Pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen Cimory Yoghurt Drink: studi kasus CMP Botani Square Bogor

(1)

(STUDI KASUS CMP BO TANI SQUARE BOGOR)

Oleh

MOHAMMAD AKMAL MUSADDAD H24063283

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Loyalitas Konsumen Cimory Yoghurt Drink. Di bawah bimbingan Hj. Siti Rahmawati.

PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory) merupakan salah satu perusahaan pengolahan susu yang berada di Bogor dan salah satu produk unggulannya adalah

Cimory Yoghurt Drink. Sebagai perusahaan yang masih terbilang muda, PT Cimory belum mampu untuk menyaingi para pesaingnya dalam hal perolehan pangsa pasar, oleh sebab itu PT Cimory berusaha untuk menjaga konsumen yang telah loyal agar tidak beralih ke produk pesaing . Loyalitas terbentuk jika setidaknya telah ada minat beli ulang pada benak konsumen. Elemen bauran pemasaran sangat penting bagi perusahaan untuk menciptakan minat beli ulang pada benak konsumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang serta pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen Cimory Yoghurt Drink. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis pengaruh atribut produk dan harga terhadap minat beli ulang produk Cimory Yoghurt Drink, (2) Menganalisis faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap minat beli ulang produk Cimory Yoghurt Drink, (3) Menganalisis pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen produkCimory Yoghurt Drink.

Penelitian dilakukan di outlet CMP Botani Square Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan kelengkapan berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, informasi perusahaan, dan internet. Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel laten ad alah metode

Structural Equation Modeling dengan bantuan software LISREL 8.72.

Hasil akhir output LISREL 8.72 menunjukkan nilai estimasi parameter antar variabel, nilai t-value, dan Goodness of Fit Index. Berdasarkan nilai Goodness of Fit Index yang diantaranya adalah chi-square = 209,67, RMSEA = 0,06, GFI = 0,87, AGFI = 0,81, NFI = 0,92 dan CFI = 0,96 menunjukkan bahwa model yang dipasang sudah fit dan layak untuk diinterpretasikan. Nilai estimasi parameter dan t-value pada model menunjukkan hubunga n dan pengaruh antar variabel, berdasarkan hasil output menunjukkan bahwa variabel atribut produk memiliki hubungan positif dengan min at beli ulang dan berpengaruh secara signifikan. Variabel harga memiliki hubungan positif namun berpengaruh secara tidak signifikan terhadap minat beli ulang dan yang terakhir variabel minat beli ulang memiliki hubungan positif dan juga berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. Hasil output LISREL 8.72 juga menunjukkan nilai loading factor (λ) pada tiap indikator. Berdasarkan nilai loading factor (λ) menunjukkan

faktor rasa paling berpeng aruh terhadap variabel atribut produk dan faktor harga yang terjangkau paling berpengaruh terhadap variabel harga.


(3)

(STUDI KASUS CMP BOTANI SQUARE BOGOR)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

MOHAMMAD AKMAL MUSADDAD H24063283

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Nama :Mohammad Akmal Musaddad NIM :H24063283

Menyetujui, Pembimbing

Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. NIP 19591231 1986012003

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc. NIP 19610123 1986011002


(5)

Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 27 April 1988. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Irfan, S.Pd. dan Ibu

Ma’shumah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di RA Manbail Futuh Beji Jenu Tuban pada tahun 1994, lalu melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Manbail Futuh Beji Jenu Tuban. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tuban dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Darul Ulum 2 Jombang dan masuk dalam prog ram IPA pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan pada tahun 2007 penulis diterima di program mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menj adi anggota Uni Konservasi Fauna pada tahun 2006 sampai 2007. Pada tahun 2006 sampai tahun 2009 penulis aktif menjadi pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) IKALUM. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan kampus sebagai Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FEM periode 2008/2009 serta anggota FEMous Theatre pada tahun 2008 -2010. Penulis juga pernah melakukan magang di Kantor Pemasaran Krakatau Steel, Jakarta pada tahun 2008.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolonganNya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Minat Beli Ulang Terhadap Loyalitas Konsumen Cimory Yoghurt Drink dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:

1. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, membagikan ilmu, motivasi, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS. d an Lindawati Kartika, SE, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukannya kepada penulis.

3. Bapak Donny selaku Unit Manager Cimory Resto Puncak Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Cimory Milk Plus Botani Square Bogor dan atas kesediaannya untuk melakukan wawancara dan memberikan informasi yang berarti bagi penulis.

4. Seluruh staf pendidik dan tenaga kependidikan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogo r.

5. Kedua orang tuaku (Bapak dan Ibu) , adik-adikku (Khudin, Roin, Atin) dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa restu, semangat dan kasih sayang kepada penulis serta Nuning Indriyashari atas kasih sayang, perhatian, doa, dukungan dan motivasin ya.

6. Rekan satu bimbingan, untuk kerjasama dan motivasi selama bimbingan dan konsultasi skripsi, sahabat-sahabat Jong’s untuk keceriaan dan kebersamaannya

selama ini, seluruh rekan manajemen 43 untuk persahabatan selama empat tahun di masa perkuliahan , teman-teman IKALUM dan teman -teman SAWIT 2008-2009 serta penghuni kosan H. Azhar Balebak.


(7)

7. Pegawai CMP Botani Square Bogor, untuk kerjasama dan bantuannya selama proses penyebaran kuesioner.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan dalam penulisan yang lebih baik lagi.

Bogor, April 2011


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... ... ... iii

KATA PENGANTAR... ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... x

I. PENDAHULUAN ... ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... ... ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... ... ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... ... ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... ... .. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... ... ... 8

2.1. PengertianYoghurt ... ... ... 8

2.1.1 ManfaatYoghurt ... ... ... 8

2.1.2 Yoghurt Drink ... ... ... 9

2.2. Definisi Pemasaran ... ... ... 10

2.3. Bauran Pemasaran ... ... ... 11

2.4. Produk... ... ... . 12

2.2.1 Klasifikasi Produk ... ... ... 12

2.2.2 Atribut Produk ... ... ... 14

2.5. Harga ... ... ... . 15

2.5.1 Tujuan Penetapan Harga ... ... 15

2.5.2 Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penetapan Harga ... ... ... 16

2.6. Minat Beli Ulang ... ... ... 17

2.7. Loyalitas ... ... ... 18

2.7.1 Jenis Loyalitas ... ... ... 20

2.7.2 Tahap-Tahap Loyalitas ... ... 21

2.8.Structural Equation Modeling (SEM) ... ... 21

2.8.1 Variabel dalam SEM... ... .. 22

2.8.2 Model SEM ... ... ... 22

2.8.3 Evaluasi Kesesuaian Model ... ... 25

2.9. Skala Likert ... ... ... 27

2.10. Penelitian Terdahulu ... ... ... 28


(9)

III. METODOLOGI PENELITIAN... ... 32

3.1. Kerangka Pemikiran ... ... ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 33

3.3. Jenis dan Sumber Data ... ... ... 33

3.4. Jumlah Data dan Metode Penarikan Sampel ... ... 34

3.5. Metode Pengumpulan Data ... ... . 35

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 39

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... ... 39

4.2. Gambaran ProdukCimory Yoghurt Drink ... ... 41

4.3. Karakteristik Responden ... ... ... 42

4.3.1 Jenis Kelamin Responden ... ... 42

4.3.2 Tingkat Usia Responde n ... ... 43

4.3.3 Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... ... 43

4.3.4 Status Pernikahan Responden ... ... 44

4.3.5 Pekerjaan Responden ... ... 44

4.3.6 Pendapatan Rata-rata Responden Tiap Bulan ... 45

4.3.7 Domisili Responden ... ... .. 46

4.4. Tingkat Penilaian Respon den Terhadap Variabel Laten ... 46

4.4.1 Atribut Produk ... ... ... 46

4.4.2 Harga ... ... ... 49

4.4.3 Minat Beli Ulang ... ... ... 51

4.4.4 Loyalitas Konsumen ... ... .. 52

4.5. Hasil dan Interpretasi Data ... ... . 54

4.5.1 Analisis SEM ... ... ... 54

4.5.2 Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten ... 59

4.6. Implikasi Manajerial ... ... ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN ... ... .... 67

DAFTAR PUSTAKA ... ... ... 68


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Kandungan Unsur -unsur Utama Susu dan Yoghurt ... 2

2. Top Brand Index Produk Susu Cair Siap Minum di Indonesia Tahun 2009 dan 2010 ... ... ... 2

3. Indeks Pengujian Kelayakan Model ... ... 26

4. Kriteria Skor Rataan Akhir ... ... . 28

5. Penilaian Responden Mengenai Produk ... ... 47

6. Penilaian Responden Mengenai Harga ... ... 50

7. Penilaian Responden Mengenai Minat Beli Ulang ... 51

8. Penilaian Responden Mengenai Loyalitas Pelanggan ... 53

9. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural ... ... 56

10. Koefisien Parameter dan Nilai t-valueModel Struktural ... 57

11. NilaiLoading Factor(λ) dan t-valueuntuk Semua Variabel Indikator ... ... ... 63


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Siklus Pembelian ... ... ... 19

2. Bagan Empat Jenis Loyalitas ... ... 20

3. Model Struktural ... ... ... 23

4. Kerangka Hipotesis Penelitian ... ... 30

5. Kerangka Pemikiran Penelitian ... ... 34

6. Path Diagram(Diagram Alur) ... ... 37

7. Struktur Organisasi PT Cimory Tahun 2010 ... ... 41

8. ProdukCimory Yoghurt Drink ... ... 42

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... ... 43

11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pen didikan Terakhir ... 44

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 44

13. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 45

14. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Tiap Bulan ... 45

15. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ... . 46

16. Nilai Standardized Estimate Model Struktural Modifikasi ... 55


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... ... 70

2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... ... 73

3. Kuesioner Penelitian ... ... ... 75

4. Hasil Perhitungan Pengukuran Sikap ... ... 77


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, maka teknologi pengolahan susu juga semakin berkembang. Pengolahan susu tersebut merupakan suatu bentuk upaya agar susu dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena sifat dasar susu yang perishable atau mudah rusak. Oleh sebab itu, saat ini masyarakat tidak hanya bisa menikmati susu dalam bentuk susu murni melainkan bisa menikmatinya dalam berbagai macam bentuk produk turunan susu. Salah satu produk turunan dari susu adalah yoghurt. Yoghurt adalah hasil dari proses fermentasi susu dengan penambahan bakteri asam laktat diantaranya adalah Lactobacillus bulgaricus, Strptococcus thermophillus, dan

Lactobacillus casei. Bakteri-bakteri ini mampu menguraikan gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang menyebabkan yoghurt

rasanya asam. Proses fermentasi menyebabkan kadar laktosa dalam yoghurt

berkurang, sehingga yoghurt aman dikonsumsi oleh orang yang alergi susu dan lansia1.

