22
2. Kerusakan ginjal Nefropati diabetik
Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal. Apabila terjadi nefropati, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan
protein yang seharusnya dipertahankan ginjal akan bocor ke dalam air kemih Ndraha, 2014: 11.
3. Kerusakan mata Retinopati
Kerusakan retina mata retinopati adalah suatu mikroangiopati yang ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil Pandelaki, 2009
dalam Ferawati, 2014: 18. 4.
Penyakit jantung koroner Iskemia atau infark miokard yang biasanya tidak disertai dengan nyeri dada
atau
silent myocardial infarction
akan menyebabkan komplikasi penyakit jantung koroner. Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang dapat
menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah sehingga suplai darah ke otot jantung berkurang Ferawati,
2014: 19; Ndraha, 2014: 12.
2.1.1.6 Diagnosis Diabetes Mellitus
Menurut Perkeni 2011 diagnosis Diabetes Mellitus dapat ditegakkan melalui tiga cara yaitu:
1. Apabila ditemukan keluhan klasik, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu 200mgdL. 2.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mgdL dengan adanya keluhan fisik. 3.
Tes toleransi glukosa oral TTGO
23
Kriteria diagnosis menurut Perkeni tahun 2011 sebagai berikut: Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM mgdL
Bukan DM Belum pasti DM
DM Kadar glukosa
darah sewaktu mgdL
Plasma vena 100
100 – 199
≥200 Darah
kapiler 90
90 – 199
≥200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena 100
100 – 125
≥126 Darah
kapiler 90
90 – 99
≥100
Sumber : Perkeni, 2011
2.1.1.7 F aktor Risiko Diabetes Mellitus
Menurut Perkeni 2011 faktor risiko Diabetes Mellitus dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
2.1.1.7.1 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1. Ras dan etnik
2. Riwayat keluarga dengan diabetes anak penyandang diabetes
3. Umur. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat
seiring meningkatnya usia. Usia 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan Diabetes Mellitus.
4. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi 4000gram
atau riwayat pernah menderita DM Gestasional. 5.
Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. 2.1.1.7.2
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi 1
Berat badan lebih Indeks Massa Tubuh 23kgm
2
2 Kurangnya aktivitas fisik
3 Hipertensi 14090 mmHg
24
4 Dislipidemia HDL
High Density Lipoprotein
35mgdL atau trigliserida 250mgdL.
5 Diet tidak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan
meningkatkan risiko menderita prediabetes intoleransi glukosa dan DM tipe 2.
2.1.1.8 Pencegahan Diabetes Mellitus
2.1.1.8.1 Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah suatu upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni orang orang yang belum terkena akan tetapi
berpotensi untuk mendapatkan Diabetes mellitus dan intoleransi glukosa Perkeni, 2011: 48. Hal
— hal yang harus diperhatikan sebagai berikut : 1.
Membiasakan makan dengan pola gizi seimbang. 2.
Olahraga secara teratur sesuai dengan umur dan kemampuan fisik 3.
Mempertahankan berat badan dalam batas normal 4.
Menghindari obat — obatan yang memicu timbulnya diabetes Suiraoka,
2012: 57-59 2.1.1.8.2
Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita Diabetes mellitus Perkeni, 2011: 53. Hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tetap melakukan pencegahan primer
2. Pengendalian gula darah dengan obat
– obatan baik oral maupun suntikan agar tidak terjadi komplikasi diabetes Suiraoka, 2012: 59.
25
2.1.1.8.3 Pencegahan tersier
Upaya yang bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi yang sudah terjadi, seperti pemeriksaan pembuluh darah pada mata
pemeriksaan funduskopi tiap 6-12 bulan, pemeriksaan otak, ginjal dan tungkai Suiraoka, 2012: 59. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan
holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait. Untuk menunjang keberhasilan pencegahan tersier sangat dibutuhkan kolaborasi yang baik antar para ahli dari
berbagai disiplin ilmu jantung, ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vascular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, dan lain lain Perkeni, 2011: 54.
2.1.2 Diabetes Mellitus Tipe 2