Pengembangan media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK materi kelipatan persekutuan terkecil untuk siswa kelas IV sekolah dasar

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh MATILDA KURNIATI

NIM. 131134270

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh MATILDA KURNIATI

NIM. 131134270

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

(5)

(6)

iv

Puji dan syukur saya haturkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan rahmat-Nya yang tiada terkira sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

Karya ini kupersembahkan untuk:

Ayah dan Ibuku tercinta, Bapak Stanislaus Nonggor dan Ibu Elisabhet Permaisuri Onifa

yang telah berjuang sehingga saya bisa berada disini, yang selalu memberikan semangat dan motivasi, yang selalu mendukung cita-cita, dan yang selalu mengajarkanku kesabaran, keiklasan, dan ketulusan dalam melaksanakan segala sesuatu, dan yang selalu

menyertakan nama saya dalam lantunan doa-doa Saudara dan saudariku

Laurensius B. Nonggor, Petrus J. Ogur, Marselinus Derosari, dan Yosefina S. Orin yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan inspirasi.

Sahabat-sahabat tersayang

Upik, Irin, Ocik, Olla, Noik, Dini, Ka Meik, Ka Vera dan Lili yang selalu memberikan dukungan dalam meraih impian bersama.

Yang tercinta Sergius Virgon

yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat serta selalu mendoakanku. Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku tercinta Universitas Sanata


(7)

v

MOTTO

“TIDAK ADA BUAH YANG MANIS YANG TUMBUH DI ATAS

TANAH YANG TIDAK SUBUR”

“Jangan Pernah takut untuk jatuh karena dengan terjatuh kita belajar untuk bangkit kembali”


(8)

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIA H UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Matilda Kurniati Nomor Induk Mahasiswa : 131134270

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 7 Februari 2017 Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN

TERKECIL UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Matilda Kurniati

Universitas Sanata Dharma 2017

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di sekolah masih jarang digunakan. Keterbatasan waktu dan kesulitan mencari media yang cocok adalah satu kendala yang ditemukan di sekolah-sekolah. Selain itu, siswa juga masih belum sepenuhnya memahami materi dan mengerjakan soal cerita terkait KPK. Dari alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan dan mengetahui kualitas dari produk media kotak dakon KPK.

Tahap penelitian ini mengacu pada tahap pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono (2015: 409) dengan tahapan sebagai berikut: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, dan (5) revisi desain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara dan kuesioner. Wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media oleh validator. Untuk mengetahui kualitas penggunaan media, dilakukan validasi oleh dua orang ahli media pembelajaran konvensional dan dua orang guru sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi, dua ahli media pembelajaran memberikan skor rata-rata 3,42 (sangat baik) dan 3,27 (baik). Hasil validasi oleh dua orang guru kelas IV sekolah dasar adalah 3,03 (baik) dan 3,21 (baik). Dari hasil validasi oleh ahli media pembelajaran konvensional dan dua orang guru kelas IV sekolah dasar maka diperoleh rata-rata 3,25 dengan kategori “baik”. Dengan perolehan rata-rata tersebut, maka media pembelajaran kotak dakon KPK layak diujicoba dalam pembelajaran.


(11)

ix

ABSTRACT

DEVELOPING OF KPK DAKON BOX AS THE CONVENTIONAL LEARNING MEDIA IN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) MATERIAL FOR

GRADE IV STUDENTS Matilda Kurniati Sanata Dharma University

2017

The utilizing of learning media in the learning process is seldom to used. Teacher have a limited time and feel difficult to find the exacted learning media. Also, the students don’t comprehend the learning materials and feel difficult to worked the story matter of KPK. So that, I extracted to developing of kpk dakon box as the conventional learning media in kelipatan persekutuan terkecil (kpk) material for grade IV students. The aim of this research are to research are to describe the procedure of developing and to find out the quality of KPK Dakon Box product.

The aim of this research is to elaborate Kpk Dacon Box of kelipatan persekutuan kecil (kpk) material under the sub theme “ the utilization of energy” for grade iv student of elementary school. Beside that, another aim of this research are to describe the procedure of developing and to find out the quality of KPK Dakon Box product. The procedure that used in this research include five steps from modification result by Borg and Gall and Sugiyono(2015:409) they are (1)the potential and problem analysis,(2)the data collection (3 ) product design (4) the design of validation (5) the revision the product design. The instruments that used in this research are interview and questionnaire. Interview is used to analyze the However the questionnaire is used to validate the quality of KPK Dakon Box by the researcher and to find out the quality of using media by two experts of conventional learning media and two teachers of elementary school.

Based on the validation result from two experts in conventional learning media of KPK Dakon Box produce the score 4,32(very good) and 3,27 (good). The validation result from two teachers of grade IV elementary school produce the score 3,03(good) and 3,21( good). From the validation result of the experts in conventional learning media and two teachers of grade IV of elementary school The conventional learning media of KPK Dagon Box acquire the average score 3,25 with the category “ good”. based on this result , the conventional learning media of KPK Dagon Box that has developed is ready or suitable to be used as the media in the process of learning .


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat serta tuntunanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tulisan akhir yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” tepat pada waktunya.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, peneliti diberi kelancaran berkat bimbingan, bantuan, dan doa-doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai ungkapan syukur peneliti, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan menuntun dengan kesabaran, kesetiaan, dan kebijaksanaan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Koordinator Pelaksana PPGT Universitas Sanata Dharma yang selalu mendampingi dan selalu memberi motivasi serta inspirasi kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Para dosen dan staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

7. Sarjono, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Kalasan 1 Sleman Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

8. Sri Rejeki, A.Ma. selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang telah bersedia untuk diwawancarai dalam melakukan penelitian.


(13)

xi

9. Calcilea Deny K., S.Pd., selaku guru kelas IV SDKE Mangunan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

10. Munirotun Uinsiyah, S.Pd., selaku guru kelas IV SDN Kalasan Baru yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

11. Katarina Supatminingsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDKE Mangunan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan memberikan izin untuk melakukan validasi media pembelajaran.

12. Srini Supriyanti, S.Pd.SD, selaku Kepala Sekolah SDN Kalasan Baru yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan memberikan izin untuk melakukan validasi media pembelajaran.

13. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendukung peneliti melalui doa-doa serta motivasi yang dengan tulus diberikan kepada peneliti.

14. Kakak-kakak dan adikku tersayang yang selalu memberikanku semangat dan motivasi.

15. Teman spesialku yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi. 16. Teman-teman terhebat 33 mahasiswa PPGT angkatan 2013 yang selalu

memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. 17. Segenap pihak yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.

Peneliti menyadari tulisan ini belum sepenuhnya sempurna, karena itu peneliti membutuhkan kritikan dan sarat yang bersifat edukatif. Akhirnya, peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat.

Yogyakarta, 7 Februari 2017 Peneliti


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 7

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 11

1. Media Pembelajaran Konvensional ... 11

a. Media ... 11


(15)

xiii

2) Macam-macam Media ... 13

3) Pemilihan Media ... 19

4) Fungsi Media Pembelajaran ... 25

5) Manfaat Media Pembelajaran ... 33

6) Karakteristik Media Pembelajaran ... 34

B. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 35

1. Pengertian Media Kotak Dakon KPK ... 35

2. Bahan Pembuatan Media... 37

3. Cara Penggunaan Media ... 37

4. Kekuatan dan Kelemahan Media ... 38

C. Kurikulum 2013 ... 39

1. Pengertian Kurikulum ... 39

2. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 40

3. Tujuan Kurikulum 2013 ... 41

D. Materi Pokok ... 43

1. Tema ... 44

2. Subtema ... 45

3. Pembelajaran ... 45

4. Karakteristik siswa kelas IV SD ... 47

5. Media Kotak Dakon KPK ... 47

E. Penelitian Relevan ... 48

F. Kerangka Berpikir ... 51

G. Pertanyaan Penelitian ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55

B. Prosedur Pengembangan ... 59

C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 64

D. Teknik Pengumpulan Data ... 66


(16)

xiv

F. Instrumen Penelitian ... 68

G. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76

1. Analisis Kebutuhan ... 76

a. Hasil Wawancara dan Analisis Kebutuhan ... 76

2. Deskripsi Produk Awal ... 80

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 82

b. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 82

3. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional dan Revisi Produk ... 84

4. Data Hasil Validasi Guru SD ... 87

B. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 89

1. Kajian Produk Akhir ... 89

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 89

b. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 90

2. Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Keterbatasan Pengembangan ... 99

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

LAMPIRAN ... 103


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan ... 61

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 65

Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 66

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Validasi ... 69

Tabel 3.5 Tabel Konversi Nilai Skala Lima ... 72

Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima ... 74

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli Media Konvensional ... 84

Tabel 4.2 Saran Pakar Media Pembelajaran Konvensional ... 86

Tabel 4.3 Data Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 88

Tabel 4.4 Rekapitulasi Validasi Media Pembelajaran Konvensional dan Guru Kelas IV SD... 93


(18)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literatur Map Hail Penelitian Relevan ... 51 Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 53 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R & D ... 56 Bagan 3.2 Langkah-langkah Pengembangan Media


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Media Kotak Dakon KPK Bagian Luar ... 48

Gambar 2.1 Media Kotak Dakon KPK Bagian Luar ... 48

Gambar 4.1 Kotak Dakon KPK Sebelum Diberi Pilox Bening ... 81

Gambar 4.2 Buku Petunjuk Penggunaan Media Sebelum Dilaminating ... 81

Gambar 4.3 Media Kotak Dakon KPK Belum Dilengkapi dengan Kartu Evaluasi ... 81

Gambar 4.4 Tampak Bagian Luar Media Kotak Dakon KPK ... 83

Gambar 4.5 Tampak Bagian Dalam Media Kotak Dakon KPK ... 83

Gambar 4.6 Kotak Dakon KPK Setelah Diberi Pilox Bening ... 90

Gambar 4.7 Buku Petunjuk Penggunaan Media Setelah Direvisi ... 91

Gambar 4.8 Kartu Soal Evaluasi ... 91

Gambar 4.9 Tampak Luar Media Kotak Dakon KPK ... 95

Gambar 4.10 Tampak Dalam Media Kotak Dakon KPK ... 95

Gambar 4.11 Manik – manik Media Kotak Dakon KPK ... 96


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 104

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ... 106

Lampiran 3. Surat Izin Validasi ... 107

Lampiran 4. Rangkuman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 109

Lampiran 5. Data Mentah Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK ... 111


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mendidik siswa. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar sesuatu yang membantu dirinya dalam menjadi orang yang berkualitas dan berkarakter. Dalam proses pendidikan terdapat kegiatan yang membelajarkan siswa. Peraturan pemerintah RI No. 19/2005, Pasal 19 mengatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”. Dengan adanya peraturan ini diharapkan bahwa proses pendidikan di sekolah bukan lagi sebagai proses pengajaran yang mana guru menjadi pusat informasi melainkan adanya proses pembelajaran dimana siswa yang dominan aktif dalam menggali makna serta menyerap pengetahuan.

Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi yang semakin progresif menuntut penyelenggara dan pelaksana pendidikan lebih inovatif dalam pemanfaatan revolusi pengetahuan dan teknologi tersebut khususnya dalam dunia pendidikan. Tentu dengan adanya kemajuan pengetahuan dan teknologi ini sangat mendukung peraturan pemerintah RI 74/2008 tanggal 1 Desember 2008 tentang guru , serta membantu pelaksanaan pendidikan yaitu guru dalam melancarkan pembelajaran di kelas. Ini berarti tuntutan guru semakin tinggi untuk menjadi guru


(22)

yang professional seperti termuat peraturan pemerintah RI 74/2008 tanggal 1 Desember 2008 tentang guru, pasal 2 dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan pendidikan nasional. Salah satu hal yang dimiliki oleh guru adalah memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimiliki oleh guru yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran siswa. Kompetensi kepribadian yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam membawa diri dimana guru harus menjadi contoh bagi siswa di sekolah. Kemampuan professional yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sedangkan kemampuan sosial yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam berhubungan sosial dengan siswanya khususnya dalam berinteraksi dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.

Berlakunya kurikum 2013 tentu menuntut guru untuk mengimbangi keempat kompetensi ini, apalagi penerapan dan pelaksanaan kurikulum ini memiliki perbedaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Pemberlakuan kurikulum ini tentu memiliki landasan tertentu yang tidak lain adalah untuk memperbaiki pendidikan menjadi lebih baik lagi. Berlakunya kurikulum 2013 dalam pendidikan di Indonesia juga menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola pembelajaran apalagi pemberlakuan kurikulum ini menekankan pada aktivitas siswa yang konkret selama pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan bahwa pentingnya peranan media dalam


(23)

pembelajaran. Media pembelajaran menjadi objek yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan dan membuat siswa aktif. Karena itu, media sangat penting dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada Sabtu, 26 September 2015 dengan guru kelas IV di SDN Kalasan I, penggunaan media pembelajaran untuk materi KPK di kelas IV masih jarang digunakan. Beliau mengatakan minimnya penggunaan media pembelajaran diakibatkan karena guru masih sulit menemukan media yang cocok untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa serta memiliki keterbatasan waktu untuk membuat media pembelajaran yang konvensional. Beliau pernah menggunakan media modifikasi ular tangga untuk materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) tetapi belum sepenuhnya dapat membantu siswa. Beliau juga mengatakan bahwa siswa juga kesulitan dalam memahami soal cerita terkait dengan materi KPK. Beliau mengatakan bahwa mereka belum bisa berpikir secara holistik apalagi mereka berangkat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga ketika masuk ke Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media untuk materi KPK masih jarang digunakan oleh guru dalam membantu siswa memahami konsep KPK.

