Keadaan emosi peserta didik pada kegiatan belajar itu memiliki pengaruh penting. Pendidik hendaknya memahami bahwa emosi peserta didik
bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan juga mempengaruhi caara berpikirnya. Misalnya, peserta didik menyatakan bahwa dia lupa akan tugas
yang harus di selesaikan sehingga merasa cemas. Untuk mengurangi kecemasan itu, dia memikirkan alasan pembenaran yang dapat di terima oleh
pendidik agar tidak memperoleh hukuman.
2.3.9.5 Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Menurut Rifai dan Anni, 2012:142 Teori
kompetensi mengasumsikaan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Peserta didik secara
instrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas- tugas secara berhasil agar menjadi puas. Demikian pula setiap orang secara
genetik diprogram untuk menggali, menerima, berpikir, memanipulasi, dan mengubah lingkungan secara efektif.
Para peneliti telah mempertunjukan bahwa bayi usia 8 minggu dapat mempelajari respon tertentu untuk memanipulasi lingkungannya. Di dalam
suatu penelitian dilaporkan, bayi ditempatkan secara tengkurap dengan sebuah mainan mobil di atas kepalanya. Dengan membelokkan kepalanya ke kanan,
peralatan elektrik di bantalnya diaktifkan dan menyebabkan mobil tersebut bergerak. Pada akhirnya bukan saja anak-anak itu mempelajari gerakan mobil
melainkan juga menampilkan emosi positif tersenyum kepada peneliti.
Banyak teori psikologi menempatakan kompetensi sebagai asumsi utama. Teori atribusi, teori motivasi berprestasi, teori sebab-sebab personal,
teori evaluasi kognitif, dan teori belajar sosial mendukung gagasan bahwa manusia berusaha keras untuk memahami dan menguasai. Dalam penelitian
psikologi ditemukan bahwa peserta didik cenderung termotivasi apabila mereka menilai aktivitas belajar secara efektif. Karena kesadaran kompetensi
memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku, peserta didik yang sedang belajar dan dapat merasakan kemajuan belajarnya merupakan peserta didik yang
termotivasi dengan baik untuk melanjutkan usaha belajarnya.
2.3.9.6 Pengetahuan
Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalah prinsip penguatan
reinforcement. Penguatan
merupakan peristiwa
yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar
psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif. Penggunaan
peristiwa penguatan yang efektif, seperti penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian dinyatakan sebagai
variabel penting di dalam perancangan pembelajaran. Rifai dan Anni, 2012:143
Di dalam teori penguatan, penguatan positif memainkan peranan penting. Penguat positif menggambarkan konsekkuensi atas peristiwa itu
sendiri. Penguat positif dapat berbentuk nyata. Misalnya uang, atau dapat berupa sosial, seperti afeksi. Peserta didik dalam belajar akan disertai dengan
usaha yang lebih besar dan belajar lebih efektif apabila perilaku belajarnya diperkuat secara positif oleh pendidik. Dalam beberapa tahun terkahir, nilai
yang baik, skor tes tinggi, hadiah akademik, dan perhatian pendidik menjadi insentif bagi peserta didik.
Penguat negatif merupakan stimulus aversif ataupun peristiwa yang harus diganti atau dikurangi intensitasnya. Contoh penguatan negatif misalnya
pendidik menyatakan kepada peserta didik bahwa gaya membaca siswa pada waktu membaca sangat membosankan sehingga harus dihentikan. Penalty,
ketidak sukaan, dan ancaman kadang-kadang merupakan wujud dari penguat negatif. Karena penguatan negatif merupakan pendekatan aversif, maka
prosedur ini secara potensial sangat berbahaya dalam mendorong belajar peserta didik.
Hal senada menurut Yusuf 2009:23 tentang faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menyatakan bahwa terdapat dua faktor yaitu:
faktor internal yang berasal dari diri siswa sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan. Dengan demikian motivasi belajar memiliki peranan
yang sangat penting dalam mendorong kesuksesan belajar pada peserta didik.
2.3.10 Memotivasi Peserta Didik