Perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi, dan keuntungan pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kota Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapat kredit dari lembaga keuangan koperasi.

(1)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL

DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI Studi Kasus: Studi kasus pelaku usaha kecil penerima Kredit di Koperasi Simpan

Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.

Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Universitas Sanata Dharma

2012

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungan pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di kota yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan koperasi yang bertempat di Mantrijeron Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha yang berjumlah 21 orang yang mendapatkan kredit dari Koperasi Dadi Makmur. Pengambilan data menggunakan wawancara.

Penulis menggunakan jenis penelitian studi perbandingan dengan analisis

“before after”(sebelum dan sesudah) yaitu membandingkan dua perilaku, yaitu perilaku sebelum mendapatkan kredit dari Koperasi dan perilaku setelah mendapat kredit dari Koperasi. Metode analisis menggunakan uji T.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungansebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari Koperasi. Seluruh variabel mengalami kenaikan. Jumlah tenaga kerja mengalami kenaikan paling tinggi sebesar 27,16 %.


(2)

ix ABSTRACT

DIFFERENCES BETWEEN SALES TURNOVER, TOTAL OF LABORS, PRODUCTION COST AND PROFIT ON MICRO, SMALL, AND MIDDLE BUSINESS DOERS IN YOGYAKARTA BEFORE AND AFTER RECEIVING

CREDIT FROM COOPERATION.

A Case Study: Small Business Doers Receiving Credit at Credit Unions "Dadi Makmur" Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.

Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Sanata Dharma University

2012

This research intends to know whether there are any differences between the sales turnover, total of labors, production cost, and profit on the micro, small, and middle business doers in Yogyakarta before and after receiving credit from cooperation in Mantrijeron Yogyakarta. The population of this study were 21 business doers who got credit from “Dadi Makmur” Cooperation. The data were taken by interview.

This kind of research is a comparative study. The analysis of this research is “before-after” analysis that compares two behaviours. The first comparison is before receiving credit from cooperation and the second comparison is after receiving credit from cooperation. The method of analyzing the data was t-test.

The results of research show that there is a difference of sales turnover, total of labors, production cost and profit before and after receiving credit from cooperation. All of the variables increase. The total of labors the highest increase of 27,16%.


(3)

i

PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA

KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA

PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA

YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT

KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI

Studi Kasus: Pelaku usaha kecil penerima kredit di Koperasi Simpan Pinjam “Dadi

Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta. SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi NIM: 081324005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

(5)

iii Persembahan


(6)

iv

H alaman Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang

selalu memberkatiku,

Bapak , Ibu dan adekku Monica

Dosen pembimbingku

Adela Chrismas

Kampusku, Sanata Dharma


(7)

v

M oto

Jika kau mempunyai kemampuan untuk

berbuat baik kepada orang yang

memerlukan kebaikanmu, janganlah

menolak untuk melakukan hal itu.

Amsal 3:27

Segala perkara dapat kutanggung di

dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.

Filipi 4:13

Hindari kata nanti yang menghalangimu

dari perubahan-perubahan baik yang


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 September 2012 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi

Nomor Mahasiswa : 081324005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 14 September 2012 Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL

DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI Studi Kasus: Studi kasus pelaku usaha kecil penerima Kredit di Koperasi Simpan

Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.

Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Universitas Sanata Dharma

2012

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungan pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di kota yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan koperasi yang bertempat di Mantrijeron Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha yang berjumlah 21 orang yang mendapatkan kredit dari Koperasi Dadi Makmur. Pengambilan data menggunakan wawancara.

Penulis menggunakan jenis penelitian studi perbandingan dengan analisis

“before after”(sebelum dan sesudah) yaitu membandingkan dua perilaku, yaitu perilaku sebelum mendapatkan kredit dari Koperasi dan perilaku setelah mendapat kredit dari Koperasi. Metode analisis menggunakan uji T.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungansebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari Koperasi. Seluruh variabel mengalami kenaikan. Jumlah tenaga kerja mengalami kenaikan paling tinggi sebesar 27,16 %.


(11)

ix ABSTRACT

DIFFERENCES BETWEEN SALES TURNOVER, TOTAL OF LABORS, PRODUCTION COST AND PROFIT ON MICRO, SMALL, AND MIDDLE BUSINESS DOERS IN YOGYAKARTA BEFORE AND AFTER RECEIVING

CREDIT FROM COOPERATION.

A Case Study: Small Business Doers Receiving Credit at Credit Unions "Dadi Makmur" Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.

Andreas Rinangga Sanubari Antusias Adi Sanata Dharma University

2012

This research intends to know whether there are any differences between the sales turnover, total of labors, production cost, and profit on the micro, small, and middle business doers in Yogyakarta before and after receiving credit from cooperation in Mantrijeron Yogyakarta. The population of this study were 21 business doers who got credit from “Dadi Makmur” Cooperation. The data were taken by interview.

This kind of research is a comparative study. The analysis of this research is “before-after” analysis that compares two behaviours. The first comparison is before receiving credit from cooperation and the second comparison is after receiving credit from cooperation. The method of analyzing the data was t-test.

The results of research show that there is a difference of sales turnover, total of labors, production cost and profit before and after receiving credit from cooperation. All of the variables increase. The total of labors the highest increase of 27,16%.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikanpenulisan skripsi berjudul “PERBEDAAN OMSET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA, BIAYA PRODUKSI, DAN KEUNTUNGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT DARI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI” Studi kasus pelaku usaha kecil penerima Kredit di Koperasi Simpan Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan. S.E., M.S.i., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(13)

xi

3. Bapak Indra Darmawan. S.E., M.S.i., selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Indra Darmawan. S.E., M.S.i., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang membangun mulai perencanaan sampai skripsi selesai.

5. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen. S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan banyak membantu selama penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. C. Teguh Dalyono M.Si., yang memberikan dukungan, nasehat dan

masukannya.

7. Bapak Joko Wicoyo, terimakasih sudah memeriksa dan membenarkan abstrak saya.

8. Seluruh dosen yang telah membantu penulisan selama kuliah maupun mengerjakan skripsi.

9. Mba Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama perkuliahan.

10. Bapak dan Ibu anggota koperasi Dadi Makmur di kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

11. Bapak Tulus , Mbak Dewi dan Bapak Wiji selaku pengurus Koperasi Simpan Pinjam Dadi Makmur, terima kasih telah membantu dengan baik penyediaan data jumlah industri.

12. Orangtuaku Bapak Ignatius Mulyadi dan Ibuku Valentina Dwi Sumarniningsih, terimakasih atas doa, kepercayaan dan kasih sayang serta segala hal yang telah


(14)

xii

diberikan kepada penulis. Dan penulis berharap dapat selalu membahagiakan Bapak Ibu setiap waktu.

13. Untuk Adikku Monica Rindayu, terimakasih atas bantuannya dalam pengolahan data skripsi.

14. Untuk Adela Chrismas, terimakasih atas dukungannya dan semangatnya selama ini.

15. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi angkatan 2008, terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Khususnya teman-teman Esspreso, Akbar, Beni, Lintang, Dimas, Doni, kalian hebat.

Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga selalu mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sangat membangun sehigga nantinya penulis dapat memperbaikinya.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Definisi Operasional ... 7

D. Batasan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

Bab II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 10

1. Pengertian UMKM ... 10

2. Kriteria UMKM ... 11

3. Tujuan Pengembangan Industri Kecil ... 12

B. Kredit ... 16

1. Pengertian Kredit ... 16

2. Unsur-unsur Kredit ... 17

3. Jenis-jenis Kredit ... 18

4. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 21

C. Koperasi Simpan Pinjam ... 24

1. Pengertian Koperasi ... 24

2. Landasan Koperasi ... 25

3. Fungsi Koperasi ... 25

4. Azas Koperasi ... 26


(16)

xiv

6. Peranan dan Tugas Koperasi dalam Pengembangan

UMKM ... 27

7. Bidang Usaha Koperasi ... 30

8. Simpan Pinjam ... 31

9. Koperasi Simpan Pinjam ... 32

D. Hal-hal yang Dipengaruhi Kredit dari Koperasi ... 33

1. Omset Penjualan ... 33

2. Tenaga Kerja ... 33

3. Biaya Produksi ... 34

4. Keuntungan ... 37

E. Hasil Penelitian yang Terdahulu ... 38

F. Kerangka Berpikir ... 39

G. Hipotesis Penelitian ... 42

Bab III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sample ... 46

E. Definisi Variabel dan Pengukuran ... 46

1. Omset Penjualan dalam 1 Bulan ... 46

2. Jumlah Tenaga Kerja dalam 1 Bulan ... 46

3. Biaya Produksi dalam 1 Bulan ... 47

4. Keuntungan dalam 1 Bulan ... 47

F. Teknik Pengambilan Sample ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Data Primer ... 48

2. Data Sekunder ... 49

H. Teknik Analisis Data ... 47

1. Pengujian Normalitas ... 50

2. Uji Hipotesis ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 55

A. Lokasi Penelitian ... 55

B. Keadaan dan Luas Tanah ... 56

C. Kependudukan dan Tingkat Pendidikan ... 56

1. Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin ... 56

2. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Usia ... 56

3. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 57

4. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 58

D. Sarana dan Prasarana ... 59

1. Sarana Transportasi dan Komunikasi ... 59


(17)

xv

3. Sarana Perekonomian ... 62

4. Sarana Kesehatan ... 63

5. Sarana Peribadatan ... 64

E. Profil Koperasi ... 64

1. Bidang Organisasi dan Manajemen ... 64

2. Bidang Usaha ... 66

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Deskripsi Pengusaha, Konsep Penjualan, Tenaga Kerja, Biaya Produksi, dan Keuntungan ... 68

1. Deskripsi Pengusaha ... 68

2. Deskripsi Omset Penjualan ... 72

3. Deskripsi Tenaga Kerja ... 73

4. Deskripsi Biaya Produksi ... 74

5. Deskripsi Keuntungan ... 76

B. Analisis Data ... 77

1. Uji Normalitas ... 77

2. Uji Hipotesis ... 79

C. Pembahasan ... 91

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENULISAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 104

C. Keterbatasan Penulisan ... 106


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Kisi – kisi Wawancara Yang Diperlukan ... 48

Tabel IV.1 Status Luas Tanah Kelurahan Suryodiningratan ... 56

Tabel IV.2 Peruntukan dan Penggunaan Luas Tanah Kelurahan Suryodiningratan ... 56

Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia Kelompok Pendidikan ... 57

Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia Kelompok Tenaga Kerja ... 57

Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 58

Tabel IV.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 58

Tabel IV.7 Sarana Transportasi di Kelurahan Suryodiningratan ... 60

Tabel IV.8 Sarana Komunikasi di Kelurahan Suryodiningratan ... 61

Tabel IV.9 Sarana Pendidikan di Kelurahan Suryodiningratan ... 62

Tabel IV.10 Sarana Pererkonomian di Kelurahan Suryodiningratan ... 62

Tabel IV.11 Sarana Kesehatan di Kelurahan Suryodiningratan ... 63

Tabel IV.12 Sarana Peribadatan di Kelurahan Suryodiningratan ... 64

Tabel IV.13 Jenis Pinjaman di Koperasi Dadi Makmur ... 67

Tabel V.1 Data Responden Menurut Hasil Olahan ... 69

Tabel V.2 Tingkat Umur Pelaku Usaha Kecil ... 70

Tabel V.3 Jenis Kelamin Pelaku Usaha Kecil ... 71

Tabel V.4 Lama Mendirikan Usaha ... 71

Tabel V.5 Tabel Perbandingan Jumlah Omset Penjualan Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 73

Tabel V.6 Tabel Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 74

Tabel V.7 Tabel Perbandingan Jumlah Biaya Produksi Penjualan Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 75

Tabel V.8 Tabel Perbandingan Jumlah Keuntungan Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit dari Koperasi ... 77

Tabel V.9 Uji Normalitas Omset Penjualan ... 78

Tabel V.10 Uji Normalitas Jumlah Tenaga Kerja ... 78

Tabel V.11 Uji Normalitas Biaya Produksi ... 79

Tabel V.12 Uji Normalitas Keuntungan ... 79

Tabel V.13 Statistik Deskriptif Omset Penjualan ... 80

Tabel V.14 Paired Samples Test Omset Penjualan ... 81

Tabel V.15 Statistik Deskriptif Jumlah Tenaga Kerja ... 83

Tabel V.16 Paired Samples Test Jumlah Tenaga Kerja ... 84

Tabel V.17 Statistik Deskriptif Biaya Produksi ... 86


(19)

xvii

Tabel V.19 Statistik Deskriptif Keuntungan ... 88 Tabel V.20 Paired Samples Test Keuntungan ... 89


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 110

Lampiran 2 Uji Normalitas ... 115

Lampiran 3 Uji T ... 122


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UMKM. Peranan UMKM dapat dipandang sebagai penyelamat dalam pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

Perkembangan usaha dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu faktor internal yang cukup berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan usaha termasuk UMKM adalah modal untuk investasi maupun modal kerja. Kesulitan memperoleh modal merupakan masalah klasik yang masih menghantui UMKM di Indonesia selama ini. Permasalahan dari hampir semua usaha kecil yang tidak bisa berkembang adalah karena kurangnya modal yang mereka miliki, dan kebutuhan dana tambahan dari pihak luar baik itu berupa bantuan dari pemerintah maupun kredit pinjaman dari lembaga keuangan.

Untuk memulai suatu usaha seseorang pengusaha memerlukan keterampilan, pengetahuan, dan yang tak kalah penting adalah modal. Masalah kekurangan modal sering sekali dihadapi oleh para pengusaha kecil, baik dalam memulai suatu usaha maupun untuk memperluas usaha, usaha kecil seringkali


(22)

kesulitan untuk memperoleh sumber pembiayaan diluar modal yang dimilikinya sendiri. Tak sedikit yang masih menggunakan modal yang dimilikinya sendiri sebagai sumber pembiayaan namun modal tersebut belum dapat mencukupi untuk mendirikan usaha dan jalan keluar yang diambil para pengusaha kecil untuk memperoleh modal usaha diluar modal sendiri adalah dengan cara meminta pinjaman atau sering disebut kredit.

Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi para pelaku usaha tersebut terutama dari lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan mereka bergantung pada sumber-sumber keuangan non Bank. Bentuk dari sumber-sumber ini merupakan lembaga Keuangan non Bank diantaranya adalah Koperasi. Lembaga perbankan sebagai salah satu sumber modal secara optimal masih belum dapat membantu permasalahan yang dihadapi para pelaku usaha kecil. Relatif tingginya tingkat bunga kredit perbankan, prosedur serta persyaratan pengajuan kredit yang relatif sulit untuk dipenuhi, serta tidak adanya jaminan merupakan alasan utama bagi sebagian besar para pelaku usaha kecil untuk tidak mengajukan permohonan kredit kepada perbankan.

Berdasarkan data mengenai industri kecil diperoleh dari Dinas Perekonomian Kota Yogyakarta. Pada tahun 2009 jumlah industri kecil tercatat 6.224 unit dengan jumlah tenaga kerja 33.150 orang dan nilai investasi sebesar Rp. 160.293 juta. Dibandingkan dengan tahun 2008 jumlah usahanya mengalami kenaikan 4,61 persen. Jumlah tenaga kerja yang terserap naik 4,91 persen dan nilai investasinya naik 3,26 persen. Industri kecil yang paling banyak adalah industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan.


(23)

Di Yogyakarta sendiri banyak terdapat jenis industri kecil dari industri kerajinan perak, gerabah, batik sampai industri pengelolaan makanan. BPS Provinsi DIY (2010:314) menyatakan bahwa jumlah industri kecil di DIY tahun 2009 adalah 38.623 unit dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 128.499 pekerja. Dominasi jenis usaha adalah industri logam dan jasa sebesar 37,47 persen. Sedangkan berdasarkan wilayah, sekitar 42.51 persen unit usaha berada di wilayah kota yogyakarta dan menyerap 35,91 persen dari total pekerja industri kecil (BPS Provinsi DIY,2010:314).