Mengacu pada wawancara tersebut, peneliti mencoba mengembangkan media Kotak Dakon KPK pada materi tentang Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dalam subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Sebagai pedoman


(24)

dalam pengembangan media ini, peneliti menggunakan buku kelas IV sekolah dasar revisi tahun 2014. Alasan peneliti menggunakan buku kurikulum 2013 revisi tahun 2014 adalah karena dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan data analisis kebutuhan yang sudah dilakukan pada 26 September 2015.

Peneliti berharap dengan adanya media kotak dakon KPK ini dapat memotivasi guru dalam merancang maupun menggunakan media pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, dapat memberikan pengajaran yang kontekstual sehingga pembelajaran yang terjadi di kelas bermakna bagi siswa.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:


(25)

1. Untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Untuk mengetahui kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu Kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

a. Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian Research and Development (R&D) dalam mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

b. Peneliti dapat mengembangkan keterampilan serta meningkatkan kreativitas secara khusus dalam mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.


(26)

2. Bagi guru

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran.

b. Penelitian ini dapat memotivasi guru supaya menggunakan media pembelajaran sebagai media untuk menarik perhatian siswa atau membantu siswa memahami berbagai konsep yang dipelajari dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi siswa

Siswa akan mengalami proses pembelajaran yang bermakna serta memperoleh prestasi belajar yang memuaskan pada materi KPK dengan mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

a. Dapat menambah pengetahuan dan referensi terkait media pembelajaran kurikulum 2013 serta perolehan tambahan bahan bacaan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya pada pengembangan media Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

b. Sekolah diharapkan terinspirasi untuk mengembangkan kompetensi profesional guru dengan adanya berbagai pelatihan khususnya dalam mengembangkan media pembelajaran.


(27)

5. Bagi Program Studi PGSD

Prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakaan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya pengembangan media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

Adapun beberapa batasan istilah pada penelitian pengembangan ini, sebagai berikut:

1. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru pengganti kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberlakukan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Munculnya kurikulum 2013 tentu tidak bertolak dari upaya pemerintah dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia.

2. Media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan media yang digunakan oleh guru yang dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam pengajaran untuk menciptakan suasana belajar yang efisien dan efektif.


(28)

3. Media konvensional

Kata konvensional memiliki arti yaitu berdasarkan kesepakatan umum, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 14 (2008: 730). Anitah (2010: 5) menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media konvensional merupakan media yang dihasilkan oleh seorang atau sebagian orang berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh si pembuat media, yang digunakan untuk menciptakan kondisi yang membelajarkan siswa baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap. 4. Kotak Dakon KPK

Kotak dakon KPK adalah salah satu media media pembelajaran yang mengikuti aturan permainan congklak. Dalam hal ini secara spesifik aturan permainan congklak yaitu (a) terdiri dari 2 pemain yang saling berlawanan, (b) setiap pemain akan memperoleh biji-biji yang jumlahnya sama rata yaitu 49 manik, (c) biji-biji tersebut diisi pada lubang yang berukuran kecil yang berjumlah 7 lubang untuk masing-masing pemain, (d) masing-masing lubang akan diisi oleh 7 buah biji (d) setiap pemain memiliki 1 lubang utama untuk menampung biji dari lubang yang sudah mati, (e) salah satu pemain dapat memulai permainan dan berhak memilih lubang mana yang akan diambil bijinya, lalu memasukkan biji-biji tersebut satu demi satu ke lubang-lubang lainnya sampai habis, (f) bila biji yang terakhir dimasukkan pada lubang yang


(29)

di dalamnya terdapan biji maka pemain boleh mengambil biji dan melanjutkan permainan, sebaliknya jika biji terakhir di masukkan pada lubang lawan yang di dalamnya tidak terdapat biji maka pemain tidak dapat melanjutkan permainan serta tidak mendapat apa-apa namun diganti dengan lawan main.

Media kotak dakon KPK tidak sepenuhnya mengikuti aturan permainan congklak karena ada beberapa aturan permainan yang diubah. Media ini terbuat dari papan dan tripleks.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran konvensional yaitu kotak dakon KPK. Kotak dakon KPK dibuat dari papan kayu dan didalamnya terdapat petakan kotak kecil yang berjumlah 100 kotak dan setiap kotak diberi angka. Media ini dilengkapi dengan manik-manik yang berfungsi sebagai dakon. Manik-manik ini diberi warna yang berbeda agar memudahkan siswa dalam menggunakan media. Kotak-kotak diberi warna yang berbeda.

Berikut adalah ketentuan ukuran dari kotak dakon KPK

a. Kotak bagian luar berukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, tinggi 5 cm meter dan ketebalan papan 1 cm.

b. Kotak kecil bagian dalam berukuran panjang 5 cm, lebar 5 cm, ketebalan sekat antarkotak adalah 0,4 cm. Jumlah kotak bagian dalam berjumlah 100


(30)

kotak yang diberi warna berbeda-beda. Warna yang digunakan adalah warna biru, hijau dan kuning. Selain kotak-kotak kecil, terdapat juga empat buah kotak yang berukuran panjang 10 cm dan lebar 10 cm. Kotak ini dilengkapi dengan whiteboard yang berukuran panjang 10 cm dan lebar 10 cm, penghapus, dan spidol. Kotak ini digunakan untuk menyimpan manik-manik. Kotak-kotak ini berwarna kuning dan hijau. c. Manik-manik yang digunakan dalam media kotak dakon KPK terbuat dari

kayu dengan ukuran 1 × 1 cm. Manik-manik ini berjumlah 100 buah namun warna manik-manik berbeda yaitu 25 manik berwarna merah, 25 berwarna hijau, 25 berwarna orange, dan 25 berwarna putih.

2. Kotak dakon KPK dikhususkan untuk materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

3. Kotak dakon KPK dapat digunakan berulang-ulang. Artinya, media ini bukan merupakan media yang hanya sekali pakai melainkan dapat digunakan secara berulang-ulang.

4. Kotak dakon KPK memiliki daya tahan yang lama. Artinya, media ini dapat digunakan dalam kurun waktu yang lama.

5. Kotak dakon KPK mudah dibawa kemana-mana. Artinya, media ini tidak memiliki batasan ruang dan waktu jika hendak digunakan.

