Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 materi dalam proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. 7 Dalam perkembangannya, kompetensi guru menjadi suatu bekal yang harus dimiliki oleh setiap guru. Penekanan keharusan guru mempunyai kompetensi, merupakan hal yang sangat wajar dalam dunia pendidikan. Saat ini banyak siswa yang mengeluh bosan, malas belajar disebabkan oleh strategi yang digunakan dalam mengajar sangat monoton, tidak bervariasi, ditambah lagi hubungan guru dengan peserta didik yang tidak baik. Pada realisasinya, ada sebagian guru yang tidak membekali dirinya dengan ilmu keguruan yang memadai, disebabkan rendahnya tingkat kompetensi guru yang dimilikinya. Kenyataan negatif di lapangan masih ada guru yang tidak suka membantu kesulitan belajar siswa, tidak suka humor, tidak mempunyai minat terhadap siswa, tidak memahami keadaan siswa siswinya, kurang tegas dalam mengendalikan kelas, mempunyai anak emas, tidak adil, kasar, suka mencela siswanya, sehingga siswa tidak mendapat dorongan untuk belajar. Hal ini cepat atau lambat akan mempengaruhi proses belajar siswa. Hal yang lebih buruknya lagi adalah tidak adanya figur guru yang menjadi panutanpatokan siswa untuk bersikap dan berprilaku dan lemahnya semangat belajar siswa itu sendiri. Gambaran seperti ini adalah sebuah hasil dari apa yang selama ini didapatkan. Sebuah refleksi hasil dari pola pengajaran seorang guru yang hanya mentransfer ilmunya kepada anak didiknya, bahkan dalam mentransfer ilmunya banyak guru yang tidak memperdulikan apakah anak didiknya telah menerima ilmunya dengan baik, atau bahkan masa bodoh, sehingga menjadi peserta didik yang hanya hadir dalam kelas. 8 Guru merupakan ujung tombak keberhasilan suatu sistem pendidikan. Bagaimanapun sistemnya, jika guru kurang siap melaksanakannya tetap hasilnya kurang maksimal. Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi KBM yang telah diterapkan pada tahun 2004 sebetulnya sudah diterapkan oleh sekolah swasta yang 7 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, cet. 24, h. 5. 8 Mukhotim El-Moekry, Menjadi Guru Profesional dan Tranformatif Lamongan, Darul Ulum Education Center, h. 2-3. 5 ekonomi siswanya menengah keatas, dan hasilnya pun sukses. Keberhasilan itu dikarenakan mereka berani memberikan kesejahteraan guru yang lebih baik dan fasilitas yang lengkap dibanding sekolah negeri. Namun sebetulnya yang sangat mempengaruhi guru adalah kondisi sosial guru itu sendiri. Guru-guru di Indonesia sebetulnya lebih pandai jika dibandingkan dengan Malaysia, lalu kenapa pendidikan di Malaysia lebih maju pesat ketimbang di Indonesia? Karena di Malaysia saat guru melakukan pengajaran dibenaknya tidak memikirkan masalah keadaan ekonominya, sehingga membuat pendidikan di Indonesia kalah dengan pendidikan di Malaysia, karena di Indonesia gurunya sendiri sudah tidak mau bekerja keras untuk pendidikan. 9 Selama ini peran dan tugas guru pendidikan terkesan kurang profesional, ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Masih terdapat guru pendidikan yang hanya sebatas memberikan ilmu pengetahuan saja. Padahal ditinjau dari beberapa aspek bahwa seorang guru merupakan suatu contoh yang patut diidolakan, menjadi tauladan bagi siswa, memiliki banyak gaya dan seni ketika mengajar, mengelola kelas, menggunakan media pengajaran, mengevakuasi dan juga menjadi sahabat bagi siswa yang memiliki konflik atau permasalahan yang dihadapi. Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang atau masih saja dipertanyakan orang, baik dari kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan dari kalangan bisnispun mengkritisi para guru karena kualitas para lulusan dianggap kurang memuaskan. Selain dari mereka para orang tua muridpun kadang-kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas, kurang profesional dan lain-lain. Sehingga dari kalangan guru sendiri nyaris tidak bisa membela diri. Sikap dan prilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan. Karena memang ada oknum guru yang melanggar atau menyimpang dari kode etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh guru mengundang reaksi yang sangat hebat di kalangan masyarakat. Hal ini dapat 9 M. Sobry Sutikno, Pendidikan Sekarang dan Masa Depan: Suatu Refleksi untuk Mewujudkan Pendidikan Bermakna Mataram: NTP Press, 2006, h. 51. 6 dimaklumi karena adanya sikap yang demikian, menunjukkan bahwa guru memang seyogyanya menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya. Lebih dari itu, hal inipun menunjukkan bahwa guru sampai saat ini masih di anggap eksis, sebab posisi guru sampai kapanpun tidak pernah akan tergantikan sekalipun dengan mesin canggih. 10 Sertifikasi profesi merupakan jantungnya reformasi pendidikan. Indonesia sudah berhasil melangkah maju dengan melahirkan undang-undang Guru dan Dosen pada tahun 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan dan 13 Juli 2007 tentang penetapan perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan. Sebuah tonggak sejarah yang menempatkan guru dan dosen sebagai profesi sebagaimana halnya dokter, insinyur, dan lain sebagainya. Pemerintah mewajibkan para guru mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Karena dengan diperolehnya sertifikat pendidik para guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik, yaitu berijazah S-1 atau memiliki Akta IV itu dinyatakan sebagai guru profesional. Sertifikasi profesi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Sebagai penghargaannya pemerintah akan memberikan tunjangan profesi setara gaji pokok. Dengan demikian uji kompetensi memiliki peran yang sangant penting karena akan menjadi pintu masuk yang menentukan seorang guru itu profesional atau tidak. Berdasarkan penjelasan di atas penulis terinspirasi untuk meneliti kajian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul: “Profesionalisme Guru PAI Pasca Sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat .”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah 10 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 1. 7 Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Proses kegiatan belajar mengajar yang masih kurang dari harapan. b. Kurangnya mutu calon guru dan guru untuk memahami makna profesionalisme pendidikan yaitu profesionalisme guru. c. Minimnya upaya yang dilakukan sekolah terhadap peningkatan kompetensi guru. d. Tidak kompetennya guru dalam penyampaian bahan ajar, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi permasalahan yang ada hanya pada tatanan profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi di MTs Negeri 12 Jakarta Barat. 3. Perumusan Masalah “Bagaimanakah profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat ?” dari arti kata profesionalisme diatas sangatlah luas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu dalam hal: 1 Kompetensi Pedagogis. 2 Kompetensi Kepribadian. 3 Kompetensi Sosial. 4 Kompetensi Profesional.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan hasil penelitian dan mendapatkan data-data yang akurat mengenai objek yang akan diteliti, yakni mengetahui profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat.