Kandungan gizi antara yoghurtdan susu juga tidak jauh beda, tetapi karena telah melalui proses fermentasi ada beberapa zat gizi yang kandungannya lebih tinggi padayoghurt seperti vitamin B1, vitamin B2, serta beberapa jenis asam amino penyusun protein. Tabel 1 di bawah menunjukkan perbandingan nilai dari unsur-unsur utama antara susu dan yoghurt.

Begitu tingginya nilai gizi yang terdapat pada yoghurt memberikan manfaat yang besar bagi tubuh. Beberapa manfaat mengkonsumsi yoghurt

adalah menjaga kesehatan pencernaan, membantu pembentukan tulang kuat, serta proteinnya membantu fungsi hati. Disamping itu, yoghurt memiliki kelebihan lain yaitu aman bagi perut dan tidak menyebabkan gangguan pada perut karena memiliki PH 4 sedangkan perut memiliki PH 1 serta aman dikonsumsi meskipun dalam kondisi maag.

1 Kandungan Gizi Yoghurt L ebih Tinggi Dari Susu. 10 April 2010. http://www.suaramedia.com. [30 September 2010]


(14)

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Unsur-unsur Utama Susu dan

Yoghurt

Unsur utama

Susu Yoghurta

Susu murni

Susu

skim Full fat Low fat

Low fat/fruit

Greek style

Air (g) 87,8 91,1 81,9 84,9 77,0 77,0

Energy (kcal) 66 33 79 56 90 115

Protein (g) 3,2 3,3 5,7 5,1 4,1 6,4

Lemak (g) 3,9 0,1 3,0 0,8 0,7 9,1

Karbohidrat

(g) 4,8 5,0 7,8 7,5 17,9 NR

Kalsium (mg) 115 120 200 190 150 150

Fosfor (mg) 92 95 170 160 120 130

Sodium (mg) 55 55 80 83 64 NR

Potassium

(mg) 140 150 280 250 210 NR

Zinc (mg) 0,4 0,4 0,7 0,6 0,5 0,5

a)Tingkat gizi padayoghurtbuah bervariasi tergantung jenis buah dan stabilizer

Sumber: Tamime dan Robinson, 1999

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produsen pengolah susu skala besar dan sedang yang terdaftar pada tahun 2 007 menunjukkan jumlah yang tidak sedikit yakni sebanyak 37 perusahaan. Benyaknya perusahaan tersebut menjadikan banyak merek-merek beredar di pasaran dan masing -masing memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan di industri pembuatan yoghurt semakin ketat. Beberapa merek yoghurt yang beredar di pasaran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Top Brand Index Produk Susu Fermentasi Siap Minum di Indonesia Tahun 2009 dan 2010

Tahun 2009 Tahun 2010

Merek Produk Top Brand

Index (%) Merek Produk

Top Brand Index (%)

Yakult 81,4 Yakult 85,5

Vitacharm 8,0 Vitacharm 5,9

Activia 4,0 Activia 2,3

Calpico 1,9 Calpico 2,1

Queen 0,6 Yoghurt Mella 1,2

Yo-Lite 0,5

Bio kul 0,4

Sumber : Frontier Consulting Group, 2010

Berdasarkan Tabel 2 di atas, selama dua tahun terakhir merek Yakult masih mendominasi dan menjadi pemimpin pasar produk minuman susu fermentasi. Hal ini dikarenakan Yakult merupakan pelopor minuman


(15)

prebiotik dan telah memiliki pasar yang luas serta konsumen yang loyal tentunya. Merek-merek lain tentunya selalu berupaya agar setidaknya dapat bertahan di pasaran dan masuk dalam nominasi Top Brand. Persaingan yang sangat ketat terbukti dengan tidak adanya merek Queen, Yo Lite, dan Bio kul pada tahun 2010 dan muncul merek lain yaitu Yoghurt Mella.

Kondisi pasar yang penuh dengan persaingan menuntut setiap perusahaan untuk selalu melakukan langkah -langkah strategis yang tepat. PT Cimory merupakan salah satu perusahaan yang sedang berkembang ditengeh persaingan industri pengolahan susu yang masih diku asai oleh beberapa merek lama dan telah dikenal luas oleh masyarakat. Sejak pertama kali berkecimpung di industri yoghurt pada tahun 2006, Cimory menggunakan merek Yo-Lite Yoghurt Drink Cimory namun karena BPOM RI melarang menggunakan merek dagang tersebut maka Cimory merubahnya menjadi

Cimory Yoghurt Drink. Produk tersebut merupakan salah satu produk unggulan dari Cimory selain produk susu pasteurisasi dan produk-produk olahan susu lainnya.

Faktor usia perusahaan yang masih sangat muda menjadikan PT Cimory belum mampu menandingi para pesaing dalam hal pemasaran produk. PT Cimory sampai saat ini hanya mengandalkan promosi below the line yang tentu saja belum mampu menyaingi para pesaing dengan anggaran iklan yang sangat besar. Salah satu upaya PT Cimory untu k bertahan dalam persaingan industri yoghurt adalah dengan cara menjaga para konsumennya yang telah loyal agar tidak beralih kepada produk pesaing. Faktor loyalitas menjadi aspek yang sangat penting karena loyalitas dapat menjadi kekuatan perusahaan dalam mendapatkan pangsa pasar dan tentunya imbalan laba bagi perusahaan. Namun bukan perkara yang mudah dalam hal menciptakan loyalitas konsumen, butuh perjuangan ekstra untuk membuat seorang konsumen menjadi loyal kepada sebuah produk atau layanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Bauran pemasaran merupakan kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang


(16)

diinginkannya di pasar sasaran2. Elemen dalam bauran pemasaran yang biasa

dikenal dengan istilah “empat P” yakni product, price, place, danpromotion

dapat menjadi acuan bagi suatu perusahaan untuk melakukan strategi pemasaran agar sukses dalam persaingan. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan konsumen yang telah loyal3.

Salah satu cara untuk mempertahankan konsumen adalah dengan menitikberatkan pada tingkat kepuasan konsumen terhadap elemen bauran pemasaran. Kepuasan terbentuk apabila kinerja dari produk melebihi ekspektasi atau harapan dari pembeli. Jika konsumen merasa puas, ia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang di masa yang akan datang.

PT Cimory selalu berusaha agar konsumennya merasakan kepuasan terhadap produk yang dikeluarkan salah satunya Cimory Yoghurt Drink. Meskipun kepuasan konsumen diperlukan bagi kesuksesan bisnis, namun itu saja belum cukup untuk membangun atau membentuk basis konsumen yang loyal. Loyalitas konsumen dapat dicapai ketika konsumen tersebut setidaknya memiliki minat untuk melakukan pembelian ulang meskipun belum pasti melakukan pembelian ulang yang nyata.

Semua perusahaan pasti akan fokus dalam menjaga bauran pemasaran yang ada agar dapat sukses di dalam pasar begitu juga yang dilakuka n oleh PT Cimory. Elemen bauran pemasaran PT Cimory diantaranya adalah

product (produk) dan price (harga). Produk Cimory Yoghurt Drink

merupakan salah satu produk unggulan PT Cimory yang memiliki kualitas

baik. Motto “Sehat Itu Enak” merupakan wujud komitmen Cimory yang mengutamakan kualitas produk khususnya dari segi rasa yang enak karena semakin bagus kualitas produk yang dikeluarkan oleh perusahaan, akan semakin tinggi kepuasan yang dirasakan sehingga mempengaruhi minat pembelian ulang oleh konsumen. Bauran pemasaran selanjutnya adalah harga yang juga sangat menentukan keberhasilan PT Cimory dalam memasarkan 2

KotlerdanAmstrong, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran 3


(17)

produknya. Cimory Yoghurt Drink dijual dengan harga berkisar antara Rp 5.800,00 sampai dengan Rp 6.000,00 per botol dengan ukuran 250 ml. Harga yang ditetapkan PT Cimory terhadap produk Cimory Yoghurt Drinktergolong tinggi dibandingkan dengan harga produk serupa dari para pesaing namun hal tersebut masih sebanding dengan kualitasnya.

