proses ini meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik. Apabila kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik yang melakukan pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE ini lebih tinggi dengan perbedaan hasil yang signifikan, artinya pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi model TPS dan POE ini lebih efektif.
(36)
21 D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1. Ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi kimia yang mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning.
2. Ada perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik dalam pembelajaran kimia sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE
(37)
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan desain atau rancangan penelitian satu faktor, dua sampel dan satu kovariabel. Satu faktor yang dimaksud adalah penerapan kolaborasi model TPS dan POE pada pembelajaran kimia. Dua sampel yang dimaksud adalah kelas yang diambil sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Satu kovariabel yang dimaksud adalah pengetahuan awal kimia peserta didik berupa nilai ulangan akhir semester 1 mata pelajaran kimia kelas XI tahun ajaran 2016/2017 SMA Negeri 1 Sewon yang diambil dari guru mata pelajaran kimia yang bersangkutan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI semester 2 SMA N 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017 yang tersebar dalam lima kelas, yaitu kelas XI MIA 1, XI MIA 2, XI MIA 3,XI MIA 4 dan XI MIA 5.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian representative dari suatu populasi, artinya sampel tersebut diharapkan dapat mewakili suatu populasi (Mahdiyah, 2014: 17). Penarikan sampel atau contoh merupakan salah satu prosedur yang perlu
(38)
23
dilakukan sebelum pengambilan data penelitian, dengan meminimalkan kesalahan – kesalahan yang dapat terjadi misalnya, nonsampling errors dan sampling errors (Lungan, 2006, h.196). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang mewakili populasi, dan diambil dari populasi dengan teknik tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas kontrol dan eksperimen yang masing-masing terdiri dari 31 peserta didik. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berupa jumlah peserta didik dalam kelas dan rata – rata tingkat pengetahuan awal kimia peserta didik (Arikunto, 2010, h.183). Perlakuan yang diberikan pada sampel adalah melaksanakan pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan model POE. Sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan model Discovery Learning.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti mengambil dua kelas sampel yang memiliki rata – rata kelas relatif sama. Langkah – langkah pengambilan sampel dilakukan dengan cara: 1. Mengumpulkan data berupa nilai hasil ujian akhir semester 1 seluruh
(39)
24
2. Menentukan dua kelas yaitu kelas XI MIA 3 dan XI MIA 5 sebagai sampel penelitian dari data nilai ujian akhir semester 1 kelas XI, yang memiliki nilai rata – rata yang relatif sama,
3. Melakukan uji homogenitas dan uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen atau tidak,
4. Kelas sampel tersebut ditetapkan sebagai kelas kontrol (XI MIA 3) dan kelas eksperimen (XI MIA 5).
D. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, digunakan tiga buah variabel yaitu: 1. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) adalah faktor yang diukur, dimanipulasikan atau dipilih peneliti untuk menentukan hubungannya dengan gejala tertentu. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan menggunakan kolaborasi model TPS dengan model POE. Model TPS dan POE merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok diskusi untuk saling berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang disajikan oleh guru, berupa demonstrasi atau eksperimen kimia sederhana.
(40)
25 2. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) atau kriterium adalah faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan pengaruh variabel bebas atau prediktor. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang). Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat diungkap melalui lembar pengamatan, proses diskusi dan keterampilan peserta didik dalam bereksperimen secara mandiri dalam kelompok. Sedangkan sikap ilmiah merupakan suatu perbuatan yang bersifat ilmiah yang berdasarkan pada pendirian atau keyakinan sendiri. Indikator sikap ilmiah terdiri dari sikap ingin tahu, skipa kritis, sikap objektif, sikap ingin menemukan, sikap menghargai orang lain, sikap tekun dan sikap terbuka.
3.
Variabel KontrolVariabel kontrol (control variable) merupakan faktor – faktor yang dikontrol oleh peneliti untuk meniadakan atau menetralkan pengaruh terhadap gejala yang diobservasi. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal kimia peserta didik. Pengetahuan awal kimia peserta didik merupakan pengetahuan berupa materi pokok kimia dalam struktur kognitif peserta didik yang telah dimiliki sebelum belajar kimia lebih lanjut.
(41)
26
Pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan hanya pada prestasi belajar kimia peserta didik, yang berupa nilai ujian akhir semester (UAS) kimia kelas XI semester 1. Data ini diperoleh melalui data dokumentasi dari guru mata pelajaran kimia kelas XI.
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen perlakuan dan instrumen pengambilan data. Instrumen perlakuan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sedangkan instrumen pengambilan data berupa tes dan lembar penilaian kemampuan berpikir kritis, serta angket sikap ilmiah.
