38
C. Supervisi
Dalam profesi akuntan publik, supervisi merupakan hal yang penting. Supervisi dalam auditing adalah bagian dari cara memonitor dan
mengembangkan keahlian umum para staf auditor dan meyakinkan bahwa pekerjaan audit dilakukan sesuai dengan rencana Apriliana, 2007. Supervisi
mencakup pengarahan usaha asisten dalam pencapaian tujuan audit dalam penentuan apakah tujuan tersebut tercapai.
1. Pengertian Supervisi dan Supervisor
Menurut Terry dalam Mulianto, Cahyadi, dan Widjajakusuma 2006, mendefinisikan bahwa:
“Supervision is the achieving of desired result by means of the intelligent unilization of human talents and facilitating resources in a
manner that provides the gratest challenge and interest to the human talents”.
Diartikan menjadi: Supervisi adalah usaha mencapai hasil yang diinginkan dengan cara
mendayagunakan bakat atau kemampuan alami manusia dan sumber- sumber yang memfasilitasi yang ditekankan pada pemberian
tantangan dan perhatian yang sebesar-besarnya terhadap bakat atau kemampuan alami manusia.
Dalam bidang pemeriksaan akuntan, supervisi diatur dalam standar pekerjaan lapangan pertama Standar Profesional Akuntan Publik SPAP,
2001 yang mengharuskan bahwa: ”Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus di supervisi dengan semestinya”.
39 Supervisor adalah orang yang melakukan supervisi. Supervisor
berasal dari bahasa latin ”supervisor” yang berarti memeriksa dan mengawasi.
Menurut Mulianto et. al 2006, supervisor adalah: Orang yang memiliki kelebihan atau mempunyai keistimewaan, yang
tugasnya melihat dan mengevaluasi pekerjaan orang lain. Hasil studi Nurahma dan Indriantoro 2000 menunjukkan bahwa
supervisor merupakan pihak yang paling dekat dengan konteks kerja seseorang, karena melalui mereka tercermin budaya atau iklim organisasi.
Dengan kata lain, supervisor mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku bawahannya dan perilaku supervisor merupakan determinan
penting dari kepuasan kerja karyawan.
2. Unsur-Unsur Supervisi
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik SPAP, 2001 unsur supervisi adalah sebagai berikut:
a. Memberikan Instruksi kepada Asisten
Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal
yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, lingkup, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang
bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntan dan audit.
40
b. Menjaga Penyampaian Informasi Masalah-Masalah Penting yang
Dijumpai dalam Audit
Auditor yang bertanggungjawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan
auditing . Signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat
menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.
c. Mereview Pekerjaan yang Dilaksanakan
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di review untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara
memadai dan auditor harus menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor.
d. Menyelesaikan Perbedaan Pendapat di antara Staf Audit Kantor
Akuntan
Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat
perbedaan pendapat mengenai masalah akuntansi dan auditing di antara personel Kantor Akuntan Publik yang terlibat dalam audit.
Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang
yang melaksanakan audit.
41
3. Aspek-aspek dalam Tindakan Supervisi
Menurut Nurahma dan Indriantoro 2000, tiga aspek utama tindakan supervisi yang direkomendasikan AECC kepada akuntan pemula atau
audtor junior adalah sebagai berikut: a. Supervisor hendaknya menunjukkan sikap kepemimpinan dan
mentoring yang kuat. Rincian aktivitas yang disarankan AECC adalah:
1. Supervisor sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan interaktif kepada auditor junior di bawah supervisinya.
2. Supervisor memperhatikan pesan-pesan tak langsung dari auditor junior dan jika yang disampaikan adalah ketidakpuasan, secara
lansung supervisor menanyakan keadaan dan penyebabnya. 3. Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya
memberikan pujian terhadap kinerja yang baik, memperlakukan auditor junior sebagai profesional, membantu auditor junior untuk
menemukan peluang kerja masa datang dan mempedulikan minat serta rencana auditor junior.
4. Supervisor dituntut mampu menjadi panutan sebagai profesional di bidangnya, mampu menumbuhkan kebanggaan akan profesi dan
menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran penting profesi yang digeluti tersebut.
b. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong tercapainya kesuksesan. Rincian aktivitas yang disarankan AECC
adalah:
42 1. Menumbuhkan sikap mental pada auditor junior untuk bekerja
dengan benar sejak awal dan menciptakan kondisi yang memungkinkan hal itu terjadi. Hal tersebut bisa dilaksanakan
dengan menjelaskan suatu penugasan kepada auditor junior secara gamblang, mengalokasikan waktu yang cukup dalam penugasan
yang rumit sehingga bisa terselesaikan dengan baik, menampung semua keluhan akan hambatan yang dihadapi termasuk di
antaranya hambatan budgeter, dan menjelaskan bagaimana suatu bagian penugasan sesuai dengan penugasan keseluruhan serta
senantiasa mengawasi auditor junior sampai penugasan selesai. 2. Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan
tingkat kemampuan auditor junior. 3. Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.
c. Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan menstimulasi terselesaikannya tugas. Rincian aktivitas yang disarankan
AECC adalah: 1. Supervisor mendelegasikan tanngung jawab sesuai dengan
kemampuan dan kesiapan auditor junior. 2. Memaksimalkan kesempatan auditor junior untuk menggunakan
kemampuan verbal, baik lisan maupun tulisan, berpikir kritis dan menggunakan teknik analitis serta membantu auditor junior untuk
meningkatkan kemampuan tersebut.
43
D. Kepuasan Kerja
Pada umumnya para peneliti sependapat bahwa kepuasan kerja merupakan suatu pernyataan tentang sikap terhadap perlakuan yang diterima
karyawan di tempat kerja. Perlakuan tersebut antara lain berkaitan dengan seleksi, kompensasi, promosi, dukungan rekan kerja, perilaku pimpinan,
kondisi kerja, dan penilaian prestasi kerja.
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Brayfield, Arthur H dan Harold F Rothe 1951 dalam Panggabean 2004 adalah orang pertama yang memberikan pemahaman tentang
konsep kepuasan kerja. Mereka beranggapan bahwa kepuasan kerja dapat diduga dari sikap seseorang terhadap pekerjaannya.
Kemudian Moorse 1953 dalam Panggabean 2004 mengemukakan bahwa:
Pada dasarnya kepuasan kerja tergantung kepada apa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya dan apa yang mereka
peroleh. Orang yang paling tidak merasa puas adalah mereka yang mempunyai keinginan paling banyak, namun mendapat yang paling
sedikit. Sedangkan yang paling merasa puas adalah orang yang menginginkan banyak dan mendapatkannya.
Hal yang senada juga dikemukakan oleh Gezels dan Guba 1957
dalam Panggabean 2004 dengan mengungkapkan bahwa kepuasan adalah:
Fungsi dari tingkat keserasian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dapat diperoleh, atau antara kebutuhan dan penghargaan.
Menurut Mathis dan Jackson 2001, kepuasan kerja adalah: Keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja
sesorang. Ketidakpuasan kerja muncul saat harapan-harapan ini tidak terpenuhi.