Kedua elemen bauran pemasaran tersebut nantinya akan menjadi pertimbangan dalam perilaku pembelian konsumen. Ketika kinerja dari elemen bauran pemaran tersebut sesuai dengan ekspektasi konsumen atau bahkan melebihi maka hal tersebut akan berdampak terhadap tingkat kepuasan konsumen yang nantinya akan timbul minat untuk melakukan pembelian ulang pada masa yang akan datang. Apabila konsumen telah memiliki minat untuk melakukan pembelian ulang pada masa yang akan datang maka kemungkinan untuk melakukan pembelian nyata akan semakin besar dan itu akan berdampak pada loyalitas konsumen terhadap produk tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

PT Cimory merupakan salah satu perusahaan pengolah susu yang berada di Bogor dengan salah satu produknya yakni Cimory Yoghurt Drink. Sebagai perusahaan yang masih terbilang muda, PT Cimory selalu beru saha agar dapat sukses di dalam menjalankan bisnisnya di tengah -tengah persaingan industri yoghurt saat ini. Sampai saat ini PT Cimory memasarkan

Cimory Yoghurt Drink ke berbagai modern retail serta counter -counter resmi milik Cimory yakni Cimory Dairy Sho p dan Cimory Milk Plus (CMP).

Cimory Milk Plus merupakan counter -counter Cimory yang menyajikan aneka milk shakes, yoghurt shakes, dan Cimory Fresh Milk serta Cimory Yoghurt Drink. Pada awalnya PT Cimory memiliki dua buah outlet CMP yang berada di kota Bogor yakni CMP Botani Square dan CMP Ekalokasari Plaza. Namun dalam perkembangannya, CMP Ekalokasari Plaza ditutup oleh manajemen PT Cimory karena sepi pembeli. Sebagai satu -satunya counter CMP yang masih ada si kota Bogor, CMP Botani Square perlu melakukan identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konsumen memiliki minat beli ulang pada masa yang akan datang. Apabila konsumen telah memilki minat


(18)

beli ulang pada masa yang akan datang, maka potensi timbulnya loyalitas konsumen juga akan semakin tinggi.

Oleh karena itu identifikasi terhadap faktor -faktor yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen Cimory Yoghurt Drink di CMP Botani Square Bogor merupakan salah satu cara terbaik untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap loyalitas konsumen. Berdasark an uraian di atas tentang arti penting minat beli ulang dalam membentuk konsumen yang loyal pada produk Cimory Yoghurt Drink serta faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang dilihat dari dua elemen bauran pemasaran, maka permasalahan yang akan dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh atribut produk dan harga terhadap minat beli ulang produkCimory Yoghurt Drink?

2. Faktor apakah yang memberikan pengaruh terbesar terhadap minat beli ulang produkCimory Yoghurt Drink?

3. Bagaimana pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen produk

Cimory Yoghurt Drink? 1.3. Tujuan Penelitaian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh atribut produk dan harga terhadap minat beli ulang produkCimory Yoghurt Drink.

2. Menganalisis faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap minat beli ulang produk Cimory Yoghurt Drink.

3. Menganalisis pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen produkCimory Yoghurt Drink.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada perusahaan mengenai faktor -faktor yang berpengaruh terhadap minat pembelian ulang produk Cimory Yoghurt Drink dan dampaknya terhadap loyalitas konsumen produk tersebut, sehingga perusahaan dapat menyusun strategi pemasaran yang tepat. Bagi pihak lainnya, penelitian ini bermanfaat


(19)

sebagai pengetahuan dalam memperluas wawasan, bahan masukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Analisis pada penelitian ini terbatas pada identifikasi faktor -faktor yang mempengaruhi minat beli ulang produk Cimory Yoghurt Drink dan pengaruhnya terhadap loyalitas konsumen produk Cimory Yoghurt Drink. Faktor-faktor terbatas pada elemen bauran pemasaran yakni pr oduk dan harga. Elemen place (tempat) tidak disertakan karena pengambilan sampel hanya terbatas pada CMP Botani Square sedangkan elemen promotion

(promosi) tidak disertakan karena PT Cimory tidak melakukan program promosi secara langsung. Sampel yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini terbatas pada konsumen yang berkunjung ke Cimory Milk & Yoghurt Plus (CMP) Botani Squar e Bogor yang telah melakukan pembelian produkCimory Yoghurt Drink sebanyak lebih dari dua kali.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PengertianYoghurt

Istilahyoghurtberasal dari bahasa turki yaitu yoğurtyang diambil dari kata sifat yogun berarti padat dan tebal4.Yoghurt dikenal sebagai salah satu produk susu olahan yang menggunakan proses fermentasi susu deng an bakteri sebagai starter. Jenis bakteri seperti Bifidobacterium dan

Lactobacillus yang digunakan dalam yoghurtdigolongkan sebagai probiotik yang juga termasuk dalam komponen dalam pangan fungsional. Bakteri pada yoghurt merupakan bakteri yang ditambahka n di luar kandungan gizi yang telah terdapat pada susu. Yoghurt yang memiliki kandungan probiotik yaitu adanya kandungan bakteri yang hidup pada bahan pangan dapat menurunkan jumlah bakteri yang merugikan di dalam saluran pencernaan5. 2.1.1 ManfaatYoghurt

Berikut beberapa manfaat yoghurt yang diuraikan dr. Carmen. M. Siagian, MS, Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta6.

1. Membantu penderitalactose intolerance.

Lactose intolerance adalah kondisi dimana penderita mengalami diar e setiap kali minum susu. Penyebabnya adalah defisiensi atau kekurangan enzim pencerna laktosa. Sehingga setiap kali minum susu, butiran laktosanya akan tertinggal di permukaan lubang usus halus dan menyerap air dari sekitarnya yang kemudian memunculkan di are. Dalam yoghurt, laktosa susunya sudah dipecah oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus

melalui proses fermentasi, hingga mudah diserap tubuh. Itulah mengapa

yoghurt amat disarankan sebagai pengganti susu bagi orang atau anak yang tidak mampu mencerna lakt osa dengan baik.

2. Degradasi kolesterol 4

Wikipedia. 2010.Yoghurt.http://id.wikipedia.org/wiki/Yoghurt. [ 14 Desember 2010] 5

Silalahi, J. 2001. Manfaat dan Khasiat Probiotik untuk Mencegah Penyakit. http://www.kompas.com/pojok_khusus_kontribusi_prebiotik.htm. [20 Desember 2010]

6 Aneka Khasiat dan Manfaat Yoghurt. 2010. http://id.shvoong.com/medichine -and-health/nutrition/1928783-aneka-khasia-manfaat-yoghurt/[14 Desember 2010]


(21)

Penelitian pada beberapa orang yang mengonsumsi yoghurtsecara teratur dalam jumlah dan waktu tertentu ternyata menunjukkan jumlah kolesterol dalam serum darahnya menurun. Mekanisme penurunan kolesterol ini bisa terjadi karena bakteri asam laktat yang ada dalam

yoghurtdapat mendegradasi kolesterol menjadi coprostanol. Coprostanol ini merupakan zat yang tak dapat diserap oleh usus. Berkat yoghurt, coprostanol dan sisa kolesterol dikeluarkan bersama -sama tinja. Sebuah laporan mengenai hal ini memaparkan bahwa penurunan kolesterol oleh bakteriLactobacillusdapat mencapai kisaran 27 -38 persen.

3. Menghambat patogen

Flora usus pengonsumsi yoghurt terbukti sulit ditumbuhi kuman -kuman patogen atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan kata lain, mengonsumsi yoghurt secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan.

4. Menetralisir antibiotik

Mengonsumsi antibiotik memang berfungsi mematikan kuman, namun ia tidak pandang bulu mana kuman yang perlu dibunuh d an mana yang sebetulnya tidak perlu dimusnahkan.

5. Antikanker saluran cerna

Bakteri-bakteri yang berperan dalam yoghurt dapat mengubah zat-zat prekarsinogenik (zat-zat pemicu kanker) yang ada dalam saluran pencernaan, hingga mampu menghambat terjadinya kank er

6. Mencegah jantung koroner

Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcusyang terdapat dalam

yoghurt, akan menghasilkan asam folat dan vitamin B kompleks, kedua vitamin ini berguna mencegah munculnya penyakit jantung koroner 2.1.2 Yoghurt Drink

Yoghurtjenis cair yang dikategorikan sebagai minuman yoghurt pada umumnya telah disterilisasi atau dipasteurisasi untuk memperpanjang masa simpannya. Selain itu, bakteri yang terdapat dalam yoghurt drink tidak aktif namun, minuman yoghurt memiliki nutrisi dan metabo lit-metabolit hasil fermentasi yang berguna bagi kesehatan tubuh. Yoghurt drink memiliki


(22)

berbagai variasi rasa seperti rasa buah dan plain sehingga dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap produk yoghurt yang memiliki cita rasa asam (Sari, 2007).

Minuman yoghurt memiliki daya cerna yang tinggi bagi tubuh dibandingkan susu. Yoghurt dapat dicerna hampir 90 persen dalam waktu satu jam setelah dikonsumsi sedangkan susu hanya 25–30 persen dapat dicerna oleh tubuh manusia (Gunawan, 2009). Minuman yoghurt yang dikonsumsi secara rutin dapat meningkatkan jumlah bakteri baik dalam saluran pencernaan manusia. Hal tersebut menjadikan kesehatan lebih prima dan awet muda karena adanya aktivitas bakteri asam laktat selama proses fermentasi susu yang meningkatkan k andungan gizi yoghurt yaitu vitamin B1, B2, B3, B6, asam folat, asam pantotenat dan biotin (Gunawan, 2009).

