17 mengkategorisasikan perusahaan. Kebangkrutan adalah kriteria yang
digunakan pada banyak studi; peristiwa ini adalah sebuah peristiwa legal yang dapat dipengaruhi oleh aksi bankers atau kreditur lainnya. Sekalipun dugaan
financial distress adalah biner, tidak diperlukan menjadi sebuah persesuaian
satu menjadi satu antara kategori nondistresseddistressed dan kategori nonbankruptbankrupt
. Kebangkrutan bankruptcy biasanya diartikan sebagai kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba Almilia dan Herdiningtyas, 2005. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi
perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Sedangkan menurut UU No.4 Tahun 1998 adalah dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan
pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Martin.et.al, 1995:376 dalam Adnan dan Kurniasih 2000 menyebutkan bahwa kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti,
yaitu:
1. Kegagalan Ekonomi Economic Distressed
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutup
biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan kecil dari kewajiban.
Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti
18 bahwa tingkat pendapatan atas biaya histories dari investasinya lebih kecil
daripada biaya modal perusahaan.
2. Kegagalan Keuangan Financial Distressed
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar
arus kas ada dua bentuk, yaitu: a. Insolvensi Teknis
Adalah perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva
melebihi total hutang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio
aktiva lancar terhadap hutang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi juga
terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Adalah kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan
bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
19 Menurut
Taswan 2006 kebangkrutan atau likuidasi bank dapat menimbulkan
domino effect terhadap bank lain yang sehat. Bila ini terjadi maka akan
mengganggu sistem perbankan nasional dan perekonomian nasional. Dalam menentukan model kebangkrutan melalui analisis keuangan
kemungkinan kesalahan
klasifikasi model
classification error
bisa dikelompokkan menjadi dua Farid H dan Siswanto S, 1998 dalam Penni
mulyaningrum, 2008: 1. Error tipe I terjadi apabila timbul misclasification yang disebabkan oleh
adanya prediksi bahwa perusahaan tidak bangkrut, tetapi ternyata mengalami kebangkrutan.
2. Error tipe II terjadi apabila timbul misclasification prediksi yang disebabkan oleh adanya prediksi bahwa perusahaan bangkrut, tetapi
kenyataannya tidak bangkrut.
TABEL 2.1 PREDIKSI KEBANGKRUTAN
Hasil Yang Diharapkan Hasil Sesunggunya
Bangkrut Tidak Bangkrut
Bangkrut Benar
Kesalahan Tipe II Biaya: lebih dari 100
Tidak Bangkrut Kesalahan Tipe I
Biaya: kecil 0 - 10
Sumber: Farid H dan Siswanto S 1998 dalam Penni Mulyaningrum 2008
C. Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi tiga Agung Gemah Permana, 2009:42 yaitu:
20
1. Faktor umum
a Sektor ekonomi, dimana berasa dari gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keungan, suku bunga, dan devaluasi
atau revaluasi dengan mata uang asing. b Sektor sosial, dimana yang sangat berpengaruh adalah adanya
perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun yang berhubungan dengan
karyawan. c Sektor teknologi, dimana penggunaan teknologi memerlukan biaya
yang ditanggung perusahaan terutama untuk pemeliharaan dan implementasi.
d Sektor pemerintah, dimana kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan
impor bisa berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja lain-lain.
2. Faktor Ekternal Perusahaan
a Sektor pelanggan atau nasabah, dimana untuk menghindari kehilangan nasabah bank harus melakukan identifikasi terhadap sifat nasabah atau
konsumen juga menciptakan peluang untuk mendapatkan nasabah baru.
b Sektor kreditur, dimana kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan menetapkan jangka waktu pengembalian hutang piutang
21 yang tergantung pada kepercayaan kreditur terhadap kelikuiditan suatu
bank. c Sektor pesaing atau bank lain, dimana merupakan hal yang harus
diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pinjaman kepada nasabah.
3. Faktor Internal Perusahaan
a Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai
akhirnya tidak dapat membayar. b Manajemen yang tidak efesien yang disebabkan karena kurang adanya
kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap adaptif dan inisiaif dari manajemen.
c Peyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan, dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manejer puncak sekalipun yang
sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
D. Tahap-tahap dan Berbagai Indikator Kebangkrutan
Dalam kaitannya dengan faktor-faktor internal, kebangkrutan yang menimpa suatu perusahaan tidak terjadi secara tiba-tiba tanpa dapat
diramalkan sebelumnya. Kebangkrutan merupakan klimaks dari berbagai tahap atau proses dari situasi kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan.
Sebelum suatu perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh