Dari rincian rata-rata keterlaksanaan 1-4 diperoleh keterlaksanaan keseluruhan adalah
�������������� ��������ℎ�� = �������������� 1 + 2 + 3 + 4
4 =
80 + 100 + 100 + 100 4
= 380
4 = 95
Karena hasil yang diperoleh 95 menunjukkan presentase keterlaksanaan keseluruhan lebih dari 80 maka dapat dikatakan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT telah dan dapat terlaksana dengan baik di
kelas VIII B semester genap tahun ajaran 20122013 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
2. Analisis minat belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together NHT
Dari hasil kuisioner minat belajar matematika siswa, sebelum dan sesudah penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
dirangkum sebagai berikut:
Tabel 4.13 Kriteria Minat Siswa Secara Keseluruhan
Kriteria Sebelum Penelitian
Sesudah Penelitian Jumlah
siswa Presentase
Jumlah siswa
Prosentase
Tidak berminat TM Kurang Berminat KM
Cukup Berminat CM 18
47,36 2
5,26
Berminat M 20
52,63 33
86,84 Sangat Berminat SM
3 7,89
Tabel 4.14 Kriteria Minat Seluruh Siswa Secara Keseluruhan
Jumlah Prosentase Minat Siswa Minat
SM SM+M
SM+M+CM SM+M+CM+KM
SM+M+CM+ KM+TM
Sebelum Penelitian
0+52,63 0+
52,63+47,36 Cukup
Berminat CM
Sesudah Penelitian
7,89 7,89+86,8
4 Berminat
M
Berdasarkan tabel 4.14, siswa berminat mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together NHT. Enam belas orang siswa sebelumnya cukup berminat belajar matematika menjadi berminat belajar matematika
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT, tiga orang siswa sebelumnya berminat belajar
matematika menjadi sangat berminat belajar matematika setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together NHT. Akan tetapi ada dua orang siswa yang tidak mengalami perubahan dimana yang sebelumnya cukup berminat menjadi tetap cukup
berminat belajar matematika. Pada saat menjelaskan tentang ketentuan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT, peneliti selalu mengingatkan kepada siswa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan
dari keberhasilan individu, sehingga masing-masing anggota kelompok
harus berusaha memberikan hasil yang terbaik bagi kelompoknya dengan mengerjakan tugas dan kuis yang diberikan dengan baik. Dengan adanya
pengharagaan kelompok dapat memberi ketertarikan atau minat siswa untuk meningkatkan prestasi individu dan kelompok.
3. Hasil belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together NHT
Analisis data untuk hasil belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Membandingkan hasil Tes Hasil Belajar THB dengan Tes Kemampuan Awal TKA
Tabel 4.15 Nilai TKA dan THB VIII B No.
Nama Siswa TKA
THB
1 Siswa 1
70 77.5
2 Siswa 2
80 100
3 Siswa 3
76 90
4 Siswa 4
28 46,25
5 Siswa 5
30 75
6 Siswa 6
80 95
7 Siswa 7
40 92.5
8 Siswa 8
62 82.5
9 Siswa 9
48 80
10 Siswa 10
60 87.5
11 Siswa 12
40 46.25
12 Siswa 15
60 75
13 Siswa 16
60 95
14 Siswa 17
40 90
15 Siswa 18
2 47.5
16 Siswa 19
60 80
17 Siswa 20
40 66.25
18 Siswa 21
20 70
19 Siswa 22
40 60
20 Siswa 24
80 100
21 Siswa 25
2 45
22 Siswa 26
80 88.75
Dari data pada Tabel dapat diperoleh rata-rata nilai sebagai berikut: 1 Rata-rata Tes Kemampuan Awal TKA
� = 1636
34 = 48,12
2 Rata-rata Tes Hasil Belajar THB � =
2633,75 34
= 77,46 3 Standar Deviasi
Tes Kemampuan Awal TKA = 21,83
Tes Hasil Belajar THB = 16,887
Dilihat dari hasil rata-rata Tes Kemampuan Awal TKA yaitu 48,12 dan rata-rata Tes Hasil Belajar THB yaitu 77,46
menunjukkan bahwa rata-rata nilai Tes Hasil Belajar THB lebih besar daripada rata-rata nilai Tes Kemampuan Awal TKA.
Terdapat kenaikan sebesar 29,34 maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
23 Siswa 27
40 88.75
24 Siswa 29
60 95
25 Siswa 30
20 71.25
26 Siswa 31
40 75
27 Siswa 32
40 87.5
28 Siswa 33
40 97.5
29 Siswa 34
44 82.5
30 Siswa 35
14 58.75
31 Siswa 36
70 100
32 Siswa 37
60 65
33 Siswa 38
70 57.5
34 Siswa 40
40 65
Jumlah 1636
2633,75
NHT meningkatkan hasil belajar siswa-siswi kelas VIII B semester genap 20122013 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
b. Melihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal Pada sekolah tempat peneliti mengambil data yaitu SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta, ditetapkan kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran matematika yaitu 75, untuk mengetahui lebih jelas
siswa yang nilainya memenuhi kriteria ketuntasan dan tidak maka dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16 Ketuntasan Belajar Siswa No
Nama Siswa Nilai
Kriteria
1 Siswa 1
77.5 Tuntas
2 Siswa 2
100 Tuntas
3 Siswa 3
90 Tuntas
4 Siswa 4
46,25 Tidak tuntas
5 Siswa 5
75 Tuntas
6 Siswa 6
95 Tuntas
7 Siswa 7
92.5 Tuntas
8 Siswa 8
82.5 Tuntas
9 Siswa 9
80 Tuntas
10 Siswa 10
87.5 Tuntas
11 Siswa 11
46.25 Tidak tuntas
12 Siswa 12
75 Tuntas
13 Siswa 13
95 Tuntas
14 Siswa 14
90 Tuntas
15 Siswa 15
47.5 Tidak tuntas
16 Siswa 16
80 Tuntas
17 Siswa 17
66.25 Tidak tuntas
18 Siswa 18
70 Tidak tuntas
19 Siswa 19
60 Tidak tuntas
20 Siswa 20
100 Tuntas
21 Siswa 21
45 Tidak tuntas
22 Siswa 22
88.75 Tuntas
23 Siswa 23
88.75 Tuntas
24 Siswa 24
95 Tuntas
25 Siswa 25
71.25 Tidak tuntas
26 Siswa 26
75 Tuntas
27 Siswa 27
87.5 Tuntas
28 Siswa 28
97.5 Tuntas
29 Siswa 29
82.5 Tuntas
30 Siswa 30
58.75 Tidak tuntas
31 Siswa 31
100 Tuntas
32 Siswa 32
65 Tidak tuntas
33 Siswa 33
57.5 Tidak tuntas
34 Siswa 34
65 Tidak tuntas
Tabel 4.17 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa Jumlah Siswa
Kriteria Presentase
22 Tuntas
64,70 12
Tidak tuntas 35,29
4. Penghargaan Kelompok