c. Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan. d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembanganpembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
B. Belajar Aktif
1. Pengertian Belajar Aktif
Prinsip belajar aktif telah banyak dikemukakan oleh para ahli. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari diri siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah John Dewey 1916,
dalam Davies,1937: 31, dalam Dimyati Mudjiono, 1999: 44. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi Gage Berliner,
1984: 267, dalam Dimyati Mudjiono, 1999: 44-45. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.
Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu
mengindentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan
adanya latihan-latihan Dimyati Mudjiono, 1999: 45. Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil
beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati
diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Contoh kegiatan psikis seperti mengingat
kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan kegiatan psikis lainnya Dimyati Mudjiono, 1999:
114.
2. Tolak Ukur Keaktifan Siswa
Beberapa ahli mengemukakan cara untuk dapat mengukur kadar keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut dalam Usman, 2009:
23-26: a. Mc. Keachie mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar
mengajar di mana terdapat variasi kadar keaktifan sebagai berikut: 1 Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar
mengajar, 2 Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran,