18
e. Kalor Pembakaran Pengukuran kalor pembakaran dari biodiesel bertujuan untuk memperoleh
data tentang energi kalor yang dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya proses pembakaran Sinarep dan Mirmanto, 2011. Nilai kalori
merupakan angka yang menyatakan jumlah panas atau kalori yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah bahan bakar dengan udara oksigen. Nilai kalori
bahan bakar minyak berkisar antara 10.160-11.000 Kkalkg. Nilai kalori berbanding terbalik dengan berat jenis artinya semakin besar berat jenisnya maka
semakin kecil nilai kalorinya. Nilai kalori diperlukan sebagai dasar perhitungan jumlah konsumsi bahan bakar minyak yang dibutuhkan mesin dalam suatu
periode tertentu Suyanto dan Arifin, 2003: 16. Semakin tinggi nilai kalor suatu bahan bakar menunjukkan semakin sedikit pemakaian bahan bakarnya Lubis,
2007.
B. Penelitian yang Relevan
Menurut Yusuf 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Sintesis dan Karakterisasi Biodiesel dari Minyak Biji Karet Hevea brasiliensis melalui
Proses Estrans Esterifikasi-Transesterifikasi ” menyatakan bahwa kondisi terpilih
pada reaksi esterifikasi adalah reaksi yang menggunakan katalis HCl 1 dengan waktu reaksi 120 menit dan rasio metanolminyak = 20: 1. Sedangkan kondisi
terpilih untuk proses transesterifikasi adalah waktu reaksi 30 menit dan rasio mol metanol: minyak = 6: 1.
Menurut Kusumaningtyas Bachtiar 2012: 17 dalam penelitiannya yang berjudul “Sintesis Biodiesel dari Minyak Biji Karet dengan Variasi Suhu dan
19
Konsentrasi KOH untuk Tahapan Transesterifikasi” menyatakan bahwa hasil terbaik pada reaksi transesterifikasi minyak biji karet menjadi metil ester adalah
pada katalis KOH 1 dan suhu 60
o
C. Supardi, et al., 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Sintesis Biodiesel dari Minyak Limbah Biji Karet sebagai Sumber
Energi Alternatif” menunjukkan bahwa proses transesterifikasi dengan variasi katalis KOH 0,75-1,5 memberikan hasil yang hampir sama. Jadi sebenarnya
pada konsentrasi KOH 0,75 dan 1,5 , hasil dari proses transesterifikasi sudah baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani, et al., yang berjudul “Pengaruh
Katalis Asam H
2
SO
4
dan Suhu Reaksi pada Reaksi Esterifikasi Minyak Biji Karet Hevea brasiliensis
menjadi Biodiesel” menyatakan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan saat reaksi esterifikasi, maka prosentase penurunan asam
lemak akan semakin cepat. Kondisi operasi yang memberikan yield crude FAME Fatty Acid Methyl Ester terbesar adalah reaksi esterifikasi dengan suhu 60
o
C dan katalis H
2
SO
4
5 dari berat. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Waktu Esterifikasi terhadap Proses
Pembentukan Metil Ester Biodiesel dari Minyak Biji Karet Rubber Seed Oil ”
yang dilakukan oleh Arita, et al. 2009 menunjukkan bahwa waktu reaksi esterifikasi yang baik adalah 2 jam dan 3 jam. Reaksi esterifikasi ini
menggunakan metanol 1: 2 dengan berat sampel dan H
2
SO
4
3 dari berat sampel, dilakukan pada suhu 60-65
o
C. Setyawardani, et al., 2010 dalam penelitiannya yang berjudul
“Pembuatan Biodiesel dari Asam Lemak Jenuh Minyak Biji Karet” menyatakan
20
bahwa kelemahan biodiesel asam lemak jenuh adalah rendahnya flash point titik nyala. Asam lemak jenuh lebih mudah larut dalam metanol. Sedangkan
keunggulannya dapat dilihat dari segi angka setana, angka iod, angka asam, viskositas dan titik tuang.
Penelitian Widayat dan Suherman 2012: 57 yang berjudul “Biodiesel
Production from Rubber Seed Oil via Esterification Process ” menggunakan
parameter rasio katalis, suhu dan pengaruhnya terhadap karakteristik produk biodiesel yang dihasilkan. Menunjukkan bahwa kandungan minyak biji karet yang
diperoleh adalah 50,5 . Hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa tingkat asam lemak bebas dalam biji karet sangat tinggi. Konversi minyak menjadi biodiesel
yang paling tinggi adalah 59,91 dan terendah 48,24 . Penelitian Ramadhas, et al.,
2004: 339 dengan judul “Biodiesel Production from High FFA Rubber Seed Oil
” menyimpulkan efisiensi konversi minyak menjadi biodiesel sangat dipengaruhi oleh rasio molar alkohol dengan
minyak. Rasio molar yang baik adalah 6: 1 dengan waktu 30 menit. Konversi ester maksimum dicapai pada suhu reaksi 45±5
o
C. Viskositas biodiesel hampir sama dengan diesel. Titik nyala biodiesel sekitar 130
o
C dan nilai kalornya sedikit lebih rendah dari solar.
Penelitian yang dilakukan oleh Omorogbe et al., 2013: 16 yang berjudul “Production of Rubber Seed Oil Based Biodiesel Using Different Catalysts”
menyimpulkan bahwa minyak biji karet olahan memberikan hasil biodiesel tertinggi dibandingkan minyak biji karet mentah. Logam natrium dan katalis
natrium hidroksida lebih cocok untuk transesterifikasi minyak biji karet olahan,
21
sedangkan asam sulfat dan katalis asam fosfat akan cocok untuk minyak biji karet mentah. Penggunaan katalis heterogen tanah liat harus dikembangkan, karena
menghemat biaya. Penelitian yang dilakukan oleh Widayat, et al., 2013: 64-73 dengan judul
“Study on Production Process of Biodiesel from Rubber Seed Hevea brasiliensis by In Situ Transesterification Method with Acid Catalyst
” menggunakan H
2
SO
4
0,5 vv sebagai katalis dan rasio bahan baku dengan metanol 1: 2. Percobaan ini menggunakan variasi konsentrasi katalis 0,1-1 vv dan rasio bahan baku
dengan metanol 1: 1,5-1: 3. Reaksi dilakukan selama 120 menit pada 60
o
C. Hasil FAME terbesar adalah 53,61 pada H
2
SO
4
0,25 vv dan hasil FAME terbesar sebanyak 91,05 pada rasio baku bahan dengan metanol 1: 3.
C. Kerangka Berfikir