15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tantangan  yang  dihadapi  Kantor  Akuntan  Publik  era  globalisasi memerlukan  peningkatan  kualitas  pemberian  akuntansi  yang  tinggi,  guna
menjamin mutu pekejaan yang baik. Namun fakta menunjukkan bahwa tingkat turnover
staf  auditor  di  Kantor  Akuntan  Publik  di  Indonesia  cukup  tinggi, sehingga  sangat  mempengaruhi  kualitas  jasa  yang  diberikan  karena  Kantor
Akuntan Publik kehilangan tenaga kerja yang telah terlatih dan kompeten. Persaingan  yang  semakin  ketat  antar  Kantor  Akuntan  Publik  KAP
menyebabkan  masing-masing  KAP  berlomba-lomba  untuk  memuaskan  klien dengan  memberikan  jasa  layanan  yang  terbaik.  Kualitas  jasa  layanan  yang
diberikan  tersebut  sangat  tergantung  pada  kemampuan  para  staf  professional akuntan yang bergabung dalam KAP tersebut.
Dengan  mempunyai  dan  mempertahankan  para  staf  profesional  yang memiliki  pengetahuan  spesialisasi  dan  pengalaman,  hal  tersebut  dapat
memberikan kontribusi bagi KAP dalam menghadapi persaingan dengan KAP lainnya.  Sehingga,  penting  untuk  mengetahui  faktor-faktor  yang  dapat
menciptakan  suatu  atmosfir  yang  ideal  bagi  para  akuntan  di  KAP  supaya mereka dapat bekerja dengan efisien dan merasa puas dengan pekerjaannya.
Keberhasilan  dan  kinerja  seseorang  dalam  suatu  bidang  pekerjaan banyak  ditentukan  oleh  tingkat  kompetensi,  profesionalisme  dan  juga
komitmennya  terhadap  bidang  yang  ditekuninya.  Suatu  komitmen
16 organisasional
menunjukkan suatu
daya dari
seseorang dalam
mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi Modway, Porter,  dan  Steers  1982  dalam  Trisnaningsih,  2003.  Oleh  karena  itu,
komitmen  organisasional  akan  menimbulkan  rasa  ikut  memiliki  sense  of belonging
bagi pekerja terhadap organisasi. Penelitian  mengenai  komitmen  dan  kepuasan  kerja  merupakan  topik
yang  menarik  untuk  diadakan  penelitian  lebih  lanjut.  Hal  ini  disebabkan karena  kepuasan  kerja  adalah  sebagai  pertanda  awal  suatu  komitmen
organisasional  dalam  sebuah  pergantian  akuntan  yang  bekerja  pada  Kantor Akuntan  Publik  Gregson  1992  dalam  Trisnaningsih  2003.  Selain  itu,
Bateman dan Strasser 1984 dalam Trisnaningsih 2003 menyatakan bahwa komitmen  mendahului  kepuasan  kerja.  Oleh  karena  itu  penelitian  yang
menguji  hubungan  tingkat  kepuasan  kerja  dalam  peningkatan  komitmen organisasional  merupakan satu  topik  yang  menarik dan  banyak  kegunaannya
dalam  penelitian-penelitian  bidang  akuntansi  keperilakuan  Poznanski  dan Bline  1997 dalam  Trisnaningsih  2003.  Hal  ini  juga  yang  menjadi  alasan
peneliti untuk memilih topik penelitian ini. Penelitian  terdahulu,  Aranya  1982  dalam  Trisnaningsih  2003
menganalisis  pengaruh  komitmen  organisasional  dan  komitmen  profesional terhadap  kepuasan  kerja  para  akuntan  yang  dipekerjakan,  dengan
menggunakan  komitmen  organisasional  dan  komitmen  profesional  sebagai prediktor  kepuasan  kerja.  Mereka  menyatakan  adanya  suatu  korelasi  nyata
secara statistik antara komitmen organisasional dan kepuasan kerja.