Masyarakat Indonesia sebagian besar adalah masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil yang hanya mempunyai modal berskala terbatas, pasti akan menemui kendala di bagian modal yang dapat mengakibatkan terhambatnya usaha. Salah satu alternatif untuk mendapatkan tambahan permodalan adalah dengan meminjam dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Unit Simpan Pinjam (USP). Dengan pinjaman tersebut diharapkan masyarakat akan terbantu dalam menjaga kelangsungan usahanya.

Yang terjadi di desa Minggiran Mantrijeron Yogyakarta, bahwa banyak masyarakat bermata pencaharian sebagai pedagang di pasar. Namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan di dalam mencukupi perekonomian mereka tidak hanya mengandalkan penghasilan dari berdagang di pasar namun juga penghasilan dari usaha lain. Usaha tersebut antara lain adalah usaha usaha pembuatan roti kering, bakphia, Egg Roll dan usaha kecil pengolahan makanan lainnya. Kini usaha tersebut bukan lagi menjadi usaha sampingan namun sudah banyak yang


(24)

menjadikan usaha tersebut menjadi usaha pokok, karena diakui penghasilannya lebih dapat diandalkan.

Pengajuan kredit dilakukan karena adanya dorongan untuk mengembangkan usaha yang sebelumnya dijalankan dengan modal pribadi. Usaha yang dijalankan dengan modal pribadi tersebut belum dapat mencukupi permintaan pasar akan produk diproduksi. Selain itu rendahnya akses para pelaku industri kecil di desa tersebut pada sumber daya ekonomi produktif terutama untuk meningkatkan kemampuan permodalan, meningkatkan akses dan pangsa pasar, teknologi, kualitas, produktivitas dan daya saing produk menjadi alasan mengapa melakukan pinjaman ke Koperasi. Usaha yang dijalankan dengan modal sendiri tersebut memang dapat berjalan namun tidak dapat berkembang. Para pelaku industri hanya melakukan kegiatan produksi dengan bahan baku yang kecil sesuai dengan modal pribadi yang dimilikinya.

Minat para pelaku usaha kecil yang ingin mengembangkan usahanya yang semula hanya menggunakan bahan baku bersekala kecil dan menggunakan tenaga kerja yang sedikit, maka para pelaku industri di desa Minggiran mulai melakukan pinjaman modal dari koperasi. Banyak dari para pelaku industri kecil yang melakukan pinjaman ke koperasi karena modal pinjaman dari bank sangat sulit diperoleh kerena persyaratan adminitratif dari bank yang tidak bisa dipenuhi.

Masih ada lagi permasalahan lain yang dihadapi para pelaku pengusaha kecil di daerah minggiran yaitu menyangkut peralatan produksi. Kebanyakan peralatan yang digunakan masih menggunakan alat yang sederhana, sebagai contoh untuk pelaku usaha roti kering masih menggunakan oven yang berukuran


(25)

kecil, dan saat proses memasak masih penggunaan kompor gas kecil. Selain itu penggunaan mixer yang seadanya menyebabkan saat pencampuran adonan harus dilakukan berkali-kali. Hal tersebut menyebabkan waktu produksi menjadi lama tentunya kurang bisa menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen. Para pelaku usaha kecil tersebut merasa permasalahan dalam produksi ini sangat berpengaruh terhadap omzet yang diterima. Dengan produksi yang sedikit maka omzet penjualan juga hanya sedikit.

Di samping itu juga dengan adanya keterbatasan modal yang dimiliki maka pelaku usaha juga terbatas merekrut karyawan, karena untuk merekrut karyawan maka biaya produksi juga akan bertambah seiring bertambahnya upah yang harus diberikan. Pelaku usaha hanya memiliki modal terbatas sehingga tidak mampu untuk membayar tambahan karyawan. Dengan kapasitas karyawan yang terbatas juga berpengaruh pada volume produksi, tentu dengan karyawan terbatas tidak mampu memproduksi makanan dalam jumlah banyak. Apalagi di saat hari besar kebutuhan akan makanan olahan sangat tinggi. Untuk memenuhi permintaan makanan olahan dipasaran membuat pelaku usaha kualahan. Dengan omzet produksi yang tetap dan biaya produksi yang tetap karena tidak adanya penambahan tenaga kerja membuat keuntungan yang didapat para pelaku usaha juga tidak mengalami perkembangan.

Berangkat dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi dapat berdampak terhadap omzet penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungan. Hal inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk meneliti


(26)

mengenai “Perbedaan Omset Penjualan, Jumlah Tenaga Kerja, Biaya

Produksi, dan Keuntungan pada Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

di Kota Yogyakarta Sebelum dan Sesudah Mendapat Kredit Dari Lembaga

Keuangan Koperasi” dengan studi kasus pelaku usaha kecil penerima kredit di

Koperasi Simpan Pinjam “Dadi Makmur” Minggiran MJ 2/1339, Suryodiningratan Mantrijeron Yogyakarta.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan omset penjualan sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi?

2. Apakah ada perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi?

3. Apakah ada perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi?

4. Apakah ada perbedaan keuntungan pada sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi?


(27)

C.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan variabel dalam penelitian maka perlu dijelaskan indentifikasi antara masing-masing variabel dalam penelitian yaitu:

a. Omset penjualan ditandai dengan banyaknya penjualan dalam periode tertentu. Dalam industri kecil di Minggiran omset penjualan dinyatakan dalam banyaknya roti yang terjual dalam satu bulan.

b. Jumlah tenaga kerja ditandai dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi. Variabel ini dinyatakan dalam jumlah orang yang bekerja dalam proses produksi.

c. Biaya produksi ditandai banyaknya pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Di dalam proses produki biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap meliputi biaya sewa, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya variabel yang meliputi biaya bahan baku, biaya kemasan dan biaya tenaga kerja. d. Keuntungan ditandai dengan pendapatan yang diterima dari hasil selisih

antara penerimaan total dan biaya total. Variabel ini dinyatakan dalam jumlah rupiah yang didapat dari selisih omset penjualan roti dengan biaya total yang digunakan untuk memproduksi roti.


(28)

D. Batasan Masalah

Skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana perbedaan omset penjualan suatu industri kecil disaat sebelum mendapat kredit dan sesudah mendapat kredit dari lembaga keuangan koperasi. Perbedaaan ini tidak hanya mencakup pada segi omset penjualan saja namun juga pada perbedaan jumlah tenaga kerja yang digunakan seiring dengan perbedaan omset penjualan yang tentunya juga menuntut efisiensi dalam produksi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan biaya produksi yang dihasilkan sebelum dan sesudah mendapatkan kredit serta keuntungan yang didapatkan industri tersebut. Peneliti hanya meneliti industri kecil yang menjadi anggota di Koperasi Simpan Pinjam “Dadi Makmur” di Dusun Minggiran Mantrijeron Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan omset penjualan sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keuntungan pada sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi.


(29)

F. Manfaat Penelitian

1. Pelaku UMKM

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberi motivasi bagi para pelaku UMKM sehingga dapat mengembangkan usahanya dan partisipasinya dalam proses pembangunan dengan berperan serta dalam koperasi.

2. Lembaga Keuangan Koperasi

Dapat sebagai tolak ukur pengembangan UMKM sehingga koperasi dapat menyarankan para pelaku UMKM untuk dapat bekerjasama dengan koperasi di dalam mengembangkan usahanya.

3. Bagi Peneliti

Pelaksanaan penelitian ini memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat mengetahui omzet penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi, dan keuntungan pada industri kecil sebelum dan sesudah mendapat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi. Selain itu hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti yakni mengetahui manfaat kredit dari Lembaga Keuangan Koperasi bagi para pelaku UMKM di Kota Yogyakarta.


