82 pembelajaran. Media pembelajaran menurut Briggs 1970 yang
dikutib dari Arief S. Sadiman, dkk 2011: 6 yaitu: “…Media merupakan segala aspek fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku,
film, kaset, bingkai foto adalah contoh-contohnya.” Kurangnya penggunaan media pembelajaran menyebabkan
peserta didik sulit untuk mengilustrasikan teori dan kenyataan. Penggunaan media dapat merangsang siswa untuk belajar dan
mampu menghindari kebosanan. Dengan adanya media peserta didik dapat langsung belajar dan menerapkan.
Pengelolaam kelas yang tidak baik menyebabkan orang lain bebas untuk keluar masuk dan berbicara dengan tutor ketika
pembelajaran berlangsung.
Keadaaan ini
mengakibatkan pelaksanaan pembelajaran sering berhenti. Apabila keadaan ini
tidak diperbaiki maka kualitas pelaksanaan pembelajaran akan semakin menurun. Akibatnya target pembelajaran tidak dapat
dicapai.
c. Evaluasi Pembelajaran
Untuk melaksanakan evaluasi PKBM memberikan evaluasi kepada peserta didik dengan alat tes tertulis dan lisan.
Hal tersebut diungkapkan oleh RT selaku mata pelajaran Bahasa inggris yang mengungkapkan bahwa :
83 “ saya selalu memberikan kuis di akhir pelajaran dan ulangan
harian disetiap akhir bab. Selanjutnya kami secara bersama memberikan ujian tengah semester dan ujian akhir semester
yang jadwalnya telah ditentukan.”CW.3
Kuis terebut diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan lemparan. Tutor memberkan pertanyaan lempaan kepada peserta
didik setiap akhir pelajaran. Begitu pula dengan ES yang juga memberikan pernyataan yang
sama bahwa “ “ untuk melakukan evaluasi saya memberikan kuis, ulangan
harian yang saya lakukan setiap tiga kali pertemuan, ujian tengah semester dan ujian akhir semester dengan jadwal yang
sudah ditentukan..”CW. 4
Selaku ketua PKBM MF mengungkapkan evaluasi yang dilakukan di PKBM wiyatasari bahwa :
“selain kuis dan ulangan harian yang diberikan oleh masing- masing tutor PKBM wiyatasari juga melakukan ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester dan ujian nasional. Ulangan – ulangan tersebut merupakan ulangan yang telah
kami tentukan tanggal dan persyaratannya. Ulangan tengah semester terdiri dari 40 soal pilihan ganda dan 5 soal essay.
Ulangan akhir semester terdiri dari 50 soal pilihan ganda untuk semua mata pelajaran. Sedangkan untuk ujian nasional kami
menyesuaikan dengan soal yang telah dibuat oleh dinas pendidikan “ CW. 1
Evaluasi lain yang diberikan adalah ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester dan ujian akhir nasional.
Ulangan-ulangan tersebut diberikan dengan sistem tes tertulis soal pilihan ganda dan essay. Dengan penilaian 1 untuk jawaban benar
pada soal pilihan ganda dan 2 untuk jawaban benar pada soal essay, serta 0 untuk jawaban yang salah.
84 Setelah semua evaluasi dilaksanakan maka nilai diberikan
dalam bentuk raport. Sedangkan sistem penilaian akhir evaluasi diberikan dengan rumus yang telah ditentukan yaitu seperti yang
diungkap oleh ES bahwa : “penilaian raport atau nilai akhir kami tentukan dengan rumus
yang sama yaitu nilai rata-rata tugas ditambah nilai rata-rata ulangan harian ditambah nilai ulangan tengah semester
ditambah nilai ulangan akhir semester kemudian dibagi empat. Selanjutnya nilai akan ditambah sesuai dengan kehadiran dan
keaktifan peserta didik. Penambahan nilai tersebut sesuai dengan tutor masing-masing.”CW. 4
Penilaian akhir hasil evaluasi di PKBM Wiyatasari dilakukan dengan rumus
NT adalah nilai rata-rata tugas, NU adalah nilai rata-rata ulangan, NS adalah nilai ulangan tengah semester, dan NA adalah nilai
ulangan akhir semester. Selanjutnya nilai akhir ditambah oleh nilai keaktifan dan kehadiran yang besarnya ditentukan oleh masing-
masing tutor. Evaluasi yang dilakukan oleh PKBM Wiyatasari meliputi
evaluasi dengan ulangan harian, kuis, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, ujian akhir nasional.
