commit to user
41
d. Fisiologis, adalah kandungan glukosa darah meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas dan dingin.
e. Organisasi adalah angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing
dari mitra kerja, ketidakpuasasn kerja, komitmen organisasi dan loyalitas.
Dari pernyataan-pernyataan mengenai stres kerja tersebut maka dapat dinyatakan aspek-aspek stres kerja antara lain:
a. Aspek kognitif yang berupa kesulitan konsentrasi, kesulitan
mengambil keputusan dengan cepat, sensitif dengan kritikan. b.
Aspek fisiologis dan perilaku yang berupa merokok berlebihan, denyut jantung meningkat, berkeringat, mulut kering, emosional.
c. Aspek organisasi yang berpengaruh terhadap absensi, produktivitas
menurun, dan ketidakpuasan kerja.
D. Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Stres Kerja dengan
Kepuasan Kerja Perawat
Pelayanan keperawatan sebagai bagian terpenting dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka kadar keterlibatan kerja akan menentukan
bagaimana kualitas kerja perawat dalam merawat pasien. Kepuasan kerja perawat merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena
secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan mutu pelayanan asuhan keperawatan terhadap pasien.
commit to user
42
Menurut Gilmer dalam Temaluru, 2001 Salah satu aspek yang dinilai memiliki kontribusi terhadap kepuasan kerja yaitu komunikasi. Johnson dalam
Supratiknya, 1999 Komunikasi antar pribadi akan memudahkan terjadinya saling pemahaman
dalam komunikasi
dan selanjutnya
sangat menolong
mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerjasama yang efektif.
Perawat di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan tidak bekerja sendiri dalam menangani pasien melainkan bekerja dalam satu tim
kesehatan dengan satu tujuan, yaitu kesehatan masyarakat. Perawat merupakan tenaga medis yang selama dua puluh empat jam berada di dekat pasien. Oleh
karena itu, perawat dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi interpersonal antar-pribadi dengan baik sehingga mendapat kejelasan informasi
yang dibutuhkan untuk berkolaborasi dengan dokter, suster kepala, rekan sesama perawat dalam menangani pasien di rumah sakit.
Komunikasi interpersonal memungkinkan perawat saling bertukar pikiran atau pengalaman dan bersama-sama dengan perawat lainnya mencari jalan
keluar atas masalah yang dihadapi dalam pekerjaan. Sering kali ketika dokter tidak sedang bertugas, perawat harus memutuskan sendiri tindakan secara cepat
dan tepat yang akan diberikan kepada pasien yang kesehatannya memburuk atau mengalami kritis. Dengan adanya hubungan yang baik maka perawat lebih mudah
untuk meminta bantuan dan berkoordinasi dengan perawat lainnya. Komunikasi interpersonal yang lancar akan menciptakan hubungan
kerjasama yang nyaman dan menyenangkan di rumah sakit yang akan
commit to user
43
menyebabkan perasaan suka dengan lingkungan pekerjaan yang pada gilirannya menimbulkan kepuasan kerja. Sebaliknya, jika kelancaran komunikasi
interpersonal terhambat perawat tidak dapat saling bertukar pikiran dan tidak mendapat masukan atau bantuan atas masalah dalam pekerjaan yang akan
menyebabkan perasaan tidak suka dengan lingkungan pekerjaan yang pada gilirannya menimbulkan ketidakpuasan kerja.
Kesalahan dalam berkomunikasi dapat berakibat terjadinya kesalahan dalam melaksakan tugas keperawatan, sehingga hasil pekerjaan tidak sesuai yang
diharapkan, baik oleh atasan maupun perawat itu sendiri. Hal ini menyebabkan adanya hubungan tidak baik antar perawat maupun dengan atasan, yang pada
akhirnya menyebabkan adanya ketidakpuasan kerja. Menurut Gibson, dkk dalam Salina dan Doelhadi, 1995 dampak negatif
dari stres kerja salah satunya adalah dampak terhadap organisasi yang berupa pengasingan diri dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, kurangnya tanggung
jawab terhadap pekerjaan atau perusahaan dan kurangnya loyalitas, absenteeism, turn-over
, serta produktivitas yang rendah. Perawat memiliki tanggung jawab pekerjaan yang besar di dalam
menjalankan tugas keperawatannya. Tugas dan tanggung jawab tersebut meliputi kemampuan menjalankan instruksi dokter untuk pemberian obat atau dosis obat,
kemampuan menjalankan instruksi kepala perawat, kemampuan mengatasi segala keluhan-keluhan pasien maupun keluarga pasien tentang layanan keperawatan,
kemampuan menangani pasien yang datang dalam keadaan kritis secara cepat dan tepat, kemampuan mengoperasionalkan alat-alat kesehatan yang ada maupun
commit to user
44
bekerja dengan alat-alat kesehatan yang baru, dan kemampuan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Adanya berbagai tuntutan tugas dan tanggung jawab tersebut memerlukan konsentrasi yang tinggi, sehingga apabila perawat tidak mampu mengatasinya
dengan baik, maka akan muncul stres kerja yang pada gilirannya menimbulkan perasaan tidak suka dengan pekerjaannya atau ketidakpuasan kerja.
Sebaliknya jika perawat mampu mengatasi tuntutan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh rumah sakit, maka perawat akan terhindar dari stres
kerja dan hal ini menimbulkan lingkungan yang menyenangkan di rumah sakit dan pada gilirannya perawat akan mencapai kepuasan kerja.
Komunikasi interpersonal dan stres kerja memiliki hubungan dengan kepuasan kerja perawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Komunikasi
interpersonal yang baik dan kemampuan mengatasi stressor kerja yang menjadi penyebab munculnya stres kerja berhubungan dengan tingginya kepuasan kerja
perawat. Sebaliknya komunikasi interpersonal yang buruk dan ketidakmampuan mengatasi stressor kerja yang menjadi penyebab munculnya stres kerja yang pada
akhirnya menyebabkan ketidakpuasan kerja.
commit to user
45
E. Kerangka Berpikir Konseptual