(30)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

1. Pengertian UMKM

Pengertian Usaha Mikro menurutUU no 20 (pasal 1) Tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Pengertian Usaha Kecil menurutUU no 20 (pasal 1) Tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Pengertian Usaha Menengah menurutUU no 20 (pasal 1) Tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha Ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.


(31)

Kriteria yang dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk menetapkan besar kecilnya seorang pengusaha atau suatu perusahaan tergantung dari sudut pandang penilai. Dari berbagai literatur kriteria untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan antara lain besarnya modal yang dimiliki, kapasitas produksi, banyaknya tenaga buruh yang dipekerjakan, dan seberapa jauh dominasi perusahaan tersebut pada pasar untuk produk sejenis dan sebagainya. Industri kecil dan menengah telah tumbuh dan berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu. Perkembangan industri kecil yang pesat berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang semakin ketat akan cenderung menyebabkan tingkat keuntungan ( rate of return ) yang diperoleh usaha kecil dan menengah mengarah pada keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak mampu berkompetisi akan kalah dari persaingan usaha, atau mengalami kebangkrutan.

2. Kriteria UMKM

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut UU UMKM no 20 tahun 2008 sebagai berikut :

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga


(32)

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. KriteriaUsaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah)

3. Tujuan Pengembangan Industri Kecil

Beberapa tujuan dari adanya pengembangan industri antara lain sebagai berikut :

a. Memperluas kesempatan kerja, dengan adanya pembangunan industri kecil semakin bertambah pula jumlah industri kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh karena itu kesempatan kerja akan semakin bertambah.


(33)

b. Meratakan kesempatan berusaha, dengan adanya pembangunan industri kecil maka semakin besar pula kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.

c. Menunjang pembangunan daerah, dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu pembangunan daerah. Angka pengangguran berkurang dan pendapatan masyarakat menjadi meningkat yang menyebabkan PDB turut serta meningkat dimana ha ini dapat menyebabkan dana untuk pembangunan daerah bertambah. d. Memanfaatkan SDA dan SDM yang ada, dengan adanya pembangunan

industri kecil maka SDA maupun SDM yang ada dapat lebih memiliki nilai guna, misalnya batu dari letusan gunung berapi yang semula hanya untuk bahan bangunan setelah ada para pengrajin batu, maka nilai batu menjadi semakin bertambah.

Selain itu UU no 20 ( pasal 4 ) Tahun 2008 menjelaskan prinsip dan pemberdayaan usaha kecil sebagai berikut :

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan

berkeadilan

c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


(34)

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Selain itu dalam UU no 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan

b. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

c. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Menurut Susilo (2008:137) faktor penentu kinerja atau ketahanan usaha kecil pada masa krisis adalah faktor permintaan pasar, kenaikan harga input dan dan kelangkaan barang input. Faktor permintaan pasar akan menentukan ketahanan industri kecil karena bila permintaan pasar tetap atau bahkan mengalami peningkatan permintaan pada saat terjadi krisis maka usaha kecil tersebut dapat bertahan. Kenaikan harga input dan kelangkaan barang input juga dapat mempengaruhi ketahanan usaha kecil. Keadaan krisis tapi bahan baku masih tersedia dengan harga yang relatif tetap maka dapat mempertahankan bahkan meningkatkan usaha kecil ditengah krisis ekonomi.

Dilihat dari pengolahan produk pangan dapat digolongkan atas produk primer, sekunder dan tersier (Iwantoro, 2002:72). Produk primer


(35)

adalah produk tanpa pengolahan seperti beras, jagung, singkong, ikan, sayur dan lainnya. Produk sekunder adalah produk setengah jadi seperti tepung, susu, tempe, tahu, minyak sayur, dan lainnya. Produk tersier adalah produk jadi seperti roti , biskuit, makanan dalam kaleng, dan makanan jadi restoran.

Di Yogyakarta sendiri banyak terdapat jenis industri kecil dan rumah tangga, Dinas perindustrian menyatakan bahwa jumlah industri kecil di DIY tahun 2007 adalah 4.804 unit (BPS Provinsi DIY,2008:310). Dengan jumlah 29,75 persen adalah industri pengolahan makanan. Ini dapat dikarenakan jumlah permintaan terhadap industri pengolahan makanan meningkat akibat pertambahan penduduk dan permintaan para wisatawan asing atau domestik. Masih kurangnya peran pemerintah untuk membantu berkembang pesat. Dengan usaha industri kecil dan rumah tangga membuat usaha ini kurang berkembang pesat. Dengan modal seadanya dan pengolahan yang tradisional industri ini tetap berusaha untuk bertahan. Padahal bila industri seperti ini ditingkatkan jumlahnya akan dapat mengurangi pengangguran ditengah krisis ekonomi yang belum membaik.


(36)

B. Kredit

1. Pengertian kredit

Pengertian kredit menurut Pasal 1(11) UU No.10/1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7/1992 tentang Perbankan (UU Perbankan), sebagai berikut:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Simorangkir dalam (Untung, 2005:2) mengatakan kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang atau barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang yang demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit.

Menurut Gilarso (2004), kredit berarti pemberian uang atau barang/jasa kepada pihak lain, tanpa menerima imbalan yang langsung/bersamaan, tetapi dengan “percaya”, bahwa pihak yang menerima uang/barang tersebut akan mengembalikan atau melunasi hutangnya sesudah jangka waktu tertentu.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit adalah pemberian prestasi kepada pihak lain yang disertai dengan kepercayaan bahwa pihak penerima kredit pada masa yang akan datang akan


(37)

mengembalikan kredit sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2. Unsur-unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dengan demikian menurut Mubyarto (1992:21) unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan Bank atas uang yang dipinjamkan tersebut akan diterima kembali pembayaran pokok dan bunganya sesui jangka waktu yang telah disepakati.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of Risk yaitu resiko yang terjadi akibat kesenjangan waktu dari pemberian pinjaman tersebut. Asumsi resiko ini didasarkan pertimbangan bahwa dengan semakin lama kredit diberikan maka akan semakin tinggi tingkat resikonya, karena kemampuan manusia untuk menerobos masa yang akan datang selalu ada unsur


(38)

ketidakpastian yang tidak dapat diprediksi pada masa sekarang. Dengan adanya resiko maka perlu adanya cover jaminan yang memadai.

d. Prestasi, merupakan suatu penghargaan atas kepercayaan pihak pemberi kredit kepada penerima kredit. Pemberian kredit tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga barang dan jasa atau sejenisnya. Namun demikian dengan kemajuan jaman yang semakin modern sekarang ini, kehidupan didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

3. Jenis-jenis Kredit

Jenis kredit dibedakan berdasarkan sudut pendekatan yang kita lakukan, jenis-jenis diatas dapat diuraikan dibawah ini (Hasibuan, 2007;88-90):

a. Berdasarkan Tujuan/Kegunaannya

1) Kredit konsumtif yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan digunakan sendiri bersama keluarganya. Kredit ini tidak produktif.

2) Kredit modal kerja (kredit perdagangan) ialah kredit yang akan dipergunakan untuk menambah modal usaha debitor. Kredit ini produktif.

3) Kredit investasi ialah kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif, tetapi baru akan dihasilkan dalam jangka waktu yang


(39)

relatif lama. Biasanya kredit ini diberikan grace period, misalnya kredit untuk perkebunan kelapa sawit, dan lain-lain.

b. Berdasarkan Jangka Waktu

1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu tahun saja.

2) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun.

3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.

c. Berdasarkan Sektor Perekonomian

1) Kredit pertanian adalah kredit yang diberikan kepada perkebunan, peternakan, dan perikanan.

2) Kredit perindustrian adalah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam industri kecil, menengah, dan besar.

3) Kredit pertambangan adalah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam pertambangan.

4) Kredit ekspor-impor adalah kredit yang diberika kepada eksportir dan atau importir beraneka barang.

5) Kredit koperasi adalah kredit yang disalurkan kepada jenis-jenis koperasi.

6) Kredit profesi adalah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam profesi, seperti dokter dan guru.