Minumanyoghurt juga dapat dikonsumsi bagi penderita maag, karena rasa asam pada minuman yoghurt tidak berbahaya dan didukung dengan adanya kandungan bakteri baik dalam minuman yoghurttersebut. Selain itu, minuman yoghurt juga sangat dianjurkan bagi penderita intolerasi laktosa karena laktosa susu yang ada telah berkurang akibat proses fermentasi susu oleh bakteri (Gunawan, 2009). Minuman yoghurt dianjurkan untuk dikonsumsi satu gelas sehari, jika lebih dari itu maka akan menyebabkan diare.

2.2. Definisi Pemasaran

Pemasaran dari sudut pandang manajerial adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga promosi, dan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi (American Marketing Association dalam Belch, 2000). Sedangkan menurut Kotler (2005), pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan individu dan kelompok untuk m endapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa bernilai dengan pihak lain.

Keegan (2002) memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai pemasaran, dalam bukunya Keegan menyebutkan pemasaran adalah proses


(23)

memfokuskan sumber daya dan tujuan organisasi pada peluang lingkungan dan kebutuhan.

2.3. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan re spons yang diinginkannya di pasar sasaran (Kotler dan Amstrong, 2008). Sedangkan menurut Stanton dalam Swastha (2001), bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan. Keempat variabe l tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Product(Produk)

Menurut Tjiptono (2008), produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuha n atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

2. Price(Harga)

Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga me rupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan (Tjiptono, 2008).

3. Place(Tempat atau distribusi)

Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan), dengan kata lain proses distribusi


(24)

merupakan aktivitas pemasaran yang mampu menciptakan nilai tambah produk dan memperlancar arus saluran pemasaran (Tjiptono, 2008). 4. Promotion(Promosi)

Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menonjolkan keistimewaan -keistimewaan yang dilakukan dan membujuk konsumen sasaran agar membelinya (Kotler, 2005). Menurut Nickels dalam Swastha (2001), promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan menciptakan pertukaran dalam pemasaran. 2.4. Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan (Tjiptono, 2008).

Menurut Stanton dalam Swastha (2001), produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Produk dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (KotlerdanKeller, 2006).

2.4.1 Klasifikasi Produk

Strategi produk merupakan unsur yang paling penting di dalam strategimarketing mix, karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran yang lainnya. Tujuan utama strategi produk adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi persaingan. Menurut Assauri (2004), produk yang dibeli konsumen dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu:


(25)

1. Produk inti, merupakan inti atau dasar yan g sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh oleh seorang pembeli atau konsumen dari produk tersebut.

2. Produk formal, merupakan bentuk, kualitas, dan kemasan yang menyertai produk tersebut.

3. Produk tambahan, merupakan tambahan produk formal dengan berb agai jasa yang menyertainya.

Pada bidang pemasaran, produk dapat diklasifikasikan menurut dasar yang berbeda-beda. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu barang dan jasa.

1. Barang

Barang merupakan produk yan g berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba, disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:

a. Barang tidak tahan lama, adalah barang berwujud yang bi asanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian;

b. Barang tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih.

2. Jasa

Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (Tjiptono, 2008).

Barang konsumsi adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga). Barang konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga g olongan yaitu:

1. Barang konvenien

Barang konvenien merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum .


(26)

2. Barangshopping

Barangshopping adalah barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen di antara berbagai alternatif yang tersedia.

3. Barang spesial

Barang spesial adalah barang yang mempunyai ciri khas, dan hanya dapat dibeli di tempat tertentu sa ja, contoh: barang-barang mewah.

4. Unsought Goods

Unsought Goods adalah barang-barang yang belum diinginkan oleh konsumen potensial atau konsumen belum tahu bahwa mereka dapat membelinya.

2.4.2 Atribut produk

Atribut produk adalah unsur -unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian (Tjiptono, 2008). Sedangkan menurut Simamora (2001), atribut produk adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh pembeli pada saat membeli produk. Atribut produk merupakan sifat -sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli.

Menurut Garvin dalam Tjiptono (2008), dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi. Faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk manufaktur antara lain meliputi:

1. Performance (kinerja), hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

2. Features(ciri-ciri atau keistimewaan tambahan) , yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan -pilihan produk dan pengembangannya.

3. Reliability (kehandalan), hal yang berkaitan dengan prob abilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.


(27)

4. Conformance (kesesuaian dengan spesifikasi) , hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikas i yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Durability (daya tahan), yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

6. Servicebility, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan dan akurasi dalam memberikan pelayanan untuk perbaikan barang.

7. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi atau refleksi dari preferensi individual.

8. Fit and finish, sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai yang berkualitas.

2.5. Harga

Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa (Lamb, et.al., 2001). Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, manajer harus mengintegrasikannya dulu dengan keputusan -keputusan sebelumnya, yaitu dalam bidang produksi, distribusi, dan strategi promosi. Penyesuaian ini dibutuhkan agar dapat menciptakan suatu bauran pemasaran yang konsisten, terpadu, dan mampu mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

2.5.1 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Tjiptono (2004 ), ada empat hal yang menjadi tujuan penetapan harga, yaitu:

1. Tujuan berorientasi pada laba

Ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang maksimum.

2. Tujuan berorientasi pada volume

Tujuan ini berorientasi pada volume, di mana harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai targ et volume penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk me nguasai pangsa pasar.


(28)

3. Tujuan berorientasi pada citra

Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya, harga rendah dapat dipergunakan untuk me mbentuk citra nilai tertentu.

4. Tujuan stabilisasi harga

Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri.

5. Tujuan-tujuan lainnya

Penetapan harga dapat juga bertujuan untuk mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.

2.5.2 Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penetapan Harga

Menurut Tjiptono (2004 ), ada dua faktor yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa yaitu: 1. Faktor internal perusahaan

Faktor ini berasal dari dalam perusahaan, yang meliputi: a. Tujuan pemasaran perusahaan

Faktor utama yang menetukan dalam p enetapan harga adalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan t anggung jawab sosial, dan lain -lain.

b. Strategi bauran pemasaran

Harga adalah salah satu komponen bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling me ndukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promosi.

c. Biaya

Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Oleh karena


(29)

itu, setiap perusahaan sangat memperhatikan biaya (biaya tetap dan biaya variabel), serta jenis -jenis biaya lainnya.

2. Faktor eksternal perusahaan

Merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan, yaitu: a. Sifat pasar dan permintaan

Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan semp urna, persaingan monopoli, maupun oligopoli. Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya ialah elastisitas permintaan.

b. Persaingan

Kebebasan perusahaan dalam menentukan harga itu bergantung pada jenis pasar yang berbeda -beda. Berdasarkan bentuk persaingannya, ada empat jenis pasar, antara lain:

1) Pasar Persaingan Murni (Pure Competition), yaitu pasar yang terdiri dari banyak pembeli dan penjual yang memperdagangkan komoditas yang seragam.

2) Pasar Persaingan Monopoli (Monopolistic Competition), yaitu pasar yang terdiri dari banyak pemb eli dan penjual yang berdagang pada kisaran harga tertentu, bukan pada satu harga pasar.

3) Pasar Persaingan Oligopoli (Oligopolistic Competition), yaitu pasar yang terdiri dari sedikit penjual yang sangat sensitif pada penetapan harga dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pesaing.

4) Pasar Monopoli Murni (Pure Monopoly), yaitu pasar yang hanya ada satu penjual saja.

2.6. Minat Beli Ulang

Minat pembelian ulang adalah perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Minat pembelian ulang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang untuk waktu yang akan datang.

Perilaku pembelian ulang seringkali dihibungkan dengan loyalitas merek. Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduanya. Bila loyalitas untuk mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka perilaku


(30)

pembelian ulang semata -mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali (Tjip tono, 2004)

Menurut Kapferer dalam Tjiptono (2004), perilaku pembelian ulang (repeat purchasing behaviour) bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan, yakni loyalitas dan inersia. Faktor pembedanya adalah sensitivitas merek

(brand sensitivity) yang didefinisikan sebagai “sejauh mana nama merek

memainkan peranan kunci dalam pemilihan alternatif dalam kategori produk

tertentu.” Sensitivitas merek dipengaruhi persepsi terhadap perbedaan antar merek dan tingkat keterlibatan konsumen dalam kategori produk. Perilaku pembelian ulang dalam situasi sensitivitas merek yang kuat dikategorikan sebagai loyalitas, dimana konsumen cenderung mem beli ulang merek yang sama dan menganggap pilihan merek sangat penting baginya. Sebaliknya pembelian ulang dalam situasi sensitivitas merek yang lemah dikategorikan sebagai inersia, yakni konsumen cenderung membeli ulang merek yang sama, namun ia tak menga nggap nama merek itu penting, karena ia tidak bisa membedakan berbagai merek yang ada dan tidak terlibat secara intensif dalam pemilihan kategori produk.

Seorang pemasar akan berusaha keras untuk mengukur minat melakukan pembelian dari konsumen, serta me ngetahui faktor-faktor apa saja yang harus mempengaruhi minat tersebut.

2.7. Loyalitas

Loyalitas pelanggan merupakan komitmen yang mendalam dari pelanggan terhadap suatu produk, layanan, merek, atau peruasahaan (Oliver, 1999). Menurut BowendanChen (2001), terdapat tiga konseptual perspektif mengenai loyalitas untuk mendefinisikan loyalitas pelanggan: perspektif perilaku (behavioural perspective), perspektif sikap (attitudinal perspective) dan perspektif komposit (composite perspective).