6. Kotak dakon KPK didesain semenarik mungkin untuk menarik perhatian siswa dan sesuai dengan karakteristik peserta didik.


(31)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran Konvensional a. Media Pembelajaran

1) Pengertian media pembelajaran

Sadiman (2014: 6) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Djamarah (2006: 121) menyatakan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Sukiman (2012: 29) menyatakan bahwa media adalah perantara yang menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad 2010: 3).

Anitah (2010: 5) menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan pengertian itu, maka guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan adalah


(32)

media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan, dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, microfilm, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar. Sanjaya (2014: 57) menyatakan bahwa media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer dan lain sebagainya. Sanaky (2013: 3) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.

Munadi (2010: 7) menyatakan bahwa media pembelajaran dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Kustandi dan Sutjipto (2011: 8) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan baik benda


(33)

maupun lingkungan di sekitar siswa yang digunakan guru dalam pembelajaran. Kriteria sebuah media yang digunakan adalah menarik dan berisi pesan. Menarik artinya media tersebut dapat merangsang minat belajar siswa sedangkan berisi pesan artinya media tersebut dapat memberi pesan kepada siswa yang berkaitan dengan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.

2) Macam-macam Media

Djamarah dan Zain (2006: 124) mengklasifikasikan media dari jenisnya, daya liputannya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.

a. Jenis media

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam: 1. Media auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran

2. Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau


(34)

lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

3. Media audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:

a) Audiovisual diam

Audiovisual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.

b) Audiovisual gerak

Audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.

b. Daya liputan media

Media dilihat dari liputannya dapat dibagi dalam: 1) Media dengan daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang sama dalam waktu yang sama.


(35)

Dalam penggunaannya media ini membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.

3) Media untuk pengajaran individual

Dalam penggunaannya media ini hanya untuk seorang diri. Jenis media yang termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

c. Bahan pembuatan media

Media dilihat dari bahan pembuatannya dibagi dalam: 1) Media sederhana

Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak sulit.

2) Media kompleks

Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatanya sulit diperoleh serta harganya mahal, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.

Sanaky (2013: 44) menyatakan bahwa apabila dilihat dari sudut pandang yang luas, media pembelajaran tidak hanya terbatas pada alat-alat audio, visual, audio-visual saja, melainkan sampai pada tingkah laku pengajar dan kondisi pribadi pembelajaran. Maka, media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


(36)

a) Bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual berupa bahan-bahan cetakan dan bacaan.

b) Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu:

1. Media proyeksi, seperti: overhead projector, slide, film, dan LCD,

2. Media non-proyeksi, seperti: papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan planel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik, dan lain-lain,

3. Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka, topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah.

c) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu slide, film strif, film rekaman, radio, televi, video, VCD, laboratorium elektronik, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, computer dan internet.

d) Kumpulan benda-benda (material collection), yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai sejarah jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, dan lain-lain.


(37)

e) Contoh-contoh kelakuan, perilaku mengajar. Pengajar memberi contoh perilaku atau suatu perbuatan.

Anitah (2010: 2) menyatakan bahwa media pembelajaran diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Media visual

Media visual dibedakan menjadi: 1) Media visual yang tidak diproyeksi

Media visual yang diproyeksi merupakan media yang sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksi perangkat lunak. Media yang termasuk dalam media ini adalah: a) Gambar mati atau gambar diam (still picture)

b) Ilustrasi c) Karikatur d) Poster e) Bagan f) Diagram g) Grafik h) Peta datar

i) Realita dan model j) Berbagai jenis papan 2) Media visual yang diproyeksi


(38)

Media visual yang diproyeksi merupakan media yang dapat diproyeksi pada layar melalui suatu pesawat proyektor. Jenis media visual ini adalah:

a) Overhead projector (OHP)

b) Slide projector (projector film bingkai) c) Filmstrip projector

d) Opaque projector b. Media audio

Media audio merupakan media yang dalam menyampaikan informasi disampaikan melalui rekaman suara manusia atau suara-suara lain. Jenis media audio, seperti: open-reel, tape recorder, cassete tape recorder, piringan hitam, radio, dan MP3.

c. Media audio-visual

Media audio-visual merupakan media gabungan antara media visual dan media audio-visual dimana seseorang tidak hanya melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Yang termasuk jenis dari media ini adalah slide suara dan televi.

Berdasarkan pendapat ahli mengenai macam-macam media pembelajaran peneliti dapat menyimpulkan bahwa, media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai media visual, media


(39)

audio, dan media audiovisual. Media juga memiliki berbagai macam diantaranya dapat dilihat dari jenis media, daya liput media, dan bahan pembuatan media. Macam-macam media dilihat dari jenisnya yaitu media auditif, media visual dan media audiovisual. Dilihat dari daya liputannya media dibagi kedalam media dengan liputan luas dan serentak, media dengan daya terbatas waktu dan ruang, dan media pengajaran individual. Sedangkan, media dilihat dari bahan pembuatannya dibagi menjadi media sederhana dan media kompleks. 3) Pemilihan media

Anitah (2010: 78) menyatakan bahwa dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Variabel tugas

Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yang diharapkan dari pebelajar sebagai hasil pembelajaran.

b. Variabel pembelajar

Karakteristik pebelajar perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, walaupun belum ada kesepakatan karakteristik mana yang penting.

c. Lingkungan belajar

Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang termasuk di dalamnya adalah: besarnya biaya sekolah, ukuran ruang kelas, kemampuan mengembangkan materi baru, ketersediaan radio, televisi, atau


(40)

perlengkapan lainnya, kemampuan guru dan kesediaan untuk usaha-usaha mendesain pembelajaran, ketersediaan bahan-bahan buku ajar untuk pembelajaran individual.

d. Lingkungan pengembangan

Perencanaan penyajian yang baik bila pengembangan sumber-sumber tidak mendukung tugas tersebut.

e. Ekonomi dan budaya

Pemilihan media perlu mempertimbangkan apakah media itu dapat diterima oleh si pemakai dan sesuai dengan sumber dana serta peralatan yang tersedia.

f. Faktor-faktor praktis

Hal-hal yang termasuk dalam faktor praktis adalah:

a. Besarnya kelompok yang dapat ditampung dalam suatu ruangan. b. Jarak antara penglihatan dan pendengaran untuk penggunaan media. c. Seberapa jauh media dapat mempengaruhi respon pebelajar atau kegiatan

lain untuk kelengkapan umpan balik.

d. Adakah penyajian itu sesuai dengan respon pebelajar.

e. Apakah stimulus pembelajaran menuntut gerak, warna, gambar, kata-kata lisan, atau tertulis.

f. Apakah media yang dipakai mempunyai urutan yang pasti.

g. Media manakah yang lebih lengkap untuk maksud peristiwa-peristiwa pembelajaran tersebut.