(40)

d. Berdasarkan Agunan/Jaminan

1) Kredit agunan orang adalah kredit yang diberikan dengan jaminan seseorang terhadap debitur bersangkutan

2) Kredit agunan efek adalah kredit yang diberikan dengan agunan efek-efek dan surat-surat berharga.

3) Kredit agunan barang adalah kredit yang diberikan dengan agunan barang tetap, barang bergerak, dan logam mulia. Kredit agunan barang ini harus memperhatikan Hukum Perdata Pasal 1132 sampai dengan pasal 1139.

4) Kredit agunan dokumen adalah kredit yang diberikan dengan agunan dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C).

e. Berdasarkan Golongan Ekonomi

1) Golongan ekonomi lemah adalah kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, seperti KUK, KUT, dan lain-lain. Golongan ekonomi lemah adalah pengusaha yang kekayaan maksimumnya sebesar 600 juta, tidak termasuk tanah dan bangunannya.

2) Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha menengah dan besar.

f. Berdasarkan Penarikan dan Pelunasan

1) Kredit rekening koran (kredit perdagangan) adalah kredit yang dapat ditarik dan dilunasi setiap saat, besarnya sesuai dengan kebutuhan; penarikan dengan cek, bilyet giro, atau


(41)

pemindahbukuan; pelunasannya dengan setoran-setoran. Bunga dihitung dari saldo harian pinjaman saja bukan dari besarnya plafond kredit. Kredit rekening koran baru dapat ditarik setelah plafond kredit disetujui.

2) Kredit berjangka adalah kredit yang penarikannya sekaligus sebesar plafondnya. Pelunasan dilakukan setelah jangka waktunya habis. Pelunasan bisa dilakukan secara cicilan atau sekaligus, tergantung kepada perjanjian.

4. Tujuan dan Fungsi Kredit

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam sesuaidengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan kemampuan manusia mempunyai suatu batasan tertentu, memaksakan seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya guna peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang/jasa.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang

1. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnyakepada para pengusaha yang memerlukan, untuk mrningkatkan produksi atauuntuk meningkatkan usahanya.

2. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lambaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai


(42)

pinjaman kepada perusahaan- perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalulintas uang akan berkembang pula.

c. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang.

Para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat, apabila para pengusahatersebut mendapatkan kredit. Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun membeli barang- barang dari satu tempat dan menjualnya ketempat lain. Pembelian tersebutuangnya berasal dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pulameningkatkan manfaat suatu barang.

d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan pada usaha-usaha antara lain :

1) Pengendalian inflasi 2) Peningkatan ekspor, dan


(43)

Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan kuntitatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar bisa diekspor, kebijakantersebut telah berhasil dengan baik.

e. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut,namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapatmeningkatkan usahanya.

f. Kredit dapat meningkatkan penerimaan pendapatan.

Dengan bantuan kredit, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai, maka untuk mengelolanya diperlukan pula tenaga kerja. Dengan tertampungnya tenaga-tenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

g. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

Bank-bank di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langasung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam


(44)

negeri. Begitu juga negara-negara yang telah maju yang mempunyai cadangan devisa dan tabungan yang tinggi, dapat memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk kredit kepada negara-negara yang sedang berkembang untuk membangun. Bantuan dalam bentuk ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional (http://www.scribd.com/doc/51106562/10/Tujuan-Dan-Fungsi-Kredit)

C. Koperasi Simpan Pinjam

1. Pengertian Koperasi

Di Indonesia, pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi Tahun 1992 Nomor 25 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Koperasi tumbuh dan berkembang secara dinamis melalui doktrin dan prinsip dasar yang lekat dengan pertumbuhan itu sendiri Koperasi berkembang ke segala arah di seluruh dunia dan bergabung dalam suatu sistem koperasi. Sebagai suatu unit usaha, maka koperasi berkembang di seluruh masyarakat yang menyerap kebutuhan ekonomi sehari-hari. Koperasi melaksanakan perlindungan terhadap anggota dan


(45)

memberi pengarahan agar status ekonominya meningkat (Subyakto dan Cahyono, 1983:49).

2. Landasan Koperasi

Landasan koperasi Indonesia ialah :

a. Landasan Ideal, Pancasila. Anggota koperasi harus meletakan sila – sila dalam Pancasila yang juga merupakan falsafah Negara Indonesia ke dalam sifat, tujuan, dan aspirasinya.

b. Landasan Strukturil, UUD 1945. Berdasarkan pasal 33 ayat 1 Undang – Undang Dasar 1945 maka perekonomian koperasi harus disusun sebagai usaha bersama berdasar atas kekeluargaan sehingga kemakmuran bersama atau anggota harus diutamakan diatas kepentingan individu .

c. Landasan Mental, setia kawan dan kesadaran berpribadi. Menunjukan adanya gotong royong dan kesadaran pribadi untuk memperkuat kemakmuran ekonomi.

3. Fungsi Koperasi

Fungsi koperasi Indonesia ialah :

a. Alat perjuangan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. b. Alat pendemokrasian ekonomi nasional.

c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.

d. Alat untuk membina insan masyarakat untuk bersatu memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia.


(46)

4. Azas Koperasi

Badan usaha koperasi berdasarkan atas azas kekeluargaan dan azas gotong royong.

a. Azas kekeluargaan berarti, adanya kesadaran semangat bekerja sama dan tanggung jawab bersama.

b. Azas gotong royong berarti adanya kesadaran untuk mengerjakan segala sesuatu oleh semua untuk semua di bawah pimpinan pengurus serta pemilikan para anggota.

5. Tugas Koperasi

Menurut pasal 4 UU nomor 25 tahun 1992 tugas yang dilakukan koperasi maka dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Membangun serta mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggotanya khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Dengan terhimpunnya potensi dan kemampuan yang besar di dalam wadah Koperasi, maka Koperasi tidak hanya akan memiliki kekuatan untuk mengemba gkan potensi secara optimal. Dengan dukungan potensi itu, Koperasi juga akan memiliki kekuatan untuk memainkan peranan yang lebih besar di dalam percaturan perekonomian nasional. Dengan cara itu maka selanjutnya, Koperasi akan memiliki kekuatan lebih besar pula dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat pada umumnya dan anggota pada khususnya.


(47)

b. Mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat

Koperasi diharapkan sebagai wadah kerja sama ekonomi yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya. Peningkatan kealitas kehidupan ini hanyan bisa dicapai oleh Koperasi bila ia dapat mengembangkan kemampuannyadalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota-anggota Koperasi serta masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu Koperasi benar-benar diarahkan pada upaya menigkatkan kesejahteraan ekonomi. Setelah itu Koperasi akan memiliki peluang untuk turut serta meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat sekiarnya. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasarkekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi soko gurunya. Dalam rangka menggalang dan memperkokoh perekonomian rakyat itu, maka Koperasi harus berusaha sekuat tenaga agar memiliki kinerja usaha yang tangguh dan efisien. Sebab dengan cara itulah Koperasi dapat menjadikan perekonomian rakyat sebagai dasar dan kekuatan ekonomi nasional (Baswer, 1997,83-84).

6. Peranan dan tugas Koperasi Dalam Pengembangan UMKM

Dalam rangka pembangunan ekonomi, koperasi mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting serta bersama-sama dengan Badan-badan Usaha milik Negara atau swasta melakukan berbagai usaha demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia.


(48)

Menurut Kartasaputra (1991:4) peranan dan tugas yang dapat dilakukan koperasi dalam pembangunan ekonomi yaitu

a. Mempersatukan, mengarahkan dan mengembangkan daya kreasi, daya cipta serta daya usaha rakyat, terutama mereka yang serba terbatas kemampuan ekonominya agar mereka dapat turut sertadalam kegiatan perekonomian. Masyarakat yang mempunyai usaha tapi mengalami kesulitan dalam permodalan, koperasi bisa membantu pinjaman modal dengan bunga ringan.

b. Koperasi juga berperan serta aktif dalam menciptakan dan membuka lapangan kerja baru. Koperasi dalam hal ini memberikan alokasi modal pada masyarakat, dengan modal tersebut maka masyarakat bisa membuka usaha baru sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Koperasi juga bisa membantu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang banyak.