Instrumen penelitian tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan instrumen untuk memberi perlakuan terhadap sampel penelitian. RPP yang digunakan dalam penelitian adalah RPP untuk kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan kolaborasi model TPS dan model POE.
b. Tes dan Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis peserta didik diukur dengan pemberian soal tipe A dan tipe B dengan masing - masing soal berjumlah 10 butir soal essai. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dinilai berdasarkan jawaban soal yang dikerjakan oleh peserta didik.
(42)
27
Tabel 2. Kisi – Kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek
Kriteria Penilaian
Kemampuan menyajikan data secara mendetail 3 2 1 0
Kemampuan menggali informasi 3 2 1 0
Kemampuan menunjukkan perbedaan antara dua hal 3 2 1 0 Kemampuan memaparkan langkah – langkah pemecahan masalah
dengan rinci
3 2 1 0 Kemampuan menyatakan pendapat dengan menyertakan alasan
atau perbandingan
3 2 1 0 Kemampuan memberikan interpretasi secara logis terhadap
permasalahan yang ada
3 2 1 0
Kisi – kisi penilaian kemampuan berpikir kritis diadopsi berdasarkan teori Herr dalam Antuni Wiyarsi dan Erfan Priyambodo (2011, h.125) yang disajikan pada Tabel 2.
Soal tes kemampuan berpikir kritis sebagai instrumen penelitian harus valid dan reliabel. Validitas empiris diperoleh dengan cara mengujikan soal– soal kemampuan berpikir kritis di kelas selain kelas eksperimen sebanyak satu kelas, yaitu kelas XI MIA 4 di SMA Negeri 1 Sewon yang disebut dengan kelas validasi. Penggunaan kelas XI sebagai kelas validasi dilaksanakan dengan asumsi bahwa kelas tersebut telah memperoleh materi Asam dan Basa. Penskoran soal menggunakan penskoran berdasarkan kisi–kisi penilaian kemampuan berpikir kritis pada Tabel 2.
(43)
28 c. Angket Sikap Ilmiah
Angket sikap ilmiah peserta didik merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur ketertarikan seseorang pada jenis kegiatan yang bersifat ilmiah dalam pembelajaran kimia. Angket sikap ilmiah terdiri dari 40 butir pertanyaan, yang terdiri atas 32 pertanyaan sikap ilmiah positif dan 8 butir pertanyaan sikap ilmiah negatif. Pertanyaan dalam angket sikap ilmiah mencakup indikator pembentukan sikap ilmiah, yaitu berpikir kritis, kemauan belajar, bekerjasama, ketelitian, menghargai orang lain dan kemampuan mengungkapkan pendapat.
Angket sikap ilmiah diadopsi dari skripsi Nur Hartari (2008) , angket sikap ilmiah ini sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil yang valid dan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,942.
Instrumen angket sikap ilmiah menggunakan skala Likert dengan 5 alternatif jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (Rg), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Cara pemberian skor subyek penelitian ini dihadapkan pada lima pilihan dalam merespon setiap butir penyataan pilihan – pilihan tersebut yaitu: sangat setuju (SS) skor 5, setuju (S) skor 4, ragu-ragu (Rg) skor 3, tidak setuju (TS) skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) skor 1. Kemudian untuk skor pernyataan yang bernilai negatif, merupakan kebalikan dari skor pernyataan positif, menjadi 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk ragu-ragu (Rg), 4 untuk tidak setuju (TS), dan 5 untuk sangat tidak setuju (STS).
(44)
29
Tabel 3. Kisi – Kisi Penilaian Sikap Ilmiah Belajar Kimia
No Indikator Butir Angket Jumlah
1 Mampu berpikir kritis 1,2,6,8,12,13,14*,15,16* ,23,24,39,40
13 2 Memiliki kemauan belajar yang kuat 22,25,27,31 4 3 Mampu bekerja sama dengan baik
dalam kelompok
10,11,30,35,37 5
4 Bertindak teliti dan cermat 5*,17*,18,19,36 5 5 Menghormati dan menghargai orang
lain
7,9,26,32 4
6 Berani mengungkapkan pendapat di dalam forum
3,4*,20,21,28*,29*,33,3 4,38*
9
Jumlah Butir 40
Keterangan : * adalah pernyataan negatif. 2. Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen soal kemampuan berpikir kritis harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211-242), validitas dan reliabilitas dirumuskan sebagai berikut:
a. Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Butir soal yang valid adalah yang mengukur apa yang seharusnya diukur. Besarnya harga validitas digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sebuah butir soal. Harga r hitung dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikan 5%. Apabila harga rhitung lebih besar dari harga rtabel, artinya butir soal valid dan dapat digunakan untuk tes sampel.
(45)
30
Validitas butir soal essai dapat diuji dengan program Excel pada komputer dengan rumus Product moment Pearson. Product moment Pearson digunakan ketika kedua variabel berupa skala interval.
Rumus untuk koefisien korelasi Product Moment Pearson, r, adalah, r = � ∑ − ∑ ∑
√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ } t = √�−
√ −
ttabel (α,n-2) (Arikunto, 2010, h.213)
Validitas instrumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari peserta didik yang bersangkutan (Sukardi, 2008: 38). Faktor internal dari tes dapat berupa arahan tes yang disusun dengan makna kurang jelas, alokasi waktu yang kurang tepat, tingkat kesulitan tes yang tidak tepat dengan pembelajaran yang diterima, serta konstruksi item tes yang jelek. Faktor eksternal tes dapat berupa teknik pemberian skor yang tidak konsisten, adanya joki, adanya kecurangan dalam proses pelaksanaan tes, dan sebagainya. Selanjutnya, faktor yang berasal dari peserta didik dapat berupa kemampuan interpretasi soal tes evaluasi yang kurang baik sehingga makna dari soal tidak tersampaikan secara menyeluruh kepada peserta didik.
Perhitungan korelasi koefisien validitas dan reliabilitas menggunakan uji Alpha Cornbrach dan Pearson menghasilkan 5 butir soal dengan perhitungan r hitung < rtabel atau rhitung < 0.3291, maka dari 15 butir soal essai yang diujikan pada kelas XI MIA 4 SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017 menghasilkan 10 butir soal essai yang valid.
(46)
31
b. Reliabilitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Soal yang reliabel adalah soal yang apabila dikenakan pada objek yang sama dan pada waktu yang berbeda maka hasilnya akan sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan butir alpha (α) item setiap butir variabel dengan Alpha. Apabila nilai Alpha item lebih kecil daripada Alpha, maka butir variabel telah reliabel. Sebaliknya, apabila nilai Alpha item lebih besar daripada nilai Alpha, maka butir variabel tidak reliabel.
Reliabilitas butir soal essai dapat diuji dengan menggunakan program Excel pada komputer dengan fungsi Spearman Brown dan Alpha Cronbrach. Untuk menghitung koefisien reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, dapat digunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006,h.195-199):
r = [
− ] [ − ∑ ��
�� ] Keterangan:
r = koefisien reliabilitas instrumen (Alpha Cronbach) k = banyaknya butir soal yang valid
∑σb2 = total varian butir σt2 = total varian
Pengambilan keputusan tingkat reliabilitas butir soal dikonsultasikan pada rtabel. Menurut Sugiyono (2011, h.184), instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0.6 atau minimal memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.6.
Perhitungan dengan Alpha Conbrach pada butir soal kemampuan berpikir kritis yang valid menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.8487, yang berarti bahwa soal – soal tersebut memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.
(47)
32
Dengan demikian, soal kemampuan berpikir kritis memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen. Data perhitungan validitas dan reliabilitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa data yaitu data dokumentasi, data sikap ilmiah peserta didik dan data kemampuan berpikir kritis peserta didik. Data dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang pengetahuan awal kimia peserta didik yang diperoleh dari nilai ujian akhir semester (UAS) kelas XI semester 1, pada peserta didik kelas eksperimen. Data kemampuan berpikir kritis peserta didik diperoleh melalui ujian pada akhir proses pembelajaran kimia dengan materi pokok Asam dan Basa. Data sikap ilmiah peserta didik diperoleh dari lembar angket yang dibagikan sebelum dan sesudah peserta didik mengikuti pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan POE.
(48)
33
Diagram alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Pengetahuan Awal Kimia
Eksperimen Kontrol
Angket Sikap Ilmiah Awal
Pembelajaran dengan kolaborasi model TPS dan POE
Pembelajaran dengan model konvensional
Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Angket Sikap Ilmiah Akhir
(49)
34 F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kovarians satu jalur (Anakova Satu Jalur) atau One way Anacova. Pengetahuan awal sebagai variabel yang dikendalikan secara statistik. Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data masing – masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data pengetahuan awal peserta didik, data sikap ilmiah awal dan akhir peserta didik. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Saphiro-Wilk pada program IBM SPSS Statistics versi 21 dengan dasar pengambilan keputusan, apabila nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Data Pengetahuan Awal Peserta didik
Pengetahuan Awal
Shapiro-Wilk
Sebaran statistic df Sig.
