Sejarah Singkat Objek Penelitian

79 dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 yang merupakan depresiasi nilai tukar terbesar akibat dampak krisis global yang berasal dari Amerika serikat. Dan kemudian kembali membaik pada tahun 2009 sampai 2011 yang mengakibatkan oleh membaiknya perekonomian indonesia secara keseluruhan. 3. Dana Pihak Ketiga DPK Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia No. 1019PBI2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit Warjiyo dalam Francisca dan Siregar, 2009. Dana pihak ketiga terdiri dari Giro Demand Deposit , Tabungan Saving Deposit dan Deposito time deposit. Giro menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. 80 Tabel 4.3 Rata-rata Dana Pihak Ketiga DPK Tahun 2007-2011 Tahun Rata-rata DPK Miliyar 2007 1.363.063 2008 1.563.179 2009 1.828.286 2010 2.083.071 2011 2.466.870 Sumber : Bank Indonesia 1 , 2 0 0 , 0 0 0 1 , 4 0 0 , 0 0 0 1 , 6 0 0 , 0 0 0 1 , 8 0 0 , 0 0 0 2 , 0 0 0 , 0 0 0 2 , 2 0 0 , 0 0 0 2 , 4 0 0 , 0 0 0 2 , 6 0 0 , 0 0 0 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 D P K Gambar 4.3 Grafik Dana Pihak Ketiga DPK Tahun 2007-2011 Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa dpk selalu mengalami peningkatan. Dari tahun 2007 sampai 2011 dpk mengalami peningkatan dengan trend mencapai puncaknya pada tahun 2011 yang merupakan peningkatan terbesar. Yang mengakibatkan oleh membaiknya perekonomian indonesia secara keseluruhan. 4. Inflasi Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga barang-barang umum secara terus menerus selama suatu priode tertentu. inflasi juga dapat 81 diartikan sebagai kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang- barangkomoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barangkomoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi deflation Karim, 2008. Dan dalam penelitian ini nilai satuan yang digunakan persen . Berikut ini data rata-rata inflasi dari tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Rata-rata Inflasi Tahun 2007-2011 Tahun Inflasi 2007 6.41 2008 11.19 2009 2.75 2010 6.76 2011 3.79 Sumber : Bank Indonesia 2 4 6 8 1 1 2 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 I N F Gambar 4.4 Grafik Indeks Harga Konsumen Tahun 2007-2011 82 Berdasarkan tabel dan gambar 4.4 memperlihatkan bahwa tingkat inflasi berfluktuas. Terlihat pada tahun 2007 sampai 2011. Pada tahun 2008 merupakan peningkatan inflasi yang tertinggi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 11.19. peningkatan tersebut diakibatkan krisis global dan tingginya tekanan inflasi sampai dengan triwulan III-2008 terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas internasional terutama minyak dan pangan. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan harga-harga barang yang ditentukan oleh pemerintah administered prices seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi di semester ke dua ditahun 2008 Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2008. Namun pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan pada titik terendah yaitu sebesar 2.78. Hal ini diakibatkan dari kebijakan Bank Indonesia dengan menetapkan BI rate yang konsisten dan intervensi di pasar valas untuk memperkuat nilai tukar rupiah Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2009. Pada tahun 2011, di tengah potensi tekanan inflasi yang masih tinggi, inflasi dapat diarahkan pada kisaran sebesar 5±1. Bank Indonesia dan pemerintah akan mengarahkan inflasi pada kisaran sasaran dengan memperkuat bauran kebijakan serta koordinasi tersebut juga mencakup upaya untuk mengantisipasi gangguan pasokan dan distribusi bahan pokok Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2011. 83

B. Hasil dan Pembahasan

Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan microsoft excel 2007 dan eviews 6.0 untuk memperoleh hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Variabel bebas independent yaitu dpk, nilai tukar, dan inflasi. Variabel terikat dependent yaitu kredit perbankan. Data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang di natural logaritmakan ln dari variabel-variabel yang diteliti. Dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alami yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahui fungsi matematika yang bilangan dasarnya 10 yang berguna untuk menyederhanakan bilangan. 1. Asumsi Klasik a. Hasil Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis atau regresi linear. Untuk mengetahui model linear atau tidak membandingankan nilai prob. Chi square 1 dengan derajat kesalahan α yaitu 0,05. Berikut uji Ramsey RESET test untuk menguji menunjukkan linear atau titik pada model : 84 Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas Ramsey RESET Test: F-statistic 1.173256 Prob. F1,54 0.2835 Log likelihood ratio 1.268164 Prob. Chi-Square1 0.2601 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa nilai prob. Chi square1 adalah 0,2601. Karena nilai 0,2601 dari derajat kesalahan α yaitu = 0,05, berarti tidak ada permasalahan linearitas dengan kata lain bentuk fungsi model estimasi dalam penelitian ini adalah linear, Ho ditolak. b. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal baku. Variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidaknya yaitu jika probabilitas OBSR 2 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBSR 2 0,05, maka data tersebut tidak normal. Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasilnya sebagai berikut: 85 Ganbar 4.5 Histogram-Normalitas test 2 4 6 8 1 0 1 2 -8 .0 e +1 3 -4 .0 e +1 3 0 .0 0 0 0 0 4 .0 e +1 3 8 .0 e +1 3 Series: Residuals Sample 2007M01 2011M12 Observations 60 Mean 0.051953 Median -5.48e+12 Maxim um 8.68e+13 Minim um -9.44e+13 Std. D ev. 3.44e+13 Skew nes s -0.034299 Kurtos is 3.448516 Jarque-Bera 0.514682 Probability 0.773105 Sumber : Data sekunder yang diolah Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya adalah 0,773105. Karena nilai 0,773105 dari derajat kesalahan α 5 yaitu 0.05 maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal sehingga bisa dilanjutkan kepengujian yang lainnya. c. Hasil Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Maka terdapat multikolinieritas multikol dimana model regresi yang baik sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan ini hanya terjadi pada regresi linear berganda karena jumlah variabel independen lebih dari satu sedangkan pada kasus regeri sederhana, tidak mungkin adanya kasus multikolinieritas karena variabel independennya hanya terdiri dari satu variabel. 86 Apabila hubungan diantara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya diatas 0.85 maka bisa dipastikan adannya gejala multikolinieritas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Korelasi Uji Multikolinieritas LNKURS LNDPK INF LNKURS 1.000000 -0.218116 -0.391404 LNDPK -0.218116 1.000000 0.319561 INF -0.391404 0.319561 1.000000 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi variabel independen antara LNKURS dan LNDPK sebesar -0.218, antara LNKURS dan INF sebesar -0.391, antara LNDPK dan INF sebesar 0.319. Terlihat dari tabel diatas nilai korelasi variabel independen yaitu DPK, nilai tukar, dan inflasi tertinggi hanya mencapai 0.319 yaitu nilai korelasi antara dpk dan inflasi. Karena nilai 0.319 0.85 maka diputuskan tidak terdapat multikolinieritas. Hasil ini menginformasikan model regresi yang dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas. Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya. d. Hasil Uji Heterokedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah varian dari dua observasi atau lebih dalam penelitian sama homogen 87 untuk semua variabel terikat dengan variabel independen lainnya sehingga hasil estimasi tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya permasalan heteroskedastisitas yaitu melalui uji white heterokedasticity test. Untuk melihat data memiliki masalah heteroskedastisitas atau tidaknya yaitu jika probabilitas OBSR 2 0,05, maka data tidak terdapat heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBSR 2 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas Test: White F-statistic 0.612875 Prob. F9,49 0.6095 ObsR-squared 1.908542 Prob. Chi-Square9 0.5916 Scaled explained SS 2.463501 Prob. Chi-Square9 0.4819 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa ObsR-square sebesar 1.908542. Dengan nilai Prob. Chi-Square adalah 0.5916. Karena nilai 0.5916 dari derajat kesalahan α 5 0.05. Maka tidak terdapat heteroskedastitas. Hal ini menginformasikan model OLS yang digunakan dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas sehingga bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya. e. Hasil Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terdapat hubungan residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan. Sehingga estimasi menjadi bias.