Disamping kedua peran tersebut maka Koperasi juga mempunyai tugas terutama meningkatkan pendapatan dan menimbulkan pembagian yang adildan merata atas pendapatan tersebut. Dalam hal ini koperasi membantu dalam menciptakan lapangan kerja terutama dalam bidang industri kecil di beberapa daerah, sehingga pendapatan masyarakat dapat meningkat dan terbagi secara adil sehingga angka pengangguran juga dapat terkurangi jumlahnya.


(49)

Menurut Widiyanti (2003:212) koperasi dikatakan sebagai soko guru perekonomian nasional Indonesia karena :

a. Koperasi merupakan wadah penampung pesan politik bangsa terjajah yang miskin ekonominya dan didominasi oleh sistem ekonomi penjajah. Koperasi menyadarkan kepentingan bersama, menolong diri sendiri secara bersama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan produktif. Dengan demikian koperasi menjadi penting sebagai organisasi perekonomian rakyat dalam perlawanannya terhadap penindasan sistem modal asing dan pemerintah kolonial.

b. Koperasi adalah bentuk badan usaha yang bukan saja menampung, tetapi juga memepertahankan serta memperkuat identitas dan budaya bangsa. Kepribadian bangsa bergotong-royong akan tumbuh subur di dalam koperasi Selanjutnya koperasi sendiri lebih terbangun dengan lebih menguatkan budaya itu.

c. Koperasi adalah wadah untuk membina golongan ekonomi kecil atau pribumi. Koperasi memupuk kekuatan ekonomi bersama antar yang lemah untuk menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang merugikan dan mematikan yang kecil-kecil atau koperasi disini lebih dari pada memupuk kemandirian dan meningkatkan kemampuan produktif anggotanya melalui swakarsa dan swadaya saja, tetapi memupuk kesadaran ekonomi dan solidaritas.


(50)

d. Koperasi adalah wahana yang tepat untuk merealisasi ekonomi pancasila terutama karena terpenuhinya tuntutan kebersamaan dan asas kebersamaan dan asa kekeluargaan

7. Bidang Usaha Koperasi

Bidang usaha koperasi mencerminkan jasa yang ditawarkan koperasi kepada para pelanggannya. Berdasarkan bidang usaha ini Koperasi dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotnya. Koperasi ini sangat tergantung pada latar belakang kebutuhan anggota yang hendak dipenuhi melalui pendirian koperasi yang bersangkutan.

b. Koperasi Produksi

Koperasi Produksi adalah koperasi ynag kegiatan utamanya melakukan pemrosesan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Namun demikian karena kegiatan memproduksi suatu barang biasanya terkait secara langsung dengan kegiatan memasarkan barang-barang itu, koperasi produksi biasanya juga bergerak dalam bidang pemasaran barang-barang yang diproduksinya.

c. Koperasi Pemasaran

Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang


(51)

mereka hasilkan. Tujuan utamanya adalah untuk menyederhanakan rantai tata niaga, dan mengurangi sampai sekecil mungkin keterlibatan pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang mereka hasilkan.

d. Koperasi Kredit

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang memerlukan bantuan modal. Selain bertujuan untuk mendidik anggotanya bersikap hemat dan gemar menabung, koperasi kredit biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir, 2000:76-78).

8. Simpan Pinjam

Simpan pinjam merupakan suatu transaksi yang memungut dana dalam bentuk pinjaman kepada anggota yang membutuhkan, hal ini dilakukan dalam rangka mengurangi gerakan rentenir yang merugikan masyarakat (Hasibuan, 1996). Jadi Simpan Pinjam merupakan suatu usaha yang memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyimpan dan meminjam uang.

Menurut Widiyanti (2003) Simpan Pinjam merupakan suatu usaha yang melakukan pembentukan modal melalui tabungan para aggotanya secara teratur dan teus menerus kemudian dipinjamkan kembali kepada


(52)

para anggota denngan cara yang mudah, murah, cepat, tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

9. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga yang ringan. Itulah sebabnya koperasi ini disebut pula koperasi kredit. Fungsi pinjaman dalam koperasi kredit adalah untuk memperbaiki ekonomi para anggotanya (Anoraga dan Widiyanti, 1997 : 22).

Koperasi kredit juga bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir, 2000:76-78).

Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan. Adapun tujuan koperasi kredit adalah sebagai berikut :

a. Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan.

b. Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

c. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya.


(53)

D. Hal-Hal Yang Dipengaruhi Kredit dari Koperasi

1. Omset Penjualan

Penjualan (selling) artinya proses menjual. Menjual (sale) adalah menyerahkan sesuatu kepada pembeli dengan harga tertentu. (Nafari, 2007:96). Penjualan mengambarkan hasil dari penjualan barang atau jasa kepada pembeli atau langganan selama satu periode tertentu (Manulang, 2002:316). Agar perusahaan tidak mengalami kerugian karena terlalu banyak memproduksi barang atau jasa maka perusahaan harus memperkirakan besarnya penjualan atau dinamakan dengan ramalan jual. Ramalan jual adalah proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan di buat data yang pernah terjadi dan atau mungkin ynag akan terjadi. Teknik membuat ramalan jualan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif atau gabungan keduanya (Nafarin, 2007: 96-99).

Omset penjualan seimbang bila hasil dari penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi atau Break Even Point. Dapat diperoleh dimana Total Cost atau Biaya Total sama dengan Total Revenue

atau Permintaan Total (TC=TR). Sedangkan bila (TC<TR) maka yang terjadi adalah perusahaan mengalami untung. Kondisi seperti ini yang diinginkan setiap perusahaan yaitu mendapatkan laba sebesar-besarnya.

2. Tenaga Kerja

Kerja manusia (labor) dalam ilmu ekonomi diartikan segala usaha manusia, baik jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses


(54)

peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 2004: 89). Garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja (Dumairy, 1996:74). Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja (Gilarso, 2004: 90). Batas usia kerja atau penduduk usia kerja adalah pendudu yang berumur 15 tahun keatas (BPS, 2007: 57). Setiap orang yang sudah berusia 15 tahun keatas tergolong sebagai tenaga kerja. Peningkatan batas usia kerja dari 10 tahun keatas menjadi 15 tahun keatas dikarenakan konsekuensi program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Bukan tenaga kerja adalah penduduk yang belum berada dalam batas usia kerja.

Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Dumairy, 1996:74). Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi (BPS, 2009:xiv).

3. Biaya Produksi

Biaya produksi (production cost) perusahaan adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktro-faktor produksi yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut (Sumarsono, 2007:151).

Menurut Mulyadi (2002:26) Biaya produksi yaitu biaya-biaya yang pengorbanannya tekait dengan proses pengolahan bahan baku menjadi


(55)

barang jadi (finished goods) yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Soemarso dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar edisi keempat mengelompokan biaya produksi sebagai berikut:

a. Biaya bahan baku (raw material) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.

b. Biaya buruh langsung (direct labor) adalah biaya untuk buruh yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan lebel atau tukang linting dalam perusahan rokok.

c. Biaya pabrikase (overhead) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan buruh langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan. Contoh biaya pabrikase adalah: (1) bahan pembantu (kadang-kadang disebut: bahan tidak langsung- indirect material) misalnyaperlengkapa pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan mebel); (2) butruh tidak langsung (indirect labor) yaitu buruh yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor; (3) pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair); (4) listrik, air, telepon dan lain-lain.

(Soemarso, 1999;294) Dalam menganalisis biaya produksi dibedakan dua jangka waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pensek adalah jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapt ditambah jumlahnya. Sedangkan biaya jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan (Sukirno, 1005:209). Pada periode perencanaan jangka panjang, semua input (faktor produksi) dapat diubah skalanya (variabel) dan semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Proses produksi dapat ditingkatkan kegiatannya,


(56)

dengan memperbesar produksinya dan produsen dapat merubah baik biaya faktor produksi variabel maupun biaya produksi tetapnya (Sumarsono, 2007:167-168).