PA_kontrol .961 31 .313 Normal
PA_eksperimen .983 31 .878 Normal
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Data Sikap Ilmiah Awal Peserta Didik
Sikap Ilmiah Awal
Shapiro-Wilk
Sebaran statistic df Sig.
SI_kontrol .976 31 .685 Normal
(50)
35
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Data Sikap Ilmiah Akhir Peserta Didik
Sikap Ilmiah Akhir
Shapiro-Wilk
Sebaran statistic df Sig.
SI_kontrol .953 31 .193 Normal
SI_eksperimen .978 31 .745 Normal
Berdasarkan uji normalitas terhadap data pengetahuan awal peserta didik, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik menunjukkan data berdistribusi normal dan memenuhi syarat analisis kovarians.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan terhadap data pengetahuan awal peserta didik, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik. Langkah – langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut: 1. Menghitung variansi masing – masing kelompok (SB2)
2. Menghitung harga F dengan rumus Fmax-Hartley: F = �
� atau F =
� � � � � � �
3. Harga Fhitung dibandingkan dengan harga Ftabel dengan db pembilang (nb-1) dan db penyebut (nk-1). Data berasal dari populasi yang homogen apabila harga Fhitung < Ftabel dan harga P > dari 0,05.
Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pengetahuan awal peserta didik, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 7.
(51)
36 Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
Keterangan Fhitung Ftabel P Hasil
Pengetahuan Awal 1,048 4,00 .556 Homogen
Sikap Ilmiah Awal 1,202 4,00 .573 Homogen Sikap Ilmiah Akhir 1,48 4,00 .076 Homogen
Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen sehingga memenuhi syarat untuk uji hipotesis menggunakan analisis kovarians.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Anakova Satu Jalur
Analisis anakova satu jalur merupakan gabungan dari analisis anava dan analisis regresi. Analisis anakova satu jalur digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan rerata suatu variabel terikat pada dua kelompok dengan mengendalikan variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis nolnya (H0) adalah tidak ada pebedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE. Hipotesis nol dapat diuji dengan rumus sebagai berikut (Nurgiyantoro, Gunawan & Marzuki, 2009, h.205-213):
Fo = �
�
Keterangan : Fo = Fhitung
RKA = rerata kuadrat antar kelompok RKD = rerata kuadrat dalam kelompok
(52)
37
Ringkasan rumus – rumus anakova selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Rumus Anakova
Sumber Variasi d.b Jumlah Kuadrat (JK) Rerata Jumlah Kuadrat (RJK) Fo Antar Kelompok (A)
k-1 JKA = JKT -
JKD RJKA =
� Fo= �
�
Dalam
Kelompok (D)
N-k-m JKD = ∑y2D –
(∑xy)D RJKD =
� �
Total (T) N-m-1 JKT = ∑y2T –
(∑xy)T Keterangan:
K = jumlah kelompok M = jumlah kovariabel N = jumlah kasus ∑xy= ∑XY – ∑ ∑
∑y2 = ∑Y2 - ∑
Pengujian umum hipotesis:
Ho : µA1 = µA2 Ha : µA1≠ µA2
Harga Fo dibandingkan dengan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = k-1 dan db penyebut = N-k-m. apabila Fo > Ftabel, maka efektif rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika Phitung < 0.05 maka H0 ditolak, artinya efektif terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Koefisien korelasi antara kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan kovariabel pengetahuan awal kimia dapat ditunjukkan oleh R2 x 100%. Analisis kovarian satu jalur dalam penelitian ini dilakukan dengan program IBM SPSS statistics versi 21. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.
(53)
38 b. Uji t sama subjek
Uji t sama subjek dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keadaan satu faktor dengan dua kali pengamatan atau pengamatan ulang. Uji t sama subjek digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan terhadap sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dan peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE. Hipotesis nol nya (H0) dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE.
t0 =
∑ � �
√ ∑ ��
� �−
Keterangan:
d = (X1)i – (X2)i
(X1)i = data sikap ilmiah awal peserta didik (X2)i = data sikap ilmiah akhir peserta didik n = jumlah data
Xd = di - �̅
Pengujian hipotesis:
H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1≠ µ2
Harga t0 dibandingkan dengan harga ttabel pada taraf signifikansi 5%. H0 diterima jika –t(1-0,5a)db < t0 < t(1-0,5a)db. Uji t sama subjek juga dapat dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21 dengan melakukan uji Pair Sample t Test. Apabila menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21, H0 ditolak jika harga Phitung≤ 0,05. Data perhitungan uji t sama subjek disajikan dalam tabel 9.
(54)
39 Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji t Sama Subjek
Keterangan Rerata P
Sikap ilmiah kelas kontrol Awal 139,42 .067 Akhir 142,22
Sikap ilmiah kelas eksperimen Awal 138,81 .000 Akhir 143,97
Berdasarkan hasil uji t - sama subjek pada kelas kontrol menunjukkan bahwa Phitung > 0,05 sehingga H0 pada sikap ilmiah kelas kontrol diterima yaitu tidak ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran. Sedangkan uji t – sama subjek pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa Phitung < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE.
(55)
40 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik
Data pengetahuan awal kimia peserta didik diperoleh dari hasil Ulangan Akhir Semester 1 tahun ajaran 2016/2017 berdasarkan data dokumentasi peserta didik yang bersangkutan. Ringkasan data pengetahuan awal kimia dapat dilihat pada Tabel 10. Data nilai pengetahuan awal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 10. Data Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik
Variabel Kelas Eksperimen Kontrol
Pengetahuan awal kimia
Nilai tertinggi 71.00 68.00 Nilai terendah 30.00 35.00
Rerata 47.58 49.42
2. Data Kemampuan Berpikir Kritis
Data kemampuan berpikir kritis peserta didik berupa nilai jawaban soal berpikir kritis dengan materi pokok kimia asam dan basa. Soal kemampuan berpikir kritis diberikan kepada peserta didik kelas eksperimen dan kontrol, pada akhir pembelajaran kimia dengan materi pokok asam dan basa. Data nilai kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dilihat pada Tabel 11. Data nilai kemampuan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
(56)
41
Tabel 11. Ringkasan Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas Jumlah Peserta
Didik
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata - Rata
Eksperimen 31 76 18 48.13
Kontrol 31 64 20 37.16
3. Data Sikap Ilmiah Peserta Didik
Data sikap ilmiah diambil dari angket sikap ilmiah yang diberikan kepada peserta didik. Angket sikap ilmiah diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak dua kali, yaitu sebelum melakukan pembelajaran kimia dan setelah melakukan pembelajaran kimia, dengan materi kimia pada Bab Asam dan Basa. Berdasarkan perhitungan Phitung yang dikoreksikan dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai P hitung < P tabel yaitu 0.00 < 0.05 untuk kelas eksperimen, dan P hitung > P tabel yaitu 0.067 > 0.05 untuk kelas kontrol. Berikut ringkasan hasil analisis sikap ilmiah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sewon tahun ajaran 2016/2017.
Tabel 12. Ringkasan Data Sikap Ilmiah Peserta Didik
Keterangan Uji-t sama subjek
Rerata P
Sikap ilmiah kelas kontrol Awal 139,42 .067
Akhir 142,22
Sikap ilmiah kelas eksperimen Awal 138,81 .000
Akhir 143,97
Berdasarkan hasil analisis data sikap ilmiah dengan menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21 pada kelas kontrol, berdasarkan hasil analisis sikap ilmiah dengan menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21, diperoleh nilai P hitung sebesar 0.067 atau Phitung > 0.05. Hal ini menunjukkan
(57)
42
bahwa H0 diterima, yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Namun rerata sikap ilmiah awal dan akhir mengalami kenaikan dari 138.42 menjadi 142.22.
Pada kelas eksperimen, diperoleh nilai P hitung sebesar 0.000 atau Phitung > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, ada perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia dengan kolaborasi model TPS dan POE. Hasil ini juga didukung dengan data rerata sikap ilmiah awal dan akhir yang mengalami peningkatan, yaitu sikap ilmiah awal (sebelum perlakuan) sebesar 138.81 sedangkan sikap ilmiah akhir (setelah perlakuan) sebesar 143.97.
4. Uji Prasyarat Hipotesis
a. Uji Normalitas
Hasil perhitungan normalitas data pengetahuan awal, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Ringkasan Uji Normalitas
Data Kelas Shapiro-Wilk Sebaran statistic df Sig.
Pengetahuan Awal Kimia
PA_kontrol .961
31
.313
Normal PA_eksperimen .983 .878
Sikap Ilmiah Awal
SI_kontrol .976 .685
SI_eksperimen .981 .835 Sikap Ilmiah
Akhir
SI_kontrol .953 .193
(58)
43
Dengan menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21, data berdistribusi normal jika nilai sig. atau P > 0.05. Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal, sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
b. Uji Homogenitas
Hasil perhitungan uji homogenitas data pengetahuan awal, sikap ilmiah awal, dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Ringkasan Uji Homogenitas
Keterangan Fhitung Ftabel P Hasil Pengetahuan Awal 1,048
4,00
.556
Homogen
Sikap Ilmiah Awal 1,202 .573
Sikap Ilmiah Akhir 1,48 .076
Berdasarkan hasil uji homogenitas menggunakan program IBM SPSS statistics versi 21, data bersifat homogen apabila nilai P > 0.05 dan F hitung < F tabel. Data di atas menunjukkan bahwa data bersifat homogen atau berasal dari populasi yang homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran kimia dengan menggunakan kolaborasi model TPS dan POE
(59)
44
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis statistik uji hipotesis pada penelitian ini meliputi:
a. Uji Anakova Satu Jalur
Analisis anakova satu jalur merupakan gabungan dari analisis anava dan analisis regresi. Analisis anakova satu jalur digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan rerata suatu variabel terikat pada dua kelompok dengan mengendalikan variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis nolnya (H0) adalah tidak ada pebedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning jika pengetahuan awal dikendalikan. Ringkasan hasil uji Anakova dapat dilihat pada tabel 15, dan hasil uji anakova secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 15. Ringkasan Uji Anakova
Sumber JK db RK Fo P
Antar Kelompok 2497.382 1 2497.382
33.622 .000 Dalam Kelompok 4382.427 59 74.278
Total 7879.809 60 -
R Squared = .624
Berdasarkan uji anakova satu jalur yang dikonsultasikan pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai P < 0.05, maka H0 ditolak atau ada perbedaan yang
(60)
45
signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran model Discovery Learning jika pengetahuan awal dikendalikan. Nilai R Squared sebesar 0.624 memiliki arti bahwa pengetahuan awal kimia memberikan sumbangan efektif sebesar 62.4% terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.
b. Uji-t Sama Subjek
Uji-t sama subjek dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keadaan satu faktor dengan dua kali pengamatan atau pengamatan ulang. Uji-t sama subjek digunakan untuk mengetahui efektif atau tidaknya sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE dan peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran kolaborasi model TPS dan POE. Hasil ringkasan uji-t sama subjek dapat dilihat pada tabel 16. Data perhitungan uji-t sama subjek selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 16. Ringkasan Uji-t Sama Subjek
Keterangan Rerata P
Sikap ilmiah kelas kontrol Awal 139,42 .067 Akhir 142,22
Sikap ilmiah kelas eksperimen Awal 138,81 .000 Akhir 143,97
Berdasarkan data pada Tabel 15. di atas, menunjukkan bahwa uji-t sama subjek pada kelas kontrol menghasilkan nilai P sebesar 0.067. Hasil ini berarti nilai P > 0.05, H0 diterima sehingga tidak ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia pada kelas kontrol.
(61)
46
Hasil uji-t sama subjek pada kelas eksperimen menghasilkan nilai P sebesar 0.000. Hasil ini berarti nilai P < 0.05, H0 ditolak sehingga ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran kimia pada kelas eksperimen. Hasil ini didukung pula dengan nilai rata – rata sikap ilmiah awal dan akhir yang menunjukkan kenaikan, dari 138.81 menjadi 143.97.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sewon pada tanggal 3 Januari sampai dengan tanggal 28 Februari 2017. Sampel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing – masing kelas terdiri dari 31 peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dengan peserta didik kelas kontrol, jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik, serta sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran kimia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah awal dan akhir peserta didik pada masing – masing kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah mengikuti pembelajaran kimia.
Pembelajaran kimia di kelas eksperimen menggunakan kolaborasi model TPS (Think-Pair-Share) dan POE (Predict-Observe-Explain), sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model Discovery Learning (scientific approach). Kelas eksperimen diajar oleh peneliti, sedangkan kelas
(62)
47
kontrol diajar oleh guru pengampu mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Sewon. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Asam dan Basa kelas XI Semester 2.
