Pengujian Hipotesis Pembahasan Hasil Penelitian

54 54 digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, dengan kriteria pengujian yaitu kedua kelas dikatakan homogen.jika F hitung  F tabel yang diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol masing-masing sebesar 169,66 dan 290,18. Sehingga diperoleh nilai F hitung = 1,71. Dari tabel F untuk n=30 pada taraf signifikansi 05 ,   untuk dk pembilang = 37 dan dk penyebut = 37 diperoleh F tabel =1,73. Berdasarkan nilai F hitung dan F tabel yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa F hitung  F tabel 1,71 1,73 maka H diterima, , artinya kedua populasi memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17. Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Varians S 2 F hitung F tabel Kesimpulan Eksperimen 169,66 1,71 1,73 Kedua populasi memiliki varians yang homogen Kontrol 290,18

C. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN

1. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat di atas yang menyatakan asumsi normalitas dan homogenitas untuk kedua sampel terpenuhi, maka langkah selanjutnya yaitu pengujian hipotesis yang dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t. Kriteria pengujiannya yaitu, jika t hitung  t tabel maka H diterima. Sedangkan jika t hitung  t tabel maka H ditolak. H menyatakan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan metode Student Facilitator and 55 55 Explaining lebih rendah sama dengan dari rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan metode konvensional. Berikut ini ditampilkan hasil perhitungan uji-t kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk tabel: Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji-t Taraf Signifikansi t hitung t tabel Kesimpulan 0,05 2,12 1,67 H ditolak Dari data hasil perhitungan uji-t, diperoleh t hitung = 2,12 lampiran 18. Dengan taraf signifikan 05 ,   dan derajat kebebasan dk = 74 diperoleh t tabel = 1,67 lampiran 18. Hasil tersebut menjelaskan bahwa t hitung tidak berada pada daerah penerimaan H sehingga hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian, rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan metode Student Facilitator and Explaining lebih tinggi dari rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan metode konvensional.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis di atas menyatakan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan metode Student Facilitator and Explaining lebih tinggi dari rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa metode konvensional. Pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining memberikan kebebasan siswa baik untuk mengemukakan idegagasan mereka maupun menanggapi pendapat siswa lainnya, sehingga menuntut adanya komunikasi antarsiswa agar proses pembelajaran menjadi optimal. Selama proses pembelajaran, siswa diberikan lembar kerja yang 56 56 dikerjakan secara berkelompok. Pada diskusi pertama, siswa masih bingung mengerjakan lembar kerja tersebut karena siswa belum terbiasa mencari informasi sendiri yang terdapat dalam soal. Siswa yang pintar pun lebih lebih senang mengerjakannya sendiri. Dari hal ini, terlihat interaksi antar siswa ketika belajar belum terjalin penuh. Ketika siswa diminta menyampaikan ide dan menjelaskan hasil kerja, terdapat lebih dari sebagian siswa yang masih terlihat malu-malu, enggan, dan sulit. Tidak sedikit siswa yang tidak menanggapi atau memberikan umpan balik atas hasil presentasi temannya. Namun demikian, pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit siswa terbiasa dengan pengunaan metode Student Facilitator and Explaining dan terdapat perubahan positif dengan kemampuan komunikasi matematika siswa. Siswa antusias dan tidak malu-malu untuk menyampaikan idegagasan baik secara lisan maupun tulisan dengan simbol-simbol, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah dari informasi yang diperoleh baik ketika kerja kelompok maupun pengerjaan latihan soal. Dari hal itu, terlihat terjalin interaksi lebih optimal baik antarsiswa maupun siswa dengan guru. Dengan demikian sejalan dengan teori perkembangan kognitif oleh Slavin, Abrani, dan Chambers, bahwa dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Selain itu, relevan dengan penelitian Musriah 2009 yang menunjukkan keaktifan atau keikutsertaan siswa mengalami peningkatan melalui metode Student Facilitator and Explaining. Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Guru menjadi pusat pembelajaran, siswa hanya memperhatikan, mencatat penjelasan guru, dan mengerjakan soal yang diberikan. Hanya siswa-siswa berkemampuan lebih yang berani dan antusias bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Siswa lain hanya diam menunggu jawaban dari temannya. Hal ini terlihat bahwa kurang terjalinnya interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan 57 57 guru. Dari pengerjaan latihan soal terlihat masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa mampu menggali dan menggunakan informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut secara matematis. Selain dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika seperti hasil penelitian Heni Dwi Kusmiyati 2010 yang menunjukkan metode Student Facilitator and Explaining berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, ternyata metode Student Facilitator and Explaining dapat pula mempengaruhi kemampuan komunikasi matematika siswa.

D. KETERBATASAN PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

0 2 225

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SFE (STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING) DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS LISAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X MIA 2 SMA MTA SURAKARTA.

0 0 20

Eksperimentasi Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) terhadap Hasil Belajar ditinjau dari Kecerdasan Linguistik

0 0 8

Penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dan student team achievement divisions terhadap kemampuan komunikasi sains dan berpikir kritis siswa - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 172

Pengaruh penggunaan metode student facilitator and explaining dalam pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMK di Kota Tasikmalaya

0 0 8

PENGARUH PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN PERCAYA DIRI SISWA

0 0 18

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PURWOKERTO MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE)

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas - UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PURWOKERTO MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) - repository perpustakaan

0 0 17

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 2 SOMAGEDE

0 0 17

PENGARUH METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) TERHADAP RASA PERCAYA DIRI DAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN JIPANG KECAMATAN KARANGLEWAS - repository perpustakaan

0 0 17