sangat besar porsinya manakala sebuah partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai ini merupakan partai
mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi.
3. Partisipasi Politik
Partai politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut menentukan
pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud, antara lain, mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik dan
koreksi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum serta mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin dan memilih wakil
rakyat dalam pemilihan umum. 4.
Pemandu Kepentingan Untuk
memadukan berbagai
kepentingan yang
berbeda bahkan
bertentangan, maka partai politik dibentuk. Kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi
berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Itulah yang dimaksud dengan
fungsi pemaduan kepentingan. 5.
Komunikator politik Partai Politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya
menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat
sebagaimana diperankan oleh partai politik di negara totaliter tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada
pemerintah. Keduanya dilaksanakan oleh partai-partai politik dalam sistem demokrasi.
89
c. Tujuan Partai Politik
Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 2008 Pasal 10 tujuan partai politik secara khusus adalah:
1. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka
penyelengaraan kegiatan politik dan pemerintahan. 2.
Memperjuangkan cita-cita
partai politik
dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. 3.
Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
90
d. Partai Islam
Sejarahnya Partai Islam sangat menonjol di masa-masa pra-kemerdekaan Republik Indonesia sampai memasuki fase orfe lama dan orde baru dan
berkembang besar pada era-Reformasi pada tahun 1999. Fase sejarah pergerakan Partai Islam dibagi menjadi 5 fase yaitu:
1. Pra-Kemerdekaan
Ditandai dengan munculnya perlawanan dari kaum indonesia terhadap penjajahan dari kolonial belanda. Sejarah dari sebuah Partai Islam, dimulai era
89
Ibid, h.149-154.
90
Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, h.213
pembodohan bangsa tepatnya Islam Indonesia di masa Belanda dan Jepang. Penjajahan Belanda di tanah air selama 350 tahun adalah fakta. Dalam kurun
waktu selama itu telah melahirkan penderitaan bangsa yang amat panjang. Sementara tindakan penjajahan itu telah berhasil memakmurkan bangsa Belanda
dengan mengeruk kekayaan tanah air yang melimpah. Dari penjajahan ini timbulah sebuah reaksi terhadap belanda tepatnya abad 19 M,
yang merupakan abad kolonialisme barat yang terjadi tidaklah di Indonesia saja melainkan di seluruh dunia. Dan tidak heran di abad ini terjadi perang paderi
1821-1837, perang jawa 1825-1830 dan perang aceh 1873-1904. Meskipun sifatnya berbeda-beda ketiga perlawanan ini memakai bendera Islam dalam
perjuanganya.
91
Dalam upaya memahami segala perlawanan dalam bentuk ajaran Islam Belanda mengutus seseorang yang secara khusus di tugaskan untuk
mengkaji, meneliti dan melakukan pendekataan terhadap umat Islam, orang itu bernama Snouck Hurgronje.
92
Ia berada di Indonesia antara tahun 1889 hingga 1906. Agar kepercayaan umat Islam terhadap snouck tumbuh dan terjaga, ia pun bermukim di mekkah
dengan berpura-pura menjadi seorang muslim. Disana ia mendalami ajaran Islam. Namanya pun diganti menjadi Abdul ghafur dan ia menjadi penasehat belanda
dalam urusan Islam. Berdasarkan analisisnya Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Islam religius dan Islam politik. Terhadap masalah agama,
pemerintahan Belanda disarankan agar bersikap toleran, yang dijabarkan dalam sikap netral terhadap kehidupan beragama. Akan tetapi untuk kalangan Islam
politik harus selalu dicurigai dan diteliti dari mana datangnya, terutama yang dipengaruhi gagasan Pan-Islam Jamaluddin al-Afgani di mesir. Dalam pelayanan
91
Buchori, Didin Saefuddin, Sejarah Politik Islam “era pembodohan bangsa“, Jakarta: Pustaka
2009, hal. 299
92
Buchori, Didin Saefuddin, Sejarah Politik Islam “Gaya Politik Snouck Hurgronje“, Jakarta:
Pustaka 2009, hal. 305