21
bahan visual gambar-gambar, foto, film, televisi, tranparansi, bagan, diagram, ilustrasi teks, animasi, pembelajaran berbantuan komputer
dan sebagainya untuk melengkapi pengajaran di kelas, telah menjadi cara umum dalam pengajaran di semua tingkatan pendidikan. Tidak
terkecuali lembaga-lembaga penyelenggara lainnya. Penggunaan bahan-bahan visual dalam beberapa studi emiris terbukti meningkatkan
efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Namun dalam beberapa kasus tidak selamanya penggunaan bahan-bahan visual dalam
pengajaran dengan tujuan spesifik selalu lebih efektif dari pengajaran tanpa menggunakan bahan-bahan visual. Hasil-hasil penelitian
mengindikasikan bahwa penggunaan bahan-bahan visual untuk melengkapi pengajaran biasa oralprint instruction menunjukkan
berbagai tingkatan efektifitas yang berbeda dalam situasi yang berbeda-beda.
b. Perkembangan media grafis
Selama lebih 500 tahun pengalaman-pengalaman desain antarmuka, cetak halaman dan penyajian informasi dalan forat tertentu
telah menempatkan secara sentral desainer grafis dalam revolusi komunikasi. Desain antarmuka untuk menyajikan teks dan gamabr
tidak hanya disajikan untuk media cetak namun juga pada layar televisi dan monitor komputer. Hampir semua bidang komunikasi memerlukan
22
input desain grafis. Bob Cotton dalam bukunya The New Guide to Graphic Design menyebutkan bahwa akselerasi perkembangan
teknologi grafis dimulai pada tahun 1960-an dengan hadirnya phototype setting dan xerography mengarah kepada digitalisasi.
Halaman elektronik dan scan laser telah memberikan dua efek besar, yaitu:
Tersedianya perangkat tool dengan kemampuan lebih untuk
berkreasi memanipulasi teks dan gambar.
Pertimbangan ekonomis telah menyebabkan tool tersebut diproduksi
missal sehingga
mengakibatkan peningkatan
aksesbilitas para desainer untuk menggunakannya. Beberapa peralatan grafis yang mengalami perkembangan dimulai
dari mesin cetak albion dengan cara kerja mirip yang digunakan Guttenberg, mesin cetal relief sampai dengan power press, linotype
composer yang menggunakan hot metal sampai dengan digunakannya mesin-mesin pencetak Koran.
Di Indonesia seni grafis di perkenalkan oleh R. Pirngadi tahun 1920. Tokoh-tokohnya antara lain R. Saleh dengan karya litografi
litografi tahun 1940. Pada tahun 1945 Baharudin Marasutan dan Moctar Apin membuat cukilan lino untuk dikirim kepada Negara-
negara yang mengakui kedaulatan RI, diikuti tokoh-tokoh Suromo, Abdul Salam yang pernah Mengajar di ASRI tahun 1960-1965.
23
c. Masa Industrialisasi Grafis
Pola kerja dilingkungan grafis yang berubah sampai decade akhir abad- 19 mengarah kepada pola baru automasi dan spesialisasi.
Desainer tidak lagi berkonsentrasi penuh kepada seluruh rangkaian proses cetak mulai dari gagasan sampai dengan produk akhir.
Spesialisasi seperti type designer, type founders, type setter, paper makers, printer, binders dan publisher mulai dikerjakan oleh orang
yang berdeba-beda. Teknologi bergerak dari manual kepada automasi, dari teknik monochorm kepada warna, dari skala kecil menjadi skala
besar dengan pasr yang lebih luas, Bob Cotton, 1990:15. Masa ini dapat disebut dengan masa indutrialisasi grafis karena perpindahan
dari pola kerja manual menjadi pola kerja otomatis yang terspesialisasi. Percetakan pada akhir abad 19 bercirikan produksi
dalam volume besar namun berkualitas rendah atau volume terbatas tetapi berkualitas tinggi. Tidak sampai dengan tahun1880 perbedaan
area pasar di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Lebih-lebih ketika pendidikan mulai menjadikan hak universal permintaan akan
bahan-bahan cetak meningkat tajam. Ciri lain ditandai munculnya poster-poster besar penuh warna di banyak kota besar di Eropa dan
Amerika pada tahun tersebut.
24
d. Masa 1880-1930