(41)

h. Media yang dipandang kemungkinan lebih efektif bagi pebelajar perlu ditentukan apakah perangkat lunak dapat disimpan dan bernilai.

i. Apakah guru memerlukan training tambahan.

Sanaky (2013: 37) menyatakan bahwa setiap pengajar tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang kemediaan saja, tetapi harus memiliki keterampilan untuk memilih dan menggunakan media dengan baik dalam suatu proses pembelajaran dan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria pemilihan media tersebut antara lain, sebagai berikut:

a. Tujuan pengajaran.

Media pembelajaran yang dibuat hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Materi pengajaran.

Media pengajaran dapat menjelaskan materi pengajaran secara holistik. c. Metode mengajar.

Media hendaknya dapat mendukung metode pembelajaran yang digunakan artinya, media yang digunakan disesuaikan dengan metode mengajar yang digunakan.

d. Tersedianya alat yang dibutuhkan.

Alat yang digunakan dalam membuat media pembelajaran dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar.


(42)

Media yang digunakan harus dapat mendukung jalannya pelajaran sehingga dapat menciptakan situasi yang dapat menyenangkan serta membelajarkan siswa.

f. Penilaian hasil belajar.

Media pembelajaran memuat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi setelah menggunakan media pembelajaran. g. Pribadi mengajar.

Media yang dibuat harus dikuasai oleh guru sehingga tidak mengalami kendala ketika menggunakan media tersebut.

h. Minat dan kemampuan pembelajar.

Media yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa serta dibuat semenarik mungkin agar dapat memicu minat siswa untuk belajar.

i. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung.

Media yang dibuat atau digunakan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan yang dapat membuat siswa aktif untuk mengikuti pembelajaran.

Selain kriteria di atas, hal yang diperhatikan saat memilih media dan menggunakan media yaitu:

a. Daya jangkauan, terhadap pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan pengajaran masal.


(43)

b. Keluwesan pakai, yaitu kapan media tersebut akan digunakan, dimana akan digunakan dan audiennya siapa.

c. Ketergantungan, artinya media yang digunakan juga tergantung pada sarana dan fasilitas yang lain.

d. Kendali, artinya siapa yang akan mengendalikan media tersebut. e. Atribut, kualitas hasil media yang digunakan dalam belajar.

f. Biaya, media yang digunakan mahal atau murah dan juga daya tahannya, sehingga dapat dipertimbangkan biaya produksi atau pembelian.

Arsyad (2010: 75) menyatakan bahwa kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Kriteria-kriteria pemilihan media yang harus diperhatikan yakni:

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.


(44)

c. Praktis, luwes, dan bertahan.

Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.

d. Guru terampil menggunakannya.

Terampil menggunakan media termasuk kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.

e. Pengelompokan sasaran.

Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.

f. Mutu teknis.

Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai kriteria pemilihan media, maka dapat disimpulkan bahwa kriteria-kriteria pemilihan yang baik adalah (1) sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai, (2) kesesuaian dengan


(45)

materi pembelajaran, (3) daya jangkauan media, (4) keluwesan, praktis dan tahan lama, (5) mudah digunakan baik guru maupun siswa, (6) sasaran penggunaan media baik dalam kelompok kecil, kelompok besar atau individu, (7) alat yang digunakan mudah didapat.

4) Fungsi media pembelajaran

Sanaky (2013: 7) menyatakan media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:

a) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka, b) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,

c) Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret, d) Memberi kesamaan persepsi,

e) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak, f) Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan

g) Memberikan suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Munandi (2010: 37) menyatakan fungsi media pembelajaran terdiri dari (1) fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar (2) fungsi semantik, (3) fungsi manipulatif, (4) fungsi psikologis, dan (5) fungsi sosio-kultural.

a. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan,


(46)

yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya di samping ada fungsi-fungsi lain. Media pembelajaran adalah “bahasanya guru”. Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar. b. Fungsi semantik

Fungsi semantik yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik). Bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (conten) yakni pikiran dan atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (messages), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari bahasa itu adalah “kata”. Kata atau kata-kata itu adalah simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Hubungan antara kata, makna dan perunjukan menjadi amat jelas, yakni “makna” tidak melekat pada “kata”; “kata” hanya bermakna bila telah dirujukkan kepada sejumlah referen. Manusialah yang memberikan makna pada kata atau dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, gurulah yang memberi makna pada setiap kata yang disampaikannya.


(47)

Media pembelajaran memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu yaitu:

1) Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.

2) Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat seperti proses metaformosis dan proses perkembangbiakan hewan.

3) Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi (terutama pada mata pelajaran Sejarah), seperti peristiwa Nabi Nuh dan kapalnya dan masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia yaitu:

1) Membantu siswa memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul atau sel. Untuk memudahkan siswa dalam memperlihatkan objek tersebut, maka dapat memanfaatkan gambar, film, dan sebagainya.


(48)

2) Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorfosis. Untuk membantu pemahaman siswa maka dapat menggunakan gambar sebagai media.

3) Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara seperti belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan bermusik dapat memanfaatkan kaset sebagai media.

4) Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta dan grafik.

d. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis media pembelajaran dibagi lagi dalam beberapa fungsi yakni:

1) Fungsi atensi

Fungsi atensi media pembelajaran yakni media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attension) siswa terhadap materi ajar. Maka, media yang menarik serta tepat guna adalah media yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.

2) Fungsi afektif

Fungsi afektif yakni bahwa media pembelajaran yang digunakan dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima


(49)

beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya. Hal lain dari penerimaan itu adalah munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran secara suka rela, ini merupakan reaksi siswa terhadap rangsangan yang diterimanya.

3) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif media pembelajaraan yakni melalui media pembelajaran siswa dapat memperoleh atau menggunakan bentuk-bentuk representasi dari objek-objek baik berupa benda, barang, atau orang. Melalui objek-objek tersebut siswa dapat bercerita atau memberikan tanggapannya terhadap objek-objek tersebut. Semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimilikinya, maka semakin kaya dan luas pula aspek kognitifnya. Aspek kognitif yang dimaksud meliputi persepsi, mengingat, dan berpikir.

4) Fungsi imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi-kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran autistik.


(50)

Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.

e. Fungsi sosio-kultural

Fungsi kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajar. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda apalagi dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan dan pengalaman. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Sadiman (2014: 17) menyatakan secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan yaitu:


(51)

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: 1) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai film, atau model.

2) Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography.

