d. Model Pembelajaran Bahasa
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada
peningkatan intensitas keterlibatan peserta didik secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat
meraih hasil belajar dan prestasi optimal. Lapp, Bender, Ellenwood, dan John via Aunurrahman, 2012: 147-148
berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar mengajar dapat dijabarkan dari 4 model utama, yaitu:
1 The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan peranannya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang
disajikannya. Misalnya, pada kegiatan pembelajaran di kelas, biasanya guru menyampaikan pelajaran yang berpusat pada guru, pembelajaran seperti ini
menempatkan peserta didik dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan pelajaran di kelas.
2 The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidikan sebagai transmisi informasi, untuk mencapai kompetensi individual peserta
didik. Misalnya, pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya
menyajikan materi pelajaran secara online saja, namun harus komunikatif dan menarik.
3 The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi individulitasnya. Pembelajaran di kelas yang melibatkan peserta didik dan guru yang akan melahirkan nilai yang akan
terbawa dan tercermin terus menerus dalam kehidupan di masyarakat. 4 The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi antara guru
dan peserta didik sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses pembelajaran. Misalnya, pada pembelajaran tanya jawab. Guru berusaha
membuat peserta didik berada dalam situasi yang aktif. Jika ada peserta didik yang diam tidak aktif, maka guru bisa memberi pertanyaan yang memancing
peserta didik untuk berpendapat seperti: “Apa pendapatmu tentang masalah ini?”. Dengan adanya stimulus ini secara terus-menerus akan menjadikan
peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. David, Johnson.dkk. via Aunurrahman, 2012: 149, berpendapat bahwa
dengan adanya stimulus berupa hadiah reward yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga peserta didik
lebih tertarik pada mata pelajaran dan gurunya, artinya peserta didik tidak acuh tak acuh terhadap mata pelajaran yang diajarkan dan memiliki antusias yang
tinggi serta mengendalikan perhatiannya. Joyce, Weil, dan Calhoun via Aunurrahman, 2012: 157-162
mendeskripsikan empat kategori model mengajar, yaitu kelompok model sosial social family
, kelompok pengolahan informasi information processing family, kelompok model personal personal family dan kelompok model sistem
perilaku behavioral systems family. Kelompok model pengolaan informasi information Processing Model
merupakan salah satu kelompok model pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang terkait
dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran bahasa. Ada beberapa bentuk
model yang dapat dipertimbangkan guru untuk diterapkan di dalam proses pembelajaran bahasa yang termasuk kelompok model ini yaitu:
1 Berpikir Induktif Model pembelajaran ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir seseorang
tidak dengan sendirinya dapat berkembang dengan baik jika proses pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuainnya dengan kebutuhan berpikir
sesorang. Kemampuan berpikir harus diajarkan melalui pendekatan yang khusus yang memungkinkan peserta didik terampil berfikir.
2 Pencapaian konsep Model pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data
sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model ini memiliki pandangan bahwa peserta didik tidak hanya dituntut untuk mampu
membentuk konsep melalui pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan kemampuan sendiri.
3 Memorisasi Model ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
menyerap dan mengintegrasikan informasi sehingga peserta didik dapat mengingat informasi yang telah diterima dan dapat me-recall kembali pada saat