Total cost atau biaya total (TC) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Biaya total suatu perusahaan dalam jangka pendek tergantung pada ukuran perusahaan dan pada tingkat output yang diproduksi. Total cost didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel. Total Fixed Cost atau Biaya Total (TFC) adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya ini adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Total Variabel Cost atau Biaya Berubah Rata-rata (TVC) adalah biaya yang dikeluarkan apabila berproduksi dan besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya barang yang diproduksi. Semakin banyak barang yang diproduksi biaya variabelnya semakin besar begitu sebaliknya.

Average Fixed Cost atau Biaya Tetap Rata-rata (AFC) adalah biaya tetap total (TFC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q). Average Variabel Cost atau Biaya Berubah Rata-rata (AVC) adalah biaya berubah total (TVC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q).

Average Cost atau Biaya Total Rata-rata (AC) adalah biaya yang dapat dihitung dengan biaya total (TC) di bagi sejumlah barang yang diproduksi (Q). Marginal Cost atau Biaya Marginal (MC) adalah tambahan biaya yang disebabkan karena tambahan satu unit produksi.


(57)

4. Keuntungan

Keuntungan atau laba adalah pendapatan sisa yang diterima oleh pengusaha sebagai balas karya terhadap kemampuan berwiraswasta, setelah segala biaya produksi diperhitungkan (Gilarso, 2003:307)

Laba didapatkan dari Penerimaan Total atau Total Revenue (TR) dikurangi Biaya Total atau Total Cost (TC). Adam Smith berpendapat bahwa laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa mengganggu modal (Nafarin, 2007:788)

Tiga cara meningkatkan laba adalah meningkatkan volume penjualan, menaikan harga penjualan, mengurangi biaya (Morin,1986:3). Meningkatkan volume penjualan dapat dilakukan dengan membuat suatu rencana yang unik, mengidentifikasi hal-hal apa saja yang diperlukan pelanggan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat iklan dan memberikan keuntungan nyata pada pelanggan. Dapat dilengkapi juga dengan cara mengadakan penelitian mendasar untuk meningkatkan penjualan.

Cara yang kedua dapat dilakukan dengan menaikan harga penjualan. Keuntungan menaikan harga prnjualan adalah penerimaann yang lebih cepat, kenaikan harga adalah cara tercepat untuk meningkatkan laba. Bila penjualan tidak menurun, maka penambahan laba terjadi setelah perubahan harga mulai berlaku dan waktu dan usaha diperlukan lebih sedikit. Dibandingkan dengan waktu meningkatkan volume penjualan/ mengurangi biaya.


(58)

Sedangkan cara yang ketiga adalah mengurangi biaya. Mengurangi biaya merupakan cara yang lebih cepat untuk meningkatkan laba daripada mengejar kenaikan volume penjuala. Langkah penurunan biaya biasanya tidak menimbulkan tanggapan dari para pesaing. Namun kesulitan dalam menurunkan biaya adalah mencapai dan mempertahankan komitmen para karyawan. Karena terkadang selama ini manajer dan staf tidak memperhatikan penghematan sumber daya perusahaan. Dapat juga dilakukan dengan mengadakan perbaikan produktivitas yang meliputi hubungan antara masukan-masukan dan keluaran-keluaran.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Sriwiyati (2003) yang berjudul “Peranan kredit produksi BRI terhadap perkembangan industri makanan kecil” Studi Kasus Pelaku industri makanan kecil di daerah Pathuk Yogyakarta. Penelitian ini menguji perbandingan sebelum dan sesudah mendapatkan pinjaman dari BRI. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan uji Z dengan taraf signifikan 0,05% dan Z tabel 1,645.

Variabel penelitian independennya adalah kredit BRI sedangkan Variabel dependent adalah volume usaha, laba usaha, peningkatan upah dan peningkatan tenaga kerja. Hasil penelitian sebagai berikut:

Pemberian kredit BRI mampu meningkatkan volume produksi hasil perhitungan menunjukan bahwa Z hitung adalah 6,382 berarti Z hitung lebih besar dibanding dengan Z tabel. Hal ini berarti menerima Ha dan menolak Ho


(59)

yang membuktikan bahwa industri makanan kecil setelah mendapatkan kredit dari bank dapat menambah volume produksi.

Pemberian kredit BRI mampu meningkatkan laba usaha hasil perhitungan menunjukan Z hitung adalah 5,312 berarti Z hitung lebih besar dibanding Z tabel. Hal ini berarti menerima Ha dan menolak Ho yang membuktikan bahwa industri makanan kecilsetelah mendapatkan kredit dari Bank dapat menambah laba usaha.

Pemberian kredit BRI mampu meningkatkan tenaga kerja hasil perhitunganmenunjukan bahwa Z hitungadalah 13,566 berarti Z hitung lebih besar dibanding dengan Z tabel. Hal ini berarti menerima Ha dan menolak Ho yang membuktikan bahwa industri makanan kecil setelah mendapatkan kredit dari Bank dapat menambah tingkattenaga kerja.

Pemberian kredit BRI mampu meningkatkan upah, hasil perhitungan menunjukan bahwa Z hitung adalah 11,758 berarti Z hitung lebih besar dibandingkan dengan Z tabel. Hal ini berarti menerima Ha menolak Ho yang membuktikan bahwa industri makanan kecil setelah mendapatkan kredit dari bank dapat menambah upah tenaga kerja.

F. Kerangka Berpikir

Baik usaha bersekala besar, menengah maupun kecil pasti membutuhkan modal untuk menjalankan usaha dan di dalam proses pengembangan usahanya suatu usaha kecil perlu ada tambahan modal. Untuk


(60)

mendapatkan tambahan modal maka memerlukan dana dari pihak lain untuk mengembangkan usaha.

Industri menurut ensiklopedi Indonesia adalah bagian dari proses produksi yang tidak secara langsung atau mendapatkan barang-barang atau bahan dasar secara kimiawi sehingga menjadikan lebih berharga untuk dipakai manusia. Oleh karena itu perlu modal didalam melaksanakan proses produksi.

Industri pengolahan makanan merupakan salah satu bentuk usaha yang dalam pengembangannya mengalami kendala dalam hal permodalan. Dengan kendala keterbatasan modal tersebut maka para pelaku usaha mempunyai inisiatif untuk bergabung menjadi anggota koperasi dan meminjam modal dari koperasi. Dengan adanya tambahan modal dari yang diperoleh dari pinjaman kredit koperasi maka akan membantu para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya. Pinjaman modal tersebut digunakan untuk menambah peralatan produksi sehingga hasil produksi juga akan meningkat. Dengan meningkatnya volume produksai maka omzet yang diterima pengusaha juga akan mengalami peningkatan. Omzet mengambarkan hasil dari penjualan barang atau jasa kepada pembeli atau langganan selama satu periode tertentu.

Tenaga kerja manusia (labor) dalam ilmu ekonomi diartikan segala usaha manusia, baik jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses penigkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 2004: 89). Setiap menjalankan usaha pasti tidak luput dari peranan tenaga kerja. Di dalam proses produksi peranan


(61)

tenaga kerja sangatlah penting. Di dalam pengembangan usaha, jumlah tenaga kerja menjadi hal yang dipertimbangkan, karena dengan bertambahnya tenaga kerja maka proses produksi akan lebih cepat dan dapat meningkat. Dengan adanya pinjaman modal dari koperasi maka para pelaku usaha akan menambah tenaga kerjanya untuk mendukung proses produksi, dimana dibutuhkan efisiensi waktu dalam meningkatkan hasil produksi agar omzet penjualan dapat meningkat.

Dengan bertambahnya modal yang didapat dari kredit maka perusahaan akan menambah bahan baku yang digunakan untuk meningkatkan omzet penjualan. Proses produksi dapat ditingkatkan kegiatannya, dengan memperbesar produksinya dan produsen dapat merubah baik biaya faktor produksi variabel maupun biaya produksi tetapnya (Sumarsono, 2007:167-168). Dengan bertambahnya bahan baku maka tenaga kerja yang digunakan meningkat. Hal tersebut mengakibatkan upah tenaga kerja yang harus dikeluarkan menjadi meningkat. Selain itu, seiring dengan meningkatnya volume produksi maka biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya minyak, biaya gas, biaya pengemasan dan biaya pengiriman juga akan mengalami kenaikan.