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

c) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:


(52)

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuannya dan minatnya.

d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

1) Memberikan perangsang yang sama. 2) Mempersamakan pengalaman. 3) Menimbulkan persepsi yang sama.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli terkait media pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan beberapa fungsi media pembelajaran yaitu membantu siswa dalam memahami berbagai konsep-konsep tertentu dengan menampilkan benda yang konkret, dapat mengatasi masalah keterbatasan ruang, waktu dan gerak, serta dapat merangsang siswa untuk memperoleh gairah dalam belajar.


(53)

5) Manfaat media pembelajaran

Sanaky (2013: 5) menyatakan beberapa manfaat media antara lain: a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pebelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Sukiman (2012: 44) menyatakan ada beberapa manfaat media pembelajaran yaitu:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan informasi.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya, dan kemungkinan


(54)

peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah a) dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi, b) dapat mengatasi keterbatasan ruang, indera, dan waktu, c) pembelajaran lebih menarik perhatian siswa.

6) Karakteristik media pembelajaran

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad 2007: 12) mengemukakan tiga karakteristik media pembelajaran, antara lain:

a. Ciri fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Media yang termasuk dalam ciri fiksatif adalah fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film.

b. Ciri manipulative (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana


(55)

proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distribusi dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Distribusi media ini tidak terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi media itu misalnya video, audio, disket komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

B. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK 1. Pengertian Kotak Dakon KPK

Media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK adalah salah satu media pembelajaran yang mengikuti aturan permainan congklak. Dakon memiliki arti yaitu tempat atau wadah yang digunakan dalam permainan. Secara spesifik aturan dari permainan congklak yaitu (a) terdiri dari dua orang pemain, (b) setiap pemain memiliki masing-masing 49 biji-bijian, (c) congklak yang digunakan berjumlah 16 lubang dimana di dalamnya terdapat 14 lubang kecil dan 2 lubang besar, (d) setiap pemain harus mengisi masing-masing 7 biji kedalam setiap lubang miliknya, (e) permainan dilakukan berlawanan dengan


(56)

arah jarum jam, (f) permainan akan selesai jika tidak ada lagi biji yang akan di ambil, dan (g) pemain yang memiliki biji paling banyak dinyatakan sebagai pemenang permainan. Permainan memiliki cara bermain yaitu: (a) pemain pertama berhak memilih lubang mana yang dipilih untuk diambil bijinya, (b) biji-biji tersebut akan dimasukkan satu demi satu kedalam lubang lainnya sampai habis, (b) bila biji terakhir dimasukkan pada lubang kecil yang berisi biji lainnya maka ia dapat mengambil biji tersebut dan melanjutkan untuk mengisi namun jika biji terakhir dimasukkan ke lubang besar miliknya maka ia akan melanjutkan permainan dengan mengambil biji di sisi lubang besar miliknya lalu melanjutkan mengisi seperti sebelumnya sampai bijinya habis, (c) jika biji yang terakhir dimasukkan di lubang yang kosong milik lawan maka pemain akan berhenti dan tidak mendapat apa-apa.

Media dakon KPK juga memiliki aturan dan cara bermain yang mengikuti aturan permainan congklak namun tidak semua aturan dari permainan congklak diterapkan dalam media ini. Beberapa peraturan dan cara bermain dari permainan congklak diatas seperti: (a) jumlah pemain, (b) jumlah lubang yang akan digunakan, (c) wadah yang digunakan, pergantian pemain, serta cara bermain yang berlawan dengan arah jarum jam tidak diterapkan dalam penggunaan media dakon KPK. Hal yang sama dari permainan congklak dan media dakon KPK terletak dari cara bermain dimana memasukkan biji atau manik-manik ke dalam lobang. Jumlah biji pada permainan congklak terbatas pada 98 biji atau manik-manik sedangkan manik-manik yang digunakan pada


(57)

media ini terbatas pada 100 manik-manik karena tergantung besarnya angka yang akan dicari KPKnya. Beberapa peraturan di atas tidak digunakan karena terletak pada peran media yang digunakan.

2. Bahan Pembuatan Media

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan media kotak dakon KPK adalah papan kayu dan tripleks sedangkan alat yang digunakan dalam pembuatan kotak dakon KPK adalah pemukul, gergaji, dan paku. Bahan tambahan lain yang digunakan sebagai daya tarik dari media ini adalah cat kayu.

3. Cara Penggunaan Media

Penggunaan dari media kotak dakon KPK mengikuti aturan permainan congklak hanya saja tidak semua aturan dalam permainan congklak diterapkan. Secara spesifik penggunaan media kotak dakon KPK dirincikan sebagai

berikut:

a) Bukalah media kotak dakon KPK, bukalah kotak tempat penyimpanan manik-manik.

b) Setiap siswa yang hendak menggunakannya akan mengambil satu kartu soal.

c) Siswa akan menandai bilangan yang akan dicari kelipatannya dengan manik-manik. Untuk menandai masing-masing bilangan, manik-manik yang digunakan harus berbeda warna.


(58)

d) Siswa akan mencari kelipatan dari bilangan yang pertama pada kotak kecil yang berangka dengan memasukkan satu buah manik pada angka yang merupakan kelipatan dari bilangan yang dicari KPKnya. Begitupun dengan angka lainnya.

e) Jika siswa menemukan kelipatan yang paling besar dari kelipatan bilangan maka ia dapat berhenti untuk mencari kelipatan dari bilangan-bilangan tersebut.

f) Jika semua kelipatan dari bilangan-bilangan tersebut sudah ditemukan, maka siswa akan mencari kelipatan persekutuannya dengan cara menemukan kotak yang memiliki lebih dari satu manik yang warnanya berbeda.

g) Jika siswa sudah menemukan kelipatan persekutuannya maka siswa akan menentukan kelipatan terkecilnya dengan cara melihat angka terkecil atau angka yang mendekati bilangan-bilangan kecil dari kelipatan persekutuan. h) Angka terkecil tersebut menunjukkan kelipatan persekutuan terkecil dari

bilangan-bilangan yang dicari kelipatannya. 4. Kekuatan dan kelemahan Media

Media kotak dakon KPK memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan dari media ini yaitu media kotak dakon KPK hanya dapat digunakan untuk individu dan kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa, sedangkan kelebihan dari kotak dakon KPK adalah:


(59)

a) Media kotak dakon KPK dapat digunakan secara berulang-ulang dalam pembelajaran.

b) Media kotak dakon KPK memiliki daya tahan yang lama. Artinya, media ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

c) Media kotak dakon KPK dapat dibawah kemana-mana karena tidak memiliki keterbatasan ruang dan waktu.

C. Kurikulum 2013

1. Pengertian kurikulum 2013

Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari Bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan (Arifin, 2011: 2). Arifin (2011: 1) menyatakan kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaan pada semua jenis dan dan jenjang pendidikan.

Saylor dan Aleksander (dalam Arifin, 2011: 4) menyatakan the curriculum is the sun total of schools, efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini cukup luas dimana mereka memandang kurikulum merupakan segala sesuatu yang


(60)

diupayakan sekolah untuk mempengaruhi belajar siswa baik di dalam ruangan kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah. Semua pengalaman yang disajikan oleh sekolah untuk siswa merupakan bagian dari kurikulum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan alat yang digunakan sekolah sekaligus dijadikan pedoman dalam menyajikan pengalaman bagi siswa dalam jenjang pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam hal ini, kurikulum memuat komponen-komponen seperti sejumlah mata pelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, tujuan, ruangan kelas, halaman sekolah, kegiatan dan pengalaman belajar siswa serta penilaian atau evaluasi.

Pada tahun 2013 Kementrian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Munculnya kurikulum 2013 tentu tidak bertolak dari upaya pemerintah dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia.

2. Karakteristik Kurikulum 2013

Berdasarkan undang-undang permendikbud No. 67 th 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah karakteristik kurikulum terdiri dari:


(61)

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal)


(62)

3. Tujuan Kurikulum 2013

Adanya perubahan kurikulum tentu berangkat dari kurang tercapainya tujuan dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 merupakan bukti dari upaya pemerintah dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia. Fadlillah (2014:25) menguraikan beberapa tujuan kurikulum 2013 seperti:

a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skilis dan soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan negara Indonesia. c. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan

administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.

d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.

e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.


(63)

Berdasarkan rumusan fungsi kurikulum 2013 dari uraian Fadlilah dapat disimpulkan bahwa fungsi dari kurikulum secara garis besar adalah untuk menyeimbangkan kemampuan hard skills dan soft skills siswa yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Selain itu kurikulum 2013 memberikan peluang terhadapap siswa untuk berkembang secara aktif, kreatif dan inovatif karena dalam pelaksanaan kurikulum di kelas, siswa menjadi pusat pembelajaran.

D.Materi Pokok

Materi pokok disusun untuk pencapaian tujuan, oleh karenanya materi pokok dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai. Sanjaya (2008:171) menyatakan beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan materi pokok adalah:

a. Potensi peserta didik;

b. Relevan dengan karakteristik daerah;

c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;

d. Kebermanfaatan bagi peserta didik; e. Struktur keilmuan;

f. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g. Relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tututan lingkungan; h. Sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia; dan


(64)

i. Merumuskan kegiatan pembelajaran.

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, menyatakan bahwa materi pokok memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

Berdasarkan apa yang dikemukan di atas dapat dipahami bahwa materi pokok diturunkan dari kompetensi dasar yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan disesuaikan indikator pencapaian kompetensi. Dalam penelitian ini, materi pokok yang peneliti ajukan adalah materi tentang menghitung KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil).

1. Tema

Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya, tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan” (Keraf dalam Majid, 2014:86). Depdiknas (dalam Majid, 2014:99) tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Kunandar (dalam Majid, 2014:99) tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.

Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada siswa secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan


(65)

yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat simpulkan bahwa tema merupakan sesuatu yang telah ditempatkan sebagai wadah atau alat untuk membantu siswa dalam mengenal berbagai konsep-konsep yang akan diperoleh secara utuh. Tema yang menjadi acuan dalam peneliti ini adalah tema 2 “ Selalu Berhemat Energi”. Tema Selalu berhemat energi memiliki 3 (tiga) subtema yaitu sub tema 1 “Macam-macam Sumber Energi, subtema 2 “Pemanfaatan Energi”, dan subtema 3 “Gaya dan Gerak”. Setiap subtema memiliki 6 (enam) pembelajaran. 2. Subtema

Subtema merupakan penjabaran dari tema. Dalam setiap subtema terdiri dari enam pembelajaaaran. Dalam proposal ini, subtema yang diambil adalah subtema 2 “Pemanfaatan Energi”.

3. Pembelajaran

Permendikbud No.103 tahun 2013 menyatakan pengertian pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam penelitian ini, peneliti membahas pembelajaran 2 dalam sub tema 2 dengan jaringan matapelajaran yang meliputi IPA, SBPD dan Matematika. Dalam penelitian ini menekankan pada pembelajaran matematika. Sebagaimana yang dituangkan dalam Pemendikbud No.103 tahun 2013 tentang deskripsi kegiatan


(66)

pembelajaran meliputi kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar/mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).

4. Karakteristik Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar

Karakteristik siswa kelas IV dengan usia berkisar 10 hingga 11 tahun yang dikemukan Meggitt (2012:163) dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Perkembangan Kognitif

1. Mengembangkan nalar spasial, yaitu kemampuan memahami serta menarik kesimpulan, dengan menggunakan tanda-tanda yang menyampaikan informasi jarak atau arah.

2. Mulai memahami motif di balik tindakan seseorang. 3. Dapat berkosentrasi lebih lama dalam megerjakan sesuatu, 4. Mulai merancang strategi memori,

5. Kemungkinan akan timbul rasa penasaran terhadap obat-obatan, alkohol, dan rokok.

6. Akan mengembangkan bakat-bakat tertentu. Menunjukkan keterampilan tertentu dalam menulis, matematika, musik, atau seni.

b. Perkembangan Komunikasi dan Bahasa 1. Dapat menulis esai yang panjang.

2. Menulis cerita yang menunjukkan imajinasi, kemampuan tata bahasanya meningkat.


(67)

c. Perkembangan Personal, Emosional, dan Sosial

1. Jauh lebih mampu mengekspresikan atau menahan emosi.

2. Dapat mulai mengalami perubahan emosi yang tiba-tiba dan dramatis karena pubertas (terutama bagi anak perempuan-yang mengalami masa pubertas lebih cepat dari anak laki-laki).

3. Cenderung menjadi sensitif terhadap kritikan.

4. Lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya; berteman dengan teman-teman bergender sama dan hati-hati terhadap lawan jenis.

5. Menyerah pada tekanan dari teman-teman sebaya; mulai memiliki keinginan untuk berbicara, berpakaian, dan bersikap seperti teman-temannya.

d. Perkembangan Moral dan Spiritual

1. Banyak bertanya dan mulai mempelajari bahwa mereka bertanggung jawab terhadap tindakan, keputusan dan konsekuensi mereka sendiri.

