menghubungkan keinginan karyawan akan pendapatan finansial tambahan dengan kebutuhan organisasi akan efisiensi produksi. Disamping kebaikan-kebaikan
dalam memotivasi karyawan, sistem upah perangsang mempunyai banyak masalah. Administrasi upah perangsang dapat sangat kompleks, seperti halnya
seperti pengawasan lainnya, standar-standar harus ditetapkan dan hasil-hasilnya harus diukur.
Untuk banyak pekerjaan, berbagai standar dan ukuran adalah sering tidak telititepat atau terlalu mahal utuk dikembangkan. Ini berarti bahwa sistem upah
perangsang bisa menyebabkan ketidaka-adilan. Masalah lain adalah mungkin karyawan tidak dapat mencapai standar karena faktor-faktor yang tidak
terkendalikan, seperti penundaan-penundaan pekerjaan atau kerusakan-kerusakan mesin.
3.9 Pengukuran Kerja
Work Measurement
7
Work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan performansi yang telah didefinisikan. Pengukuran waktu kerja work measurement ini akan berhubungan
dengan usaha – usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki kemampuan rata – rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
7
Wignjosoebroto, Sritomo, 2002, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Hal 169-170
Universitas Sumatera Utara
Waktu baku ini sangat diperlukan terutama sekali untuk : a. Man power planning perencanaan kebutuhan tenaga kerja
b. Estimasi biaya – biaya untuk upah karyawanpekerja c. Penjadwalan produksi dan penganggaran
d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan upah perangsang bagi karyawan berprestasi
e. Indikasi keluaran output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja Secara umum teknik pengukuran waktu kerja dapat dibedakan menjadi 2
Wignjosoebroto, 2002 yaitu : 1. Pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran langsung
2. Pengukuran waktu kerja dengan metode tidak langsung
3.10 Penelitian Waktu dengan Jam Henti
Stop Watch Time Study
8
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini terutama sekali baik
diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang – ulang repetitive.
Untuk memperoleh hasil yang baik dan dapat dipercaya, banyak faktor yang harus diperhatikan seperti yang berkaitan dengan kondisi kerja, kerjasama
yang ditunjukkan operator untuk mau bekerja secara wajar pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur dan lain- lain.
8
Wignjosoebroto, Sritomo, 2002, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Hal 171-173
Universitas Sumatera Utara
Pada aktivitas pengukuran kerja, operasi yang akan diukur dibagi menjadi elemen-elemen yang lebih kecil berdasarkan aturan tertentu. Aturan tersebut
adalah: 1. Elemen-elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi masih
mudah untuk diukur waktunya dengan teliti 2. Handling time seperti loading dan unloading time harus dipisahkan dari
machining time 3. Elemen – elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja
yang variabel. Pengukuran waktu kerja untuk masing – masing elemen kerja yang telah
ditentukan biasanya dilakukan berulang – ulang untuk mendapatkan data yang valid. Untuk menetapkan jumlah pengamatan dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
2 2
2
− =
∑ ∑
∑
x x
x N
s k
N
1
Dimana : k = Harga indeks yang nilainya tergantung dari tingkat kepercayaan convidence
level Tingkat kepercayaan 98 , k = 1
Tingkat kepercayaan 95 , k = 2 Tingkat kepercayaan 99 , k = 3
S = Derajat ketelitian degree of accuracy x = Data hasil pengamatan
Universitas Sumatera Utara
Selain kecukupan data dengan menggunakan persamaan 1 yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa data yang diperoleh selama pengamatan haruslah
seragam sebelum data tersebut dapat digunakan untuk menetapkan waktu standar. Tes keseragaman data dapat dilakukan dengan cara visual danatau
mengaplikasikan peta kontrol control chart. Cara visual dilakukan dengan sederhana, mudah dan cepat, dapat dilakukan dengan hanya melihat data yang
terkumpul dan mengidentifikasikan data yang terlalu “ekstrim”, data ini untuk selanjutnya tidak dapat digunakan. Untuk penggunaan peta kontrol, akan terlebih
dahulu kita menentukan batas atas BKA dan batas bawah BKB dari data yang ada. Data yang nilainya diluar area BKA dan BKB sebaiknya tidak digunakan
dalam perhitungan waktu standar. Batas kontrol = X ± 3
δ
∑ ∑
− =
2 2
1 x
x N
N δ
2 Dimana :
x : Rata – rata dari data pengamatan N : Jumlah pengamatan yang telah dilakukan
δ : Standar deviasi Selain menggunakan persamaan di atas, uji keseragaman data ini dapat dilakukan
dengan bantuan software SPSS.
3.11. Perhitungan Waktu Standar