Analisis Spektroskopi FTIR Parameter Analisis Biodiesel

14 c. Katalis Katalis yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, katalis asam, dan katalis yang berupa enzim. Katalis berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat. Jumlah katalis yang biasa digunakan dalam reaksi ini adalah 0,5-1,5 berat dari berat minyak nabati. d. Suhu Reaksi Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi eksotermis, sehingga kenaikan suhunya akan menggeser keseimbangan reaksi ke arah reaktan. Akibatnya, jumlah produk berkurang dan konversi menurun. Suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan viskositas biodiesel semakin rendah dan alkohol akan menguap. Umumnya suhu transesterifikasi dipilih di bawah titik didih metanol, yaitu sekitar 60 o C-65 o C. e. Air Air dapat menurunkan konsentrasi katalis sehingga dapat menurunkan laju reaksi. Semakin bertambahnya jumlah air, maka yield dari metil ester akan menurun. Hal ini dikarenakan air memicu terjadinya reaksi samping yang menghasikan gliserol dan asam lemak. Akibatnya jumlah reaktan yang akan membentuk metil ester berkurang.

8. Analisis Spektroskopi FTIR

Macam ikatan yang berbeda dalam suatu senyawa C-C, C=C, CO, dll mempunyai frekuensi yang berbeda pula. Hal ini dapat dideteksi dengan adanya frekuensi yang karakteristik sebagai pita adsorpsi dalam spektrum infra merah, sehingga dalam analisis kualitatif dapat digunakan untuk memberikan informasi 15 mengenai struktur kimia dari suatu molekul. Informasi tentang struktur dari senyawa organik dapat dilakukan melalui interpretasi spektrum infra merah menggunakan tabel korelasi infra merah yang memuat informasi tempat gugus fungsional menyerap sinar seperti yang disajikan dalam Tabel 1 Sastrohamidjojo, 2007: 99. Tabel 1. Daftar Korelasi Spektrum Infra Merah Jenis Vibrasi Frekuensi cm -1 Panjang Gelombang μ C = O Aldehida Keton Asam Karboksilat Ester 1740 - 1720 1725 - 1705 1725 - 1700 1750 – 1730 5,75 - 5,81 5,80 - 5,87 5,80 – 5,88 5,71 - 5,78 C –O Aldehid, Ester, Eter, Asam Karboksilat 1300 – 1000 7,69 - 10,0 C - H Alkana -CH3 -CH2 Alkena 3000 – 2850 1450 - 1375 1465 3100 – 3000 3,33 - 3,51 6,90 – 7,27 6,83 3,23 - 3,33 C = C Alkena Aromatik 1680 – 1600 1600 – 1475 5,95 - 6,25 6,25 - 6,78 Komponen utama dari spektrofotometer IR adalah sumber cahaya inframerah, monokromator, dan detektor. Cahaya yang berasal dari sumber melewati cuplikan, kemudian dipecah menjadi frekuensi-frekuensi tunggal di dalam monokromator dan intensitas relatif dari masing-masing frekuensi akan diukur oleh detektor Atun, 2016: 63.

