Persepsi Remaja Tentang KTV

67 BAB III KTV SEBAGAI GAYA HIDUP MODERN REMAJA KOTA MEDAN

3.1. Persepsi Remaja Tentang KTV

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri dan akan selalu bergantung oleh orang-orang disekitarnya atau kelompoknya. Disadarkan ataupun tidak, sejak seorang manusia di lahirkan ke dunia secara otomatis ia telah menjadi salah satu anggota dari berbagai kelompok maupun komunitas. Mulai dari kelompok terkecil yaitu keluarga, warga sebuah desa atau kota, umat dari suatu agama, hingga sebagai satu warga negara dari sebuah negara. Terbentuknya sebuah kelompok sosial dapat dibedakan menjadi dua kategori berdasarkan bagaimana terjadinya pengelompokan manusia tersebut, yang pertama yaitu pengelompokan yang di dasarkan hubungan kekerabatan dan yang di dasarkan hubungan bukan kekerabatan. Seiring berkembangnya zaman, variasi hubungan yang didasarkan hubungan diluar hubungan kekerabatan bertambah. Kriteria yang paling di pengaruhi oleh kemajuan zaman adalah pengelonpokan yang didasarkan gaya hidup 15 15 Gaya hidup dapat didefenisikan sebagai cara, bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya ketertarikan,dan apa yang mereka fikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga lingkungan di sekitarnya. . Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa juga disebut modernitas, maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Universitas Sumatera Utara 68 Dalam suatu masyarakat dimana pertumbuhan gaya hidup semakin meningkat, dan mengundang hasrat untuk tidak mengatakan ada semacam “ledakan” gaya hidup seperti di tanah air khir-akhir ini, di perlukan penjelasan yang lebih teoritis untuk memahami fenomena ini. Menurut Chaney dalam buku Lifestyle, misalnya bisa menjadi salah satu pijakan teoritis bagi mereka yang ingin melakukan studi yang lebih sistematis menengnai fenomena gaya hidup dalam masyarakat konsumen Indonesia mukhtahir. 16 Apa yang mungkin lebih relevan adalah bahwa dalam perburuan akan gaya hidup yang glamour, misalnya, para konsumen atau dunia hiburan mencoba melakukan bujuk rayu terhadap para pelanggan melalui ilusi-ilusi tentang diri illusions of self. Artinya bahwa mereka menarik para pelanggan seperti terlihat dalam bahsa-bahasa penampilan yang digunakan melalui industri-indusrti budaya massa. Mereka diberi ilusi-ilusi tertentu tentang keunikan dalam penampakan luar Chaney juga mengatakan bahwa pada akhir modernitas semua yang kita miliki akan menjadi budaya tontonan a culture of spectacle. Semua orang ingin menjadi penonton dan sekaligus ditonton. Ingin melihat tetapi sekaligus juga di lihat. Disinilah gaya mulai menjadi modus keberadaan manusia modern: Kamu bergaya maka kamu ada Kalau kamu tidak bergaya, siap-siaplah untuk dianggap “tidak ada”: diremehkan, diabaikan, atau mungkin dilecehkan. Itulah sebabnya mungkin orang sekarang perlu bersolek atau berias diri. Jadilah kita menjadi “masyarakat pesolek” dandy society. 