DEFENISI OPERASIONAL METODE PENELITIAN

3.9. RENCANA MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA

a. Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, kemudian data tersebut diperiksa kembali tentang kelengkapannya sebelum ditabulasi dan diolah. Lalu data tersebut diberikan pengkodean untuk memudahkan dalam mentabulasi. Data ditabulasi ke dalam master tabel dengan menggunakan software Microsoft office exel 2011. b. Data numerik ditampilkan dalam nilai rata-rata + SD standard deviasi, sedangkan data katagorik ditampilkan dalam jumlah persentase. c. Hipotesa penelitian diuji dengan menggunakan uji chi-square untuk perbandingan dua proporsi dan uji t - test independen untuk perbandingan nilai rata-rata dengan standart deviasi. d. Interval kepercayaan 95 dengan nilai p 0.05 dianggap bermakna secara statistik.

3.10. DEFENISI OPERASIONAL

a. Anestesi spinal adalah tehnik anestesi dengan memasukkan obat anestesi dengan bantuan jarum spinal ke dalam ruang CSF dengan harapan terjadi blokade sensorik nyeri, motorik gerak, dan autonom. b. Analgesia adekuat adalah penilaian dengan skor 0 = sakit atau 1 = tidak sakit dengan pinprick pada pasien yang dilakukan anestesia spinal Universita Sumatera Utara sampai dermatom Th6 dan skor VAS 2. Bila pasien sakit VAS 2 maka pasien diberikan fentanil 1-2 mikro kgBB. c. VAS Visual Analogue Scale adalah skala nyeri yang dibuat untuk menentukan tingkat intensitas nyeri dengan menggunakan kertas yang diberi angka 0 – 10 cm dengan angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri hebat yang bisa dirasakan oleh pasien. d. Hipotensi adalah penurunan tekanan darah sistolik 90 mmHg dan MAP 60 mmHg. Dilakukan segera pemberian efedrin 5-10 mg. e. Pinprick merupakan test yang dilakukan untuk menentukan derajat sensoris pasien dengan cara penusukan dengan jarum. f. Bevel adalah ujung jarum spinal. g. Jarum spinal Quincke 25G adalah jarum spinal dengan ujung jarum memotong cutting dimana yang dipakai pada penelitian ini adalah jarum spinal Spinocan 25G. h. Bedah sesar merupakan istilah yang digunakan untuk tindakan operasi dibagian kebidanan untuk melahirkan janin melalui tindakan pembedahan. Universita Sumatera Utara i. Bupivakain HCl adalah salah satu obat anestesi lokal golongan amida, dimana mekanisme kerjanya memblok transmisi impuls saraf temperatur, nyeri, sentuhan dan fungsi motorik tubuh. j. Hiperbarik perbandingan densitas antara local anestesi pada suhu tertentu dengan CSF pada suhu tertentu dengan hasil diatas 1.001. CSF densitas 1,0001 - 1,0005 gl. k. Dosis adalah massa dari obat yang diberikan ke ruang subarachnoid yang mempengaruhi onset, durasi, dan penyebaran anestesia l. Koloading adalah pemberian cairan kristaloid RL 10 mlkgBB saat dilakukan anestesia spinal. m. Gagal spinal adalah pasien yang dilakukan anestesia spinal tetapi tidak berhasil dan beralih ke anestesia umum. n. Alergi obat adalah pasien dengan riwayat alergi terhadap obat anestesia lokal. o. Kontraindikasi spinal adalah pasien dengan gangguan hemostasis, hipovolemia, dan penolakan. p. Skala bromage adalah pengukuran terhadap kekuatan motorik pasien 0 = Gerak kaki bebas 1 = Tungkai lutut tidak dapat diangkat dan kaki dapat digerakkan 2 = Tungkai dan lutut tidak dapat diangkat tetapi tapak kaki dapat bergerak 3 = Kaki tidak bergerak Universita Sumatera Utara

3.11 MASALAH ETIKA

Dokumen yang terkait

Perbandingan Mula Kerja dan Lama Kerja Analgesia Bupivakain 0,5% Hiperbarik 7,5 mg Ditambah Fentanil 25 mcg dengan Bupivakain 0,5% Hiperbarik 7,5 mg Ditambah Meperidin 25 mg Pada Bedah Sesar dengan Anestesi Regional Subarakhnoid

5 109 145

Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal

1 38 69

Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal

0 1 17

Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal

0 1 3

Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal

0 0 10

Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal

0 1 28

Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal

1 1 3

Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 REGIONAL ANESTESIA - Perbandingan efek analgesia dan kejadian hipotensi akibat anestesia spinal pada operasi bedah sesar dengan bupivakain 0.5% hiperbarik 10 mg dan 15 mg

0 0 48

PERBANDINGAN LAMA ANALGESIA BUPIVAKAIN HIPERBARIK + MORFIN INTRATEKAL DENGAN BUPIVAKAIN HIPERBARIK + NaCl INTRATEKAL PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL - Repository UNRAM

0 0 12