Kuis terebut diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan lemparan. Tutor memberikan pertanyaan lemparan kepada peserta
didik setiap akhir pelajaran
.
Evaluasi lain yang diberikan adalah ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester dan
ujian akhir nasional. Ulangan harian diberikan oleh masing-masing
85 tutor dalam bentuk tes tertulis soal pilihan ganda, uraian dan essay.
Waktu pelaksanaan ulangan harian adalah sesuai dengan kemauan tutor
masing-masing pelajaran.
Terdapat tutor
yang melakanasankan setiap akhir bab dan terdapat pula tutor yang
melaksanakan setiap beberapa kali pertemuan misalnya 2 pertemuan sekali atau 3 pertemuan sekali. Kemudian ulangan
tengah semester adalah bentuk evaluasi yang dilakukan secara serempak dengan jadwal yang sudah dientukan. Evaluasi yang
diberikan pada ulangan tengah semester berupa soal pilihan ganda dan essay dengan jumlah yang sudah ditentukan yaitu 40 soal
pilihan ganda dan 5 soal essay. Sedangkan untuk soal akhir semester terdiri dari 50 soal pilihan ganda. Penilaian yang
diberikan adalah skor 1 untuk soal pilihan ganda yang benar, dan skor 2 untuk soal essay yang benar, serta 0 untuk jawaban yang
salah. Pada ujian nasional jumlah dan waktu telah ditentukan oleh dinas pendidikan, PKBM Wiyatasari hanya menyesuaikan.
Setelah semua evaluasi dilaksanakan maka nilai diberikan dalam bentuk raport. Sedangkan sistem penilaian akhir evaluasi
diberikan dengan rumus yang telah ditentukan yaitu seperti yang Penilaian akhir hasil evaluasi di PKBM Wiyatasari dilakukan
dengan rumus NT adalah nilai rata-rata tugas, NU adalah nilai rata-rata ulangan,
NS adalah nilai ulangan tengah semester, dan NA adalah nilai
86 ulangan akhir semester. Selanjutnya nilai akhir ditambah oleh nilai
keaktifan dan kehadiran yang besarnya ditentukan oleh masing- masing tutor.
Berdasarkan penilaian
tersebut PKBM
Wiyatasari menggunakan PAP Peninalaian Acuan Patokan yaitu Penilaian
acuan patokan biasanya disebut juga criterion evaluation yang merupakan pengukuran dengan menggunakan acuan kriteria.
Dalam pengukuran ini, siswa dikomparasikan dengan kriteria terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan
penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang telah
dijabarkan dalam item-item pertanaan guna mendukung tujuan instruksional.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran di PKBM Wiyatasari berjalan cukup baik dan sesuai dengan standar evaluasi yang sudah
ditentukan oleh penyelenggara pendidikan kesetaraan paket B. Sebagaimana telah tercantum dalam
Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2006: 35-45 tentang evaluasi pendidikan kesetaraan
Paket B yaitu : a
Evaluasi Harian Evaluasi harian merupakan penilaian untuk mengukur
daya serap peserta didik setelah mempelajari materi yang telah disampaikan oleh tutor. Evaluasi harian dapat berbentuk
87 tulisan atau lisan. Soal-soal evaluasi harian disusun dan
dikembangkan oleh tutor bidang studi masing-masing. Evaluasi harian di PKBM Wiyatasari diberikan dalam bentuk
kuis berupa pertanyaan lemparan yang dilakukan oleh amsing- masing tutor.
b Evaluasi Tiap-tiap Modul
Evaluasi tiap –tiap modul pelajaran adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik
setelah selesai mempelajari modul belajar. Evaluasi tiap-tiap modul pelajaran meliputi tugas mandiri dan kelompok.
