Hasil Belajar Matematika Kajian Teori 1.

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 19 Berdasarkan beberapa teori pembelajaran di atas, dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem lingkungan belajar yang mencakup beberapa unsur yang saling terkait yaitu: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, strategi pembelajaran, alat, siswa, dan guru. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Proses belajar yang dilakukan siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 20 1 Faktor Internal Siswa Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang meliputi dua aspek, yaitu: a Aspek Pisiologis Aspek pisiologis adalah kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, serta memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Kondisi organ-organ khusus, seperti kesehatan indra pendengar dan indra penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. b Aspek Psikologis 19 Abd. Rojak, dkk., Konpilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, Cet. 1 Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010, h. 5. 20 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, cet.ke-15. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010, h. 129-136. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang lebih esensial adalah sebagai berikut, yaitu:  Tingkat kecerdasan inteligensi siswa Menurut Reber, inteligensi merupakan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau inteligensi IQ siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.  Sikap siswa Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecerdasan untuk mereaksi atau merespons response tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif atau negatif. Sikap attitude siswa yang positif, terhadap guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang guru sajikan, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau mata pelajaran yang guru sajikan, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.  Bakat siswa Menurut Chaplin dalam Reber, bakat aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu dalam melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Setiap orang memiliki bakat dalam arti memiliki berpotensi untuk mencapai suatu perestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya perestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.  Minat siswa Minat interest dapat diartikan sebagai keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran biologi akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat, dan pada akhirnya mencapai perestasi yang diiinginkan.  Motivasi siswa. Menurut Gleitman dalam Reber, motivasi berarti pemasok daya energizer untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu; 1 motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi tersebut, misalnya, untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan; 2 motivasi ekstrinsik, yaitu hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, suri teladan guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Kekurangan ketiadaan motivasi, baik yangbersifat intrinsik maupun ekstrinsik, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam proses belajar. 2 Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi dua hal, yaitu: a Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, tenaga kependidikan, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, masyarakat teman sepermainan dan para tetangga di lingkungan tempat tinggal siswa juga termasuk lingkungan sosial yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, misalnya kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan atau kondisi masyarakat perkotaan yang pergaulannya relatif lebih bebas. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. b Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca ,dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut turut menentukan mutu belajar dan keberhasilan belajar siswa. Sebagai contoh, kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana untuk kegiatan remaja sarana olahraga misalnya akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan yang seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. 3 Faktor Pendekatan Belajar approach to learning Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. Pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran, diantaranya adalah pendekatan tinggi speculative dan achieving, pendekatan sedang analitical dan deep, dan pendekatan rendah reproductive dan surface. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam Prawiradelaga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar selain yang telah disebutkan di atas. Menurut mereka proses belajar dapat terjadi karena adanya sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang yang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melaui inderanya, siswa dapat menyerap materi secara berbeda. Pemberdayaan yang optimal dari seluruh indera seseorang dalam proses belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Mel Silberman menyatakan mengenai paham belajar aktif yaitu: What I hear, I forget Apa yang saya dengar, saya lupa What I hear and see, I remember Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa temankolega, saya mulai paham What I hear, see, discuss, and do, I acquire knomledge andaskill Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, sya memperoleh pengetahuan dan keterampilan What I teach to another, I master Apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya menguasainya. 21 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar yang dilakukan siswa akan memperoleh hasil yang maksimal dengan mengoptimalkan indera yang dimilikinya, membangun motivasi, dan dukungan positif lingkungannya. Selain itu strategi belajar dan pembelajaran juga mempengaruhi optimal atau tidaknya proses belajar siswa. c. Hasil Belajar Proses belajar mengajar melibatkan empat unsur penting yaitu; 1 tujuan, 2 bahan, 3 metode, dan 4 alat penilaian. Berbicara tentang hasil belajar berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran, karena tujuan pembelajaran berisi tentang rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Sedangkan hasil belajar sendiri adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. 21 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, h. 1 – 2. Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, baik tujuan kurikuler, maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotor. 22 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu; 1 pengetahuan atau ingatan, 2 pemahaman, 3 aplikasi, 4 analisia, 5 sintesis, dan 6 evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu; 1 penerimaan 2 jawaban atas reaksi, 3 penilaian, 4 organisasi, dan 5 internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu; 1 gerakan refleks, 2 keterampilan gerakan dasar, 3 kemampuan perceptual, 4 keharmonisan atau ketepatan, 5 gerakan keterampilan kompleks, dan 6 gerakan ekspresif dan interpretatif. Keterangan lebih lanjut mengenai taksonomi Bloom adalah sebagai berikut 23 . Ranah Kognitif, ranah ini meliputi:  Mengenal recognition Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban yang tersedia. Contoh: Hasil bumi yang terkenal dari daerah Kerawang adalah . . . . a padi b tebu c tembakau 22 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2012,h. 22. 23 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009,h. 117 – 122. Mengungkapmengingat kembali recall. Berbeda dengan mengenal maka dalam mengingat kembali ini siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana. Contoh: Tempat keluarnya air dari dalam tanah disebut . . . . Mengenal dan mengungkap kembali, pada umumnya dikategorikan menjadi satu jenis yaitu ingatan. Kategori ini merupakan kategori yang paling rendah tingkatannya karena tidak terlalu banyak meminta energi.  Pemahaman comprehension Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederahana diantara fakta-fakta atau konsep. Contoh: Di antara gambar-gambar di bawah ini yang dapat disebut sebagai segitiga siku-siku adalah: a b c Untuk dapat menentukan gambar mana yang dapat dinamakan segitiga siku- siku maka ia harus menghubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.  Penerapan atau aplikasi application Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. Contoh: Untuk menyelesaikan hitungan 51 x 40 = n Maka paling tepat kita gunakan a hukum asosiatif, b hukum komutatif, c hukum distributif.  Analisis analyses Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar. Contoh: Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada suatu mendung dan ada angin kencang tidak segera turun hujan.  Sintesis synthesis Apabila penyusun soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa menyusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun kembali reorganize hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi. Contoh: “Dengan mengetahui suatu daerah dan milik dalam hal kekayaan bahan mentah serta semangat penduduk di suatu daerah yang kini dapat berkembang pesat menjadi kota pelabuhan yang besar maka kota-kota kecil di tepi pantai mana yang mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kota pelabuhan yang besar?”  Evaluasi evaluation Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif. Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah”benarsalah” yang di dasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan. Sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut masalah “baikburuk” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang gbersangkutan. Ranah Afektif. Ranah ini meliputi:  Pandangan atau pendapat opinion Mengukur aspek afektif berkaitan dengan pandangan atau pendapat siswa melibatkan kemampuan berekspresi, berpendapat, dan perasaan pribadi siswa terhadap suatu permasalahan atau hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta. Contoh: Bagaimana pendapatmu tentang keputusan yang diambil oleh kepala sekolah mengenai hal tersebut? Jika posisi anda sebagai kepala sekolah, tindakan apa yang akan anda lakukan?  