Konsep loyalitas pelanggan lebih banyak dikaitkan dengan perilaku daripada sikap. Bila seseorang merupakan pelanggan loyal, ia menunjukkan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan (Griffin, 2005).


(31)

Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui siklus pembelian. Pembeli pertama kali akan bergerak melalui lima langkah: pertama, menyadari produk, dan kedua, melakukan pembelian awal. Kemudian, pembeli bergerak melalui dua tahap pembentukan sikap, yang satu disebut

“evaluasi pasca-pembelian” dan yang lainnya disebut “keputusan membeli kembali”. Bila keputusan membeli kembali telah disetujui, langkah kelima,

pembelian kembali, akan mengikuti. Urutan dari pembelian, evaluasi pasca -pembelian, dan keputusan membeli kembali, dengan demikian membentuk lingkaran pembelian kembali yang berulang beberapa kali atau beberapa ratus kali, selama terjalin hubungan antara pelanggan dengan perusahaan dan produk serta jasanya (Griffin, 2005).

Gambar 1. Siklus Pembelian

Menurut Yanovitch (2007), ada empat kebiasaan yang dapat membangun loyalitas yaitu:

1. Melihat melalui lensa pelanggan

Organisasi harus dapat meyakinkan pelanggan bahwa organisasi tersebut benar-benar peduli karena pelanggan m emiliki pilihannya sendiri dimana mereka dapat memenuhi kebutuhannya.

2. Memperhatikan lingkungan fisik

Apapun yang pelanggan lihat, dengar, rasakan, dan sentuh mempengaruhi pengalaman yang mereka dapat. Apabila lingkungan fisik dari organisasi terkondisikan dengan baik maka pengalaman pelanggan

Lingkaran pembelian kembali


(32)

terhadap perusahaan juga akan positif dan hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan.

3. Melebihi ekspektasi pelanggan

Memenuhi ekspektasi pelanggan mungkin dapat memuaskan mereka, tapi itu saja tidak cukup untuk membangun loyalitas mereka untuk selalu datang kembali. Sebuah organisasi harus dapat melebihi ekspektasi pelanggannya sehingga pelanggan akan merasa bernilai dan dihargai. 4. Membuat urusan bisnis dengan pelanggan menjadi mudah

Banyak prosedur dan sistem yang didesain oleh organisasi memberikan kesulitan untuk pelanggan (dan juga pegawai) karena biasanya sistem dan prosedur tersebut dibuat berdasarkan pada lensa organisasi.

2.7.1 Jenis Loyalitas

Menurut Griffin (2005), ada empat jenis loyalitas yait u:

1. Tanpa loyalitas, keterikatan yang rendah disertai dengan pembelian berulang yang rendah pula.

2. Loyalitas yang lemah, jenis loyalitas dengan keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi. Pelanggan membeli karena kebiasaan.

3. Loyalitas tersembunyi, jenis loyalitas dimana tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah. Bila pelanggan memiliki loyalitas tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berula ng.

4. Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang lebih disukai untuk semua pelanggan di setiap perus ahaan.

Pembelian berulang

Keterikatan relatif

Gambar 2. Bagan Empat Jenis Loyalitas (Griffin, 2005)

Tinggi Rendah Tinggi Loyalitas premium Loyalitas

tersembunyi Rendah Loyalitas yang

lemah

Tanpa loyalitas


(33)

2.7.2 Tahap-tahap Loyalitas

Menurut Dharmanesta (1999), tahap-tahap loyalitas terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Tahap pertama: loyalitas kognitif, pada tahapan ini konsumen menggunakan basis informasi yang secara memaksa menunjuk pada suatu merek atas merek lainnya. Jadi loyalitasnya didasarkan pada keyakinan konsumen terhadap basis informasi yang dicerminkan oleh kualitas merek. Loyalitas tahap pertama ini bukan merupakan bentuk loyalitas yang kuat.

2. Tahap kedua: loyalitas afektif, tahap ini berkaitan dengan sikap konsumen yang didorong oleh kepuasan dan kesukaan konsumen. Loyalitas tahap ini jauh lebih sulit berubah karena loyalitasnya sudah masuk ke dalam benak konsumen sebagai sikap. namun demikian loyalitas afektif ini masih tetap belum manjamin adanya loyalitas. Loyalitas tahap ini dicerminkan ole h tingkat kesukaan dan tingkat kepuasan konsumen.

3. Tahap ketiga: loyalitas konatif, merupakan kondisi konsumen yang loyal yang dipengaruhi oleh niatan untuk melakukan sesuatu (dimensi konatif) yang mencakup niat atau komitmen yang tinggi untuk melakukan pembelian. Jenis komitmen pada tahap ini sudah melampaui loyalitas afektif. Niat untuk melakukan pembelian ulang dapat dianggap sebagai tanda awal munculnya loyalitas.

4. Tahap keempat: loyalitas tindakan, yaitu tahap dimana aspek konatif atau niat melakukan telah mengalami perkembangan, yaitu dikonversi menjadi perilaku atau tindakan.

2.8. Structural Equation Modeling (SEM)

Menurut Bagozzi dan Fornell dalam Ghozali dan Fuad (2005),

Structural Equation Modeling (SEM) merupakan generasi kedua teknik analisis multivariat yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Model SEM ini dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh


(34)

model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas dalam penelitian statistik.

2.8.1 Variabel dalamStructural Equation Modeling

Alat analisis SEM berguna utuk mengetahui keterkaitan hubungan linier secara simultan variable -variabel indikator yang sekaligus melibatkan variabel latennya. Penjelasan dari variabel laten dan variabel indikator adalah sebagai berikut:

1. Variabel laten (latent variable)

Variabel laten merupakan konsep abstrak, misalkan : perilaku, perasaan, dan motivasi. Variabel laten ini hanya dapat diamati secara tidak langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel teramati. Variabel laten dibedakan menjadi dua yaitu variabel eksogen dan endogen. Variabel eksogen setara dengan variabel bebas, sedangkan variabel endogen setara dengan variabel terikat. Notasi matematik dari variabel laten eksogen adalah huruf Yunani  (ksi) dan variabel laten endogen ditandai dengan huruf Yunani (eta).

2. Variabel teramati (observed variable) atau variebel terukur ( measured variable)

Variabel teramati adalah variabel yang dapat diamati atau dapat diukur secara enpiris dan sering disebut sebagai indikator. (Efferin, 2008). Variabel teramati merupakan efek atau ukuran dari variabel laten. Pada metoda penelitian survei dengan menggunakan kuesioner, se tiap pertanyaan pada kuesioner mewakili sebuah variabel teramati. Variabel teramati yang berkaitan atau merupakan efek dari variabel laten eksogen diberi notasi matematik dengan label X, sedangkan yang berkaitan dengan variabel laten endogen diberi label Y .

2.8.2 ModelStructural Equation Modeling

SEM memiliki dua elemen atau model, yaitu model struktural (structural equation model) dan model pengukuran (measurement model). Model struktural menggambarkan hubungan diantara variabel -variabel laten. Setiap variabel laten mempunyai beberapa ukuran atau variabel teramati atau indikator. Variabel laten dihubungkan dengan variabel


(35)

-variabel teramati melalui model pengukuran yang berbentuk analisis faktor. Setiap variabel laten dimodelkan sebagai sebuah faktor yang mendasa ri variabel-variabel terkait.

λ1 λ1

γij

λ2 λ2

ϛ

Gambar 3. Model Struktural

Keterangan:

η = Variabel endogen (laten tak bebas)

ξ = Variabel eksogen (laten bebas)

γij = Besar muatan faktor ξ dalam membentuk η j

ϛ = Tingkat kesalahan yang terjadi pada penghitungan variabel η λ =Loading factor(koefisien jalur)

Model persamaan struktural dirumuskan sebagai berikut:

η = B η + Г ξ +ϛ... ... (1) Keterangan:

η = vektor variabel laten tak bebas (endogen) berukuran m x l

B = Matriks koefisien variable laten tak bebas (endogen) terhadap endogen berukuran m x m

ξ = Vektor variabel laten bebas (eksogen) berukuran n x l

Г = Matriks koefisien variabel laten bebas (eksogen) terhadap endogen berukuran m x n

∑ = Vektor sisaan acak hubungan antara endogen dan eksogen berukuran m x l

Dimana,

m = Banyaknya variabel laten tak bebas (endogen) n = Banyaknya variabel laten bebas (eksogen)

X1

X2

ξ η

Y1

Y2

δ1

δ2

ε

1


(36)

Model selanjutnya adalah model pengukuran dimana variabel -variabel teramati dihubungkan dengan variabel latennya melalui model panegukuran yang berbentuk analisis faktor. Model persamaan pengukuran secara umum adalah sebagai berikut:

y = Λyη + ε ... ... .. (2)

x = Λxξ + δ ... ... .. (3) Keterangan:

y = Vektor variabel indikator bagi variabel laten tak bebas (endogen) berukuran p x l

x = Vektor variabel indikator bagi variabel laten bebas (eksogen) berukuran q x l

Λy = matriks koefisien y terhadap endoge n berukuran p x m

Λx = Matriks koefisien x terhadap endogen berukuran q x n

ε = Vektor sisaan pengukuran dari y berukuran p x l

δ = Vektor sisaan pengukuran dari x berukuran q x l Dimana,

p = Banyaknya variabel indikator bagi variabel laten tak bebas (endogen)

q = Banyaknya variabel indikator bagi variabel laten bebas (eksogen) Menurut Ghozali dan Fuad (2005), ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi model struktural, yaitu: (1) Tanda atau arah hubungan antara variabel -variabel laten, (2) Signifinsi parameter yang diestimasi, dan (3) Koefisien determinasi (R2).

