Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

17 17 SD Kelas Tinggi KK G b. Kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu prisnsip yang berisi tuntutan untuk bersesuai dengan hakekat “Manusia”, yang sudah terdapat dalam diri bangsa Indonesia sejak dahulu yang dapat ditinjau dari unsur kemanusiaan yang adil dan beradab dari satu generasi kegenerasi lain yang tidak terputus-putus. c. Persatuan Indonesia adalam prisnsip yang berisi tuntutan untuk bersesuai dengan hakekat “Satu”, yang mengandung makna bahwa persatuan tetap hidup dalam berbagai bentuk, baik bersifat lokal maupun bersifat nasional. d. Kerakyatan yang dipimpin oleh rakyat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yaitu prisnsip yang berisi tuntutan untuk bersesuai dengan hakekat “Rakyat”, yang mengandung makna bahwa marsyarakat Indonesia terkenal dengan kehidupan yang rukundan saling menolong. e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah prisnsip yang berisi tuntutan untuk bersesuai dengan hakekat “Adil”, yang mengandung maksa bahwa unsur sosial lebih menonjol dari unsur individu Menanamkan nilai-nilai Pancasila dibelajarkan oleh pendidik kepada seluruh peserta didik melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hakekat pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan, dan merupakan bidang kajian yang mutidimensional sebagai integrasi dari disiplin ilmu politik, hukum, pendidikan, psikologi, dan disiplin ilmu lainnya yang dapat mendukung pembentukan warga negara yang baik. Namun secara filsafat keilmuan, ia memiliki ontology pokok ilmu politik khususnya konsep “political democracy”, terutama aspek “duties and rights of citizen” Chreshore:1886. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari Bahasa Latin “civicus” yang artinya warga Negara. Secara epistemologis, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang pendidikan keilmuan merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi “social studies” yakni “citizenship 18 Kegiatan Pembelajaran 1 transmission” Barr, Barrt, dan Shermis: 1978. Dikemukakan pula oleh Winataputra 2001 bahwa saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang dikenal dan memiliki paradigma sistemik, yang didalamnya terdapat tiga ranah “citizenship education” yakni: ranah akademis, ranah kurikuler, dan ranah sosial kultural”. Ketiga ranah itu satu sama lain memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional yang diikat oleh konsepsi “civic virtue and culture” yang mencakup “civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic confidence, civic commitment, dan civic competence” CCE: 1998. Oleh karena itu, ontologi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya kajian keilmuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, program kurikuler Pendidikan Pancasila dan Kewarga negaraan, dan aktivitas sosial-kultural Pendidikan Kewarganegaraan saat ini benar-benar bersifat multifaset multidimensional. Sifat multidimensio nalitas inilah yang membuat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat disikapi sebagai: pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta pendidikan demokrasi.

2. Tujuan Pembelajaran PPKn

Tujuan akhir dari Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah warga negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang bercirikan tumbuh- kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat secara tertib, damai, dan kreatif. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga sekolah, anggota masyarakat, warga negara, dan umat manusia di lingkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat learning by doing, belajar memecahkan masalah sosial social problem solving learning, belajar melalui perlibatan sosial socio-participatory