Deskripsi persepsi siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap manfaat ragam media bimbingan dan implikasinya pada pembuatan media bimbingan.

(1)

vii ABSTRAK

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

TERHADAP MANFAAT RAGAM MEDIA BIMBINGAN DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN

Dorce Waga Pekey Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan dan Implikasinya pada Pembuatan Media Bimbingan. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan yang terdiri dari 5 (lima) aspek pesepsi terhadap manfaat ragam media bimbingan yaitu: (1) Modalitas; auditif, visual dan audiovisual, (2) Dimensi Ruang; auditif, visual dan audiovisual (3) Dimensi Waktu; auditif, visual dan audiovisual, (4) Konteks; auditif, visual dan audiovisual, dan (5) Tujuan; auditif, visual dan audiovisual. Uji Reliabilitas persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan, = 0,94

Hasil Penelitian menunjukan bahwa persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan masuk dalam kategori sedang yaitu 68.03%. Hasil analisis deskripsi per aspek tidak menunjukan adanya aspek yang termasuk dalam kategori rendah. Hasil pada Aspek Modalitas; auditif, visual dan audiovisual termasuk dalam kategori yang tinggi yaitu sebanyak 55,4%, aspek Dimensi Ruang; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori yang tinggi yaitu sebanyak 59,8%, aspek Dimensi Waktu; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori yang sedang yaitu sebanyak 63,4%, aspek Konteks; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 76,8% dan pada aspek Tujuan; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori yang tinggi yaitu sebanyak 52,7%.


(2)

(3)

i

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

TERHADAP MANFAAT RAGAM MEDIA BIMBINGAN DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Dorce Waga Pekey

NIM: 081114040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

(5)

(6)

iv MOTO Saya adalah saya

Ad Mayorem Dei Gloriam

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Kemuliaan Tuhan yang lebih besar

Kedua orang tuaku Bapak Ipouga Mozes Pekey dan Mama Apie Agustina Mote Ketujuh adikku Pekey bersaudara; Onis, Ona, Osi, Olin, Gab, Monik, dan Bas

Sanak saudara dan para sahabatku Tanah Papua beserta isinya Keluarga besar Sanata Dharma

dan Almamaterku


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

DESKRIPSI PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

TERHADAP MANFAAT RAGAM MEDIA BIMBINGAN DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN

Dorce Waga Pekey Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan dan Implikasinya pada Pembuatan Media Bimbingan. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan yang terdiri dari 5 (lima) aspek pesepsi terhadap manfaat ragam media bimbingan yaitu: (1) Modalitas; auditif, visual dan audiovisual, (2) Dimensi Ruang; auditif, visual dan audiovisual (3) Dimensi Waktu; auditif, visual dan audiovisual, (4) Konteks; auditif, visual dan audiovisual, dan (5) Tujuan; auditif, visual dan audiovisual. Uji Reliabilitas persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan, = 0,94

Hasil Penelitian menunjukan bahwa persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan masuk dalam kategori sedang yaitu 68.03%. Hasil analisis deskripsi per aspek tidak menunjukan adanya aspek yang termasuk dalam kategori rendah. Hasil pada Aspek Modalitas; auditif, visual dan audiovisual termasuk dalam kategori yang tinggi yaitu sebanyak 55,4%, aspek Dimensi Ruang; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori yang tinggi yaitu sebanyak 59,8%, aspek Dimensi Waktu; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori yang sedang yaitu sebanyak 63,4%, aspek Konteks; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 76,8% dan pada aspek Tujuan; auditif, visual dan audiovisual, termasuk dalam kategori yang tinggi yaitu sebanyak 52,7%.


(10)

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling tepat untuk melukiskan kegembiraan peneliti, selain rasa syukur yang sedalamnya kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat kasih sayangNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Setelah melewati perjuangan yang sangat panjang namun penuh arti, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Deskripsi Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan dan Implikasinya pada Pembuatan Media Bimbingan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarja pendidikan jenjang strata satu.

Peneliti menyadari bahwa selesainya penelitian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

2. Ibu Ag. Krisna Indah Marheni S.Pd., M.A Selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan ikhlas, pengertian, dan sabar meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Gendon Barus M.Si dan Ibu A. Setyandari S.Pd., S.Psi., Psi., M.A yang telah meluangkan waktu untuk menguji skripsi ini.


(12)

x

4. Ibu Dra. S. Listyawati Sri Nugrahaningsih, sebagai Kepala Sekolah SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan uji coba penelitian dan penelitian di sekolah. 5. Ibu B. Evy Prihartini, S.Pd. selaku koordinator BK SMP Stella Duce 1, Ibu Meida Adriana Putri S.Pd sebagai staff BK dan Ibu L. Aprilliana Wiwit, S.Pd selaku guru BK kelas VIII yang dengan ikhlas dan sabar meluangkan waktu dan mendampingi peneliti dalam proses pengambilan data.

6. Siswa-siswi SMP Stella Duce 1 Yogyakarta khususnya kelas VIII tahun ajaran 2012/2013 yang telah meluangkan waktu dan bersedia mengisi kuesioner.

7. Kedua orang tuaku Bapak Ipouga Mozes Pekey dan Mama Apie Agustina Mote serta ketujuh adikku Ones Frans Pekey, Onalia Pekei, Osilia Cici Pekei, Dorlince Pekei, Gabriel Davit Pekei, Monika Lidia Pekei dan Basilius Agung Pekei.

8. Sanak saudaraku dimana pun berada yang tidak dapa peneliti sebutkan satu persatu.

9. Kakakku tersayang Longginus Pekey S.Pd yang menjadi guru kehidupanku; segenap anggota COBA: Yosep, Frengky, Nius, Anes, Max, Mael, Noby, Telius dan Passo; segenap anggota SELANGKAH IYOO/IHOO: Om Teus, Pane Ado dt dan adik-adikku; Pater Lambert Nita OFM beserta segenap Anggota GR St. Fransiskus dan St. Clara dari Asisi dimana pun berada.


(13)

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv

PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA. ... v

ABSTRAK. ... vi

ABSTRACT. ... - KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL. ... xiii

DAFTAR GAMBAR. ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN. ... xv

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah. ... 6

C. Tujuan Penelitian. ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian. ... 6

E. Batasan Istilah. ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ... 9


(15)

xiii

1. Pengertian. ... 9

a. Persepsi. ... 9

b. Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 11

1) Arti Media Bimbingan. ... 11

2) Ragam Media Bimbingan. ... 13

3) Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 15

4) Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 19

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 20

a. Perhatian yang selektif. ... 20

b. Ciri-ciri Rangsangan. ... 22

c. Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu. ... 22

d. Pengalaman Terdahulu. ... 23

3. Aspek-aspek Persepsi terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 24

a. Modalitas; Auditif, Visual, dan Audovisual. ... 24

b. Dimensi Ruang; Auditif, Visual, dan Audiovisual. ... 25

c. Dimensi Waktu; Auditif, Visual, dan Audiovisual. ... 25

d. Konteks; Auditif, Visual, dan Audiovisual. ... 26

e. Tujuan; Auditif, Visual, dan Audiovisual. ... 26

B. Hakekat Remaja. ... 27

1. Pengertian Remaja. ... 27

2. Ciri-Ciri Masa Remaja. ... 28

3. Tugas Perkembangan Remaja. ... 31

BAB III METODE PENELITIAN. ... 34

A. Jenis Penelitian. ... 34

B. Subjek Penelitian. ... 34

C. Instrumen Penelitian. ... 35

1. Kuesioner. ... 35

2. Hasil Validitasi dan Reliabilitas Kuesioner. ... 37

a. Validitas Kuesioner. ... 37

b. Reliabilitas Kuesioner. ... 39

3. Telaah Ahli (Expert Judgment) Terhadap Kuesioner. ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data. ... 42

1. Persiapan dan Pelaksanaan... 42


(16)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 47

A. Hasil Penelitian. ... 47

1. Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 47

2. Deskripsi Aspek Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 49

a. Aspek Modalitas. ... 49

b. Aspek Dimensi Ruang. ... 52

c. Aspek Dimensi Waktu. ... 54

d. Aspek Konteks. ... 57

e. Aspek Tujuan. ... 59

3. Capaian Hasil Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian. ... 64

C. Usulan Pembuatan Media Bimbingan. ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 69

A. Kesimpulan. ... 69

B. Saran. ... 70


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Konstruk Instrumen Persepsi Siswa terhadap Manfaat

Ragam Media Bimbingan.. ... 36

Tabel 2. Kriteria Guilford. ... 40

Tabel 3. Proses Rekaman Telaah Instrument Oleh Ahli. ... 42

Tabel 4. Kategori Persepsi terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 45

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 48

Tabel 6. Kategori Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan. ... 48

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Aspek Modalitas. ... 50

Tabel 8. Kategori Aspek Modalitas. ... 58

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Aspek Dimensi Ruang. ... 53

Tabel 10. Kategori Aspek Dimensi Ruang. ... 54

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Aspek Dimensi Waktu... 55

Tabel 12. Kategori Aspek Dimensi Waktu. ... 56

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Aspek Konteks. ... 58

Tabel 14. Kategori Aspek Konteks. ... 59

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Aspek Tujuan. ... 60

Tabel 16. Kategori Aspek Tujuan. ... 62

Tabel 17. Rekapitulasi Perhitungan Deskripsi Per Asepek... 63


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Aspek Modalitas. ... 50

Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Aspek Dimemsi Ruang. ... 53

Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Aspek Dimensi Waktu. ... 55

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Aspek Konteks. ... 58


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus Media Bimbingan dan Konseling. ... 74 2. Konsep Satuan Pelayanan Bimbingan. ... 76 3. Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Manfaat

Ragam Media Bimbingan. ... 84 4. Hasil Uji Validitasi Kuesioner Persepsi Siswa terhadap Manfaat

Ragam Media Bimbingan. ... 89 5. Hasil Penelitian Persepsi Siswa terhadap Manfaat


(20)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini manusia tidak dapat menutup diri dari adanya perkembangan teknologi yang kian merambah luas dan telah memasuki semua aspek kehidupan manusia. Seiring perkembangan teknologi ini, beragam media telah diciptakan oleh para ahli untuk membantu meringankan pekerjaan manusia sehingga pekerjaan manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Akibatnya banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh manusia setelah menggunakan media yang telah dicipatakan tersebut.

Manfaat dari perkembangan teknologi juga dapat dirasakan di dalam dunia pendidikan. Penggunaan Teknik Informatika (TI) pada proses pembelajaran di sekolah dinamakan media pendidikan, media pembelajaran atau media pembimbingan. Menurut Oemar Hamalik (1989:12) media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Akibatnya pekerjaan para guru di sekolah untuk memberikan materi pengajaran kepada siswa dapat terlaksana dengan


(21)

efektif, siswa dapat dengan lebih cepat menangkap isi dari materi yang telah diberikan oleh guru. Selain itu Hamalik (dalam Arsyad, 2002) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran atau media pembimbingan dalam proses belajar pembelajaran atau proses pembimbingan dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Guru Bimbingan dan Konseling (BK) juga mempunyai kapasitas yang sama dengan guru mata pelajaran lain dalam menggunakan media pendidikan sebagai alat bantu untuk memberikan materi bimbingan kepada siswa karena guru BK juga termasuk dalam sistem pendidikan. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2007:15) di dalam konteks pendidikan nasional, keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian yang terpadu dalam Sistem Pendidikan Nasional dengan diakuinya peredikat konselor secara eksplisit didalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab 1 pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa “pendidik adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpastisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu media pendidikan yang digunakan oleh guru mata pelajaran dapat juga digunakan oleh guru BK.


(22)

Penggunaan media bimbingan oleh guru BK bertujuan untuk mempersingkat waktu dan memperjelas penyajian materi bimbingan dari guru BK dalam memberikan layanan bimbingan di kelas dan layanan bimbingan di kelas maupun di luar kelas menjadi lebih menarik. Harapanya tujuan bimbingan yang hendak dicapai dapat dituangkan lewat penyajian isi materi bimbingan dapat disampaikan kepada siswa lewat media bimbingan. Penyajian materi bimbingan dengan menggunakan media bimbingan harus dibuat semenarik mungkin agar siswa tertarik untuk mendengar, melihat, dan membaca isi dari meteri bimbingan tersebut.

Media pembimbingan dan media pembelajaran merupakan bagian dari media pendidikan. Oleh karena itu media pendidikan dapat disebut sebagai media pembimbingan atau media bimbingan. Selain itu, media pendidikan bisa dikatakan sama dengan media bimbingan, karena penggunaan media bimbingan yang peneliti temukan di sekolah tempat peneliti melaksanakan Program Pengenalan Lapangan (PPL), guru BK menggunakan media pendidikan contohnya penggunaan media bimbingan seperti penggunaan viewer, lap top,

power point, video, film pendek, poster, kliping, terapi pustaka dan papan bimbingan. Media pendidikan juga merupakan salah satu alat bantu komunkasi antara guru dan siswa. Menurut jenisnya media pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu: media auditif, media visual dan media audiovisual. Contoh media auditif seperti radio, speaker (pengeras suara), dan cassette recorder. Contoh media


(23)

visual seperti slide gambar. Contoh media audiovisual seperti film pendek dan lagu.

Penggunaan media bimbingan oleh guru BK dalam memberikan materi bimbingan kepada siswa dapat membuat siswa merasa senang dan tertarik untuk mengikuti bimbingan, siswa lebih mudah menangkap isi dari materi bimbingan yang hendak disampaikan oleh guru BK, dan memicu antusias siswa dalam mengikuti proses bimbingan yang diberikan. Siswa dapat merasakan manfaat dari media bimbingan, karena siswa merupakan sasaran utama dari layanan bimbingan yang diberikan oleh guru BK di sekolah. Namun, masing-masing siswa memiliki persepsi tersendiri dengan adanya media bimbingan yang sudah ditampilkan oleh guru BK di sekolah. Persepsi merupakan proses individu mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus atau rangsangan dalam lingkungan (Irwanto 1994:201). Sebagian besar tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsi terhadap obyek yang diamati (Arkinson, dkk 1994:201). Persepsi masing-masing siswa setelah melihat, mendengar, dan membaca ragam media bimbingan tentunya berbeda. Kenyataannya ragam media bimbingan yang digunakan oleh guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa karena siswa dengan cepat dapat menerima isi dari layanan bimbingan yang diberikan, tetapi saat ini banyak guru BK yang belum optimal bahkan belum mampu untuk menggunakan ragam media bimbingan di sekolah. Oleh sebab itu penggunaan media bimbingan yang


(24)

dilaksanakan oleh guru BK perlu diteliti untuk mengetahui sejauh mana persepsi siswa kelas VIII terhadap manfaat ragam media bimbingan bagi siswa di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta. Peneliti bermaksud mengkaji permasalahan ini dalam judul penelitian Deskripsi Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap Manfaatan Ragam Media Bimbingan dan Implikasinya pada Usulan Pembuatan Media Bimbingan dan Konseling.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah para siswi kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013, dipilih sebagai tempat penelitian karena sekolah ini merupakan salah suatu lembaga formal yang memberikan layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa dengan menggunakan ragam media bimbingan. Beberapa ragam media bimbingan yang terdapat di SMP Stella Duce 1 Yogyakata adalah sebagai berikut: papan bimbingan, folder bimbingan, poster bimbingan, kliping bimbingan, terapi pustaka, papan display Sekolah Menengah Atas, permainan, video motivasi, lagu motivasi dan macam power point inspirasi. Siswa kelas VIII diminta menilai ragam media bimbingan yang sudah ditampilkan dan sedang ditampilkan karena tidak menutup kemungkinan siswa kelas VIII telah mengalami banyak pengalaman selama kelas VII dan kelas VIII.


(25)

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini secara spesifik akan menjawab masalah-masalah:

1. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan menurut siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

2. Berdasarkan hasil analisa aspek instrument persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan, ragam media bimbingan manakah yang perlu ditingkatkan penggunaanya di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui seberapa optimal manfaat ragam media bimbingan menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2. Mendeskripsikan hasil analisa aspek instrument persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan yang perlu ditingkatkan penggunaanya di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat teoritis


(26)

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut teori-teori tentang manfaat ragam media bimbingan di sekolah sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan penggunaan ragam media bimbingan di sekolah.

b. Bagi Peneliti

Peneliti mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian serta belajar berpikir kritis dalam menjawab persoalan-persoalan khususnya dalam manfaat ragam media bimbingan bagi siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

c. Bagi peneliti lain

Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan penelitian ini sehingga mampu mangembangan penelitian yang terkait dengan manfaat ragam media bimbingan bagi siswa.


