Pengertian ekstrakurikuler Hakikat Ekstrakurikuler

28 Jepang pada saat itu masih tinggi tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakhosi mengubah Kanji Okinawa Tote: Tangan China dalam kanji jepang menjadi „Karate‟ Tangan Kosong agar lebih mudah diterima oleh masyarakat jepang. Karate terdiri atas dua kanji, yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti „Kosong‟. Dan yang kedua, ‘Te’, berarti „tangan. Yang dua kanji be rsama artinya “tangan kosong” Phinyin:Kongshou. Demikian lah makna yang tergantung dalam karate. Karena itu lah seseorang yang belajar karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi teknik dan fisik, melainkan juga memperhatikan juga sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah, kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi fisik seseorang karateka yang diperoleh lewat latihan yang lama akan membentuk kesempurnaan karakter. Sejarah karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara jepang melainkan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembali ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikan mereka di Jepang. Pada tahun 1963, beberapa mahasiswa Indonesia, antara lain: Baud AD Adikusomo seseorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam M. Nakayama, JKA Shotokan, Karianto Djojonegoro, Mochtar Rusukan dan Otoman Noh, mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate aliran Shotokan di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia PORKI yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta. Baud AD Adikusomo kemudian tercatat sebagai pelopor seni bela 29 diri Karate di Indonesia dan juga pendiri Indonesia karate-DO INKADO. Setelah beliau, nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran karate di Indonesia, antara lain Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia INKAI dan Federasi Karate. Tradisional Indonesia juga FKTI, dan juga Anton Lesiangi sama-sama dari aliran Shotokan, pendiri lembaga Karate-Do IndonesiaLemkari. Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado- ryo Karate-Do Indonesia WADOKAI yang didirikan oleh C.A. Taman dan Khusin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia KKI yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya yang membawa aliran Goju-ryu, dan Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnyamembawa aliran Kyokushin. Aliran Shito- ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu dengan tokohnya Dr. Markus Basuki dan SHINDOKAN dengan tokohnya Bert Lengkong. Selain aliran-aliran yang bersumber dari jepang diatas, ada juga beberapa aliran karate di Indonesia yang di kembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia sendiri, sehingga menjadi independent dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo Dojo Pusat di negeri Jepang. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara tokoh-tokoh tertentu, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh FORKI. Namun akhirnya