1. Tanda (arah) hubungan antara variabel -variabel laten mengindikasikan apakah hasil hubungan antara variabel -variabel tersebut memiliki pengaruh yang sesuai dengan yang dihipotesiskan.

2. Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan -hubungan antar variabel laten. Batas untuk menolak atau menerima suatu hubungan dengan tingkat signifikansi 5 persen adalah 1,96 (nilai mutlak), dimana apabi la nilai t terletak di antara -1,96 dan 1,96 maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh harus ditolak, sedangkan apabila nilai t lebih besar


(37)

daripada 1,96 atau lebih kecil daripada -1,96 harus diterima dengan taraf signifikansi sebesar 5 persen.

3. Koefisien determinasi (R2) pada persamaan struktural mengindikasikan jumlah varian pada variabel laten endogen yang dapat dijelaskan secara simultan oleh variabel -variabel laten independen. Semakin tinggi nilai R2, maka semakin besar variabel -variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel endogen, sehingga persamaan struktural juga semakin baik.

2.8.3 Evaluasi Kesesuaian Model

Tujuan dari tahapan evaluasi kesesuaian model adalah untuk mengevaluasi derajat kesesuaian atau Goodness of Fit (GOF) antara data dan model. Berikut ini adalah derajat kesesuaian dan cut-off value yang digunakan untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. 1. χ2–Chi Square Statictic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah.

2. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam nilai yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom.

3. Goodness of Fit Index (GFI)

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dan varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebua h ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah


(38)

4. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

AGFI adalah analog dari R2 dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisen yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan pro porsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel.

5. CMIN/df

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/ df, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu i ndikator untuk

mengukur tingkat kesesuaian sebuah model. Nilai χ2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit

antara model dan data. 6. Normed Fit Index(NFI)

NFI adalah sebuah alternatif incremental fit indexyang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebua h model adalah penerimaan ≥ 0,90 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. Comparative Fit Index(CFI)

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi

a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,90. Tabel 3. Indeks Pengujian Kelayakan Model

Goodness of Fit Index Cut off value

χ2–Chi Square Statictic < chi square table

RMSEA ≤ 0,08

GFI ≥ 0,90

AGFI ≥ 0,90

CMIN/DF ≤ 2,00

NFI ≥ 0,90


(39)

2.9. Skala Likert

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert yakni sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan skala likert dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

... ... (8)

Setelah memperoleh rataan skor dari masing-masing pernyataan, kemudian dihitung skor rataan akhir dengan rumus:

... ... (9)

Keterangan:

= Skor rataan pernyataan

fi = Frekuensi yang memilih pernyataan ke -i

n = Jumlah responden yang memilih pernyataan tersebut = Skor rataan akhir

Skor = 1 : Sangat tidak setuju 4 : Setuju 2 : Tidak setuju 5 : Sangat setuju 3 : Cukup Setuju

Skor rataan akhir yang telah diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan kriteria yang akan menentukan penilaian sikap konsumen terhadap produk, harga, minat beli ulang, dan loyalitas konsumen. Kriteria yang digunakan adalah dengan rentang skala (RS) dengan menggunakan rumus:

... ...(10) Keterangan:

m = Skor tertinggi yang digunakan (skor 5) n = Skor terndah yang digunakan (skor 1) b = Jumlah kelas (5 kelas)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, didapatkan panjang Rentang Skala (RS) dengan jumlah kelas sebanyak lima


(40)

adalah sebesar 0,8. Selanjutnya kriteria yang diperoleh digunakan untuk mengukur produk, harga, minat beli ulang, dan loyalitas kons umen. Kriteria skor rataan akhir dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 4. Kriteria Skor Rataan Akhir

No Skor Rataan Keterangan

1 1,00–1,80 Sangat tidak setuju/sangat rendah/sangat buruk 2 1,81–2,60 Tidak setuju/rendah/buruk

3 2,61–3,40 Ragu-ragu/cukup tinggi/cukup baik 4 3,41–4,20 Setuju/tinggi/baik

5 4,21–5,00 Sangat setuju/sangat tinggi/sangat baik 2.10. Penelitian Terdahulu

Harnasari (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor. Salah satu tujuan dari penelitiannya adal ah menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk Cimory Yoghurt Drink. Hasil dari penelitian yang menggunakan analisis IPA dan CSI ini adalah Hasil analisis tingkat kepenti ngan dan kinerja menunjukkan atribut yang memiliki peringkat kinerja tertinggi adalah pilihan rasa (3,20). Atribut yang memiliki peringkat kinerja terendah adalah volume (2,76). Hasil kuadran IPA menunjukkan bahwa tidak ada atribut yang memiliki prioritas tinggi untuk segera diperbaiki oleh perusahaan. Namun, atribut yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki saat ini adalah rasa asam

yoghurt, kekentalan minuman, kemasan, volume dan harga. Atribut yang perlu dipertahankan adalah pilihan rasa, kandungan nutrisi dan informasi produk (label halal, izin BPOM RI dan tanggal kadaluarsa). Perusahaan juga perlu mempertimbangkan tindakan untuk atribut yang dinilai memiliki kinerja yang berlebihan yaitu atribut aroma dan merek. Hasil IPA digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan secara keseluruhan kinerja atribut dengan CSI. Hasil CSI menunjukkan nilai kepuasan pelanggan adalah 74,23 persen dan berada pada kriteria puas. Kepuasan per atribut tertinggi dimiliki oleh atribut informasi pada produk (8,5 %) dan kepuasa n atribut terendah dimiliki oleh atribut volume (6,625 %).


(41)

Darmawan (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Loyalitas Pelanggan

Hypermarket Giant Taman Yasmin Bogor. Tujuan dari penelitiannya adalah: (1) Menganalisis tingkat persepsi pelanggan, nilai pelanggan, daya saing, kualitas pelayanan jasa, dan loyalitas pelanggan Giant Taman Yamin, (2) Menganalisis pengaruh persepsi pelanggan, nilai pelanggan, daya saing, kualitas pelayanan jasa terhadap loyalitas p elanggan Giant Taman Yasmin, (3) Menganalisis variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas pelanggan Giant Taman Yasmin. Hasil dari penelitiannya adalah menunjukkan bahwa tingkat persepsi pelanggan, nilai pelanggan, daya saing, kualitas pelayanan jasa, dan loyalitas pelanggan di Giant Taman Yasmin tergolong baik atau tinggi. Analisis SEM menyatakan bahwa keempat variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan dengan nilai factor loading () dan t-value masing-masing: persepsi pelanggan sebesar 0,35 (4,03), nilai pelanggan sebesar 0,19 (3,17), daya saing sebesar 0,24 (3,24), dan kualitas pelayanan jasa sebesar 0,38 (4,29). Variabel kualitas pelayanan jasa memiliki pengaruh paling besar terhadap loyalitas pelanggan dengan nilailoading factor() sebesar 0,38.

Budi (2010) meneliti tentang pengaruh harga, lokasi dan promosi terhadap minat pembelian ulang pada Supermarket Glora Jl AR Hakim Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana faktor harga, lokasi, dan promosi mempengaruhi minat pembelian ulang pada Supermarket Glora Jln AR Hakim Medan dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi minat pembelian ulang pada supermarket tersebut. Alat analisis yang digunakan dalam penelitia n ini adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan variabel harga dan lokasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang pada pelanggan Supermarket Gelora Jln AR Hakim Medan, sedangkan secara parsial variabel bebas yaitu harga, lokasi, dan promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu minat pe mbelian ulang dimana variabel promosi merupakan variabel yang paling mempengaruhi perpindahan merek.


(42)

Dwiyanto, et.al. (2008) meneliti tentang faktor -faktor yang mempengaruhi minat beli ulang produk serta dampaknya terhadap loyalitas pelanggan. Penelitian ini akan menjelaskan aspek penting dari kualitas produk, intensitas promosi, harga dan minat beli ulang serta loyalitas

pelanggan pada produk merek “Sakatonik Liver” di kota Semarang. Hasil

model penuh yang cocok yang diperoleh dengan analisis SEM adalah sebagai berikut: Chi Square= 146,876; probabilitas= 0,122; RMSEA= 0,033; GFI= 0,903; AGFI= 0,870; Cmin/DF= 1,147; TLI= 0,981; CFI= 0,984. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kualitas produk, intensitas promosi, serta perceived price berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Minat beli ulang juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan.

2.11. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan adalah:

H1 : Atribut produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang.

H2 : Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. H3 : Minat beli ulang berpengaruh positif dan signifikan terhadap

loyalitas konsumen.

Hipotesis yang disebutk an di atas dapat dijelaskan dengan gambar tentang kerangka hipotesis pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 . Kerangka Hipotesis Penelitian

H1

H2

H3 Atribut

Produk

Harga

Minat Beli Ulang

Loyalitas Pelanggan


(43)

Uji hipotesis dalam SEM langsung dapat dilihat dari fit indeks model hasil estimasi. Hipotesis yang diuji adalah: H0:∑ = ∑ (θ) lawan H1:∑ ≠ ∑

(θ), dengan ∑ adalah matriks input, sedangkan ∑ (θ) adalah matriks hasil

dugaan. Hipotesis H0menyatakan bahwa matriks dugaan dari model SEM mampu mempresentasikan data dengan baik sedangkan H1sebaliknya.