1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Discovery Learning
Pembelajaran kimia pada kelas kontrol menggunakan model Discovery Learning, dilaksanakan di kelas XI MIA 3, dengan jumlah peserta didik sebanyak 31 orang. Model Discovery Learning memiliki beberapa sintaks yaitu Stimulation, Problem Statement, Data Collecting, Data Processing, Verification, dan Generalization. Stimulation adalah tahapan penyajian suatu masalah atau fenomena oleh guru dalam proses pembelajaran. Problem statement adalah tahapan peserta didik megungkapkan pertanyaan berkaitan dengan stimulus yang disajikan oleh guru. Data collecting adalah tahap pengumpulan atau pencarian informasi yang relevan dengan permasalahan yang ada. Data processing adalah tahap pengolahan data informasi untuk memperoleh jawaban dari suatu permasalahan. Verification adalah tahap penguatan konsep yang diberikan oleh guru, setelah peserta didik memperoleh jawaban sementara berdasarkan sumber informasi yang didapatkan. Generalization adalah tahapan penarikan kesimpulan atas jawaban permasalahan yang telah diperoleh dan didiskusikan secara bersama-sama.
Sebelum dilakukannya pembelajaran kimia, terlebih dahulu peserta didik diberikan angket sikap ilmiah sebagai angket awal untuk mengetahui sikap ilmiah awal peserta didik. Angket sikap ilmiah berisi 40 butir pernyataan,
(63)
48
dengan 8 butir pernyataan negatif dan 32 butir pernyataan positif. Angket sikap ilmiah ini diadopsi dari skripsi Nur Hartari (2008) dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Praktikum Kimia secara Terintegrasi terhadap Sikap Ilmiah Siswa, Prestasi Belajar Kimia, dan Retensi Pengetahuan Kimia Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008”. Angket sikap ilmiah ini sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil yang valid dan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,942.
Angket merupakan suatu metode penelitian kuesioner yang berisikan rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Menurut prosedurnya, angket sikap ilmiah termasuk ke dalam angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan langsung dan dijawab oleh responden. Sedangkan menurut jenis penyusun itemnya, angket sikap ilmiah termasuk ke dalam angket tipe pilihan, yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan cara memilih jawaban yang sudah disediakan, dengan 5 alternatif jawaban (Narbuko & Achmadi, 2009, h.28).
Pada pertemuan pertama sampai pertemuan keempat, kegiatan pembelajaran dimulai dengan membuka pelajaran, yang meliputi pemberian salam, presensi kehadiran peserta didik, pengecekan kesiapan peserta didik dan penyampaian apersepsi. Apersepsi yang disampaikan berupa pertanyaan mengenai materi kimia yang telah disampaikan sebelumnya. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat mengaitkan materi pembelajaran, sehingga peserta didik siap menerima pembelajaran selanjutnya. Kegiatan pembelajaran dari
(64)
49
pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga adalah ceramah, diskusi, dan tugas (LKPD).
Pada kelas kontrol, peneliti tidak mengajar di depan kelas melainkan guru mata pelajaran kimia yang bersangkutan. Hal ini menjadi faktor pendukung dimana kelas kontrol tetap murni sebagai kontrol, karena pembelajaran dilakukan seperti biasanya. Namun, untuk RPP dan LKPD, guru menyesuaikan dengan peneliti, karena pertemuan hanya dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan saja, termasuk di dalamnya tes evaluasi hasil pembelajaran.
Pada pertemuan terakhir, peserta didik mengerjakan soal tes kemampuan berpikir kritis. Soal kemampuan berpikir kritis bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memahami materi pembelajaran kimia, dengan materi pokok asam dan basa. Hasil tes ini selanjutnya digunakan sebagai data kemampuan berpikir kritis peserta didik.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kolaborasi Model TPS dan POE
Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, yang mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan dan pengelolaan kelas (Agus Supriyono, 2011, h.46). Pembelajaran kolaboratif, mengandung arti kata ‘kolaborasi’, yang berarti bekerja bersama – sama. Artinya, pembelajaran kolaboratif menerapkan dua model pembelajaran secara bersama – sama atau berpasangan (Barkley, Cross & Major, 2012, h.4).
(65)
50
Pada pembelajaran ini, digunakan kolaborasi antara dua model pembelajaran, yaitu model TPS (Think-Pair-Share) dan model POE ( Predict-Observe-Explain). Model pembelajaran TPS memiliki 3 sintaks yaitu proses Thinking, Pairing, dan Sharing. Sintaks merupakan pola yang menggambarkan alur tahap – tahap keseluruhan pembelajaran, menunjukkan dengan jelas kegiatan – kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru dan peserta didik (Trianto, 2009).
Pada tahap thinking, guru akan memberikan atau mengajukan pertanyaan, isu, terkait dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk dipikirikan oleh peserta didik. Selanjutnya, tahap pairing dilaksanakan dengan guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk berkelompok dan berdiskusi. Kemudian tahapan ketiga yaitu tahap sharing, guru meminta peserta didik untuk saling mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka kepada forum diskusi kelas. Pada tahap ini, akan terjadi diskusi yang lebih luas lagi, didorong dengan adanya Tanya jawab yang akan mendorong pengonstruksian pengetahuan secara integratif (Agus Supriyono, 2011: 91).