(27)

E. Batasan Istilah

Agar penelitian ini berfokus pada presepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan, diperlukan pembahasan istilah-istilah pokok sebagai berikut: 1. Persepsi pada hakekatnya adalah suatu tanggapan, hasil interpretasi, cara

pandang, dan pendapat/komentar seseorang terhadap suatu objek.

2. Manfaat adalah sesuatu yang dapat dirasakan dari tampilan suatu objek tertentu.

3. Ragam media bimbingan adalah macam media pendidikan yang digunakan oleh konselor sekolah/guru BK untuk menunjang pemberian informasi atau bimbingan kepada siswa. Contoh ragam media bimbingan yang terdapat di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta adalah papan bimbingan, papan dispalay

Sekolah Menengah Atas, folder bimbingan, terapi pustaka, poster, film, lagu,

video motivasi, film pendek, lap top, viewer, power point, speaker, kliping bimbingandan berbagai macam alat permainan.


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang persepsi terhadap kebermanfaatan ragam media bimbingan dan hakekat remaja.

A. Persepsi terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan 1. Pengertian

a. Persepsi

Pengertian persepsi telah diuraikan oleh para tokoh di bidang psikologi dalam aneka rumusan, diantaranya Kartini Kartono, (1984:57) mengungkapkan bahwa proses persepsi terjadi karena rangsangan dari luar dari individu. Rangsangan itu diterima melalaui alat indra, kemudian ditafsirkan, sehingga mempunyai arti bagi orang yang bersangkutan. Adanya rangsangan dari luar individu mengakibatkan suatu proses dalam diri individu, dan pada akhirnya individu akan memberikan tanggapan. Davidoff (1988:232) mengungkapkan persepsi adalah proses mengorganisir dan menggabungkan data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari sekelilingnya, termasuk dirinya sendiri. Rakhmat (1985: 64) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulakan informasi dan menafsirkan pesan.


(29)

Mulyono (1978:22) menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai pandangan, pengamatan atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal yang ditemuinya sehari-hari. Covey (2001:31) mengemukakan kata lain untuk persepsi adalah paradigma yang artinya cara orang memandang sesuatu, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu.

Persepsi merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek, peristiwa atau pengalaman tertentu yang dapat diterima dan dimengerti oleh penerima rangsangan atau stimulus sehingga menghasilkan pengetahuan tentang lingkungan sekitar. Stimulus adalah segala sesuatu yang menghasilkan reseptor sehingga organisme menjadi aktif (Walgito, 2004:87). Stimulus dapat berasal dari dalam dan dari luar individu, tetapi kebanyakan berasal dari luar individu.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, persepsi siswa dirumuskan sebagai tanggapan siswa terhadap sesuatu baik itu orang, benda, kejadian, tingkah laku atau hal-hal yang ditemui dalam hidupnya yang dapat menghasilkan manfaat atau perubahan-perubahan positif dalam dirinya melalui penyajian materi bimbingan dengan menggunakan media bimibngan dan konseling (BK).


(30)

b. Manfaat Ragam Media Bimbingan 1) Arti Medi Bimbingan

Yowenus Wenda (2009:9) menuliskan media berarti sebagai alat bantu yang dijelaskan oleh Syaiful Bahari bahwa kata “media” berasal dari bahasa Latin dengan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harafis berarti perantara atau pengantar.” Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Sadiman dkk (2008: 6-7) mengungkapkan bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantar atau pengantar. Media adalah perantara atau pengatar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi Komunkasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gange (dalam Sadiman dkk 1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman dkk 1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang


(31)

siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assiciation/NEA) memiliki pengertian yang berbeda, media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendakanya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Adapun batasan yang diberikan, ada persamaan antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Pada awalnya, pembicaraan mengenai media banyak terjadi dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Namun dalam perkembangannya, ternyata media tidak hanya dibutuhkan dalam proses pembelajaran tetapi juga dalam proses bimbingan pada bidang Bimbingan dan Konseling.

Menganalog dari bidang pendidikan dan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disebutkan bahwa media bimbingan adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk membantu menyalurkan ataupun menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan, sehingga dapat berlangsung proses bimbingan dari pembimbing kepada orang yang dibimbing.


(32)

2) Ragam Media Bimbingan

Menurut Sudirman, dkk (1987: 206-207) dilihat dari jenisnya media bimbingan dibagi ke dalam:

a) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorer, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk orang yang tuli atau mempunya kelainan pendengaran. Menurut Musfiqon (2012) ada beberapa jenis media yang dapat kita kelompokan dalam media audio, antara lain: radio, dan alat perekam pita magnetik.

b) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slide (film bingkai, foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun. Menurut Musfiqon (2012) media visual dapat digunakan untuk menggambarkan dan memperjelas materi pembelajaran atau materi bimbingan melalui gambar, tulisan serta bentuk tulisan lain. Jenis media visual yang dikalsifikasikan Musfiqon (2012) terdiri dari: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta/globe, papan flanel, dan papan buletin.


(33)

c) Media Audiovisual, yaitu media yang mengandalkan idera penglihat dan pendengar. Menurut Sanaky (2011) Media audiovisual adalah seperangkat alat yang memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara dapat membentuk karakter yang sama dengan objek aslinya. Contohnya: televisi, film, video siangkat, VCD dan slide.

Rudy Bretz (dalam Fadillah 2011) mengidentifikasi: media menjadi tiga unsur: suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga, yaitu: gambar, garis (line graphic), dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Bretz juga membedakan antara media siar (tellecomunication) dan media rekaman (recording), sehingga ada 8 klasifikasi media: 1) media audio visual gerak; 2) media audio visual diam; 3) media audio gerak; 4) media visual gerak; 5) media visual diam; 6) media semi gerak; 7) media audio; dan media cetak.

Briggs (dalam Fadillah 2011), lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan daripada medianya sendiri. Ada 13 macam media, yaitu: obyek, model suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran, terprogram, papan tulis, media transparasi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar.


(34)

3) Manfaat Ragam Media Bimbingan

Sadiman dkk (2008:17-18) mengatakan bahwa secara umum media bimbingan mempunyai kegunaan-kegunaan atau manfaat sebagai berikut:

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti: (1) Objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realita, gambar,

film bingkai, film, atau model;

(2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar;

(3) Gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography;

(4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secra verbal;

(5) Objek yang terlalu kompleks misalnya mesin-mesin dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.

c) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Khususnya dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:


(35)

(1) Menimbulkan kegairahan belajar

(2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan

(3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendir menurut kemampuany minatnya

d) Sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalam yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendididkan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bilamana latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalahnya ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu kemampuan dalam: (1) Memberikan perangsang yang sama

(2) Mempersamakan pengalaman (3) Menimbulkan persepsi yang sama

Menurut Maswins (dalam Fadillah 2011) secara umum manfaat media pembelajaran atau media pembimbingan adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran atau pembimbingan lebih afektif dan efisien. Secara lebih khusus manfaat media pembelajaran atau media pembimbingan adalah:


(36)

a) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu menyatukan penafsiran yang berbeda antar gurudan siswa dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.

b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan. c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

Penggunaan media akan memunculkan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.

d) Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

Penggunaan media membuat tujuan belajar lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.


(37)

Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.

f) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

g) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

h) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek


(38)

edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain. Selain itu, Fadhillah (2011) juga mengemukanan mengenai manfaat media BK yaitu:

a) Dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman peserta didik. b) Dapat mengatasi ruang kelas.

c) Memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan.

d) Menghasilkan keseragaman pengamatan.

e) Dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realitas. f) Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

g) Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar.

h) Dapat memberikan pengalaman yang integral dari yang konkrit sampai kepada yang abstrak.

4) Persepsi Siswa terhadap Ragam Media Bimbingan

Setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda terhadap ragam media bimbingan yang sudah pernah ditampilkan oeh guru BK/Konselor sekolah. Perbedaan persepsi siswa tersebut dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain ketika menyimak materi


(39)

bimbingan yang disajikan dengan menggunakan ragam media bimbingan yang ada.

Para siswa di sekolah memiliki pengalaman yang berbeda ketika menyimak materi bimbingan yang disajikan oleh guru BK/konselor sekolah. Materi dan isi materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap kebermanfaatan dari ragam media yang sudah ditampilkan tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi terhadap Ragam Media Bimbingan

Menurut Siagian (2004) Persepsi seseorang tidak muncul begitu saja. Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu: (a) perhatian yang selektif, (b) cirri-ciri rangsangan, (c) nilai-nilai dan kebutuhan individu, dan (d) pengalaman terdahulu (Irwanto, 2002; Walgito, 2004). Masing-masing factor dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perhatian yang selektif

Setiap individu berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi ini mempengaruhi individu untuk menerima rangsangan dari sekitar.Rangsangan atau stimulus yang diterima individu sangatlah beragam, sehingga individu perlu memilih untuk memusatkan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Perhatian sebagai langkah mempersiapakan persepsi merupakan pemusatan atau konsentrasi dariseluruh aktivitas


(40)

individu terhadap suatu obyek. Perhatian terhadap suatu obyek antara lain tergantung dari intensitas obyek itu sendiri (Walgito, 2004:98). Individu menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya setiap saat. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya. Individu memusatkan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Oleh karena itu, objek atau gejala-gejala laian tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamat (Irwanto, 2002: 96-97).

Ada begitu banyak rangsang atau stimuli di sekitar manusia dan manusia tidak dapat menerima semua stimuli di sekitar manusia dan ia tidak dapat menerima semua stimuli itu. Hal ini berarti manusia perlu selektif dalam menerima stimuli. Perhatian akan mengarahkan manusia memusatkan diri hanya pada sebagian stimuli yang mungkin diterima pada suatu waktu. Kata lain, persepsi manusia mengenai sesuatu tidak pada semua bagian melainkan hanya sebagian saja sesuai dengan pusat perhatiannya. Ketika materi bimbingan diberikan kepada siswa dengan menggunakan media BK, begitu banyak manfaat yang dapat ditarik oleh siswa. Manfaat yang diperoleh bergantung juga pada hal yang menarik perhatian siswa yang bersangkutan. Siswa sendiri harus menangkap manfaar dari materi bimbingan yang disajikan melalui media BK.


(41)

b. Ciri-ciri rangsangan

Ketika melakukan persepsi, rangsangan yang diterima harus kuat sampai melewati ambang rangsang, minimal dapat diterima oleh individu (Walgito, 2004:46).Rangsangan yang berubah-ubah atau bergerak lebih mudah diterima oleh individu dari pada rangsangan yang statis. Rangsang dengan ukuran besar dan diterima secara berulang-ulang akan lebih muda diterima individu. (Irwanto dkk 1988:76).Guru BK memberikan materi bimbingan dengan menggunakan media yang bergerak atau berubah-ubah atau mendeasain media bimbingan dengan berbeda atau unik akan membuat siswa tertarik untuk membaca dan memahami materi bimbingan tersebut dan manfaat media bimbingan dapat dirasakan oleh siswa yang menyimak media bimbingan tersebut.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Davidoff (Walgito, 2004:89) mengemukakan bahwa persepsi itu bersifat individual, sehingga persepsi individu yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Perbedaan ini ditentukan oleh nilai dan kebutuhan individu itu sendiri. Nilai dan kebutuhan individu mempengaruhi individu dalam menerima rangsang. Rangsang yang dapat memenuhi kebutuhan individu akan lebih mudah diperhatikan.

Perhatian individu terhadap rangsangan turut ditentukan oleh sejauh mana rangsangan itu bernilai dan disesuaikan dengan kebutuhnanya.


(42)

Individu akan lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang lebih bernilai baginya dari pada rangsang yang kurang bernilai. Setipa individu memiliki prioritas nilai. Prioritas nilai bagi setiap individu berbeda-beda.Karen itu persepsi individu dapat berbeda-beda sesuai dengan prioritas nilai. Individu juga akan lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang sesuai dengan kebutuhanya dari pada rangsang yang kurang sesuai dengan kebutuhanya. Oleh karena itu, perhatian individu terhadap rangsangan bersifat subyektif, berbeda antara individu berbeda dengan yang satu dengan yang lainnya (Irwanto, 2002:97). Pemberian materi bimbingan dengan menggunakan media bimbingan hendaknya didasarkan pada kebutuhan siswa agar siswa pun tertarik untuk membaca, menyimak dan bertindak sesuai dengan materi yang diberikan dengan menggunakan media bimbingan, dengan demikian siswa dapat menarik manfaat dari isi materi bimbingan tersebut. d. Pengalaman terdahulu

Perhatian individu terhadap rangsang dapat ditentukan oleh pengalaman individu yang sebelumnya yang berhubungan dengan rangsangan yang bersangkutan.Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi individu dalam mempersepsi dunianya (Irwanto, 1994: 97).Perhatian individu ditentukan jugaoleh pengetahuan individu sebagai hasil pengalaman terdahulu. Pengetahuan hasil pengalaman terdahulu dapat berupa pengatahuan bersifat kognitif (mengetahui sesuatu yang


(43)

berguna/bermanfaat atau tidak berguna/tidak bermanfaat).Pengetahuan yang bersifat kognitif menjadi dasar untuk bertindak/ melakukan sesuatu. Ketika memberikan materi bimbingan dengan menggunakan media bimbingan, siswa akan menggunakan pengalaman terdahulunya untuk menafsirkan isi dari materi bimbingan tersebut. Oleh sebab itu, penyajian isi dari meteri harus selalu diperbaharui agar dapat menarik perhatian siswa untuk menyimak isi dari materi bimbingan, sehingga manfaat penyajian isi bimbingan dengan menggunakan media bimbingan dapat dirasakan siswa dengan optimal.

3. Aspek-aspek Persepsi terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan

Menurut Irwanto (2002), pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada aspek-aspek dalam dunia persepsi diantaranya adalah:

a. Modalitas; Auditif, Visual dan Audiovisual

Rangsang-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masing indera contohnya cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu untuk perasa, bunyi untuk pendengaran dan sifat permukaan bagi peraba (Irwanto, 2002). Idealnya guru BK menggunakan media bimbingan dengan mengoptimalkan rangasangan yang sesuai dengan modalitas tiap-tiap


(44)

indera agar siswa dapat dengan optimal menerima rangsangan dari media bimbingan yang digunakan untuk menyampaikan isi dari materi bimbingan sehingga ragam media bimbingan yang digunakan dapat bermanfaat bagi siswa yang menyimaknya secara langsung.

b. Dimensi ruang; Auditif, Visual dan Audiovisual

Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang). Kita dapat menyatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, depan dan belakang (Irwanto, 2002). Penggunaan media dalam bimbingan dan konseling dapat membantu guru BK untuk menyatakan dimensi ruang yang tidakmungkin dicapai oleh indera manusia. Hal ini diperkuat oleh Daryanto (2010) yang menyatakan bahwa manfaat penggunaan media adalah mengatasi keterbatasan ruang. Objek yang terlalu bersar atau terlalu kecil dapat dibantu dengan realita gambar, film bingkai, film, atau model. Oleh sebab itu, penggunaan media dalam bimbingan konseling dapat membantu siswa untuk meyatakan dimensi ruang seperti atas dan bawah, tinggi dan rendah , depan dan belakang, kecil dan besar.

c. Dimensi Waktu; Auditif, Visual dan Audiovisual

Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat, lambat, tua dan muda (Irwanto, 2002). Materi bimbingan berupa gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography. Selain itu, kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu


(45)

bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, poster, folder, buku bacaan maupun secara verbal (Sadiman:2008).

d. Konteks; Auditif, Visual dan Audiovisual

Obyek-obyek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. Kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi dalam ruang tertentu di saat tertentu, letak atau posisi tertentu (Irwanto, 2002). Pemberian materi dengan menggunakan media yang lengkap dapat membantu siswa untuk mudah menafsirkan materi bimbingan yang diberikan sehingga dapat memberi kesamaan persepsi pada pesepsi kepada siswa (Sanaky 2011:6).

e. Tujuan; Auditif, Visual dan Audiovisual

Dunia persepsi merupakan dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungan dengan tujuan dalam diri kita (Irwanto, 2002). Penyajian materi bimbingan oleh guru BK dengan menggunakan media bimbingan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa dapat membuat siswa tertarik untuk membaca, melihat, mendengar, menafsirkan dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.


(46)

B. Hakekat Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja sering disebut sebagai masa adolesen, yang berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Kedewasaan atau kematangan ini mencakup kematangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Suadirman, 1995: 121).