Pinjaman kredit juga akan memberikan tambahan keuntungan bagi para pelaku usaha, karena dengan pinjaman kredit tersebut dapat menambah peralatan produksi, jumlah tenaga kerja, bahan baku sehingga produk yang dihasilkan semakin banyak. Dengan jumlah produksi yang banyak maka volume penjualan akan bertambah sehingga keuntungan pengusaha akan


(62)

meningkat. Keuntungan atau laba adalah pendapatan sisa yang diterima oleh pengusaha sebagai balas karya terhadap kemampuan berwiraswasta, setelah segala biaya produksi diperhitungkan (Gilarso, 2003:307). Dengan jumlah peralatan produksi yang meningkat dan semakin modern maka perusahaan juga melakukan peningkatan kualitas hasil produksi. Dan diharapkan konsumen tetap setia membeli hasil produksi yang dijual.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Kesimpulan tentang benar tidaknya hipotesis yang diajukan akan dapat ditarik setelah mengadakan penelitian. Hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Ada perbedaan omzet penjualan pada pelaku usaha mikro kecil dan

menengah di Kota Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan Koperasi.

2. Ada perbedaan jumlah tenaga kerja pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kota Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan Koperasi.

3. Ada perbedaan biaya produksi pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kota Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan Koperasi.


(63)

4. Ada perbedaan keuntungan pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kota Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan Koperasi.


(64)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian Ex Post facto, dalam bahasa latin berarti “dari sesudah fakta”. Menunjukan bahwa penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secar alami (Furchan, 1982:382). Ex Post Facto memulai dengan dua kelompok yang berbeda kemudian berusaha menetapkan sebab-sebab dari perbedaan ini. Ex Post Facto adalah penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa (Indriantoro, 2002:27). Peneliti melakukan pengamatan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang timbul dan menelusuri kembali fakta yang secara masuk akal sebagai faktor-faktor penyebab.

Penelitian ini dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang yang dianggap sebagai akibat dari faktor-faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki kebelakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang terjadi sebelum dan sesudah mendapatkan Kredit dari Koperasi yang mempengaruhi beberapa faktor yaitu omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi, dan keuntungan.


(65)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini berada di Koperasi Simpan Pinjam “Dadi Makmur” Desa Minggiran MJ II/1339 Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan Mantrijeron Kabupaten Kota Yogyakarta. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan sebagai berikut :

1. Banyak para pelaku Industri kecil, khususnya industri di bidang pengolahan makanan yang menggunakan jasa Kredit dari Koperasi “Dadi Makmur”.

2. Belum diketahui sejauh mana perbedaan jumlah tenaga kerja, omset penjualan, biaya produksi, dan keuntungan setelah pemberian kredit. Waktu penelitian ini adalah bulan Juni-Juli 2012.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah industri kecil di Desa Mantrijeron Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan Mantrijeron Kabupaten Kota Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi, dan keuntungan sebelum mendapatkan kredit koperasi dan sesudah mendapatkan kredit koperasi.


(66)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:115). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah industri kecil yang mendapat Kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Dadi Makmur dengan jumlah 21 pelaku usaha.

2. Sampel adalah sebagian dari elemen populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah industri kecil yang mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Dadi Makmur. Industri kecil yang diambil sebagai sampel berjumlah 21 pelaku usaha.

E. Definisi Variabel dan Pengukuran

1. Omset Penjualan Dalam 1 Bulan

Omset penjualan adalah banyaknya barang yang terjual dikalikan dengan harga jual. Omzet penjualan dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range.

2. Jumlah Tenaga Kerja Dalam 1 Bulan

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya pekerja yang digunakan untuk membangun proses produksi. Jumlah tenaga kerja dalam penelitian ini diukur dengan jumlah tenaga kerja dalam 1 bulan.


(67)

3. Biaya Produksi Dalam 1 Bulan

a. Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya tetap dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range.

b. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan apabila berproduksi, besar kecilnya tergantung dari jumlah yang akan diproduksi. Biaya variabel dalam penelitian ini diukur dengan rupiah tanpa range. c. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluakan dalam proses

produksi. Biaya total dapat diketahui dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range.

4. Keuntungan Dalam 1 Bulan

Keuntungan adalah pendapatan yang diterima dari hasil selisih antara penerimaan total dan biaya total. Keuntungan dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range.

F. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang 30 orang. (Sugiyono, 2005:61). Dalam hal ini peneliti mengambil sampel sejumlah 21 pelaku usaha.


(68)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara (Indriantoro, 2002:146). Data primer yang diperlukan dalam dalam penelitian ini adalah:

a. Omset Penjualan b. Jumlah tenaga kerja c. Biaya produksi d. Keuntungan

Tabel III.1 Kisi-kisi wawancara Yang Diperlukan

No Variabel Indikator

A Identitas responden

Berisi nama perusahaan, nama pemilik perusahaan, alamat perusahaan, lama berusaha, usaha yang dijalankan sebagai pekerjaan pokok atau sampingan, asal mula usaha, modal awal.

B Omset penjualan Harga sebelum dan sesudah mendapatkan kredit.

Jumlah produksi sebelum dan sesudah mendapatkan kredit

Penerimaan total sebelum dan sesudah mendapatkan kredit

C Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah mendapat kredit.

D Biaya Produksi Biaya Tetap (Biaya Upah tenaga kerja, Biaya listrik, Biaya sewa, Biaya Promosi, Biaya Penyusutan) sebelum dan sesudah mendapatkan kredit.


(69)

No Variabel Indikator

Biaya Variabel (Biaya bahan baku, Biaya minyak, Biaya Gas, biaya pembelian kemasan) sebelum dan sesudah mendapatkan kredit.

Biaya total sebelum dan sesudah mendapatkan kredit.

E Pertanyaan Tambahan

Asal bahan baku, alat transportasi yang digunakan untuk membawa bahan baku, daerah jangkauan pemasaran, sistem

pemasaran yang diterapkan, alat transportasi yang digunakan untuk memasarkan produk, asal tenaga kerja, bantua modal dari pihak lain, peralatan utama dalam melaksanakan produksi, sejarah usaha, manfaat kredit yang dirasakan, hambatan yang dihadapi, alasan meminjam di Koperasi,

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro, 2002:147). Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Jumlah industri kecil dan menegah b. Profil Koperasi

c. Prosedur peminjaman kredit di KSP Dadi Makmur d. Gambaran umum wilayah


(1)

43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 2,695 2,692 2,690 2,687 2,685 2,682 2,680 2,678 2,676 2,674 2,672 2,670 2,668 2,416 2,414 2,412 2,410 2,408 2,407 2,405 2,403 2,402 2,400 2,399 2,397 2,396 2,017 2,015 2,014 2,013 2,012 2,011 2,010 2,009 2,008 2,007 2,006 2,005 2,004 1,681 1,680 1,679 1,679 1,678 1,677 1,677 1,676 1,675 1,675 1,674 1,674 1,673


(2)

125

L a m p i r a n 5

Su r a t I j i n P en el i t i a n

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 77 85

Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

9 138 130

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 62 130

Kajian Hukum Terhadap Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008

0 51 108

Unit Usaha Jasa Dan Industri Laboratorium Dental FKG-USU: Peningkatan Mutu Pelayanan Prostodontik Dan Inovasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi

1 69 47

PENGARUH INVESTASI DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BATU

2 12 21

PERBEDAAN TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG KECIL SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT PD BPR PASAR PERBEDAAN TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG KECIL SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT KREDIT PD BPR PASAR KECAMATAN KARANGGEDE BOYOLALI.

0 0 19

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008

0 0 145

PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO

0 0 120

Perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi, dan keuntungan pada pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kota Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapat kredit dari lembaga keuangan koperasi - USD Repository

0 8 147