Model kedua, yaitu model pembelajaran POE, memiliki 3 sintaks yaitu proses Predicting, Observing, dan Explaining. Pembelajaran dengan model POE ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan peserta didik dalam melakukan prediksi secara individual. Penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik melalui interaksinya dengan guru dan teman sebayanya dalam kelas. Asumsi dasar yang menjadi dasar implementasi model pembelajaran ini adalah peserta didik akan melakukan
(1)
222
Test of Homogenity of Variance
Levene statisticdf1 df2 Sig. Sikap Ilmiah Awal
Based on Mean Based on Median
Based on Median and with Adjusted df Based on trimmed mean
.319 .322 .322 .319 1 1 1 1 60 60 54.997 60 .574 .573 .573 .574
Sikap Ilmiah Awal Peserta Didik
Sig. (0.574) > α (=0.05), maka Homogen
Sig. (0.573) > α (=0.05), maka Homogen
Sig. (0.573) > α (=0.05), maka Homogen
Sig. (0.574) >
α (=0.05), maka Homogen
Test of Homogenity of Variance
Levene statisticdf1 df2 Sig. Sikap Ilmiah Akhir
Based on Mean Based on Median
Based on Median and with Adjusted df Based on trimmed mean
2.797 2.757 2.757 2.859 1 1 1 1 50 50 55.232 50 .100 .102 .103 .096
Sikap Ilmiah Akhir Peserta Didik
Sig. (0.100) > α (=0.05), maka Homogen
Sig. (0.102) > α (=0.05), maka Homogen
Sig. (0.103) > α (=0.05), maka Homogen
Sig. (0.096) > α (=0.05), maka Homogen
(2)
223
Univariate Analysis of Variance
Between
–
Subjects Factors
N Kelas EksperimenKontrol
31 31
Tests of Between
–
Subjects Effects
Dependent variabel: Nilai Kemampuan Berpikir Kritis
Source
Type III sum of squares
df Mean
Square F Sig. Corrected Model Intercept Pengetahuan Awal Kelas Error Total Corrected Total 7263.766a 45.384 5399.250 2497.382 4382.427 124400.000 1164.194 2 1 1 1 59 62 61 3631.883 45.384 5399.250 2497.382 74.278 48.896 .611 72.689 33.622 .000 .438 .000 .000
a.
R Squared = .624 (Adjusted R Squared = .611)
Tingkat kepercayaan 95%
Taraf signifikansi (α) = 100%
- 95% = 5% = 0.05
Sig. (=0.000) < α (=0.05), maka ada perbedaan yang signifikan terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen dan kontrol.
R
squared
x 100% = 62.4%, maka pengetahuan awal kimia memberikan
sumbangan efektif sebesar 62.4% terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.
(3)
224
T
–
Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sikap Ilmiah Awal
Eksperimen
Sikap Ilmiah Akhir Eksperimen
138.8065
143.9677 31
31
12.42422
11.18774
2.23146
2.00398
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Sikap Ilmiah Awal & Akhir 31 .924 .000
Paired Samples Test
Paired differencest df Sig.(2-tailed) Mean
Std. Deviati
on
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1 Sikap
Ilmiah Awal - Akhir
-5.16129 4.74761 .85270 -6.90273 -3.41985 -6.053 30 0.000
Sig. (2-
tailed) = 0.000 < α (=0.05), maka ada perbedaan yang signifikan pada sikap
ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas eksperimen.
(4)
225
T
–
Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sikap Ilmiah Awal
Kontrol
Sikap Ilmiah Akhir Kontrol
139.4134 142.2258
31 31
10.33045 7.54414
1.85540 1.35497
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Sikap Ilmiah Awal & Akhir 31 .617 .000
Paired Samples Test
Paired differencest df Sig.(2-tailed) Mean
Std. Deviati
on
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1 Sikap
Ilmiah Awal - Akhir
-2.80645 8.21551 1.47555 -5.81993 .20702 -1.902 30 .067
Sig. (2-
tailed) = 0.067 > α (=0.05), maka tidak ada perbedaan yang signifikan pada
sikap ilmiah awal dan sikap ilmiah akhir peserta didik pada kelas kontrol.
(5)
226
DATA DOKUMENTASI
Gambar 2. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol
(6)
227