Sarlito (1989: 14) menjelaskan bahwa untuk masayarakat Indonesia, masa remaja berlangsung usia antara 11-14 tahun, sedangkan menutrut WHO tahun 1974 (dalam sarlito, 1989: 9) remaja adalah suatu masa dimana:

a. Individu berkembang dari saat pertama ia menunjukan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

Sumardi dkk, (1975: 5) masa remaja adalah suatu masa yang paling bayak mengalami banyak perkembangan, sehingga membawa anak pindah dari masa anak-anak menjadi manusia dewasa. Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masa ini meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran dan sosial.


(47)

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Adapaun ciri-ciri masa remaja menurut Hurlock, (1997: 207): a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Bagi sebagian besar anak muda usia antara 12-16 tahun, merupakan tahun yang penuh kejadian yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangna fisik merupakan hal yang penting karena perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja. Perkembangan fisik pada remaja mengakibatkan seorang remaja perlu melakukan penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat yang baru dalam melakukan kegiatanya.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak lepas dari kejadian atau peristiwa yang terjadi sebelumnya, melainakan berkembang dari satu tahap perkembangan ketahap perkembangan berikutnya. Artinya yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada masa sekarang dan yang akan datang. Kadang perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi pada masa anak akan meninggalkan bekas dan mempengaruhi masa remaja.


(48)

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Selama awal masalah remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada tiga perubahan yang sam ayang hampir bersifat universal, yaitu:

1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

2) Perubahan tubuh, minat dna peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru.

3) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupunanak perempuan karena:

1) Sepanjang masa kanak-kanak, masalah yang terjadi pada anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. 2) Para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi


(49)

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Seperti dijelaskan Erikson (dalam Hurlock, 1980:207) identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, dan apa peranya dalam masyarakat. Remaja mempertanyakan apakah ia seorang anak atau seorang dewasa; apakah ia mampu percaya diri; apakah ia akan berhasil atau gagal.

f. Anggapan stereotip budaya

Bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan buruk tentang remaja membuat peralihan remaja ke masa dewasa menjadi sulit. Hal diatas menimbulkan pertentangan antara remaja dengan orang tua, sehingga antara orang tua dan remaja terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua apabila menemui masalah.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, dan menyebabkan meningginya emosi remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain


(50)

mengecewakanya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkanya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkanya dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa apabila melakukan kegiatan seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, remaja akan dianggap dewasa dan dapat diterima oleh lingkungan tepat tinggalnya.

3. Tugas Perkembangan

Setiap tahap perkembangan dalam kehidupan manusia ada sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui. Tugas perkembangan pada masa remaja itu menuntut adanya perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Havinghurts (dalam Wilis, 1981: 8) mendefinisikan tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu, jika tugas perkembangan itu berhasil akan menimbulkan kebahagian individu, sebaliknya jika tugas perkembangan itu gagal akan menimbulkan kesulitan baginya pada masa mendatang.

Tugas perkembangan remaja menurut Wattenberg (dalam Mappire. 1982: 106) sebagai berikut:


(51)

a. Memiliki kemampuan mengontrol diri seperti orang dewasa.

Ketika memasuki masa remaja seoran remaja diharapkan dapat mengontrol dirinya sendiri. Tugas perkembangan ini timbul karena remaja sudah dianggap seperti orang dewasa yang umumnya mampu mengontrol dirinya sendiri. Tugas perkembangan ini timbul karena remaja sudah dianggap seperi orang dewasa yang umumya mampu mengontrol dirinya. Kemampuan dalam mengontrol dirinya membuat dia diterima oleh lingkunganya.

b. Memperoleh kebebasan

Memperoleh kebebasan termasuk salah satu diantara tugas perkembangan yang penting bagi remaja. Remaja diharapakan belajar dan berlatih membuat renacana, bebas membuat alternatif pilihan, dan bebas melaksanakan pilihan-pilihannya itu dengan tanggung jawab. Remaja diharapakan dapat melepaskan dirinya dari ketergantungan pada orang tua atau dewasa lainya secara berangsur-angsur.

c. Bergaul dengan teman lawan jenis

Di dalam hati remaja mulai muncul rasa tertarik dengan lawan jenisnya. Pada mulanya mereka merasa ragu dan malu untuk bergaul lebih dekat dengan lawan jenisnya, tetapi lama-kelamaan mereka terbiasa bahkan ada yang lebih banyak bergaul dengan lawan jenisnya.


(52)

d. Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru

Remaja diharapakan belajar mengembangkan keterampilan-keterampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup dan pergulannya dalam masa dewasa kelak. Ketarampilan-keterampilan baru itu tidak saja menyangkut apa yang dituntut pada bidang pekerjaan, melainkan juga bersangkutan dengan keterampilan dalam kehidupan berkeluarga. Remaja perempaun misalanya dapat melakukan latihan mengatur meja makan, memasak, mencuci dan sebagainya. Remaja lelaki dapat membantu membersihakan halaman, mengepel lantai dan sebagainya.

e. Memiliki citra diri yang realistis

Remaja diharapakan dapat memberi penilaian terhadap dirinya secara apa adanya. Mereka diharapakan dapat mengukur kelebihan dan kekurangnya dan dapat menerima diri apa adanya, memelihara dan memanfaatkanya secara positif. Remaja juga diharapakan memiliki gambaran diri secara realistis dan bukan lagi berdasarkan fantasi seperti yang pernah mereka alami semasa anak-anak.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian, antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan (2005:415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Penelitian deskriptif dengan metode survei dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan pada siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013. Uji validitas menggunakan tiga kelas dengan responden sebanyak 116 siswa sedangkan penelitian menggunakan tiga kelas dengan responden sebanyak 112 siswa. Siswa kelas VIII dipilih karena


(54)

tidak begitu disibukkan dengan ujian-ujian, baik ujian sekolah, ujian akhir nasional dan tes masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu kelas VIII dianggap mampu untuk menilai manfaat ragam media bimbingan karena sudah berada selama satu tahun di sekolah mereka.

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Persepsi Siswa terhadap Ragam Media Bimbingan pada siswa VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut” (Furchan, 2005 : 260). Kuesioner yang disusun oleh peneliti memuat aspek-aspek persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan menurut Irwanto (2002) yaitu modalitas; auditif, visual dan audiovisual, dimensi ruang; auditif, visual dan audiovisual, dimensi waktu; auditif, visual dan audiovisual, konteks; auditif, visual dan audiovisual dan tujuan; auditif, visual dan audiovisual.

Pada instrumen penelitian ini, digunakan empat opsi atau alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju,dan sangat tidak setuju. Alternatif/opsi tengah (sedang/cukup) dalam skala ini tidak dipakai untuk mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang


(55)

netral agar dapat meningkatkan variabilitas responsi. Keempat opsi tersebut mempunyai skor masing-masing adalah; sangat setuju = 4, setuju= 3; tidak setuju = 2; dan sangat tidak setuju = 1 untuk pernyataan positif (favorable item) dan sebaliknya untuk pernyataan negatif (unfavorable item). Adapun total skor dari masing-masing responden adalah hasil penjumlahan skor dari seluruh item yang tersedia dan dijadikan sebagai data olahan untuk kepentingan analisis penelitian ini. Konstruk instrumen penelitian ini divisualisasikan pada tabel 1.

Table 1. Kisi-Kisi

Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan

No. Aspek Indikator No Item

Item Fav Item Unfav

1 Modalitas: auditif, visual, dan audiovisual

1.1. Materi bimbingan yang diberikan dapat diterima dengan baik 1.2. Semakin memahami isi dari materi

bimbingan yang diberikan

1.3. Menerima rangsangan dengan optimal

12,45,30, 13,1 46,31, 53,14,32, 3,56, 67,33 2 Dimensi Ruang:

auditif, visual, dan audiovisual

2.1. Memahami objek yang lebih kecil yang tidak dapat dijangkau oleh mata manusia

2.2. Memahami objek yang lebih besar yang tidak dapat dijangkau oleh mata manusia

2.3. Memahami objek yang letaknya jauh dari pandangan manusia

15,2,47, 34,5,57, 16,4,58, 35,17,68, 36,59,18, 48,37,6 3 Dimensi Waktu:

auditif, visual, dan audiovisual

3.1. Memperjelas materi bimbinga berupa gambar bergerak terlalu lambat 3.2. Memperjelas materi bibmingan berupa

gambar yang bergerak terlalu cepat 3.3. Memperjelas kejadian dimasa lampau

60,49,38, 69,19,61, 39,20,70, 40, 62,7, 50, 21,71 8,63,41, 4 Konteks:

auditif, visual, dan audiovisual

4.1. Menyatukan pemahaman yang berbeda dari setiap individu

4.2. Menghasilkan keseragaman pengamatan pada siswa

22,72,51, 23,64,52,

24,73,42, 25,54,26 5 Tujuan:

auditif, visual, dan audiovisual

5.1. Menimbulkan keinginan siswa untuk belajar

5.2. Merangsang minat peserta didik untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat

9,65,43, 27,74,10

28,55,44 29,66,11


(56)

2. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner a. Validitas Kuesioner

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5). Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:293). Secara singkat menurut Nurgiyantoro (2009:338) dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur. Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro, 2009:339). Kualitas instrumen penelitian ini diperiksa dengan validitas isi (content validity), mengingat penyusunan instrumen dilakukan oleh peneliti sendiri berdasarkan konsep tertentu yang dioperasionalkan pada kisi-kisi sesuai dengan aspek-aspek konstruknya yang dijabarkan dalam indikator-indikator atribut (isi) setiap aspek,dan perumusan item untuk setiap muatan isi indikator.

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan seorang ahli (expert judgment), guna menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner


(57)

agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi/kandungan indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009:339).

Hasil telaah ahli dilengkapi dengan uji empirik untuk memeriksa keterpenuhan kriteria konsistensi internal setiap item terhadap aspeknya. Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item terhadap skor-skor-skor-skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi

Pearson Product Moment.

Formula; rXY=

 

 

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

Keterangan : XY

r = korelasi skor-skor butir dengan skor total peraspeknya

N = jumlah subyek

X = skor butir kuesioner

Y = skor total peraspek kuesioner

XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Komputasi pengujian validitas empirik menggunakan program komputer SPSS for windows release 15.00. Karena di sana sudah tersedia nilai probabilitas (probability values) maka penentuan keterpenuhan taraf singifikansi indeks konsistensi internal ditetapkan berdasarkan pv itu,


(58)

yaitu : pv yang < 0,05 dianggap memenuhi; apabila Pv > 0,05 item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal, maka di drop.

Setelah dilakukan uji coba terhadap instrumen (uji empirik) kepada siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pada hari Kamis, 11 Oktober 2012 diperoleh hasil perhitungan konsistensi internal butir pada setiap aspek menggunakan rumus Pearson Product Moment

dengan jumlah subjek (N) 116.

Hasil perhitungan tersebut diperiksa konsistensinya dengan menggunakan program komputer SPSS for windows release 15.00

ditetapkan berdasarkan Pv, yaitu Pv yang < 0,05 dianggap memenuhi; apabila Pv > 0,05 maka item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal maka didrop. Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir terhadap aspek semua butir pada kuesioner dinyatakan lolos karena korelasi menunjukan Pv < 0,05. Data hasil uji konsistensi internal disajikan pada lampiran.

b. Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrument pengukur adalah konsistensi atau tidak berubah-ubah. Pendekatan yang digunakan untuk memeriksa reliabilitas kuesioner pada


(59)

penelitian ini adalah teknik belah dua gasal-genap (split half). Bagian pertama berupa item bernomor gasal dan bagian kedua berupa item-item bernomor genap.

Perhitungan indeks reliabilitas kuisioner menggunakan program komputer SPSS for windows release 15.00 dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan korelasi items belahan gasal-genap kemudian dikoreksi dengan formula

Spearman-Brown sebagai berikut:

tt

r = gg gg

r r

1 2

Keterangan : tt

r = koefisien reliabilitas seluruh instrumen

gg

r = koefisien korelasi skor belahan gasal-genap

Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Guilford, dalam Masidjo, (2006:72) sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0.41 – 0,70 Cukup

4. 0,21 – 0.40 Rendah


(60)

Dari data hasil uji coba (empirik) kepada siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pada hari Kamis, 11 Oktober 2012 diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus Spearman Brown yaitu 0,94. Hasil perhitungan 0,94 dikonsultasikan ke tabel nilai kritis r dengan N = 116 menunjukkan bahwa pada taraf signifikan 1% adalah ≥ 0, 297. Jadi korelasi N signifikan, sehingga reliabilitas instrumen dinyatakan reliabel.

3. Telaah Ahli (Expert Judgment) Terhadap Kueisioner

Penelaahan butir-butir pada instrumen dilakukan oleh Guru bimbingan dan Konseling (BK) di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta yang mendampingi seluruh kelas VIII Tahun ajaran 2012/2013. Setelah dilakukan penelaahan terhadap instrument hasil yang didapat yaitu perlu dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen agar setiap butir pernyataan yang dibuat berisi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami dan butir yang dibuat secara logis tepat/sesuai dengan konstruk kisi-kisinya.

Hasil Rekam Proses telaah instrumen oleh Guru Bimbingan dan Konseling yang mendampingi seluruh kelas VIII Tahun Ajaran 2012/2013.


(61)

Tabel 3.

Hasil Rekam Proses Telaah Instrumen oleh Ahli

No Item

Item Lama Item Perubahan

14 Pemutaran film mengenai bimbingan di dalam kelas oleh guru BK membuat saya sulit untuk mencari alasan suatu kejadian

Pemutaran film mengenai bimbingan di dalam kelas oleh guru BK membuat saya sulit untuk mencari alasan penyebab suatu kejadian

34 Membaca buku-buku tentang perkembangan manusia membuat saya mengerti cara berpikir saya

Membaca buku-buku tentang perkembangan manusia membuat saya mengetahui perubahan cara berpikir manusia dari bayi hingga dewasa

74 Saya mengalami kesulitan untuk mempraktekan langkah-langkah belajar yang baik berdasarkan materi yang telah saya baca di papan bimbingan

Saya mengalami kesulitan untuk mempraktekan langkah-langkah bergaul dengan baik berdasarkan materi pergaulan yang telah saya baca di papan bimbingan

Setelah mendapatkan hasil penelaahan oleh seorang ahli, serta pengembangan dan perbaikan terhadap instrument, maka instrument dinyatakan siap untuk diuji coba kepada subjek yang telah ditentukan karena sudah sesuai dengan konstruk kisi-kisinya.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Persiapan dan pelaksanaan


(62)

a. Menyusun kuesioner/skala tentang persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan.

b. Menentukan responden, yaitu para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.

c. Pengujian instrument oleh ahli, yang dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling yang mendampingi kelas VIII tahun ajaran 2012/2013.

d. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuisioner yang dilakukan kepada siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pada hari Kamis, 11 Oktober 2012.

e. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuisioner menggunakan SPSS for windows release 15.00.

f. Pengambilan data yang dilakukan kepada para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pada hari Rabu, 17 Oktober 2012 dan Jumat, 19 Oktober 2012 dengan membagikan kuisioner kepada responden.

g. Melakukan analisis data yang terkumpul. 2. Teknik Analisis Data

a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut.

b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Sangat setuju = 4, setuju = 3; tidak setuju = 2; dan sangat tidak setuju = 1 untuk pernyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif.


(63)

c. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item kuisioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata butir.

d. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuisioner persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan dengan cara :

1) Menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap dengan menggunakan Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS for windows release 15.00 . 2) Menghitung koefisien reliabilitas persepsi terhadap manfaat ragam

media bimbingan pada siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 menggunakan rumus Spearman-Brown dengan program komputer SPSS for windows release 15.00. 3) Menghitung koefisien validitas kuisioner persepsi terhadap manfaat

ragam media bimbingan pada siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 menggunakan Product Moment

dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS for windows release 15.00 .

e. Mengkategorisasikan subjek menurut Hadi (dalam Arikunto 2006) Penggolongan tingkat gejala yang diambil dibedakan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian kategorinya sebagai berikut :


(64)

Tabel 4.

Kategori persepsi terhadap manfaat ragam media bimbingan

Kategori Formula Kriteria Kebermaknaan Tentang

Kebutuhan Pelayanan BK

Tinggi X>(Mi + 1SD) Penggunaan media bimbingan oleh guru BK perlu diberikan karena siswa dapat merasakan manfaatnya

Sedang (Mi – 1SD) – (Mi + 1SD) Perlu dioptimalkan penggunaan media bimbingan oleh guru BK agar siswa dapat lebih merasakan manfaatnya

Rendah X<(Mi - 1SD) Sangat perlu ditingkatkan penggunaan media bimbingan oleh guru BK agar siswa dapat merasakan manfaarnya

Kategori ini didasarkan pada mean ideal dan standar deviasi ideal yang diperoleh. Adapun rumus mean ideal dan SD ideal adalah :

Mean Ideal = ½ (skor tertinggi + skor terendah) SD ideal = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

Setelah diketahui nilai mean Ideal dan SD Ideal selanjutnya dilakukan perhitungan prosentase masing-masing tingkatan dengna menggunakan rumus:

P = 100% Keterangan F = Frekuensi


(65)

N = Jumlah Subjek

Pada penelitian ini skala terdiri dari 74 item yang setiap itemnya diberi skor Sangat setuju= 4, Setuju= 3; tidak setuju= 2; dan sangat tidak setuju= 1 untuk item faforable dan sebaliknya untuk item unfaforable. Sedangkan jumlah kelas atau interval dihitung dengan menggunakan rumus Sturges (sturges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sugiyono, 2007:27).


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil dari penelitian dan pembahasan atau jawaban atas masalah penelitian yaitu: (1) Bagaiman persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan menurut siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?. (2) Aspek Persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan manakah yang perlu ditingkatkan penggunaannya di SMP Stella Duce 1 Yogytakarta tahuan ajaran 2012/2013?.

A. Hasil Penelitian

1. Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiamana persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan pada siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan mengetahui aspek terendah dari instrumen persepsi siwa terhadap manfaat ragam media bimbingan pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Di bawah ini akan ditampilkan tabel hasil distribusi frekuensi persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan dan kategori persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan.


(67)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi

Persepsi Siswa Terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan No Interval Kelas Frekuensi Prosentase

Kumulaif Prosentase 1 2 3 4 5 6 7 8 171-183 183.5-195.5 196-208 208.5-220.5 221-233 233.5-245.5 246-258 258.5-270.5 6 6 20 33 21 16 9 1 5.36 % 5.36 % 17.86 % 29.46 % 18.75 % 14.29 % 8.03 % 0.89 % 5.36 % 10.72 % 28.58 % 58.04 % 76.79 % 91.08 % 99.11 % 100 %

Total 112 100

Sumber: data Primer diolah, 2012

Penggolongan tingkat gejala yang diambil pada tingkat persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Melalui perhitungan didapatkan mean ideal sebesar 217.5 dan SD ideal sebesar 15.5 maka kategori Persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan adalah sebagai berikut:

Tabel 6.

Kategori Persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan Interval

Jumlah Responden

Jumlah Responden dalam

Persentase (%) Kategori

Di bawah 202 21 18.75 % Rendah

202-233 65 58.04 % Sedang

Di atas 233 26 23.21 % Tinggi

Sumber: data Primer diolah, 2012

Berdasarkran tabel di atas dapat disimpulakan bahwa rata-rata persepsi siswa terhadap manfaat ragam media bimbingan termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 58.04% sesuai dengan tabel penggolongan subjek


(68)

oleh Hadi (2001). Maka, Penggunaan ragam media bimbingan oleh guru BK perlu untuk dioptimalkan karena siswa dapat merasakan manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan yang sudah ada dan dilaksanakan oleh guru BK.

2. Deskripsi Aspek Persepsi Siswa terhadap Manfaat Ragam Media Bimbingan

Deskripsi data akan disajikan mengenai mean (M), median (Me), modus (Mo), dan simpangan baku dari masing-masing aspek persepsi terhadap manfaat ragam media bimbingan pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta kelas VIII Tahun Ajaran 2012/2013 yang ada dalam penelitian serta distribusi frekuensi data beserta histogram dari masing-masing aspek :

a. Aspek Modalitas

Data mengenai aspek Modalitas dalam penelitian ini diperoleh melalui angket tertutup dengan jumlah item sebanyak 14 butir. Skor yang digunakan adalah 1 sampai 4. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows release 15.00, diperoleh nilai mean (M) sebesar 42,60, median (Me) sebesar 42,00, modus (Mo) sebesar 41 dan simpangan baku (SD) sebesar 4,328. Selanjutnya berdasarkan data induk yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini diperoleh skor terendah 33 dan skor


(69)

tertinggi 54. Jumlah kelas dihitung dengan menggunakan rumus

Sturges (sturges rule), yaitu jumlah kelas = 1+ 3,3 log n (Sugiyono, 2003:27). Adapun distribusi frekuensi data dari aspek ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7.

Distribusi Frekuensi Aspek Modalitas No Interval Kelas Frekuensi Prosentas

e Kumulatif Prosentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

33 – 36 36,5 – 39,5

40 – 43 43,5 – 46,5

47 – 50 50,5 – 53,5

54 – 57

7 22 42 18 19 3 1 6,3% 19,6% 37,5% 16,1% 17,0% 2,7% 0,9% 6,3% 25,9% 63,4% 79,5% 96,4% 99,1% 100%

Total 112 100%

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data tentang aspek Modalitas dapat dibuat Histogram sebagai berikut :

Gambar 1.

Histogram Distribusi Frekuensi Aspek Modalitas

Interval Kelas F re k u e n s i Frekuensi 5 10 15 20 25 30 35 40 0 3 3 -3 6 5 4 -5 7 5 0 ,5 -5 3 ,5 3 6 ,5 -3 9 ,5 4 0 -4 3 4 3 ,5 -4 6 ,5 4 7 -5 0


(70)

Penggolongan tingkat gejala yang diambil aspek Modalitas dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori ini didasarkan pada mean ideal dan standar deviasi ideal yang diperoleh. Adapun rumus mean ideal dan SD ideal adalah

Mean Ideal = ½ (skor tertinggi + skor terendah) = ½ (56 + 14)

= 35

SD ideal = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) = 1/6 (56– 14)

= 7

Dari perhitungan didapatkan mean ideal sebesar 35 dan SD ideal sebesar 7 maka kategori aspek Modalitas adalah sebagai berikut :

Tabel 8.

Kategori aspek Modalitas Interval Jumlah

Responden

Jumlah Responden Dalam Persentase (%)

Kategori

Di bawah 28 28 – 42 Di atas 42

0 50 62

0,0 % 44,6 % 55,4 %

Rendah Sedang Tinggi

Total 112 100 %

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan tabel tersebut, berarti untuk aspek Modalitas mayoritas berkategori tinggi yaitu sebesar 55,4% dengan jumlah


(71)

responden 62. Kategori sedang 44,6% dengan jumlah responden 50 dan kategori rendah dengan 0%. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta terhadap ragam bimbingan pada aspek Modalitas termasuk dalam kategori tinggi.

b. Aspek Dimensi Ruang

Data tentang aspek Dimensi Ruang dalam penelitian ini diperoleh melalui angket tertutup dengan jumlah item sebanyak 18 butir. Skor yang digunakan adalah 1 sampai 4. berdasarkan hasil perhitungan dengan komputer diperoleh harga mean (M) sebesar 55,15, median (Me) 55 modus (Mo) sebesar 53 dan simpangan baku (SD) sebesar 5,722. Selanjutnya berdasarkan data induk yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini diperoleh skor terendah 36 dan skor tertinggi 69. Distribusi frekuensi data dari aspek ini dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Aspek Dimensi Ruang

No Interval Kelas Frekuensi Prosentase Kumulatif Prosentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

36 – 40,5 41 – 45,5 46 – 50,5 51 – 55,5 56 – 60,5 61 – 65,5 66 – 70,5

2 3 13 39 37 13 5 1,8% 2,7% 11,6% 34,8% 33,0% 11,6% 4,5% 1,8% 4,5% 16,1% 50,9% 83,9% 95,5% 100% Total 112 100%


(72)

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data tentang aspek Dimensi Ruang dapat dibuat Histogram sebagai berikut:

Gambar 2.

Histogram Distribusi Frekuensi Aspek Dimensi Ruang

Penggolongan tingkat gejala yang diambil aspek Dimensi Ruang dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori ini didasarkan pada mean ideal dan standar deviasi ideal yang diperoleh. Adapun rumus mean ideal dan SD ideal adalah Mean Ideal = ½ (skor tertinggi + skor terendah)

= ½ (72 + 18) = 45

SD ideal = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) = 1/6 (72 – 18)

= 9 Interval Kelas F re k u e n Frekuensi 5 10 15 20 25 30 0 3 6 -4 0 ,5 6 6 -7 0 ,5 6 1 -6 5 ,5 4 1 -4 5 ,5 4 6 -5 0 ,5 5 1 -5 5 ,5 5 6 -6 0 ,5 35 40


(73)

Dari perhitungan didapatkan mean ideal sebesar 45 dan SD ideal sebesar 9, maka kategori aspek Dimensi Ruang adalah sebagai berikut:

Tabel 10.