2. Manfaat Penelitian

8 Penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi di MTs N 12 Jakarta Barat. Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Universitas Islam Negeri Jakarta, khususnya program Sarjana, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, sebagai wujud pelaksanaan dari salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. b. Bagi lembaga instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan mutu pendidik, baik untuk saat ini maupun untuk saat yang akan datang. c. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan dan informasi tentang profesionalisme guru PAI pasca sertifikasi untuk meningkatkan kualitas guru pendidikan agama Islam. Sehingga menjadi bekal untuk proses ke depan. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme Guru PAI

1. Pengertian Profesionalisme Guru PAI

a. Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional artinya adalah “bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya lawan amatir. ” 1 Menurut Mc Leod, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah tentang istilah profesional adalah kata sifat dari kata profesion pekerjaan yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. 2 Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman, “kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. “Adapun guru profesional dapat diartikan sebagai “orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.” 3 Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah Hadis riwayat Bukhari: “apabila suatu perkara pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya .” 4 Dari hadits ini, kata profesi identik juga dengan kata keahlian. Jarvis mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli. Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni 1 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1999, cet. Ke-10, h. 789. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, cet. Ke-7, h. 230. 3 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, cet. Ke-24, h. 14-15. 4 Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtar Al-Hadits An-Nabawiyyah wa Al-Hikam Al- Muhammadiyyah Surabaya: Dar „Ilmu.