(44)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Semakin pesatnya perkembangan industri pengolahan susu menjadikan persaingan di dalamnya juga semakin tinggi. Hal ini menyebabkan semua perusahaan yang berada dalam industri ini harus semakin pintar dalam men erapkan berbagai strategi agar dapat bertahan dalam industri tersebut. PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory) merupakan salah satu perusahaan yang boleh dikatakan baru dalam industri pengolahan susu. Salah satu produk unggulannya adalah Cimory Yoghurt Drink yang merupakan bentuk produk turunan dari susu. Melihat semakin besarnya peluang untuk dapat berkembang dan melebarkan pangsa pasarnya, Cimory dituntut untuk dapat memiliki strategi yang efektif agar dapat mendapatkan peluang tersebut. Aspek penting dalam su atu bisnis salah satunya adalah konsumen, karena tanpa konsumen mustahil suatu perusahaan dapat menjalankan usahanya.

Sampai saat ini ruang lingkup pemasaran PT Cimory masih terbatas pada wilayah tertentu sehingga masih belum bisa untuk mendapatkan konsumen sebanyak para pesaingnya yang lebih dulu berkecimpung dalam industri ini. Selain itu faktor tidak adanya iklan di media menjadikan produk Cimory belum dikenal luas oleh masyarakat. Oleh sebab itu, PT Cimory harus lebih fokus dalam menjaga tingkat kualit as produk, menjaga reputasi perusahaan agar selalu baik dimata konsumen , serta keputusan dalam penetapan harga yang bersaing. Hal ini berkaitan dengan tingkat minat beli ulang para konsumen apabila telah melakukan pembelian produk Cimory. Adanya minat beli ulang dari para konsumen dapat mengindikasikan jika para konsumennya memiliki loyalitas dan tidak berpikir untuk beralih ke produk lain.

Penelitian ini meneliti pengaruh dua elemen marketing mix yakni produk dan harga terhadap minat beli ulang serta dampaknya terhadap tingkat loyalitas konsumen. Peneliti tidak menggunakan dua elemen


(45)

hanya mengambil kasus di CMP Botani Square Bogor sehingga penggunaan elemen place tidak bisa merepresentasikan hasil yang baik karena saluran distribusi PT Cimory tidak hanya sebatas pada CMP Botani Square Bogor. Elemenpromotion tidak dimasukkan dalam penelitian ini dikarenakan tidak adanya program promosi langsung yang dilakukan oleh PT Cimory terhadap produk Cimory Yoghurt Drink. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyebarkan kuesioner kepada responden yang sebelumnya pernah membeli dan mengkonsumsi produk Cimory Yoghurt Drink. Apabila data telah terkumpul, selanjutnya dianal isis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) terhadap variabel -variabel yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Jika model sudah fit maka diperoleh nilai hubungan dan pengaruh antar variabel yang diteliti. Hasil analisis tersebut dapat dijadika n rekomendasi bagi perusahaan agar dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat bagan alur kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 5.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Cimory Resto Jalan Raya Puncak, Cisarua Bogor serta di Cimory Plus Botani Square. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena Cimory Plus merupakan outlet resmi dari Cimory dan di wilayah kota Bogor hanya terdapat pada Botani Square. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 hingga Januari 2011.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari konsumen Cimory Yoghurt Drink

yang melakukan pembelia n di CMP Botani Square Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari profil perusahaan, hasil -hasil penelitian sebelumnya, dan berbagai literature untuk mendukung serta memenuhi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang diperoleh dari buku,


(46)

tulisan ilmiah, media massa baik cetak maupun elektronik, internet, dan sumber lainnya yang dapat dipercaya.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.4. Jumlah Data dan Metode Penarikan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah konsumen Cimory Yoghurt Drink

di Kota Bogor. Metode penarikan sampel yang dipilih adalah non-probability sampling dan teknik non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang menjadi respon den adalah sampel yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peneliti sehingga dap at mengurangi bias penelitian . Sampel yang digunakan sebagai responden

Pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen Rekomendasi bagi Perusahaan Minat Beli Ulang:

1. Keinginan untuk menggunakan produk 2. Rencana menggunakan

produk di masa datang 3. Kebutuhan dalam

menggunakan produk

Loyalitas Pelanggan: 1. Repeat purchase

2. Refers others

3. Immunity

Strategi Mempertahankan Pelanggan Produk Cimory Yoghurt Drink dengan dua elemenMarketing Mix

yakniproductdanprice

Harga:

1. harga sesuai kualitas 2. harga masih masuk

akal

3. harga terjangkau Produk:

1. Performance 2. Features 3. Durability 4. Aesthetic

Persaingan Industri Yoghurt PT Cisarua Mountain Dairy (PT Cimory)


(47)

dalam penelitian ini adalah konsumen Cimory Yoghurt Drink yang membeli di outlet Cimory Plus Botani Square yang telah melakukan pembelian sebanyak lebih dari dua kali.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 150 responden, karena di dalam SEM jumlah sampel ditentukan dari jumlah indikator yang dipakai dengan perbandingan 1:5. Penelitian ini menggunakan variabel indikator sebanyak 19 sehingga jumlah sa mpel yang harus dipenuhi adalah minimal 95 responden. Agar didapatkan hasil yang lebih bagus, maka jumlah sampel ditambah sehingga menjadi 150 orang.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan responden yang tela h ditentukan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu . Sebelum menyebarkan kuesioner, peneliti terlebih dahulu menanyakan kesediaan dari para konsumen yang telah selesai melakukan transaksi pembelian untuk mengisi kuesioner. Apabila konsumen setuju, maka saat itu juga ku esioner diisi oleh mereka. Kuesioner yang digunakan harus diuji terlebih dahulu menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan agar kuesioner ya ng digunakan memang akurat dan layak untuk digunakan. Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing -masing pertanyaan dengan skor total. Hasil dari r hitung selanjutnya dibandingkan dengan r tabel yakni sebesar 0,361. Jika r hitung lebih besar daripada 0,361 maka kuesioner tersebut valid. Cara menghitung reliabilitas suatu alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik Cronbach Coefficient Alpha. Nilai Cronbach Coefficient Alpha dihitung dengan bantuan software

SPSS Versi 13. Jika nilai Cronbach Coefficient Alpha lebih dari 0,6 dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan sudah reliabel.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dan menggunakan alat bantu pengolahan data berupa SPSS (Statistical Package


(48)

for Social Sciences) versi 1 3.0, Microsoft Excel 2007, dan LISREL (Linier Structural Relationship) versi 8. 70. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Structural Equation Modeling (SEM). Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan permodelan SEM adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama: Pengembangan Model Teoritis

Tahap pertama yang harus dilakukan dalam mengembangkan sebuah model penelitian yang di lakukan adalah dengan mencari dukungan teori yang kuat. Variabel yang diteliti diperoleh dari model teoritis yang telah dikembangkan pada telaah teoritis dan penelitian sebelumnya. Variabel -variebel yang terbentuk adalah:

a. Variabel Endogen

1) Minat beli ulang (MNTBL) dengan indikator -indikator sebagai berikut: Keinginan untuk Menggunakan Produk (Y1 1), Rencana Menggunakan Produk di Masa yang Akan Datang (Y 12), Kebutuhan untuk Menggunakan Produk (Y 13).

2) Loyalitas Konsumen (LYTS) dengan indikator -indikator sebagai berikut: Repeat Purchase (Y21), Refers Other1 (Y22), Refers Other2(Y23), danImmunity(Y24)

b. Variabel Eksogen

1) Produk (PRDK) dengan indikator-indikator sebagai berikut: Kandungan Nutrisi (X1 1), Manfaat bagi Pencernaan (X 12), Rasa (X13), Varian Rasa (X14), Tingkat Keasaman (X15), Aroma (X16), Masa Kadaluarsa (X 17), Desain Kemasan (X 18), Variasi Gambar (X19)

2) Harga (HRGA) dengan indikator -indikator sebagai berikut: Harga Sesuai Kualitas (X21), Harga Masih Masuk Akal (X22), Harga Terjangkau (X23).

2. Langkah kedua: Membentuk Diagram Alur

Model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama digambarkan dalam sebuah diagram alur, yang mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Hubungan antar variabel


(49)

dinyatakan melalui anak panah. Diagram alur pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

3. Langkah ketiga: Spesifikasi Model

Langkah selanjutnya adalah mengubah spesifikasi model ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun terdiri dari structural model dan measurement model. Penjelasan mengenai kedua persamaan tersebut telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

4. Langkah keempat: Memilih Matrik Input dan Estimasi Model

Input yang digunakan dalam analisis SEM ini adalah matrik korelasi dari hasil data kuesioner sedangkan estimasi model men ggunakan teknik

maximum likelihood (ML).

5. Langkah kelima: Identifikasi Model

Ada tiga jenis identifikasi model, yaitu under-identified model, just-identified model dan over-identified model. Under-identified model adalah suatu identifikasi model dim ana jumlah parameter yang diestimasi lebih besar daripada jumlah data. Just-identified model adalah identifikasi model dimana jumlah parameter yang diestimasi sama dengan jumlah data dan hanya mempunyai penyelesaian tunggal dalam persamaan tersebut. Over-identified model adalah identifikasi model dimana jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah data yang dilakukan melalui proses iterasi hingga dicapai nilai konvergensi yang stabil.