Kategori aspek Dimensi Ruang

Interval Jumlah

Responden

Jumlah Responden Dalam Persentase (%)

Kategori Di bawah 36

36 – 54 Di atas 54

0 45 67

0 % 40,2% 59,8 %

Rendah Sedang Tinggi

Total 112 100 %

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan tabel tersebut, berarti untuk variabel aspek Dimensi Ruang yang berkategori sedang 40,2% dengan jumlah responden 45. Kategori tinggi 59,8% dengan jumlah responden 67. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta terhadap ragam bimbingan pada aspek Dimensi Ruang termasuk dalam kategori tinggi.

c. Aspek Dimensi Waktu

Data tentang aspek Dimensi Waktu dalam penelitian ini diperoleh melalui angket tertutup dengan jumlah item sebanyak 18 butir. Skor yang digunakan adalah 1 sampai 4. Berdasarkan hasil perhitungan dengan komputer diperoleh harga mean (M) sebesar 51,60, median (Me) 51,50 modus (Mo) sebesar 52 dan simpangan baku (SD) sebesar 5,740. Selanjutnya berdasarkan data induk yang


(74)

diperoleh dari responden dalam penelitian ini diperoleh skor terendah 33 dan skor tertinggi 67. Distribusi frekuensi data dari Aspek ini dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11.

Distribusi Frekuensi Aspek Dimensi Waktu

No Interval Kelas Frekuensi Prosentase Kumulatif Prosentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

33 – 38 38,5 – 43,5

44 – 49 49,5 – 54,5

55 – 60 60,5 – 65,5

66 – 71

2 5 34 38 26 6 1 1,8% 4,5% 30,4% 33,9% 23,2% 5,4% 0,9% 1,8% 6,3% 36,6% 70,5% 93,8% 99,1% 100%

Total 112 100%

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data aspek Dimensi Waktu dapat dibuat Histogram sebagai berikut :

Gambar 3.

Histogram Distribusi Frekuensi Aspek Dimensi Waktu

Interval Kelas F re k u e n Frekuensi 5 10 15 20 25 30 0 3 3 -3 8 6 6 -7 1 6 0 ,5 -6 5 ,5 3 8 ,5 -4 3 ,5 4 4 -4 9 4 9 ,5 -5 5 -6 0 35 40


(1)

Descriptive Statistics

112 33 54 42.60 4.328

112 36 69 55.15 5.722

112 33 67 51.60 5.740

112 24 41 33.05 3.513

112 22 43 35.31 3.937

112 Modalitas

Dimensi_Ruang Dimensi_Waktu Konteks Tujuan

Valid N (listwise)


(2)

Frequencies

Frequency Table

Statistics

112 112 112 112 112

0 0 0 0 0

3.29 4.47 3.92 4.19 4.40

3.00 4.00 4.00 4.00 5.00

1.264 1.170 1.083 1.424 1.174

Valid Missing N Mean Median Std. Deviation Interval_ Modalitas Interval_ Dimensi_ Ruang Interval_ Dimensi_ Waktu Interval_ Konteks Interval_ Tujuan Interval_Modalitas

7 6.3 6.3 6.3

22 19.6 19.6 25.9

42 37.5 37.5 63.4

18 16.1 16.1 79.5

19 17.0 17.0 96.4

3 2.7 2.7 99.1

1 .9 .9 100.0

112 100.0 100.0

33 - 36 36.5 - 39.5 40 - 43 43.5 - 46.5 47 - 50 50.5 - 53.5 54 - 57 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Interval_Dimensi_Ruang

2 1.8 1.8 1.8

3 2.7 2.7 4.5

13 11.6 11.6 16.1

39 34.8 34.8 50.9

37 33.0 33.0 83.9

13 11.6 11.6 95.5

5 4.5 4.5 100.0

36 - 40.5 41 - 45.5 46 - 50.5 51 - 55.5 56 - 60.5 61 - 65.5 66 - 70.5 Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

2 1.8 1.8 1.8

5 4.5 4.5 6.3

34 30.4 30.4 36.6

38 33.9 33.9 70.5

26 23.2 23.2 93.8

6 5.4 5.4 99.1

1 .9 .9 100.0

112 100.0 100.0

33 - 38 38.5 - 43.5 44 - 49 49.5 - 54.5 55 - 60 60.5 - 65.5 66 - 71 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent Percent

Interval_Konteks

4 3.6 3.6 3.6

6 5.4 5.4 8.9

29 25.9 25.9 34.8

24 21.4 21.4 56.3

32 28.6 28.6 84.8

9 8.0 8.0 92.9

8 7.1 7.1 100.0

112 100.0 100.0

24 - 26 26.5 - 28.5 29 - 31 31.5 - 33.5 34 -- 36 36.5 - 38.5 39 - 41 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Interval_Tujuan

3 2.7 2.7 2.7

5 4.5 4.5 7.1

12 10.7 10.7 17.9

33 29.5 29.5 47.3

43 38.4 38.4 85.7

15 13.4 13.4 99.1

1 .9 .9 100.0

112 100.0 100.0

22 - 25 25.5 - 28.5 29 - 32 32.5 - 35.5 36 - 39 39.5 - 42.5 43 - 46 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Frequencies

Frequency Table

Statistics

112 112 112 112 112

0 0 0 0 0

2.55 2.60 2.35 2.23 2.52

3.00 3.00 2.00 2.00 3.00

.499 .492 .497 .424 .520

Valid Missing N Mean Median Std. Deviation Kategori_ Modalitas Kategori_ Dimensi_ Ruang Kategori_ Dimensi_ Waktu Kategori_ Konteks Kategori_ Tujuan Kategori_Modalitas

50 44.6 44.6 44.6

62 55.4 55.4 100.0

112 100.0 100.0

Sedang Tinggi Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Kategori_Dimensi_Ruang

45 40.2 40.2 40.2

67 59.8 59.8 100.0

112 100.0 100.0

Sedang Tinggi Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Kategori_Dimensi_Waktu

1 .9 .9 .9

71 63.4 63.4 64.3

40 35.7 35.7 100.0

112 100.0 100.0

Rendah Sedang Tinggi Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Kategori_Konteks

86 76.8 76.8 76.8

26 23.2 23.2 100.0

Sedang Tinggi Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

1 .9 .9 .9

52 46.4 46.4 47.3

59 52.7 52.7 100.0

112 100.0 100.0

Rendah Sedang Tinggi Total Valid


(6)

Frequencies

Statistics

112 112 112 112 112

0 0 0 0 0

42.60 55.15 51.60 33.05 35.31

42.00 55.00 51.50 33.00 36.00

41a 53 52 33 36

4.328 5.722 5.740 3.513 3.937

33 36 33 24 22

54 69 67 41 43

Valid Missing N

Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum

Modalitas

Dimensi_ Ruang

Dimensi_

Waktu Konteks Tujuan

Multiple modes exist. The smallest value is shown a.


Dokumen yang terkait

Efektifitas pembelanjaran biologi dengan teknik kasus diluar kelas dalam bentuk media slide terhadap hasil belajar siswa (sub-konsep pencemaran lingkungan kelas x semester 2 di SMAN 1 Kencong tahun ajaran 2004/2005)

0 3 117

Efektifitas penggunaan media audio visual (VCD) dan media charta terhadap hasil belajar biologi konsep sirkulasi pada hewan dan manusia siswa kelas II semester II di SMU Negeri 2 Jember tahun ajaran 2003/2004

0 20 114

Hubungan pembelajaran fisika menggunakan media komik dengan minat belajar siswa pada konsep zat dan wujudnya di SLTP Negeri 1 Jember siswa kelas I Cawu 1 tahun pelajaran 2000/2001

0 8 97

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Peningkatan apresiasi puisi dengan media Mind mapping pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2010-2011 ptk di MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

3 17 294

Peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen ( sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor tahun pelajaran 2010-2011)

2 21 165

Peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar pada siswa kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun pelajaran 2013/2014

1 16 116

Pengaruh media audio-visual (video) terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada konsep elastisitas

3 24 8

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9