Siswa Berkesulitan Belajar Spesifik
70 mengajak siswa untuk memerankan masing-masing tokoh yang ada,
termasuk siswa AH dan AT ikut serta dalam pembacaan teks dialog. Berdasarkan wawancara oleh guru kelas, materi pelajaran yang
diberikan untuk siswa dengan kesulitan belajar spesifik sama dengan siswa reguler lainnya. Hal ini karena menurut guru kelas, siswa AH
dan AT merupakan siswa reguler yang memiliki IQ normal sehingga materi yang diberikan secara keseluruhan sama. Seperti yang
dikatakan oleh guru kelas, sebagai berikut: “Ya, materi yang diberikan sama dengan siswa reguler. Cuma
AH dan AT emang lamban dalam mengerjakan tugas. Butuh waktu yang lama. Kalo jumlah soal atau pemberian materi
sama aja.”
Penyampaian materi pelajaran diselingi dengan bernyanyi sesuai tema materi. Hal ini membuat fokus siswa dalam belajar
kembali, karena siswa AH dan AT lebih banyak bermain sendiri atau melamun saat pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam
membaca dan menulis. Kegiatan apersepsi, guru selalu memberikan informasi mengenai materi yang akan diberikan. Selain menjelaskan
mengenai materi yang akan dipelajari, guru mengajak siswa untuk bernyanyi bersama mengenai materi. Sehingga, pada kegiatan inti
pembelajaran para siswa mengetahui mengenai pelajaran yang akan dipelajari. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan
kesempatan siswa yang belum memahami mengenai materi yang telah disampaikan. Hal ini selalu dilakukan oleh guru kelas untuk
memastikan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
71 Peran guru lainnya sebagai informator pada kegiatan
pembelajaran yang dibagi dalam kegiatan apersepsi, inti dan akhir pembelajaran adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran
dengan memberikan pengulangan dalam menjelaskan suatu materi agar siswa lebih memahami materi pelajaran. Interaksi antara guru
dan siswa berkesulitan belajar spesifik saat materi disampaikan sangat baik. Guru selalu bertanya pada siswa AH dan AT mengenai materi
yang siswa belum pahami, sesekali siswa yang bertanya pada guru mengenai tugas yang diberikan. Interaksi yang dibangun antara guru
kelas dan siswa membantu para siswa untuk tidak takut saat bertanya ketika ada kesulitan dalam memahami materi atau dalam mengerjakan
tugas yang diberikan. Hal ini nampak saat siswa AH lebih sering bertanya pada guru mengenai cara mengerjakan tugas dan saat AH
ketinggalan memperhatikan teks bacaan. Secara berani, siswa AH bertanya langsung ke guru kelas.
Kebiasaan siswa AH yang selalu bertanya mengenai tugas, membuat guru lebih sering untuk menegur dan memastikan mengenai
materi yang disampaikan. Hal ini membuat peran guru sebagai informator
lebih ekstra
dalam menyampaikan
materi dan
menggunakan metode serta media agar siswa berkesulitan belajar spesifik memiliki motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Seperti yang diungkapkan oleh guru kelas, sebagai berikut: “Ada, seperti kalo mata pelajaran maetmatika menggunakan
uang asli. Membaca nyaring menggunakan pengeras suara
72 supaya siswa tau apa bedanya membaca pelan dan nyaring,
karna kebanyakan membaca pelan. Kalo pake media kayak gitu AH biasanya yang senang dan lebih aktif berpendapat
atau bertanya.”
Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dengan metode drill
tidak hanya menggunakan buku paket, guru terkadang menyampaikan materi dengan lebih mudah dan memberikan contoh
menggunakan cerita singkat. Materi membaca dan menulis yang disampikan tidak terpaku pada buku paket, guru menggunakan materi
yang didapat dari media online dan dibahas menggunakan laptop. Seperti yang guru kelas sampaikan, sebagai berikut:
“Iya, siswa lebih mudah paham dengan materi pelajaran kalo pakai buku, saya bacakan cerita pakai laptop, atau pakai
media yang berhubungan dengan materi daripada hanya ceramah dan menulis di papan tulis.”