16 Sekalipun analisis Chaney ditujukan bagi konteks masyarakat berbahasa inggris dan kasus perkembangan gaya hidup dikalangan masyarakat Barat, tetapi sebagai pijakan untuk mengamati kecenderungan gaya hidup di Indonesia, beberapa analisisnya cukup membantu, terutama kalau kesadaran akan konteks ruang dan waktu selalu dijadikan pertimbangan. Untuk lebih jauh silahkan lihat David Chaney, Lifestyle London, Routladge, 1996. Universitas Sumatera Utara 69 dimana mereka tidak memiliki kendali. Di sinilah mereka mulai memasuki wilayah periklanan gaya hidup. Komoditas diukir dengan gaya dan gaya adalah komoditas yang bernilai. Dalam hal ini fashion ataupun gaya yang di gunakan mereka menjadi salah satu hal yang penting bagi para remaja KTV ini. Memerhatikan baju yang digunakan untuk pergi KTV menjadi hal yang terpenting untuk mereka, karena baju yang di gunakan juga menggambarkan jati diri para remaja KTV. Misalnya, merek baju yang digunakan dari merek terkenal, baju yang digunakkan lagi model yang paling terbaru, sepatu yang di gunakan bermerek dan sebagainya, adalah sampul penting bagi mereka. Tidak jarang para remaja ini bergonta-ganti stuff atau barang yang mereka gunakan terkesan memaksakan diri mereka. “Biasanya kalau mau KTV biar dianggap paling modis, biasanya aku tuker-tukeran atau minjem baju sama temen aku. Jadi biar enak diliat aja aku rasa kalo baju dan gaya kalo KTV ganti-gatai. Soalnya aku bosen juga baju aku itu-itu aja. Gaya juga penting buat aku saat KTV. Jadi biar dianggap modis aja”. Yeyen – 21 tahun Penikmat KTV datang dari berbagai kalangan. Remaja merupakan salah satu penikmat KTV. Alasan mereka pun beragam. Mulai dari yang awalnya diajak teman dan satu wujud kegiatan agar minta perhatian orang tua kemudian menjadi penikmat addict. Mereka menganggap bahwa irama musik yang di hasilkan dari bass yang berkapasitas 1500 watt dapat membuat kepenatan yang mereka rasakan menjadi hilang. Tujuan mereka untuk KTV biasanya adalah untuk menghilangkan penat yang dirasakan. KTV di jadikan sebagai tempat berkumpul baik dengan teman lama ataupun teman baru serta menjadi tempat saling berbagi cerita dan Universitas Sumatera Utara 70 pengalaman. Dari narasumber yang penulis dapat, beberapa dari mereka mengatakan, saat mereka KTV mereka merasa satu level diatas teman-teman mereka. Dengan KTV mereka lebih jadi percaya diri dan mereka menunjukkan jati diri bahwa mereka lebih unggul dari teman-temannya, terutama dalam bidang pergaulan. Bagi penikmat KTV dari kalangan pelajar baik siswa dan mahasiswa biasanya mereka KTV hanya weekend dan acara tertentu undangan.Hal itu dikarenakan mereka takut apabila orang tua mereka tau. Dari informasi yang penulis dapat, efek yang di timbulkan akibat minum dan mabok yang mereka dapat dari KTV tidak sebentar. Jika mereka KTV tidak dihari weekend atau dihari sekolah maka sudah pasti mereka pasti tidur selama aktifitas belajar mengajar berlangsung. Seperti penuturan Melati nama samaran : “KTV itu enaknya pas weekend. Karena efek minum-mabok lama ilangnya. Belom lagi pegal-pegal badan, kepala pening. Yang sakitnya kalo diundang KTV pas hari biasa mana besok kuliah. Karena kalo itu udah pasti gak kuliah karena tidur. Kuliah pun pasti tidur dikelas”. Remaja yang datang dari berbagai golongan mulai dari anak PNS, pejabat, dan kolongan keluarga yang kurang mampu dan berbagai tingkat pendidikan mulai dari siswa pelajar sekolah SMP-SMA dan mahasiswa. Awal mereka datang umumnya datang karena takut di bilang “kuper” kurang pergaulan oleh teman-temannya. Golongan remaja yang datang pun bermacam-macam. Tidak semua remaja yang datang berasal dari kalangan atas, ada juga yang dari kalangan kurang mampu, namun beberapa dari mereka memaksakan diri agar tidak dikatakan “tidak up to date” tidak mengikuti zaman. Universitas Sumatera Utara 71

3.2. Awal Terlibatnya Remaja Dalam KTV