Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Diklat Teknisi

80 formal atau yang sering disebut sekolah, tetapi pendidikan juga didapat dalam lingkungan informal yang bersumber dari keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar. Namun tidak mudah untuk merealisasikan pendidikan khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun, karena pada kenyataannya masih banyak angka anak putus sekolah. Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatulembaga pendidikan tempat dia belajar. Anak putus sekolah yang dimaksud disini adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yangdisebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor ekonomi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari semakin banyaknya anak yang putus sekolah ialah dalam kehidupan sosial dimana semakin banyaknya jumlah kaum pengangguran dan mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih hal ini dapat memicu meningkatnya angka kriminalitas. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur yang dilakukan dengan sadar dan tidak mengikuti peraturan yang tetap dan ketat Mustofa Kamil, 2010: 25. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguatan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap yang meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan luar sekolah sebagai salah satu bentuk pendidikan yang menekankan pada adanya sisi praksis pendidikan yang inspiratif-pragmatis, salah satunya adanya kurikulum yang menekankan pada adanya penyelenggaraan Diklat. Diklat sebagai salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam meningkatkan kualitas manusia menjadi kreatif. 81 Sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi D.I. Yogyakarta, Balai Latihan Kerja mempunyai tugas pokok yaitu dalam rangka meningkatkan kualitas dan menyiapkan calon tenaga kerja yang kompeten guna mengisi kesempatan kerja dan usaha mandiri melalui penyelenggarakan program pelatihan bagi masyarakat. Pendidikan dan pelatihan Diklat teknisi handphone merupakan salah satu program BLK Sleman yang di tujukan bagi remaja putus sekolah yang tidak memiliki keterampilan dan berasal dari ekonomi lemah. Program ini dilaksanakan dalam upaya untuk mengurangi pengangguran di usia produktif, menekan tingkat kerawana dan kriminalitas di daerah, dan menciptakan tenaga kerja yang memiliki semangat dan kerja keras untuk menunjang kehidupan para remaja yang lebih baik di masa mendatang. Adapun pelaksanaan program meliputi beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan langkah awal yang harus di rancang secara matang agar nantinya program dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Berdasarkan tahap persiapan atau perencanaan dalam Diklat teknisi handphone di atas dapat dilihat bahwa BLK memiliki upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. Lebih lanjut dikatakan bahwa perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum dan tujuan khusus suatu organisasi atau lembaga Djuju Sujana, 2006: 56.