2 Pengaruh secara parsial dari variabel pelatihan terhadap kinerja staf proyek memiliki nilai signifikansi 0.001
. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel pelatihan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja staf proyek. Dari persamaan regresi didapat koefisien pendidikan bernilai 0.319, hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh pelatihan searah dengan kinerja staf proyek pada Divisi Gedung Waskita.
3 Pengaruh secara parsial dari variabel pengembangan terhadap kinerja Staf Proyek memiliki nilai signifikansi 0.034
. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel
pengembangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja Staf Proyek. Dari persamaan regresi didapat koefisien pengembangan bernilai 0.271, hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh pengembangan searah dengan kinerja staf proyek pada Divisi Gedung Waskita.
6.5 Pembahasan
6.5.1 Hasil Analisis Statistik
Hasil analisis statistik uji simultan uji F melalui uji regresi berganda diperoleh nilai sig. = 0.001
α=0,05. Sehingga disimpulkan bahwa sistem pengembangan sumber daya manusia, yang meliputi: pendidikan, pelatihan, dan
pengembangan secara serempak simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja staf proyek pada Divisi Gedung Waskita. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sistem pengembangan SDM yang dilakukan oleh Waskita sangat efektif dalam meningkatkan kinerja staf proyek, dan sekaligus menunjukkan keseriusan
Universitas Sumatera Utara
Waskita dalam upaya meningkatkan kompetensi SDM. Materi-materi pengembangan SDM yang diberikan Waskita bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas perusahaan, meningkatkan keterampilan kepemimpinan dan profesionalisme kerja, serta membangun sikap mental positif dan
mengembangkan daya intelektual pribadi. Secara umum, pendidikan, pelatihan dan pengembangan yang dilaksanakan Waskita bertujuan untuk meningkatkan
“technical and behavioral competencies”. Demikian juga hasil uji parsial uji t, diperoleh bahwa faktor pendidikan
sig.=0.001, pelatihan sig.= 0.001, dan pengembangan sig. = 0.034 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja staf proyek. Berdasarkan nilai
koefisien regresi, diketahui bahwa pendidikan adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja staf proyek pada Divisi Gedung Waskita. Hal ini senada
dengan Ahmadi dan Uhbiyati 2007, bahwa pendidikan adalah “proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual
dan emosional”. Dengan demikian, perbedaan pendidikan akan memberikan
perbedaan pula dalam hal wawasan, pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh staf proyek, maka semakin
mengerti dan paham akan bidang tugasnya. Tanpa bekal pendidikan maka sangat sulit untuk mempelajari hal-hal yang
bersifat baru didalam suatu sistem kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan sangat diperlukan oleh setiap staf proyek, karena akan dapat
membawa pengaruh yang baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perusahaan. Karena dengan pendidikan yang memadai pengetahuan dan
Universitas Sumatera Utara
keterampilan staf proyek tersebut akan lebih luas dan mampu untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualifikasi pendidikan yang baik, berupa kemampuan akademis, Intelegence Quotient IQ, dan
Emotional Quotient EQ dapat mempengaruhi kinerja staf proyek. Artinya bahwa kinerja staf proyek tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna,
tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan tersebut oleh Daniel
Goleman disebut dengan Emotional Intelligence EQ atau kecerdasan emosi. Goleman 2001 melalui penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan emosi
menyumbang 80 dari faktor penentu kesuksesan seseorang, sedangkan 20 yang lain ditentukan oleh IQ Intelligence Quotient.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak hanya keunggulan intelektual saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan tetapi diperlukan
sejenis keterampilan lain untuk menjadi yang terdepan. Penelitian yang ditulis oleh Boyatzis dan Ron 2001, bahwa menemukan orang yang tepat dalam
perusahaan bukanlah hal yang mudah, karena yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan bukan hanya orang yang berpendidikan lebih baik ataupun orang yang
berbakat saja. Ada faktor-faktor psikologis yang mendasari hubungan antara seseorang dengan organisasinya. Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh pada
kemampuan seseorang didalam organisasi diantaranya adalah kemampuan mengelola diri sendiri, inisiatif, optimisme, kemampuan mengkoordinasi emosi
dalam diri, serta melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa emosi.
Universitas Sumatera Utara
Goleman 2001, menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta
menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan, sehingga kecerdasan emosi sangat diperlukan untuk sukses dalam bekerja dan
menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Patton 1998 bahwa orang yang memiliki kecerdasan
emosi akan mampu menghadapi tantangan dan menjadikan seorang manusia yang penuh tanggung jawab, produktif, dan optimis dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah, dimana hal-hal tersebut sangat dibutuhkan di dalam lingkungan kerja.
