80
Faktor pendukung yang ke lima adalah fasilitas yang diberikan oleh sekolah. Fasilitas tersebut dapat berupa motivasi, sarana dan
prasarana bahkan pembiayaan. Saudara DM menyebutkan wujud dukungan dari sekolah adalah sebagai berikut
“Pendukung yang jelas fasilitas dan dukungan dari sekolah mba, seperti motivasi dari sekolah
untuk mengembangkan nama baik SMA Negeri 2 Yogyakarta.” DM
Sabtu, 30 April 2016. Selain itu, sekolah juga memberikan dukungan
berupa dana kepada siswa untuk mengikuti program kemitraan, seperti yang diungkapkan oleh Saudara CN “faktor pendukungnya dapet uang
mba terus sekolah itu juga ngasih 500 ribu. CN Sabtu, 30 April 2016. Serta diperkuat oleh Saudara SW
“Pendukungnya sih, karena itu program tahunan dan pasti sudah ada anggarannya, dan pasti kita
dapet duit, uang Insya Alloh terjamin mba.” SW Sabtu, 30 April 2016 Fasilitas yang diberikan sekolah tentunya memiliki tujuan-
tujuan tertentu didalamnya. Pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa narasumber diatas menunjukan bahwa fasilitas yang ada di
sekolah memang menjadi salah satu faktor pendukung dalam kelancaraan kemitraan di SMA Negeri 2 Yogyakarta.
b. Faktor penghambat
Faktor penghambat merupakan salah satu faktor yang membuat program tersebut tidak dapat berjalan dengan maksimal. Setiap kegiatan
selain dengan adanya faktor pendukung pasti memiliki beberapa faktor penghambat. Faktor penghambat tersebut dapat berasal dari berbagai
81
sumber, begitu juga dengan faktor penghambat program kemitraan yang ada di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Selain memiliki berbagai faktor
pendukung seperti yang telah diungkapkan diatas juga memiliki faktor penghambat. Beberapa faktor penghambatnya adalah sebagai berikut.
Faktor penghambat yang pertama menurut data yang didapat oleh peneliti adalah berasal dari individu itu sendiri, seperti yang
diungkapkan oleh Ibu TI “Kendala biasanya berasal dari siswa.
Sebelum berangkat ke Jepang itu mereka sangat rajin, tapi kalau sesudahnya itu disuruh ngumpulin laporan susahnya minta ampun
mba.” TI Jum’at, 15 April 2016. Hal serupa juga diungkapkan oleh Saudara SW
“Kalau penghambatnya itu dari diri sendiri mba rasa takut, eggak pd, dsb” SW Sabtu, 30 April 2016 begitu juga oleh oleh
saudara DM “penghambat lebih ke individu sendiri mba, kayak males
gitu.” DM Sabtu, 30 April 2016 serta diperkuat oleh saudara ACW “Bahasa Inggrisnya kurang nyaman mba, soalnya disana kan jarang
yang bisa bahasa Inggris terus juga logatya susah dipahami. ACW Senin, 18 April 2016
Faktor penghambat menurut data yang sudah didapat oleh peneliti yang utama adalah rasa malas, tidak PD dan memiliki rasa
takut. Dari data diatas menunjukan bahwa, walaupun dari individu tersebut telah memiliki kemampuan, tetapi jika dari dalam diri individu
tersebut memiliki rasa takut dan tidak PD maka hal tersebut juga dapat menjadi faktor penghambatnya.
82
Faktor penghambat yang kedua adalah dari pembiayaan, seperti yang diungkapkan oleh Bapak KW
“Kendala yang paling utama memang pembiayaan ya karena memang setiap kali kita akan
berpartisipasi kita selalu berfikir kira-kira ada yang ikut atau tidak ya, karena pada dasarnya bukan masalah kompetensi anak itu bisa atau
tidak tapi biayanya kan juga mahal.” KW Sabtu, 23 April 2016 Faktor penghambat yang ketiga adalah masalah waktu, seperti
yang diungkapkan oleh Bapak WN “Biasanya waktu, karena kadang
waktu kita sudah ada timing schedule, sana sudah ada schedule yang seperti itu. Nah cara mencocokannya itu yang sulit karena kan kita
punya kalender pendidikan sendiri-sendiri, kadang itu kemitraan dibatasi oleh waktu, maksudnya untuk kegiatannya dibatasi waktu.”
WN Rabu, 27 April 2016 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, pembiayaan menjadi
faktor penghambat kedua karena memang dalam setiap seseorang akan berpartisipasi pasti tidak akan lepas dari sebuah pembiayaan. Apalagi
jumlah pembiayaan yang digunakan untuk berpartisipasi cukup besar. Selain dari pembiayaan faktor penghambat juga datang dari waktu.
Waktu menjadi sangat penting dikarenakan setiap kegiatan yang akan dilakukan pasti membutuhkan jadwal, sedangkan pada masing-masing
instansi memiliki kalender pendidikan yang berbeda-beda.
83
B. Pembahasan
Penelitian ini mendeskripsikan tentang kemitraan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kemitraan sekolah ini telah mengacu pada
peraturan pemerintah yang tertuang pada Permendiknas nomor 19 Tahun 2005 pasal 49 ayat 1 dan pasal 61 ayat 1. Isi dari permendiknas tersebut
mengacu pada kemampuan sekolah dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah dengan mengacu pada salah satu unsur yaitu kemitraan, dan
pemerintah ataupun pemerintah daerah mengupayakan salah satu sekolah tingkat menengah menjadi sekolah yang bertaraf internasional. Atas dasar hal
tersebut program kemitraan sekolah yang ada di SMA Negeri 2 Yogyakarta diharapkan mampu untuk menunjang kualitas pendidikan yang ada sehingga,
sumber daya manusia di Indonesia dapat bersaing di era global saat ini.
1. Pelaksanaan Kemitraan Di SMA Negeri 2 Yogyakarta
SMA Negeri 2 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah unggulan yang ada di Kota Yogyakarta memiliki berbagai program dalam rangka
mempertahankan kualitas pendidikan. Program tersebut salah satunya adalah kemitraan sekolah. Kemitraan sekolah yang dijalin oleh SMA
Negeri 2 Yogyakarta menjadi salah satu program dalam rangka mengikuti perkembangan zaman, terutama di era globalisasi saat ini. Kerja sama yang
dijalin juga telah sesuai dengan visi dan misi yang ada di sekolah. Kemitraan sekolah yang ada di SMA Negeri 2 Yogyakarta peneliti
fokuskan pada kemitraan secara umum yang terjadi antara sekolah dengan mitra dengan melibatkan seluruh warga sekolah mulai dari guru, siswa,