17 Menurut  Kreitner  dan  Kinicki  2003:274,  mengemukakan  bahwa
komitmen organisasi
mencerminkan bagaimana
seorang individu
mengidentifikasikan  dirinya  dengan  organisasi  dan  terikat  dengan  tujuan- tujuannya.  Suatu  meta  analisis  dari  68  penelitian  yang  melibatkan  35.282
orang  individu  mengungkapkan  hubungan  yang  signifikan  dan  kuat  antara komitmen  organisasi  dengan  kepuasan  kerja.  Para  manajer  disarankan  untuk
meningkatkan  kepuasan  kerja  dengan  tujuan  untuk  mendapatkan  tingkat komitmen  yang  lebih  tinggi.  Selanjutnya,  komitmen  yang  lebih  tinggi  dapat
mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi. Sementara  itu, menurut Mathis dan Jackson 2001 menyatakan bahwa
kepuasan  kerja  dan  komitmen  organisasional  cenderung  mempengaruhi  satu sama  lain.  Apa  yang  disarankan  dari  penemuan  ini  adalah  orang-orang  yang
relatif  puas  dengan  pekerjaan  akan  lebih  berkomitmen  pada  organisasi  dan orang-orang  yang  berkomitmen  terhadap  organisasi  lebih  mungkin  untuk
mendapat kepuasan yang lebih besar. Meskipun  kepuasan  kerja  itu  sendiri  menarik  dan  penting.  Hal  yang
paling  mendasar  adalah  kepuasan  kerja  terhadap  komitmen  organisasi  yang akan  mempengaruhi  tujuan  produktivitas,  kualitas,  dan  pelayanan.  Jika  para
tenaga kerja berkomitmen pada organisasi mereka mungkin lebih produktif. Selain  itu,  kepuasan  kerja    juga  dipengaruhi  oleh  motivasi  seorang
pegawai.  Menurut  Kreitner  dan  Kinicki  2003:273,  mengemukakan  suatu meta  analisis  yang  belum  lama  dilakukan  menguji  sembilan  hasil  penelitian
yang  melibatkan  2.237  orang  pekerja  mengungkapkan  ada  hubungan  yang
18 positif dan signifikan antara motivasi dengan kepuasan kerja, karena kepuasan
dengan pengawasan  juga berkorelasi  secara signifikan dengan motivasi. Para manajer  disarankan  untuk  mempertimbangkan  bagaimana  perilaku  mereka
mempengaruhi  kepuasan  karyawan.  Para  manajer  dapat  secara  potensial meningkatkan  motivasi  para  karyawan  melalui  berbagai  usaha  untuk
meningkatkan kepuasan kerja. Kinerja akuntan sangat dipengaruhi oleh kepuasan kerja yang diperoleh
akuntan  tersebut.  Menurut  Robbins  2003  dalam  bukunya  perilaku keorganisasian  menyatakan  bahwa  para  pekerja,  termasuk  akuntan  pemula,
cenderung  lebih  menyukai  pekerjaan-pekerjaan    yang  memberi  mereka kesempatan  untuk  menggunakan  keterampilan  dan  kemampuan  mereka  serta
menawarkan  beragam  tugas,  kebebasan,  dan  umpan  balik  mengenai  betapa baik mereka mengerjakan tugas tersebut.
Sedangkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Albercht  1981  dalam Nurahma  dan  Indriantoro  2000  menunjukkan  bahwa  partner  memiliki
tingkat  kepuasan  kerja  yang  lebih  tinggi  daripada  akuntan  pemula,  akuntan senior  maupun  manajer.  Lebih  khusus  dijelaskan  bahwa  dalam  posisi  staf
junior  dilaporkan  kurang  puasnya  disebabkan  oleh  masalah  supervisi  yang tidak memadai, mereka kurang menerima umpan balik feedback dalam kerja,
kemampuan  mereka  kurang  optimal  dimanfaatkan,  kesempatan  dalam berpartisipasi dan pengakuan terhadap kerja yang dilakukan secara baik jarang
dilontarkan oleh atasan serta mereka sering mengalami kebosanan.
19 Dalam  studi  lain  yang  berkaitan,  Carcello  1991  dalam  Nurahma  dan
Indriantoro  2000  membandingkan  harapan  mahasiswa  akuntansi  dan pengalaman  akuntan  pemula  di  Kantor  Akutan  Publik.  Hasil  studi  ini
mendapatkan bukti bahwa terdapat perbedaan  yang signifikan antara  harapan mahasiswa akuntansi dengan pengalaman akuntan pemula.
Pada  masing-masing  hal  tersebut    harapan   mahasiswa  akuntansi  lebih tinggi daripada pengalaman yang dialami akuntan pemula. Meskipun studi ini
tidak secara eksplisit meneliti kepuasan kerja, bahwa perbedaan persepsi yang terjadi,  sangat  mungkin  menyebabkan  masalah-masalah  yang  berkaitan
dengan kepuasan kerja di Kantor Akuntan Publik. Menurut  Riggio  1990  dalam  Nurahma  dan  Indriantoro  2000,
kepuasan  kerja  merupakan  salah  satu  faktor  penting  yang  mempengaruhi kepuasan  hidup  karena  sebagian  besar  waktu  manusia  dihabiskan  di  tempat
kerja.  Oleh  karena  itu,  kepuasan  kerja  yang  diterima  oleh  seorang  karyawan dapat memotivasinya untuk dapat bekerja dengan lebih baik. Menurut AECC
Accounting  Education  Change  Comission dengan  Issues  Statement  No.4
dalam  Nurahma  dan  Indriantoro  2000  yang isinya  mendorong
pemberdayaan  akuntan  pemula  di  Kantor  Akuntan  Publik  dengan  tindakan supervisi  yang tepat diharapkan bisa menumbuhkan kepuasan kerja bagi para
akuntan pemula dan motivasi instrinsik dalam bekerja. Berdasarkan  pemikiran  tersebut  di  atas,  tertarik  untuk  diadakan
penelitian  dalam  bentuk  tulisan  dengan  judul  “Pengaruh  Komitmen Organisasi, Motivasi  dan  Tindakan  Supervisi  terhadap  Kepuasan  Kerja
Auditor Junior Kantor Akuntan Publik”.
20
B.  Perumusan Masalah