Meskipun pendidikan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja staf proyek, namun masih banyak staf proyek yang menilai
bahwa program pendidikan di Waskita belum sesuai dengan yang mereka harapkan. Hal tersebut terlihat dari jawaban staf proyek terhadap setiap indikator
pendidikan, dimana sebesar 20,2 mengatakan kurang setuju bahwa Waskita memberikan kesempatan bagi setiap pegawai untuk mengikuti program
pendidikan yang sesuai dengan bidang masing-masing, sebesar 26,1 mengatakan kurang setuju bahwa materi yang diberikan sangat dikuasai oleh
tenaga pendidik dan sangat mudah untuk dipahami, dan 25,2 kurang setuju bahwa Waskita melakukan tes secara selektif dan terbuka sebelum mengikuti
pendidikan. Melalui jawaban staf proyek juga diketahui sebesar 29,4 kurang setuju bahwa pendidikan yang diikuti dapat memperbaiki kinerja, sebesar 37,0
kurang setuju bahwa materi pendidikan yang diberikan mudah untuk
Universitas Sumatera Utara
dipraktekkan, dan 36,1 staf proyek mengatakan kurang setuju bahwa fasilitas pedidikan yang dipergunakan sudah sesuai dengan tuntutan keterampilan sehingga
mempermudah pekerjaan. Selain jawaban “kurang setuju” untuk setiap pernyataan, staf proyek juga ada yang menjawab “tidak setuju” dan dibeberapa
pernyataan bahkan ada yang menjawab “sangat tidak setuju” meskipun jumlahnya hanya sebagian kecil.
Selain faktor pendidikan, dari hasil analisis juga diketahui bahwa faktor pelatihan dan pengembangan merupakan faktor yang juga berpengaruh terhadap
kinerja staf proyek. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan dan pengembangan yang dilakukan diselenggarakan Waskita terhadap staf proyek dapat berdampak
terhadap peningkatan kinerja staf proyek itu sendiri. Dengan pelatihan dan pengembangan akan ditunjukkan kesalahan-kesalahan sehingga mereka tidak
banyak melakukan kesalahan dalam praktek dan apabila kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu,
dalam rangka meningkatkan kualitas SDM dan mutu staf proyek juga dapat dilakukan melalui program pelatihan dan pengembangan, yang mana kegiatan
tersebut merupakan salah satu aktivitas manajemen yang menitikberatkan perhatian pada persoalan pengembangan karyawan.
Program pelaksanaan system pengembangan SDM di Waskita mempunyai tujuan yang bermanfaat bagi karyawan dan perusahaan, yaitu : 1 Pelatihan dan
pengembangan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan dan kemampuan dengan permintaan jabatan; 2 Program-program tersebut diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai
Universitas Sumatera Utara
sasaran kerja yang ditetapkan; 3 Untuk mempelajari prosedur pekerjaan; 4 Menjalin hubungan dengan rekan kerja, termasuk bawahan dan atasan serta
mencocokkan diri terhadap cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu; dan 5 Memberikan karyawan perasaan memiliki dengan memperlihatkan bagaimana
pekerjaan mereka sejalan dengan keseluruhan organisasi. Pada umumnya pelatihan dan pengembangan pegawai Waskita merupakan
kegiatan tahunan. Sama halnya dengan jenis pelatihan dan pengembangan lainnya, pengadaan pelatihan juga didasarkan pada usulan pelatihan oleh karyawan. Proses
dalam menentukan pelaksanaan pelatihan sama dengan jenis pelatihan-pelatihan lainnya, yaitu dimulai dengan usulan pelatihan, analisis kebutuhan pelatihan
hingga dilaksanakannya pelatihan. Materi yang diberikan dalam setiap pelatihan berbeda-beda. Materi-materi
tersebut mencakup pengetahuan yang terkait dengan manajemen konstruksi dan perkantoran. Pelatihan manajemen konstruksi biasanya diberikan kepada
karyawan teknik sedangkan manajemen perkantoran biasanya diberikan kepada karyawan non teknik, namun tidak menutup kemungkinan karyawan teknik juga
dapat mengikuti pelatihan manajemen perkantoran.
6.5.2 Evaluasi Implementasi Program Sistem Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Diselenggarakan di Waskita
Learning Center Berdasarkan Model Kirkpatrick
Salah satu model evaluasi yang sering dipakai adalah model 4 level evaluasi pelatihan yang dikembangkan oleh Donald L. Kirkpatrick 1988, dalam
pembahasan ini peneliti mengevaluasi implementasi program pengembangan
Universitas Sumatera Utara
sistem sumber daya manusia pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara umum.