9. Parameter Analisis Biodiesel

Biodiesel harus memiliki standar mutu tertentu agar dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel. Standar mutu biodiesel di Indonesia berdasarkan SNI 7182: 2012 dapat disajikan seperti pada Tabel 2. 16 Tabel 2. Syarat Mutu Biodiesel Standar SNI 7182: 2012 Kementerian ESDM, 2012 No Parameter SNI 7182: 2012 1 Massa jenis pada 40°C Kgm3 850-890 2 Viskositas kinematic pada 40°C cSt 2,3-6,0 3 Angka setana Min 51 4 Titik nyala mangkok tertutup °C Min. 100 5 Titik kabut °C Maks. 18 6 Korosi lempeng tembaga 3 jam pada 50°C Maks. No 3 7 Residu karbon -massa - Dalam contoh asli - Dalam 10 ampas destilasi Maks 0,05 Maks. 0,30 8 Air dan sedimen -vol Maks 0,05 9 Temperature destilasi 90 °C Maks. 360 10 Abu tersulfatkan -massa Maks. 0,02 11 Belerang ppm-m mgkg Maks. 100 12 Fosfor ppm-m mgkg Maks. 10 13 Angka asam mg-KOHg Maks.0,8 14 Gliserol bebas -massa Maks.0,02 15 Gliserol total -massa Maks.0,24 16 Kadar ester alkil -massa Min. 96,5 17 Angka iodium -massa g-I 2 100g Maks.115 18 Uji halpen Negative dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum 0,01 vol Parameter -parameter analisis biodiesel antara lain a. Massa jenis Massa jenis minyak merupakan massa minyak per satuan volum yang diukur pada suhu tertentu. Berat jenis spesific gravity atau rapat relatif relative density minyak merupakan perbandingan antara massa jenis minyak dengan massa jenis air pada suhu tertentu Hardjono, 2001: 40. b. Viskositas Viskositas merupakan ukuran hambatan cairan untuk mengalir yang disebabkan oleh adanya gaya gesek internal antar partikel. Viskositas berpengaruh pada injeksi bahan bakar. Pada suhu yang dingin, viskositas akan meningkat 17 sehingga akan mempengaruhi kemudahan cairan untuk mengalir. Viskositas yang tinggi mengakibatkan bahan bakar teratomisasi dengan baik dan tidak mudah menguap. Biodiesel yang mempunyai viskositas rendah akan mudah dipompa dan mudah teratomisasi. Minyak nabati harus dimodifikasi terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bakar. Hal ini karena minyak nabati mempunyai viskositas yang tinggi. Untuk menurunkan viskositas tersebut dilakukan proses transesterifikasi Budiman, et al., 2014: 117. c. Titik Tuang Pour Point Titik tuang minyak cairan adalah suhu terendah yang menyatakan minyak masih dapat dituang. Hal ini diperlukan terutama di daerah yang beriklim dingin, karena berkaitan dengan keperluan menuang BBM atau minyak pelumas. Satuannya dinyatakan dalam derajat Celcius o C atau derajat Fahrenheit o F Marsudi, 2005: 148. d. Titik Nyala Flash Point Titik nyala merupakan suhu terendah ketika uap suatu zat bercampur dengan udara yang mengakibatkan nyala sebentar kemudian mati. Titik nyala digunakan sebagai mekanisme untuk membatasi jumlah alkohol sisa di dalam bahan bakar. Biodiesel murni mempunyai titik nyala yang lebih tinggi dari batasannya. Adanya alkohol sisa reaksi menyebabkan penurunan titik nyala dari biodiesel. Titik nyala biodiesel lebih rendah dari minyak nabati. Titik nyala juga digunakan untuk indikator adanya metanol dalam biodiesel Budiman, et al., 2014: 118. 18 e. Kalor Pembakaran Pengukuran kalor pembakaran dari biodiesel bertujuan untuk memperoleh data tentang energi kalor yang dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya proses pembakaran Sinarep dan Mirmanto, 2011. Nilai kalori merupakan angka yang menyatakan jumlah panas atau kalori yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah bahan bakar dengan udara oksigen. Nilai kalori bahan bakar minyak berkisar antara 10.160-11.000 Kkalkg. Nilai kalori berbanding terbalik dengan berat jenis artinya semakin besar berat jenisnya maka semakin kecil nilai kalorinya. Nilai kalori diperlukan sebagai dasar perhitungan jumlah konsumsi bahan bakar minyak yang dibutuhkan mesin dalam suatu periode tertentu Suyanto dan Arifin, 2003: 16. Semakin tinggi nilai kalor suatu bahan bakar menunjukkan semakin sedikit pemakaian bahan bakarnya Lubis, 2007.

B. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25