Mahasiswa yang Tidak Sadar akan Kemampuannya Uncons-

BAB 1: Menuju Kampus Haru Biru — 35

saya sudah bisa mandiri dan mendapat banyak pengalaman dan keuntungan finansial mulai tahun ketiga kehidupan saya di Jepang, sehingga akhirnya saya putuskan menikah “dini” supaya lebih tenang, aman dan sehat. Nah pada masa ini jenis saya adalah semakin sadar akan kemampuan saya.

4. Mahasiswa yang Tidak Sadar akan Kemampuannya Uncons-

ciously Competence Saya banyak mengejar kredit di tahun 1 dan 2, dengan harapan bisa loncat tingkat tobikyu, meskipun saya kemudian tidak minat lagi karena ternyata di Jepang kalau kita loncat langsung ke program Master S2, ijazah S1 tidak diberikan oleh Universitas. Resiko besar kalau saya balik Indonesia tanpa ijazah S1, urusan birokrasi pemerintahan PNS akan merepotkan, apalagi kalau nanti menyalonkan diri jadi walikota Semarang, bisa kena pasal ijazah palsu … hehehe. Akhirnya tingkat 3 kuliah banyak kosong sudah terambil di tingkat sebelumnya. Part-time juga saya lebih selektif, hanya di bidang garapan saya saja, yang bisa kerja remote dan lebih bebas waktunya. Tidak ada lagi tempat untuk kerja kasar mencuci piring atau angkat karung. Saya terpaksa ambil mata kuliah jurusan lain untuk menjaga ritme kampus. Meskipun kadang ditolak profesor pengajar, karena saya mengambil mata kuliah semacam combustion, teknologi pendidikan, sistem tata kota, dan sebagainya yang tidak ada hubungan dengan computer science. Akhirnya karena keasyikan mengambil kredit, tidak sadar sampai kelebihan kredit. Total terambil 170 kredit, padahal syarat lulus S1 hanya 118 kredit. Sehari hampir 18 jam di depan komputer, kecuali tidur sekitar enam jam, tugas kampus juga saya kerjakan dengan baik. Akhirnya masuklah saya ke masa, “tidak mengerti lagi mau ngapain di Internet”. Saya mulai suka iseng dan banyak aktif di dunia 36 T A PA S IH DA RI U N IV E RS IT A S ? underground dengan berbagai nama samaran. Saya kadang membuat program looping tanpa stop untuk membangunin admin kampus, alias men-down-kan server karena overload CPU dan memori. Kadang nge-brute force account teman untuk ambil password-nya, sehingga bisa baca email-email cintanya. Sampai akhirnya saya pernah kena skorsing tiga bulan karena nge-crack account profesor-profesor di kampus. Nah di masa ini, saya berubah jenis sebagai mahasiswa yang tidak sadar bahwa punya kemampuan untuk berbuat negatif dan merusak kestabilan kampus. Di sisi lain, saya banyak mendapatkan knowledge di Universitas, formal language dan automata, software project management, software metrics, requirement engineering, dan sebaginya yang pada saatnya nanti tidak tahu mau dipakai dimana. Tapi ternyata semua itu bekal yang cukup berguna ketika harus masuk ke dunia industri dan menggarap proyek-proyek yang lebih riil. Kondisi seperti ini juga termasuk dalam posisi yang tidak sadar akan kemampuannya. Bagaimanapun juga mahasiswa sebaiknya di arahkan untuk menjadi jenis ke-3, yang sadar akan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk hal-hal positif. Kalaupun ada mahasiswa yang dengan skill-nya terjebak tindakan negatif, pembimbing ataupun dosen juga harus bijak mensikapi. Bagaimanapun juga ini semua adalah proses belajar dan proses pematangan diri. Sebagai tambahan, empat hal diatas diformulasikan orang dan terkenal dengan nama teori Experiential Learning. Lalu anda termasuk yang mana? Silakan dijawab sendiri. Yang paling penting, apapun jenis anda, jangan pernah menyerah dan tetap dalam perdjoeangan

BAB 1: Menuju Kampus Haru Biru — 37