Gambar 6. Diagram Alur

X11 X12 X13 X14

X15 X16 X17 X18 X19

X21 X22 X23

PRDK

HRGA

MNTBL

LYTS

Y11

Y12

Y13

Y21

Y22

Y23


(1)

Lanjutan Lampiran 5.

Set Error Covariance between X19 and X16 correlate Set Error Covariance between X21 and Y24 correlate Set Error Covariance between X22 and X18 correlate Set Error Variance of X23 to 0.01

Options ME=ML AD=OFF IT=500 Path Diagram

End of Problem Sample Size = 150 LOYALITAS

Correlation Matrix

Y11 Y12 Y13 Y21 Y22 Y23 ---Y11 1.00

Y12 0.67 1.00 Y13 0.71 0.63 1.00 Y21 0.45 0.28 0.48 1.00

Y22 0.41 0.30 0.35 0.38 1.0 0 Y23 0.51 0.40 0.47 0.31 0.79 1.00 Y24 0.57 0.56 0.66 0.36 0.43 0.55 X11 0.35 0.40 0.34 0.22 0.30 0.38 X12 0.30 0.44 0.34 0.14 0.20 0.27 X13 0.42 0.39 0.23 0.09 0.28 0.28 X14 0.45 0.40 0.21 0.19 0.47 0.45 X15 0.27 0.31 0.22 0.06 0.23 0.34 X16 0.20 0.21 0.13 -0.08 0.09 0.17 X17 0.13 0.18 0.18 0.14 0.22 0.31 X18 0.17 0.24 0.15 0.17 0.17 0.20 X19 0.17 0.20 0.16 0.01 0.04 0.14 X21 0.24 0.26 0.14 0.22 0.46 0.36 X22 0.23 0.30 0.05 0.09 0.38 0.36 X23 0.31 0.41 0.17 0.09 0.47 0.41

Correlation Matrix

Y24 X11 X12 X13 X14 X15 ---Y24 1.00

X11 0.31 1.00 X12 0.21 0.52 1.00 X13 0.33 0.45 0.20 1.00 X14 0.37 0.44 0.37 0.68 1.00

X15 0.25 0.32 0.27 0.55 0.51 1.00 X16 0.11 0.46 0.35 0.47 0.38 0.32 X17 0.15 0.24 0.35 0.28 0.29 0.17 X18 0.15 0.15 0.19 0.25 0.23 0.15 X19 0.14 0.20 0.13 0.18 0.20 0.04 X21 0.27 0.14 0.22 0.28 0.31 0.19 X22 0.13 0.16 0.20 0.31 0.35 0.21 X23 0.21 0.26 0.27 0.36 0.42 0.27


(2)

Correlation Matrix

X16 X17 X18 X19 X21 X22 ---X16 1.00

X17 0.37 1.00 X18 0.42 0.28 1.00 X19 0.33 0.10 0.79 1.00 X21 0.11 0.13 0.23 0.04 1.00

X22 0.11 0.18 0.37 0.2 1 0.79 1.00 X23 0.23 0.23 0.34 0.25 0.70 0.81

Correlation Matrix X23

---X23 1.00

LOYALITAS

Number of Iterations = 43

LISREL Estimates (Maximum Likelihood) Measurement Equations

Y11 = 0.88*MNTBL, Errorvar.= 0.23 , R² = 0.77 (0.048)

4.85

Y12 = 0.78*MNTBL, Errorvar.= 0.39 , R² = 0.61 (0.071) (0.057)

11.02 6.86

Y13 = 0.80*MNTBL, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.61 (0.072) (0.059)

11.11 7.00

Y21 = 0.46*LYTS, Errorvar.= 0.77 , R² = 0.22 (0.094)

8.16

Y22 = 0.54*LYTS, Errorvar.= 0.67 , R² = 0.30 (0.12) (0.089)

4.46 7.49

Y23 = 0.69*LYTS, Errorvar.= 0.51 , R² = 0.48 (0.14) (0.076)

4.88 6.72

Y24 = 0.75*LYTS, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.58 (0.14) (0.068)

5.29 6.03

X11 = 0.60*PRDK, Errorvar.= 0.64 , R² = 0.36 (0.080) (0.081)


(3)

Lanjutan Lampiran 5.

X12 = 0.55*PRDK, Errorvar.= 0.67 , R² = 0.31 (0.082) (0.086)

6.69 7.81

X13 = 0.83*PRDK, Error var.= 0.35 , R² = 0.67 (0.076) (0.073)

10.87 4.78

X14 = 0.75*PRDK, Errorvar.= 0.39 , R² = 0.59 (0.074) (0.069)

10.18 5.72

X15 = 0.62*PRDK, Errorvar.= 0.61 , R² = 0.39 (0.078) (0.077)

8.04 7.89

X16 = 0.57*PRDK, Er rorvar.= 0.67 , R² = 0.33 (0.079) (0.083)

7.25 8.10

X17 = 0.43*PRDK, Errorvar.= 0.82 , R² = 0.18 (0.082) (0.097)

5.21 8.41

X18 = 0.32*PRDK, Errorvar.= 0.93 , R² = 0.10 (0.083) (0.10)

3.87 9.01

X19 = 0.25*PRDK, Errorvar.= 0.92 , R² = 0.062 (0.083) (0.10)

2.97 8.77

X21 = 0.70*HRGA, Errorvar.= 0.52 , R² = 0.49 (0.069) (0.059)

10.16 8.82

X22 = 0.78*HRGA, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.64 (0.065) (0.040)

12.09 8.61

X23 = 0.99*HRGA, Err orvar.= 0.0100, R² = 0.99 (0.058)

17.09

Error Covariance for Y21 and Y13 = 0.18 (0.048) 3.81 Error Covariance for Y23 and Y21 = -0.07

(0.037) -2.00 Error Covariance for Y23 and Y22 = 0.39

(0.072) 5.42 Error Covariance for Y24 and Y13 = 0.14

(0.043) 3.28 Error Covariance for Y24 and Y22 = -0.03

(0.035) -0.71 Error Covariance for X12 and Y12 = 0.11

(0.044) 2.45 Error Covariance for X12 and X11 = 0.16

(0.061) 2.58


(4)

Lanjutan Lampiran 5.

Error Covariance for X13 and Y23 = -0.11 (0.031) -3.55 Error Covariance for X13 and X12 = -0.24 (0.049) -4.97 Error Covariance for X14 and Y13 = -0.15 (0.035) -4.15 Error Covariance for X14 and Y22 = 0.11

(0.034) 3.22 Error Covariance for X14 and X13 = 0.027

(0.055) 0.49 Error Covariance for X18 and Y21 = 0.16

(0.061) 2.65 Error Covariance for X18 and X11 = -0.10

(0.033) -2.94 Error Covariance for X18 and X16 = 0.29

(0.068) 4.21 Error Covariance for X18 and X17 = 0.10

(0.039) 2.61 Error Covariance for X19 and Y21 = 0.0075

(0.063) 0.12 Error Covariance for X19 and X16 = 0.19

(0.067) 2.88 Error Covariance for X19 and X18 = 0.72

(0.093) 7.76 Error Covariance for X21 and Y24 = 0.11

(0.034) 3.34 Error Covariance for X21 and X19 = -0.12

(0.031) -3.77 Error Covariance for X22 and X18 = 0.099 (0.024) 4.10 Error Covariance for X22 and X21 = 0.23

(0.037) 6.25 Structural Equations

MNTBL = 0.53*PRDK + 0.15*HRGA, Errorvar.= 0.63 , R² = 0.37 (0.096) (0.085) (0.11)


(5)

Lanjutan Lampiran 5.

LYTS = 0.88*MNTBL, Errorvar.= 0.23 , R² = 0.77

(0.16) (0.11)

5.34 2.18

Reduced Form Equations

MNTBL = 0.53*PRDK + 0.15*HRGA, Errorvar.= 0.63, R² = 0.37 (0.096) (0.085)

5.54 1.77

LYTS = 0.46*PRDK + 0.13*HRGA , Errorvar.= 0.71, R² = 0.29 (0.12) (0.078)

4.01 1.69

Correlation Matrix of Independent Variables PRDK HRGA

PRDK 1.00 HRGA 0.44 (0.07)

6.21

1.00

Covariance Matrix of Latent Variables

MNTBL LYTS PRDK HRGA MNTBL 1.00

LYTS 0.88 1.00

PRDK 0.60 0.52 1.00

HRGA 0.39 0.34 0.44 1.00

Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 126

Minimum Fit Function Chi -Square = 235.73 (P = 0.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi -Square = 209.67 (P = 0.00)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 83.67 90 Percent Confidence Interval for NCP = (47.72 ; 127.51)

Minimum Fit Function Value = 1.58 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.56 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.32 ; 0.86) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.067

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.050 ; 0.082) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.046

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.27 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.02 ; 2.56)

ECVI for Saturated Model = 2.55 ECVI for Independence Model = 19.92

Chi-Square for Independence Model with 171 Degrees of Freedom = 2929.81 Independence AIC = 2967.81

Model AIC = 337.67 Saturated AIC = 380.00 Independence CAIC = 3044.01

Model CAIC = 594.35 Saturated CAIC = 1142.02


(6)

Normed Fit Index (NFI) = 0.92 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.68

Comparative Fit Index (CFI) = 0.96 Incremental Fit Index (IFI) = 0.96

Relative Fit Index (RFI) = 0.89 Critical N (CN) = 105.82

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.081 Standardized RMR = 0.082 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.81 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.58