Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

fungsional antara variabel bebas dengan variabel terikat hanya saja dalam menganalisis model terdapat variabel dammy digunakan untuk variabel bebas. Analisis regresi dengan variabel dummy ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerbitan sukuk, ROE dan ROA terhadap CAR Bank Muamalat Indonesia periode tahun 2010-2014. Model persamaan regresi dengan variabel dummy sebagai berikut: Y = α + β 1 D 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε i Dimana: Y = Capital Adequacy Ratio CAR α = Bilangan Konstanta β 1 – β 3 = Koefisien Regresi dari masing-masing variabel independen D 1 = Penerbitan Sukuk X 2 = Return on Asset ROE X 3 = Return on Equity ROA ε = Variabel Residual

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan refresentatif. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik, yaitu:

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sum u diagonal dari grafik pada normal P- Plot of Regression Standardized atau dengan melihat histogram dari residualnya, dimana: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atu grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memnuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk melihat keakuratan normalitas data perlu dilengkapi dengan uji statistik. Dalam penelitian ini uji statistik untuk menguji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, kriteria pengujian normalitas data dengan melihat nilai signifikan data. Dengan tingkat signifikansi 5, data dikatakan normal jika angka signifikansi 0.05.

2. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tingga antar variabel bebas. Model regresi yang baik menunjukkan tidak adanya korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas pada model regresi tersebut. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas yang tinggi antar variabel bebas apat dideteksi dengan cara melihat nilai tolerance dan variance inflation faktor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakan yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam penelitian ini untuk menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan variance inflation faktor VIF di bawah 10.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t engan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah autokorelasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson DW-test. Uji ini digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan asanya konstansta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dalam uji Durbin-Watson test adalah sebagai berikut: a. Bila nilai terletak antara batas atas atau du dan 4-du, maka koefisien korelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah dl, maka koefisien autokorelasi lebi besar daripada nol, berrti ada autokorelasi positif. c. Bila nilai DW lebih besar daripada 4-dl, maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negative. d. Bila nilai DW terletak diantara batas atas du dan batas bawah dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ditjukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengmatan lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterskodastisitas dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafit scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat ZEPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisis dari uji heterkodastisitas melalui grafik plot adalah sebagai berikut: a. Jika membentuk pola tertentu seperti titik-titik membentu pola tertentu yan tertentu gelombang, melebar kemudian menyempit, maka terindikasi telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak terjadi pola yang jelas, artinya titi-titik menyebar rata di bawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara uji signifikansi pengaruh nyata variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji statistik t t-test, dan untk melihat kelayakan model dilakukan dengan uji statistik F F- test, pada level 5 α = 0.05.

1. Uji Simultan uji statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-samasimultan terhadap variabel dependen. Uji ini digunakan untuk meguji kelayakan model goodness of fit. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5 dengan derajat kebebasan df = n-k-1, dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel bebas. Adapun kriteria uji sebagai berikut: Jika f hitung f tabel maka H ditolak Jika f hitng f tabel maka H a diterima. Sedangkan hipotesisnya adalah H = B1, B2, B3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen H 1 = B1, B2, B3 ≠ 0, artinya terdapat pengaru secara bersama- sama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji dominasi variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat pada koefisien beta. Pengambilan keputusan uji hipotesis secara simultan juga didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS statistik parametric sebagai berikut: Jika signifikansi 0,05 maka H diterima. Jika signifikansi 0,05 maka H ditolak. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5 maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan H 1 diterima dan H ditolak, artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5 maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan, artinya secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen.

2. Uji Parsial Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Untuk mengetahui nilai t statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5 dengan derajat kebebasan yaitu df = n-k-1, dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel. Adapu hipotesisnya yaitu: H = B 1, B 2 , B 3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H 1 = B 1 , B 2 , B 3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel dependen terhadap variabel independen. Untuk melihat apah Ho ditolak atau H 1 diterima dengan melihat pada tabel coefficients kolom sig atau significance. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5 maka hipotesis yang diajukan diterima, artinya secara parsial variabel independen berpanguh terhadap variabel depeden. Sedangkan jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5 maka hipotesis ditolak, artinya secara parsial variabel dependen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan varibel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Untuk melihat koefisien determinasi yaitu dengan melihat Adjusted R Square pada tabel Model Summary, artinya semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi pula variabel independen menjelaskan variabel dependen. 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Statistik Deskriptif

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 empat variabel, satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio CAR, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah penerbitan sukuk, Return on Asset ROA, Return on Equity ROE. Tabel berikut menunjukkan statistik deskriptif dari keempat variabel tersebut. Tabel 4.1 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation SUKUK 20 .00 1.00 11.00 .5500 .51042 ROA 20 .10 2.72 26.52 1.3260 .59333 ROE 20 1.56 42.32 441.43 22.0715 11.56916 CAR 20 10.03 17.61 265.21 13.2605 2.06911 Valid N listwise 20 Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Dari data 4.1 di atas maka data-data tersebut dideskriptifkan sebagai berikut: 1. Jumlah seluruh observasi pengamatan penenlitian adalah 20 observasi pengamatan, dengan 4 empat variabel independen dan 1 satu variabel dependen. 2. Variabel independen pertama adalah data penerbitan sukuk, variabel ini juga merupakan variabel numerika yang menggunakan variabel dummy, dimana perioode setelah menerbitkan sukuk diberi nilai satu 1 sebagai nilai maksimum dan periode sebelum menerbitkan sukuk diberi nilai nol 0 sebagai nilai minimum. Sehingga dengan jelas dapat diketahui bahwa range antara data adalah sebesar satu 1, dengan nilai rata-rata mean sebesar 0,55 dan standar deviasi sebesar 0,51. Menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata dengan nilai standar deviasi. 3. Variabel independen kedua adalah Return on Asset ROA , yaitu memiliki nilai minimum sebesar 0,10 yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia dan nilai maksimum sebesar 2,72 yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia. Sementara itu nilai penyimpangan rata-rata sebesar 0,593. Dilihat dari nilai rata-rata sebesar Return on Asset ROA pada Bank Muamalat Indonesia adalah 1.32 dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki tingkat pengembalian asset yang baik. Dimana rata-rata CAR menunjukkan 1,32 artinya Bank Muamlaat Indonesia tidak termasuk dalam kategori sehat, dimana tidak memenuhi peraturan BI untuk nilai minimal ROA sebesar 1,5. Sedangkan standar deviasi ROA sebesar 0,59 menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil daripada meannya sebesar 1.32 menunjukkan data variabel ROA yang baik.