Teks dan Imaji Ekspatriat, Melanggengkan Wacana Kolonial

119 Wilhem tiba di Batavia pada tahun 1910 saat bekerja pada sebuah perusahaan Jerman. Setelah berhenti dari pekerjaannya, ia pun ingin mencoba peruntungannya di koloni Belanda. Wilhem mengajukan permohonan menjadi warga negara Belanda dan memutuskan untuk bergabung dengan KNIL. Lalu Wilhem ditempatkan dalam pasukan Zeni di Cimahi. Dan di Cimahi pula Wilhem dan Djoemiha dipertemukan di sebuah warung makan. Selanjutnya, Wilhem meminta Djoemiha untuk menjadi moentji sebutan bagi nyai atau gundik pribumi di dalam tangsi-tangsi tentara kolonial, hingga pada tahun 1915 dan 1916 mereka memperoleh dua orang anak yaitu sepasang anak laki-laki dan perempuan Baay, 2010:247. Dari pemaparan yang disajikan oleh Baay, maka dapat diketahui bahwa teks foto yang terdapat pada JE edisi ke 42 tersebut adalah sebuah kekeliruan. Majalah JE mendeskripsikan foto hanya sebagai “an early mixed marriage in 1845 between a Dutch KNIL soldier and a girl from Purworedjo. Padahal, jika merujuk kepada masa kolonial pergundikan tidak sama dengan sebuah pernikahan. Pergundikan tidak tercatat sebagai pernikahan yang sah dalam hukum. Bahkan, mengenai persoalan pergundikan, perempuan pribumi tidak mendapatkan hak yang penuh sebagai istri maupun seorang ibu atas anak yang lahir dari suami yang bukan pribumi. Oleh karena itu, artikel yang disematkan pada foto an early mixed marriage in 1845 between a Dutch KNIL soldier and a girl from Purworedjo merupakan sebuah absurditas. Sementara itu, jika merujuk pada Baay diketahui bahwa penjelasan mengenai foto tersebut dapat dipahami dengan cukup baik; mulai dari keterangan objek di dalam foto, awal muasal pertemuan hingga kisah perjalanan hidup. Selain itu, Baay juga telah melakukan upaya dokumentasi dengan cukup baik mengenai pergundikan yang dialami Djoemiha. Dengan demikian, Majalah JE telah mengalami kesalahan, yang mana sumber 120 maupun narasi atas cover photo tidak disampaikan secara lugas dan terbuka kepada para pembaca. Gambar 2 Chatting On Facebook By Alim Boeana Cover Photo Jakarta Expat 78 th Edition Pada mulanya cover photo Majalah JE ini tidak memuat penjelasan atau suatu artikel pada edisi terbitnya. Namun pada dua edisi selanjutnya, JE memberikan penjelasan terkait foto tersebut karena telah mendapat tanggapan maupun komentar dari para pembaca. Tanggapan itu muncul sebagai reaksi dari cover photo tersebut yang telah memperlihatkan suku Dani tengah berada di hadapan teknologi, yaitu laptop; mempertontonkan suku Dani yang masih tradisional dengan modernitas. Beberapa pembaca menyebutnya sebagai tindakan‘eksploitatif’ dan menuduh ‘rasis’, sehingga meminta JE untuk segera menarik sirkulasi dan menyatakan permintaan maaf secara resmi kepada rakyat Papua. Atas adanya tanggapan tersebut, pihak Majalah JE lebih beranggapan lain dengan mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah menulis komentar terkait dengan penyajian cover tersebut. Majalah JE yang diwakilkan oleh Mark Twain, kemudian memberikan penjelasan mengenai latar belakang pemuatan foto tersebut.