2.1.3 Teori Pertukaran Sosial dari Thibaut dan Kelley
Teori  pertukaran  sosial  memusatkan  perhatian terutama pada kelompok yang terdiri dari dua orang anggota atau diad. Bahwa usaha memahami tingkah laku yang
kompleks  dan  kelompok-kelompok  besar  mungkin  dapat  diperoleh  dengan  cara menggali  pola  hubungan  diadis  dua  orang.  Model  Thibaut  dan  Kelley  mendukung
asumsi-asumsi  yang  dibuat  oleh  Homans  dalam  teorinya  tentang  proses  pertukaran sosial,  khususnya  bahwa  interaksi  manusia  mencakup  pertukaran  barang  dan  jasa,
serta  bahwa  tanggapan-tanggapan  individu-individu  yang  muncul  melalui  interaksi diantara  mereka  mencakup  baik  imbalan  rewards  maupun  pengeluaran  costs.
Apabila  imbalan  tidak  cukup,  atau  apabila  pengeluaran  melebihi  imbalan,  interaksi akan terhenti atau individu-individu  yang  terlibat  didalamnya akan  merubah tingkah
laku  mereka  dengan  tujuan  mencapai  apa  yang  mereka  cari  Alvin  dan  Carl, 1985:54.
Dalam hubungan antara pelanggan dan customer service officer, hal ini dapat terlihat  dengan  jelas.  Pelanggan  membayar  untuk  mendapatkan  imbalan  berupa
layanan  yang  sesuai  dengan  apa  yang  mereka  harapkan.    Begitupun  sebaliknya, customer service officer berkewajiban untuk melayani pelanggan untuk mendapatkan
imbalan  dari  pelanggan.  Dalam  model  ini,  imbalan  dan  pengeluaran  menentukan siapa berinteraksi dengan siapa dan tentang apa sehingga terjadi interaksi. Begitupun
interaksi  yang  terjadi  antara  pelanggan  dan  CSO,  masing-masing  pihak  melakukan pengeluaran guna mendapatkan imbalan yang diharapkan.
2.1.4 Public Relations
Public  Relations  merupakan    kegiatan  menumbuhkan  hubungan  baik  antara segenap  komponen  lembaga  maupun  perusahaan  dalam  rangka  memberikan
pengertian,  menumbuhkan  motivasi  dan  partisipasi  Soemirat,  2010:12.  Dimana, fungsi  utama  dari  Public  Relations  adalah  menciptakan  komunikasi  dua  arah  secara
timbal  balik    dan    mengatur  arus  informasi,  publikasi  serta  pesan  dari  badan  atau
Universitas Sumatera Utara
organisasi  ke  publiknya  atau  terjadi  sebaliknya  demi  tercapainya  citra  positif  bagi kedua belah pihak. Liliweri, 2011 : 659.
Mengenai  sejarah  public  relations,  seperti  pendapat  Glenn  Grisworld  dan Denny Grisworld
dalam buku mereka “Your Public Relations” Danandjaja, 2011:2, public relations sama tuanya dengan  peradaban  manusia, terutama sekali bila dilihat
dalam  kegiatan  perdagangan  commerce.  Hanya  saja  pada  waktu  itu  kegiatan tersebut belum  dikenal dengan kegiatan  public relations.  Kegiatan ini  bahkan sudah
ada  sejak  zaman  Neolithic,  meskipun  pada  masa  itu  hanya  terbatas  dari  segi pertukaran  barang  atau  barter.  Kemudian  kegiatan  tersebut  mulai  berkembang  lebih
sejak zaman pemerintahan Ratu Cleopatra dari Mesir yang menjamu tamunya dengan segala  kemewahan  sebagai  seorang  ratu,  sehingga  tercipta  suatu  hubungan  antara
tamu  sebagai  duta  perdagangan  dengan  ratu  Cleopatra.  Dari  sini,  kedua  belah  pihak yang terlibat secara tidak langsung telah melakukan kegiatan  public relations, antara
lain  seperti  menumbuhkan  kerjasama  goodwill,  menumbuhkan  saling  pengertian mutual understanding dan menciptakan keuntungan bersama mutual favourable.
Pada  Abad  Pertengahan,  banyak  gereja  Nasrani  yang  memakai  public relations  dalam  rangka  pembentukan  opini  publik  melalui  kata-kata  dalam  bentuk
selebaran  tercetak.  Dari  sini  dapat  terlihat  bahwa  perkembangan  public  relations  di Abad  Pertengahan  disebabkan  karena  adanya  perkembangan  dari  kegiatan
propaganda.  Public  relations  juga  semakin  berkembang  atas  adanya  dampak  sosial yang  kuat  pada  masyarakat  internasional  terutama  di  Eropa  seiring  dengan  lahirnya
revolusi  industry.  Pada  masa  ini,  public  relations  semakin  mengarah  kepada  suatu konsep.  Dimana,  para  cendikiawan  ataupun  ahli  menggunakan  public  relations
sebagai  bentuk  usaha  untuk  memperoleh  dukungan  publik  terhadap  suatu  gagasan, ide, pendapat maupun juga pembaharuan Danandjaja, 2011:3.
Puncak  perkembangan  public  relations  adalah  ketika  seseorang  bernama  Ivy Ledbetter  Lee  pada  tahun  1906  melihat  suatu  keadaan  yang  mencemaskan  terhadap
sektor  industry  di  Amerika  Serikat  di  satu  pihak,  sedang  di  pihak  lain  adanya
Universitas Sumatera Utara
pemogokan besar-besaran yang dilakukan oleh para buruh. Ivy sendiri adalah mantan reporter  dari    “Wall  Street”  yang  sangat  terampil  melakukan  publisitas  media  bagi
kepentingan lembaga atau perusahaan, bahkan popularitas seseorang Alvin Moscow dalam  Danandjaja,  2011:5.  Atas  kasus  tersebut  maka  Ivy  memberikan  prasyarat
kepada Pensylvania Railroad untuk mengatasi krisis tersebut, yaitu: 1.  Ia diperkenankan duduk dalam jajaran manajemen.
2.  Ia diberi kebebasan atau wewenang untuk memberikan publikasi kepada pers mengenai fakta, sejauh tidak merugikan perusahaan secara finansial.
Tindakan  Ivy  ini  merupakan  hal  yang  sangat  penting  dalam  sejarah  public relations.  Dimana,  publik  dinyatakan  berhak  untuk  mengetahui  atas  kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan ataupun lembaga. Oleh karenanya, ia kemuadian  dikenal  sebagai  “The  Father  of  Public  Relations”.  Julukan  itu
dianugerahkan  kepadanya  oleh  para  ahli  public  relations  atas  perannya  dalam menyempurnakan  dan  mempraktekkan  konsep  public  relations  secara  utuh.  Hingga
kini  konsep  dan  gagasannya  tentang  public  relations  tersebut  masih  terus  dipegang oleh para praktisi public relations.
Publik  dalam  Public Relations  dibedakan  menjadi  publik internal  dan  publik eksternal Soemirat, 2010:15, yaitu:
1.  Publik  Internal  merupakan  publik  yang  berada  di  dalam  organisasi  ataupun perusahaan  seperti:  supervisor,  karyawan  pelaksana,  manajer,  pemegang  saham  dan
direksi perusahaan. 2.  Publik  eksternal  adalah  publik  yang  tidak  berkaitan  langsung  dengan  perusahaan
seperti: pers atau wartawan, pemerintah, pelanggan, komunitas dan pemasok. Public  Relations  sektor  jasa  kini  semakin  mudah  ditemukan.  Dari  13  sektor
industry  yang  digunakan  oleh  PR  Weekdalam Contact Directory League Table pada tahun  2003,  paling  tidak  enam  ‘sektor  industri’  merupakan  public  relations  sektor
media hi-tech, jasa keuangan,  pariwisata dan travel, jasa professional, pengecer dan
Universitas Sumatera Utara
media  Anne  Gregory,  2004:154.  Meskipun  aktivitas  sehari-hari  public  relations bagi  sebuah  perusahaan  jasa  mirip  dengan  aktivitas  public  relations  komunikasi
pemasaran,  business-to-business maupun  keuangan,  tetapi  ‘public  relations  sektor
jasa’ terbaik memiliki sembilan tema pokok Anne Gregory, 2004:155, yaitu: 1.  Karena penawarannya tidak nyata, maka manfaatnya perlu dibuktikan.
2.  Kata-kata  tidak  ada  artinya,  sehingga  carilah  pelanggan  yang  puas  dan tunjukkan mereka pada public.
3. Jangan  mengatakan ‘Saya yang  terbaik’,  carilah  pengesahan atau pengakuan
pihak ketiga. 4.  Kreativitas sangatlah penting.
5.  Karena  beberapa  organisasi  memahami  permasalahan  industri  dan  dapat memberikan  pandangan  yang  dianggap  sebagai  jalan  tengah  mengenai
perkembangan  terakhir,  ‘pemikiran  kepemimpinan’  harus  dibangun  dan dipelihara.
6.  Seringkali,  cara  untuk  dapat  berhasil  adalah  dengan  menggunakan  modal intelektual  intellectual  capital  dalam  perusahaan  dan  mempublikasikan
sebagian dari modal tersebut. 7.  Media  cenderung  mengetahui  hal-hal  yang  diperuntukkan  bagi  media,
sehingga spesialis hubungan antar media sangat diperlukan. 8.  Jika  merek  bersifat  tidak  nyata  atau  tidak  berwujud,  maka  hal  itu  dapat
ditutupi dengan merek lainnya. 9.  Berkembangnya  nuansa  mistik  dapat  membuat  ketidaknyataan  jasa  sebagai
sesuatu yang menguntungkan.
2.1.5 Customer Service