Sikap atau nilai attitude, value Penilaian afektif berkaitan dengan sikap atau nilai, siswa diminta untuk mengungkapkan dan mempertahankan responnya terhadap suatu masalah. Contoh: “Bagaimana menurut anda jika siswa yang tidak mengerjakan PR diberi hukuman merangkum satu buku yang ada di perpustakaan? Mengapa pendapat anda demikian?” Ranah Psikomotor Ranah psikomotor erat kaitanya dengan aktifitas kerja otot, mulai dari hal yang sederhana seperti melipat kertas, sampai pada hal yang rumit seperti merangkai beberapa elemen tertentu sehingga membentuk robot. Contoh: “Seberapa terampil siswa dalam mempersiapkan peralatan yang diperlukan” “seberapa terampil siswa dalam menggunakan peralatan tersebut”. Taksonomi Harrow. 24 No Tingkat Uraian dan Contoh 1 Gerakan Refleks reflex movement Respons gerakan yang tidak disadari yang dimiliki sejak lahir Segmental Reflexes Intersegmental Reflexes Suprasegmental Reflexes Kesemuanya berhubungan dengan gerakan- gerakan yang dikoordinasikan oleh otak dan bagian-bagian sumsum tulang belakang. 24 Ibid.,h. 123 – 125. 2 Dasar-dasar Gerakan basic fundamental movement Gerakan-gerakan yang menuntut pada keterampilan yang sifatnya kompleks Locomotor movement Nonlocomotor movement Manipulative movement Gerakan-gerakan yang mendahului kemampuan berjalan. Gerakan-gerakan dinamis di dalam suatu ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu tertentu Gerakan-gerakan yang terkoordinasikan seperti dalam kegiatan bermain piano, menggambar, naik sepeda, mengetik dan sebaginya. 3 Perceptual Abilities Kombinasi antara kemampuan kognitif dan gerakan Kinethetic discrimination Body awareness Body image Body relationship to surrounding objects in space Visual discrimination Auditory discrimination Tactile discrimination Coordinated activities Menyadari akan gerakan-gerakan tubuh seseorang Menyadari gerakan pada dua sisi tubuhnya, pada satu sisi, keserbelahan, dan keseimbangan Perasaan-perasaan tentang adanya gerakan yang berhubungan dengan badannya sendiri. Konsep tentang arah dan kesadaran badan dalam hubungan dengan lingkungan ruang sekitar. Kemampuan membedakan bentuk dan bagian, kemampuan mengikuti objek, mengingat kembali pengalaman visual,membedakan figure yang dominandi anrtara latar belakang yang kabur, dan pengalamankonsep visual. Meliputi auditory acuity, auditory tracking, dan auditory memory. Kemampuan untuk membedakan dengan sentuhan. Koordinasi antara mata dengan tangan mata dan kaki 4 Physical Abilities Kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan gerakan-gerakan keterampilan tingkat tinggi Ketahanan endurance Kekuatan strength Flexibility Kecerdasan otak agility Kemampuan untuk melakukan aktifitas, termasuk ketahanan otot dan denyut jantung Kemampuan menggunakan otot untuk mengadakan perlawanan Rentangan gerakan dan sendi Kemampuan untuk bergerak cepat termasuk kemampuan untuk merubah arah, memulai dan berhenti, mengurangi waktu tenggang antara reaksi dan respon kecekatan, dan meningkatkan ketangkasan 5 Skilled Movement Gerakan-gerakan yang memerlukan belajar menari, olahraga, rekreasi Simple adaptive skills Setiap adaptasi yang berhubungan dengan gerakan dasar Compound adaptive skills Complex adaptive skills Gerakan kombinasi untuk menggunakan alat- alat raket, parang, dan sebagainya Menguasai mekanisme seluruh tubuh seperti dalam senam. 6 Nondiscoursive Communication Kemampuan untuk berkomunikasi dengan mrnggunakan gerakan ekspresi wajah, postur, dan sebagainya. Expressive movement Interpretative movement Gerakan-gerakan yang digunakan sehari-hari seperti sikap dan gerak tubuh, isyarat, mimic. Gerakan bentuk seni, seperti gerakan estetis, gerakan improvisasi. Taksonomi Gagne. 25 Gagne dalam buku The Conditions of Learning 1965 dalam Suharsimi menyebutkan delapan buah kategori, yaitu: 1 signal learning, 2 stimulus respons learning, 3 chaining, 4 verbal association, 5 discrimination learning, 6 concept learning, 7 rule learning, dan 8 problem solving. Berdasarkan uraian taksonomi dari beberapa ahli di atas, peneliti membatasi penelitian ini pada hasil belajar berdasarkan taksonomi yang diungkapkan oleh Bloom, pada ranah kognitif golongan C1, C2, dan C3. yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan atau aplikasi application. Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. Menurut peneliti ranah kognitif C3 ini cocok dijadikan dasar penentuan dari tujuan hasil belajar yang dituntut. Hal ini didasarkan pada latar belakang masalah yang dirumuskan sesuai dengan penemuan di lapangan dan juga terkait dengan penerapan pendekatan pemecahan masalah yang digunakan pada penelitian ini.