Dalam model Kirkpatrick, evaluasi terhadap program pengembangan SDM dibedakan dalam empat level evaluasi, yaitu: reaction, learning, behavior,
dan result. Level 1: Evaluasi Reaksi
Dari hasil evaluasi, dapat dikatakan bahwa kualitas program pengembangan SDM yang diselenggarakan di Waskita Learning Center
mempunyai kualitas yang dapat dikategorikan baik, yang terlihat dari hasil penilaian staf proyek pada setiap pernyataan yang sebagian besar menjawab setuju
dan sangat setuju. Sebagian besar staf proyek menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan
yang diselenggarakan Waskita Learning Center sangat menarik, informatif dan akan berguna untuk bekal dalam menunaikan tugas sebagai staf proyek. Staf
proyek juga mengatakan bahwa pendidikan dan pelatihan ini membuka wawasan mereka dan merasa bahwa apa yang telah mereka kerjakan pada saat dulu ternyata
masih banyak lagi yang perlu diperbaiki. Level 2: Evaluasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa program pengembangan sumber daya manusia yang dilaksanakan di Waskita Learning Center, mempunyai
nilai efektivitas yang baik. Hal ini menandakan bahwa peningkatan hasil pembelajaran
berpengaruh sebelum
dan setelah
mengikuti program
pengembangan SDM. Hal tersebut dapat dimengerti, karena sebagian besar staf
Universitas Sumatera Utara
proyek belum pernah mendapatkan pengetahuan tentang pemahaman bidang teknik konstruksi. Setelah diberikan pendidikan dan pelatihan, maka pengetahuan
staf proyek dapat meningkat. Konsep belajar menurut Kirkpatrick 1998, dapat didefinisikan sebagai
peningkatan pengetahuan, kenaikan ketrampilan dan perubahan sikap peserta setelah selesai mengikuti program pelatihan. Peserta pelatihan dikatakan telah
belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan.
Level 3: Evaluasi Perilaku Dapat dikatakan bahwa program pengembangan SDM mampu merubah
perilaku staf proyek dalam melakukan pekerjaan. Dari hasil pengamatan, terlihat pada umumnya staf proyek mengalami peningkatan kemampuan bekerja lebih
baik. Aspek yang teramati meningkat terutama kemampuan dalam menjalankan dan mengelola proyek .
Dari wawancara dengan staf proyek juga menunjukkan bahwa setelah mengikuti program pengembangan SDM, mereka merasa lebih percaya diri dan
lebih nyaman pada saat mengerjakan pekerjaan. Kirkpatrick 1998 , mengatakan
bahwa apabila perilaku di tempat kerja tidak menunjukkan perbaikan, kesalahan barangkali terletak pada penilaian kebutuhan pelatihan, program pelatihan itu
sendiri, atau lingkungan kerja yang tidak kondusif. Kemungkinan lain adalah isi pelatihan mungkin sudah tepat, tetapi kurang adanya penekanan pada transfer
pelatihan pada pekerjaan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Level 4: Evaluasi Hasil Menurut Kirkpatrick 1998 evaluasi hasil dalam Level 4 difokuskan pada
hasil akhir final result yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. Evaluasi dilakukan terhadap perubahan kinerja institusi, misalnya
membandingkan kualitas dan kuantitas hasil kerja serta waktu proses kerja, sebelum dan sesudah ada pelatihan.
Mengacu kepada peryataan Kirkpatrick tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi hasil program implementasi pengembangan sistem
SDM yang diselenggarakan oleh Waskita Learning Center yang meliputi: pendidikan, pelatihan, dan pengembangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
staf proyek pada Divisi Gedung Waskita.
Universitas Sumatera Utara
79
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Secara serempak dan secara parsial implementasi pengembangan sistem SDM yang meliputi: pendidikan, pelatihan, dan pengembangan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja Staf Proyek pada Divisi Gedung Waskita. 2. Variabel pendidikan adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi
kinerja staf proyek pada Divisi Gedung Waskita, dengan nilai koefisien regresi nilai B = 0,490.
3. Nilai R square atau koefisien determinasi adalah 0,610 artinya kemampuan implementasi pengembangan sistem SDM yang meliputi: pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel kinerja staf proyek pada Divisi Gedung Waskita sebesar 61,0,
sedangkan sisanya sebesar 39,0 dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti, seperti: talent management, promotion, sistem remunerasi,
dan reward and punishment.
7.2 Saran
1. Dari kesimpulan di atas, diketahui bahwa faktor pendidikan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja staf proyek, maka pada proses
perekrutan karyawan baru diharapkan mendapat karyawan yang mempunyai kualifikasi pendidikan yang baik, berupa kemampuan akademis, Intelegence
Quotient IQ, dan Emotional Quotient EQ.
Universitas Sumatera Utara