Adapun kompetensi guru, merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Dengan
gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.
5
Menurut Surya, sebagaimana dikutip dari seminar sehari pada tanggal 6 Mei 2005, Kompetensi guru tersebut meliputi: pertama, kompetensi intelektual,
yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. Kedua,
kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga,
kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk
melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Kompetensi pribadi meliputi kemampuan-kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri,
mengendalikan diri dan menghargai diri. Keempat, kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif, dan
pemecahan masalah kehidupan sosial. Kelima, kompetensi spiritual, yaitu pamahaman, penghayatan, serta pengamalan kaidah-kaidah keagamaan.
6
Menurut Abdul Mujib dan Mudzakkir, dalam bukunya “Ilmu Pendidikan
Islam”, menyebutkan bahwa, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah
siswa, yaitu: a.
Kompetensi Personal-Religius Kemampuan dasar kompetensi yang pertama bagi pendidik adalah
menyangkut kepribadian agamis atau kesalehan pribadi, artinya pada dirinya
5
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet Ke-24, hal 14.
6
Kunandar, Guru Profesional- Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011, Cet. Ke-7, hal. 55-
55-56.
melekat nilai-nilai baik yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta didiknya.Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung
jawab, musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban, dan sebagainya. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi
transinternalisasi pemindahan penghayatan nilai-nilai antara pendidik dan peserta didik, baik langsung maupun tidak langsung, atau setidak-tidaknya
terjadi transaksi alih tindakan antara keduanya. b.
Kompetensi Sosial-Religius Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut kepeduliannya
terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap gotong-royong, tolong-menolong, egalitarian persamaan derajat antara
manusia, sikap toleransi, dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim dalam rangka transinternalisasi sosial atau interaksi sosial antara
pendidik dan peserta-peserta didik. c.
Kompetensi Profesional-Religius Kemampuan dasar ketiga ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan
tugas keguruannya secara professional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggungjawabkan
berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.
7
4. Peranan Guru dalam Pendidikan
Menurut Drs. M. Uzer Usman, peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi
tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
8
Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah guru mempunyai beberapa peranan yang utama dalam membimbing anak didik agar mencapai tujuan yang
diharapkan. Diantaranya peranan utama seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah :
7
Abdul Mujib dan Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Juni 2008, cet. II., h. 96-97.
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009, Cet. Ke-23, Hal.4.
a. Guru Sebagai Demonstrator
Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
b. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat komunikasi untuk
lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. d.
Guru Sebagai Evaluator Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat
9
. Pendidik memiliki peranan yang amat penting di dalam proses pendidikan.
Dikatakan demikian karena tanpa pendidik, pendidikan tak mungkin dapat berlangsung. Imam Al-Ghozali seorang ahli didik Islam juga memandang bahwa
pendidik mempunyai
kedudukan utama
dan sangat
penting. Beliau
mengemukakan keutamaan dan kepentingan pendidik tersebut dengan mensitir beberapa hadits dan atsar.
Nabi SAW bersabda “Barang siapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkannya kepada manusia maka ia diberikan pahala tujuh puluh orang shiddiq
orang yang selalu benar, membenarkan Nabi, seumpama Abu Bakar Shiddiq ”
Nabi Isa as. Bersabda : “Barangsiapa berilmu dan beramal serta mengajar, maka
orang itu disebut „Orang Besar’ di segala petala langit”
9
Ibid, hal. 9.
Umar ra. Pernah berkata: “Barangsiapa mengajarkan suatu hadits, lalu diamalkan orang, maka baginya pahala sebanyak pahala yang diperoleh oleh
orang yang mengamalkannya.” Ibnu Abbas ra. Juga pernah berkata: “Orang yang mengajar kebaikan pada
orang banyak, dimintaampunkan dosanya oleh segala sesuatu, sebanyak ikan di laut.”
Di samping dalil-dalil nash seperti tersebut di atas Imam Al-Ghazali juga mengemukakan pentingnya pekerjaan mengajar itu dengan mempergunakan dalil
akal. Beliau berkata: “Mulia tidaknya pekerjaan itu diukur dengan apa yang dikerjakan. Pandai emas lebih mulia dari penyamak kulit, karena tukang emas
mengolah emas yang merupakan logam yang amat mulia, dan penyamak mengolah kulit kerbau mati”. Guru mengolah manusia yang dianggap makhluk
paling mulia dari seluruh makhluk Allah. Oleh karenanya dan dengan sendirinya pekerjaan mengajar amat mulia, karena mengolah manusia tersebut
10
.
5. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam KBBI definisi peran adalah 1 pemain sandiwara film: -- utama; 2 tukang lawak pd permainan makyong; 3 perangkat tingkah yg
diharapkan dimiliki oleh orang yg berkedudukan dl masyarakat. Sedangkan pengertian peranan adalah bagian yang dimainkan seorang pemain; tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa
11
. Dalam kehidupan, setiap orang memiliki perannya masing-masing dan setiap peran memiliki fungsi yangberbeda.
Adapun guru merupakan pekerjaan yang memiliki fungsi peran yang penting dalam masyarakat.
Pada dasarnya peranan guru pendidikan agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia
miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas.
10
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin , terjemahan oleh Tk H. Ismail Ya’kub SH, MA Faizan,
Surabaya, 1966, hal. 39-41.
11
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia-Kamus Terbaru, Gita Media Press, hal. 600.