3. Pembelajaran Matematika pada Jenjang Pendidikan Dasar

Pembelajaran matematika pada jenjang sekolah dasar, tentunya berbeda dengan pembelajaran matematika pada sekolah menengah pertama atau menengah 25 Ibid., h. 127. atas, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan diantara siswa tersebut, terutama pada kemampuan daya pikirnya. a. Karakteristik Siswa SDMI. Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berkisar antara umur 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Pada kisaran umur ini anak berada pada tahapan daya pikir pada hal-hal yang nyata, yang dapat dideria oleh panca indra mereka. Perkembangan kognitif siswa usia SD yang masih terikat dengan objek konkrit, tentunya berlawanan denga sifat dari pelajaran matematika yang bersifat abstrak, seperti yang diungkapkan oleh Soedjadi mengenai hakekat matematika yaitu: matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif. 26 Piaget menggolongkan perkembangan kognitif anak SD 7 – 11 tahun, berada tingkat operasional konkrit. Anak telah dapat mengetahui symbol- simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak, kecakapan kognitif anak meliputi: 1 kombinasivitas atau klasifikasi, 2 reversibilitas, 3 asosiativitas, 4 identitas, dan seriasi. 27 Ketika siswa berada pada tahapan oprasi konkrit 7 – 12 tahun, mereka mulai membentuk gambar-gambar mental dari benda-benda dan memikirkan dalam istilah whole keseluruhan daripada hanya sekedar parts bagian- bagian. 28 Karena mereka mengubah bayangan mental di dalam otaknya, siswa mencapai keterbalikan. Dalam matematika misalnya, siswa mengenal hubungan antara penjumlahan sebagai operasi penggabungan dan pengurangan sebagai operasi pemisahan. Mereka menyaksikan bahwa satu operasi dibalik dengan apa yang dilakukan pada operasi lainnya. Piaget menyebut aktifitas mental seperti ini sebagai operasi. Menurut Piaget, anak mestinya menginternalisasikan operasi mental sebelum mereka dapat berpikir secara 26 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 1. 27 Yatim Riyanto, Pardigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta: Prenada Media Group, 2012, h. 124. 28 Turmudi, Pembelajaran Matematika, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, H. 13 logis. Sementara anak-anak berada pada operasi konkrit, mereka mengembangkan konsep-konsep matematika seperti bilangan, panjang, luas, waktu, masa, dan volume. Mengingat kemampuan kognitif siswa SD yang masih terikat pada obyek yang nyata, maka sebaiknya dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak diperjelas dengan penggunaan alat bantu sebagai media praga untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu guru juga dituntut untuk lebih jeli dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang menarik bagi siswa dan sesuai dengan tuntutan dan karakter materi serta tujuan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tersebut mendapat hasil yang maksimal. Pemahaman anak terhadap matematika perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk itulah maka diperlukan adanya pembelajaran melaui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau menginget fakta saja. Pepatah Cina mangatakan, “Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya melakukan maka saya mengerti.” 29 Memperhatikan uraian tentang karakteristik anak usia SDMI di atas, perlu diperhatikan tentang kesiapan-kesiapan yang hendaknya dimiliki siswa, yaitu: 30 Kesiapan isi, merujuk pada proses pengetahuan dan keterampilan. Contoh: seorang siswa yang membilang suatu objek secara tepat, dapat mendemonstrasikan situasi “take way” mengambil, pengurangan dengan menggunakan kubus-kubus, mengetahui semua atau hampir semua dari 100 pengurangan fakta dasar, dan memahami nilai tempat untuk bilangan antara 9 dan 99, maka siswa tersebut memiliki kesiapan isi yang tinggi untuk mempelajari algoritma pengurangan. 29 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 2. 30 Turmudi, h. 18 – 20. Kesiapan pedagogi, merujuk pada pemahaman siswa tentang material seperti benda-benda, gambar, representasi dari benda, symbol-simbol, kalkulator dan komputer yang mereka gunakan selama mereka belajar matematika. Misalkan gambar digunakan untuk menyatakan suatu tindakan yang ia lakukan di kelas. Kesiapan kematangan, merujuk kepada mental siswa. Siswa sekolah dasar berubah dari tahapan pre-operasional ke tahap berpikir operasional konkrit. Siswa yang berada pada tahap operasional konkrit sejak di sekolah dasar perlu menggunakan benda-benda untuk memodelkan berpikir mereka. Kesiapan efektif, merujuk pada sikap siswaterhadap matematika. Sikap akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar dan menggunakan matematika. Jika mereka berpikir dengan sukses, mereka memiliki peluang lebih sukses dan dapat diatur untuk berpikir dan bertindak dengan cara-cara yang positif. Kesiapan kontekstual, merujuk pada kesadaran siswa tentang cara-cara matematika itu digunakan. Siswa dalam tingkat kesanggupan kontekstual yang tinggi menyadari akan pentingnya matematika dan sadar akan banyaknya aplikasi dalam dunia nyata. b. Langkah Pembelajaran Matematika di SDMI. Tujuan pembelajaran matematika pada jenjang pendidiakan dasar yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melaui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika, yaitu: 31 1 Penanaman Konsep Dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajarai konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkrit, dengan 31 Heruman, Op. cit., h. 3.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

23 132 295

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui Pendidikan Matematika Realistik Pada Konsep FPB Dan KPK

0 18 241

BEBERAPA KENDALA SISWA DALAM MENYELESAIKAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) BEBERAPA KENDALA SISWA DALAM MENYELESAIKAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) PADA POKOK BAHASAN FPB DAN KPK.

0 2 13

PENDAHULUAN BEBERAPA KENDALA SISWA DALAM MENYELESAIKAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) PADA POKOK BAHASAN FPB DAN KPK.

0 1 10

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN KPK DAN FPB PADA Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Kpk Dan Fpb Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 2 Butuhan Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten Dengan Mengguna

0 1 12

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN KPK DAN FPB PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Kpk Dan Fpb Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 2 Butuhan Kecamatan Delanggu Kabup

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KPK DAN FPB MELALUI METODE Upaya Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan KPK Dan FPB Melalui Metode Repasted Division Pada Siswa Kelas V SD Islam Terpadu Ummaha

0 0 17

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG POKOK BAHASAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 39

AMC APLIKASI KPK DAN FPB

0 0 4

Meningkatkan hasil belajar matematika melalui pendekatan pemecahan masalah pada siswa kelas V SD Negeri 2 Bone-Bone Kota Baubau pada pokok bahasan FPB dan KPK

0 0 12