1.6.2 Kode, Alih Kode, dan Campur Kode
Suwito 1983: 67 menjelaskan bahwa kode adalah alat komunikasi yang merupakan varian dari bahasa. Istilah kode dimaksudkan untuk menyebut salah
satu varian dari hierarki kebahasaan. Alih kode merupakan peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Misalnya seorang penutur mula-mula
menggunakan kode A misalnya bahasa Indonesia, kemudian beralih menggunakan kode B misalnya bahasa Jawa maka peristiwa peralihan
pemakaian bahasa seperti itu disebut alih kode code-switching. Suwito 1983: 76 berpendapat bahwa terjadi peristiwa alih kode apabila
di dalam suatu tuturan terjadi peralihan dari klausa bahasa yang satu ke klausa bahasa yang lain dan masing-masing klausa masih mendukung fungsi tersendiri,
tetapi apabila suatu tuturan baik klausa maupun frasa-frasanya terdiri dari klausa dan frasa baster serta masing-masing klausa maupun frasanya tidak lagi
mendukung fungsinya tersendiri maka akan terjadi peristiwa campur kode. Seperti halnya alih kode, campur kode juga memiliki dua sifat yaitu positif dan negatif.
Bersifat positif apabila tidak mengganggu komunikasi dan mengarah ke integrasi. Bersifat negatif apabila mengganggu komunikasi dan mengarah ke interferensi.
Wardhaugh 1992: 108 menjelaskan bahwa campur kode adalah tindakan sengaja mencampurkan dua bahasa tanpa perubahan topik yang sedang
dibicarakan. Kachru dikutip oleh Suwito, 1983: 76 menjelaskan bahwa campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan
unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Nababan 1984: 32 berpendapat bahwa campur kode merupakan suatu
keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa speech act atau discourse tanpa
ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur danatau kebiasaannya yang
dituruti. Thelander dikutip Suwito, 1983: 76 berpendapat bahwa unsur-unsur
bahasa yang terlibat dalam peristiwa campur kode itu terbatas pada tingkat klausa. Apabila dalam suatu tuturan terjadi percampuran atau kombinasi antara variasi-
variasi yang berbeda di dalam satu klausa yang sama, maka peristiwa itu disebut campur kode.
1.6.3 Jenis-jenis Campur Kode Berdasarkan Satuan Kebahasaannya
Campur kode dapat dikelompokkan berdasarkan satuan kebahasaannya. Yang dimaksud dengan satuan kebahasaan adalah bunyi, fonem, silabel, morfem,
kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana.