Friskawati Simanjuntak : Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Penumpang Pada PT Lion Air Di Bandara Polonia Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Kepariwisataan
Pariwisata merupakan gejala yang kompleks dimana banyak unsur-unsur yang terkait di dalamnya seperti akomodasi, transportasi, restoran, atraksi khusus
dan sebaginya. Masing-masing unsur berkaitan satu sama lainnya dan saling melengkapi dan mendukung.
Pariwisata sebenarnya bukanlah suatu yang baru. Kegiatan ini sudah terlaksana sejak dahulu kala, orang melakukan perjalanan atau perpindahan
sementara dengan berbagai keperluan. Dalam bentuk yang sederhana, pariwisata dikenal sebagai ”tamasya”. Seiring dengan perkembangan yang dicapai bidang
sosial, budaya, ekonomi dan teknologi, maka bentuk kegiatan pariwisata berkembang menjadi suatu kegiatan pariwisata yang lebih luas.
Namun kata ”pariwisata” baru dikenal di Indonesia setelah
dilaksanakannya Musyawarah Nasional Tourism II di Tretes, Jawa Timur,
pada tanggal 12-14 Juni 1958. Dimana kata ”tourisme” diganti dengan istilah ” Pariwisata”, yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir.Soekarno, atas
usul Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Priyono Alm yang selanjutnya diubah pula dewan Tourisme Indonesia menjadi Dewan Pariwisata Indonesia
DEPARI. Kemudian kata pariwisata dipopulerkan oleh Jend. GPH Djatikusumo yang menjabat sebagai Menteri Perhubungan Darat, Post, Telekomunikasi dan
Pariwisata.
Friskawati Simanjuntak : Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Penumpang Pada PT Lion Air Di Bandara Polonia Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Secara etimologis, istilah pariwisata merupakan kata bentukan dari bahasa Sansekerta, yaitu ”pari” dan ”wisata”. Kata ”pari” artinya banyak, berkali-kali,
berulang-ulang dan lengkap, sedangkan ”wisata” artinya perjalanan atau bepergian, yang dalam bahasa Inggris mempunyai pengertian yang sama dengan
kata travel. Dari arti kedua kata tersebut diambil pengertian bahwa pariwisata merupakan aktivitas atau kegiatan perjalanan yang dapat dilakukan dengan
beberapa kali atau dengan berputar-putar dari suatu tempat menuju ke tempat lain. Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai pariwisata adalah sebagai
berikut:
Menurut Prof. Hunziger dan K. Krapf dari Swiss dalam bukunya
”Grundriss der Allegemeinen Fremdenvrekehsrlehre” mendefinisikan : Stay of strangers Ortsfremde provide the stay does not imply the
establishment of a permanent residen” yang dapat diartikan “pariwisata sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan
tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di tempat tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting
a major activity yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara”.
Menurut Herman V. Schulard, seorang ahli ekonomi berkebangsaan
Austria, mendefinisikan : ”Pariwisata sebagai jumlah kegiatan, terutama yang berkaitan dengan
perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya,
Friskawati Simanjuntak : Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Penumpang Pada PT Lion Air Di Bandara Polonia Medan, 2009.
USU Repository © 2009
adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing ke luar masuk suatu kota, suatu daerah atau negara”.
Menurut E.Guyer Freuler merumuskan pengertian pariwisata dengan
memberikan batasan : ”Pariwisata dalam arti modern merupakan fenomena dari jaman sekarang
yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar akan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam
dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada
perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan”.
Menurut Prof. Dr. Salah Wahab seorang berkebangsaan Mesir dalam
bukunya ”An Intriduction on Tourism Theory”, mengemukakan: ”Pariwisata sebagai suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar
yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang
dari daerah lain”.
2.2 Pengetian Wisatawan