Evaluasi tiap-tiap modul di PKBM Wiyatasari dilakukan dengan pemberian tugas tertulis dan ulangan harian yang
dilakukan oleh tiap-tiap tutor. c Evaluasi Semester
Evaluasi semester adalah penilaian yang dilakukan
digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik setelah belajar selama satu semester. Kisi-kisi dan soal evaluasi
disusun dan dikembangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kota yang melibatkan tutor.
d Evaluasi Akhir Kelas atau Kelompok
Penilaian yang dilakukan untik menentukan kenaikan kelas peserta didik. Kisi-kisi dan soal evaluasi disusun dan
88 dikembangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kota yang
melibatkan tutor. e
Evaluasi Akhir atau Ujian Nasional Evaluasi ini sebagai kegiatan penilaian hasil belajar
peserta didik yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan kesetaraan Paket B. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk
ujian nasional tujuannya untuk mengukur tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik, menjamin kesetaraan kualitas
lulusan pendidikan Paket B dengan SMP mengukur mutu pendidikan Paket B secara nasional, propinsi, kabupatenkota,
dan kelompok belajar, serta mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan Paket B secara nasioanl. Peserta
didik program Paket B memperoleh tanda lulus yang memiliki kekuatan civil effect yang sama dengan tanda lulus
SMP. Ijazah yang sudah diperoleh peserta didik Paket B setara SMP.
89
2. Persepsi peserta didik mengenai pembelajaran kesetaraan paket B yang dilaksanakan di PKBM Wiyatasari.
Keadaan peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung adalah antusias, artinya peserta didik mengikuti pembelajaran dengan tenang,
tidak rame dan bermain sendiri, tetapi tidak aktif untuk bertanya dan menanggapi tutor.
Peserta didik tidak merasa tertekan dan takut terhadap tutor. Peserta didik sudah menganggap tutor seperti kakak sendiri. Dengan demikian
peserta didik merasa nyaman selama pembelajaran berlangsung. Hal tersebut diungkapkan oleh JM selaku peserta didik yang mengungkapkan
bahwa : “selama ini tutor mengajar dengan baik dan ramah dan tidak pernah
marah-marah. Tutor seperti kakak saya sendiri..” CW. 5 Hal senada juga diungkapkan oleh GP yang mengungkapkan bahwa :
“ tutor ramah, baik, ceria. Tutor gak pernah marahi saya, terkadang saya sering curhat juga setelah pelajaran selesai. Meminta saran
untuk sekolah kedepannya” CW.5
Peserta didik merasa nyaman terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh tutor. Peserta didik mengikuti pembelajaran dengan tenang dan tidak
ada rasa takut terhadap tutor. Perasaan nyaman tersebut disebabkan karena tutor memberikan pembelajaran dengan ringan. Peserta didik yang
sudah menganggap tutor sebagai kakaknya sendiri merupakan sebuah bukti keberhasilan tutor dalam menjadi teman belajar peserta didik. Tutor
disini tidak hanya berperan sebagai pendidik saja melainkan juga
90 merupakan teman yang baik. Tutor berhasil mewujudkan dirinya menjadi
pendidik yang berkepribadian baik, ramah, sopan dan mampu bersosialisasi dengan baik.
Peserta didik memang nyaman dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh tutor, tetapi hal tersebut bukan berarti peserta didik tidak
memiliki hambatan sama sekali dalam pembelajaran. Hambatan yang dihadapi peserta didik adalah terbatasnya tutor, sarana dan prasarana
pembelajaran seperti alat peraga, ruang kelas, dan buku, serta cara mengajar tutor yang sering membuat mengantuk dalam hal ini kurang
adanya variasi metode dan media. Terbatasnya tutor mengakibatkan terkadang peserta harus ditinggalkan karena terbentur urusan pribadi dan
mengajar di kelas lain. Terbatasnya ruang kelas mengakibatkan harus berbagi kelas yang akan mengurangi konsentrasi siswa karena bising
dengan pembicaraan dan suara mesin jahit. Terbatasnya alat peraga mengakibatkan metode yang diberikan tidak bervariasi yang dapat
menimbulkan kebosanan dan turunnya motivasi. Hal tersebut diungkapkan oleh GP yang mengungkapkan bahwa :
“tutor dalam mengajar tidak banyak membawa benda-benda peraga seperti dulu waktu sekolah di sekolah formal jadi terkadang saya
jadi bosan mendengarkan ceramah terus. Selain itu, fasilitasnya sangat minim sekali untuk menunjang pembelajarannya. Terkadang
papan tulis dan bangkunya harus berbagi dengan kelas menjahit.” CW. 6
91 Sebagaimana GP, JM juga merasa demikian. JM mengungkapkan
bahwa : “saya merasa tidak nyaman dengan ruang kelas yang kotor dan
kelas yang harus dibagi dengan kelas menjahit serta tutor yang kadang keluar masuk meninggalkan ruangan. Saya juga tergannggu
oleh aktivitas anak-anak tutor dan ketika ditinggal tutor untuk urusan lain....”CW.5
Peserta didik mengeluhkan berbagai hambatan dalam pembelajaran berlangsung. Ketidak-beragaman metode membuat peserta didik bosan
dan mengantuk. Terbatasnya ruang pembelajaran mengakibatkan ruang gerak peserta didik terbatas, konsentrasi pecah, dan terganggu. Fasilitas
PKBM yang sangat minim membuat peserta didik merasa malas untuk mengeksplorasi dirinnya. Keterbatasan tersebut berupa terbatasnya tempat,
tutor, dan fasilitas. Tidak hanya hal tersebut kurangnya perawatan terhadap fasilitas membuat faslitas yang ada menjadi kotor dan rusak sehingga
membuat peserta didik tidak nyaman. Tutor yang sering meninggalkan peserta didik dengan berbagai alasan untuk meninggalkan kelas membuat
peserta didik menjadi malas dan sering menterlambatkan diri untuk hadir. Hal tersebut diungkapkan oleh JM yang mengungkapkan bahwa :
“ saya menyengaja terlambat karena terkadang tutor juga telat dan sering meninggalkan kita untuk urusan-urusan yang lain. Seperti
menjemput anaknya, rapat PKK atau mengajar kelas lain. Hal ini membuat saya malas berangkat.” CW. 5
Ketidakdisiplinan tutor menimbulkan persepsi buruk dan menurunkan motivasi peserta didik untuk belajar. Ketidak-disiplinan tersebut berupa
pengelolaan dan pembagian waktu serta tugas yang buruk.
92 Berbagai hambatan yang menimpa peserta didik lantaran tidak
membuat peserta didik gencar untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hambatan tersebut justru membuat peserta didik tidak menemukan titik
terang untuk memperoleh hasil terbaik. Peserta didik tidak berusaha memperbaiki kekurangan yang ada akan tetapi hanya pasrah dengan
keadaan. Hal tersebut dibuktikan dengan selama penelitian dilakukan tidak ada peserta didik yang berusaha untuk menyapu lantai ataupun
membersihkan meja dan papan tulis. Ketika peneliti menanyakan kepada JM mengapa tidak menyapu atau membersihkan meja JM menjawab
bahwa: “menyapu itu bukan tugas saya, seharusnya saya datang kesini sudah
bersih dan rapi.”CW.5
Untuk menghadapi berbagai hambatan tadi peserta didik juga mengaku
tidak ada usaha untuk mengatasi berbagai hambatan tadi. Mereka hanya berpangku tangan kepada tutor.
Hal tersebut diungkapkan oleh GP yang mengungkapkan bahwa : “saya sama sekal tidak melakukan apa-apa setiap hari saya dan JM
datang, belajar, kemudian langsung pulang. Kami juga tidak mencari atau belajar dari sumber lain selain tutor sendiri.”CW.6
Sikap peserta didik yang seperti itu menunjukan kurangnya semangat peserta didik untuk semakin maju dan mencari solusi. Walaupun peserta
didik merasa nyaman dalam pembelajaran yang dilakukan tutor. Peserta didik juga tidak ada kesadaran untuk membersihkan ataupun merawat
fasilitas yang ada. Sehingga wajar jika kelas kotor.
93 Peserta didik sudah memiliki harapan dan rencana – rencana untuk
melanjutkan sekolah. Mereka telah termotivasi untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya. Pilihannya bervariasi ada yang ke
sekolah formal dan ada pula yang mengambil kelas keterampilan karena kualitas akademik yang tidak dapat diperbaiki. Seperti yang telah
diungkapkan oleh JM dan GP yang merupakan dua siswa yang selalu hadir selama penelitian berlangsung.
JM mengungkapkan bahwa : “Setelah lulus saya akan melanjutkan ke sekolah formal. saya
berencana melanjutkan masuk SMK jurusan otomotif. Oleh sebab itu saya berusaha belajar keras untuk lulus dengan nilai terbaik.CW. 5
Hal yang sama juga diungkapkan oleh GP yang mengungkapkan bahwa :
“Saya bersemangat untuk lulus karena kalau sudah lulus saya akan mendapatkan ijazah seperti teman-temannya. Saya tidak akan
melanjutkan ke sekolah formal tetapi saya berencana mengikuti kelas keterampilan”CW.6
Walaupun berbagai permasalahan dihadapi peserta didik dalam pembelajaran, tetapi peserta didik tetap memiliki motivasi untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Ada yang ingin melanjutkan ke pendidikan formal ada pula yang ingin masuk kelas
keterampilan. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan diperoleh
hasil bahwa persepsi peserta didik terhadap tutor memiliki kesan baik, karena mereka dapat menganggap tutor sebagai kakak sendiri. Peserta
94 didik cukup paham dan mengerti terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Peserta didik mengalami kejenuhan dalam hal penggunaan metode yang kurang bervariasi, penataan kelas yang buruk dan minimnya tutor, fasilitas
dan media pembelajaran. Persepsi baik ditimbulkan pada cara mengajar atau kepribadian tutor
yang baik. Sedangkan persepsi buruk terjadi pada buruknya kedisiplinan tutor, dan buruknya fasilitas pembelajaran.
Berbagai hambatan yang dialami peserta didik tidak membuat peserta didik untuk berusaha lebih giat menghadapi hambatan tersebut. Justru
sebaliknya, Peserta didik tidak memiliki kesadaran untuk menjaga dan memperbaiki fasilitas yang telah ada. Peserta didik hanya berpangku
tangan kepada pembelajaran yang dilakukan oleh tutor. Motivasi peserta didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
selanjutnya terbilang ada. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya rencana dan harapan untuk sekolah formal dan mengikuti kelas keterampilan untuk
mengembangkan diri. Berdasarkan hal tersebut tutor telah berhasil melaksanakan perannya
sebagi tutor dalam hal pemberian motivasi dan teman belajar yang baik sebagaimana telah disebutkan oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan,
2006: 35-45 bahwa : Tutor adalah tenaga pendidik pada program Paket B. Warga masyarakat dapat menjadi tutor pada program ini dengan syarat :
Memiliki kompetensi personal dan sosial, berakhlak mulia, sabar,
95 berdedikasi, ikhlas, disiplin, memiliki etos kerja tinggi, memiliki jiwa
kebersamaan dan sosial, Membimbing dan membantu pembelajaran peserta didik dalam kelompok belajar.
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Pembelajaran Kesetaraan Paket B di PKBM Wiyatasari Implementasi pembelajaran di PKBM Wiyatasari meliputi proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
Tahap perencanaan pembelajaran di PKBM Wiyatasari belum terlaksana
dengan baik, karena setiap tutor tidak membuat RPP. RPP dibuat oleh sekretaris saja sebagai syarat administrasi.
Akibat kurangnya
perencanaan maka tahap pelaksanaan pembelajaran
di PKBM Wiyatasari
berjalan kurang baik dan kondusif. Pada tahap
Prainstruksional setiap tutor sudah melakukan dengan baik, namun pada tahap instruksional
Penggunaan metode, media, dan sumber yang
digunakan kurang beragam dan pembelajaran tidak sesuai dengan RPP yang dibuat sekretaris. Selain itu pembagian waktu tutor kurang
diperhatikan sehingga tutor sering meninggalkan kelas untuk urusan pribadi dan kegiatan lain, seperti menjemput anaknya, mengajar kelas
lain dan kegiatan lain diluar pembelajaran. Pengelolaan kelas yang buruk mengakibatkan ruang kelas harus berbagi dengan kelas lain yaitu
dibagi dengan kelas menjahit, juga mengakibatkan warga keluar masuk dengan bebas saat proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi yang dilakukan di PKBM Wiyatasari menggunakan acuan penilaian PAP