2. Mengerti bahwa beberapa peraturan sebenarnya dapat diubah melalui negosiasi dan bahwa peraturan tidak selalu berlaku oleh otoritas eksternal. 3. Mulai mengalami konflik antara nilai-nilai yang diajarkan orang tua, serta


(68)

5. Media Kotak Dakon KPK

Media kotak dakon KPK merupakan media konvensional yang dibuat dari papan kayu. Media ini dikhususkan untuk materi kelipatan persekutuan terkecil. Bagian dalam media terdapat 100 buah kotak ukuran kecil dan 4 buah kotak ukuran sedang yang digunakan untuk menyimpan manik-manik. Media juga dilengkapi dengan whiteboard, spidol, dan penghapus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kotak bagian luar


(69)

D.Penelitian Relevan

Dalam penelitian pengembangan media konvensioanal, peneliti mencari penelitian yang relevan dengan pelitian peneliti. Berikut ini adalah tiga penelitian relevan yang hampir sama dengan penelitian pengembangan media pembelajaran konvensional, antara lain:

Pertama, jurnal oleh Nurhayati, Harwanti, Irianto (2016) yang berjudul Pengembangan Media Permainan Congklak Matematika Untuk Mengefektifkan Penyampaian Materi KPK Dan FPB Kelas IV di Sekolah Dasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan media permainan congklak matematika. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kelayakan media permainan congklak matematika, mengetahui pengaruh media permainan congklak matematika terhadap keefektifan waktu pembelajaran, mengetahui respon guru terhadap media permainan congklak matematika, dan mengetahui respon siswa terhadap media permainan congklak matematika. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati, Harwanti, Irianto sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena sama-sama mengembangkan media konvensional sedangkan perbedaannya adalah pada tahap pengembangan media.

Kedua, skripsi oleh M Akhyar Al Amin (2015) yang berjudul Pengembangan Media Permainan Dakonmatika pada Materi Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) bagi Siswa Kelas IV Baitur Rohim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengembangan dan kualitas media dakonmatika serta untuk mengetahui respon siswa terhadap media


(70)

dakonmatika pada materi Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) di MI Baitur Rohim Sidoarjo. Penelitian yang dilakukan oleh M Akhyar Al Amin sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena sama-sama mengembangkan media konvensional untuk materi KPK sedangkan perbedaannya adalah pada tahap pengembangan media.

Ketiga, jurnal oleh Aprilya Pertiwi Kusumaningrum (2014) yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Communion Paper Meteri FPB dan KPK untuk Siswa Sekolah Dasar. Tujuan dari penelitian adalah untuk menghasilkan produk berupa media communion paper materi FPB dan KPK yang baik, efektif, dan praktis untuk membantu sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilya Pertiwi Kusumaningrum sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena sama-sama mengembangkan media pembelajaran untuk materi KPK sedangkan perbedaannya adalah peneliti tidak menggunakan model tertentu dalam penelitian.

Dari ketiga hasil penelitian di atas terdapat kesamaan variable penelitian yang peneliti lakukan yaitu pengembangan media pembelajaran. Selain terdapat kesamaan variabel, terdapat juga perbedaan yakni terletak pada desain media pembelajaran, tahap pengembangan media, dan model yang digunakan dalam penelitian. Ketiga penelitian tersebut merupakan bahan acuan dalam penelitian peneliti, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar


(71)

Bagan 2.1 Bagan Literatur Map Hasil Penelitian Relevan

E.Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, peneliti akan membuat kerangka berpikir tentang media yang dikembangkan peneliti yaitu kotak KPK pada Tema 2 “Selalu Berhemat Energi” dengan subtema “Pemanfaatan Energi” untuk siswa kelas

Media Permaianan Congklak

Nurhayati, Harwanti, dan Irianto (2016) tentang pengembangan media permainan congklak matematika untuk mengefektifkan penyampaian materi KPK dan FPB kelas IV di sekolah dasar.

Media Dakonmatika

M Akhyar Al Amin (2015) tentang Pengembangan media permainan dakonmatika pada materi Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) bagi Siswa Kelas IV Baitur Rohim.

Communion Paper

Aprilya Pertiwi Kusumaningrum (2014) yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Communion Paper Meteri FPB dan KPK untuk Siswa Sekolah Dasar.

Pengembangan media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK materi Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) untuk siswa kelas IV sekolah dasar.


(72)

IV sekolah dasar. Media ini hendaknya dapat memotivasi guru dalam membuat media pembelajaran untuk pengajaran di kelas serta dapat membantu siswa memahami konsep KPK serta menyelesaikan soal terkait masalah KPK.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber di SD Kalasan 1, penggunaan media pembelajaran masih minim untuk materi KPK dan adanya keterbatasan waktu untuk membuat media. Selain itu, siswa juga masih kesulitan dalam memecahkan masalah KPK yang terkait dengan kehidupan sehari-hari di rumah. Atas permasalahan itu, peneliti mencoba mengembangkan media kotak KPK untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Kotak dakon KPK merupakan media yang dikembangkan untuk membantu siswa dalam memahami konsep matematika materi KPK pada Tema 2 “Selalu Berhemat Energi” dengan subtema “Pemanfaatan Energi” untuk siswa kelas IV sekolah dasar . Media ini hendaknya memberikan keluasan kepada siswa untuk secara aktif memecahkan sendiri terkait konsep KPK maupun masalah terkait KPK. Dalam penggunaannya guru hanya berperan sebagai fasilitator selebihnya siswa sendiri yang berperan aktif. Media ini, dilengkapi dengan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal evaluasi sebagai perangkat pembelajaran yang mendukung penggunaan media kotak dakon KPK.


(73)

Bagan 2.2 bagan kerangka berpikir

Berdasarkan bagan 2.2 di atas, pada tabel analisis kebutuhan guru belum menemukan media yang cocok untuk membantu siswa memahami konsep KPK dan menyelesaikan soal terkait masalah KPK. Dari hasil analisis kebutuhan tersebut, peneliti menyarankan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK. Media ini memiliki spesifikasi produk yaitu komponen rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap, lembar kerja siswa, media pembelajaran konvensional kotak KPK, buku panduan penggunaan media, media pembelajaran

Penelitian Relevan 1. Pengembangan media permainan congklak matematika untuk

mengefektifkan penyampaian materi KPK dan FPB kelas IV di sekolah dasar. 2. Pengembangan media

permainan dakonmatika pada materi Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) bagi Siswa Kelas IV Baitur Rohim.

Media Kotak KPK 1. Pengertian media

pembelajaran 2. Pengertian media

konvensional Analisis Kebutuhan

1. Guru belum menemukan media yang cocok untuk membantu siswa memahami konsep KPK

2. Siswa masih sulit menyelesaikan soal terkait masalah KPK.


(74)

yang dikembangkan sesuai dengan prosedur secara lengkap, dan media pembelajaran dibuat secara menarik dan sesuai dengan karakter siswa.

F. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan daftar pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar berdasarkan validasi ahli media pembelajaran konvensional? 3. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu

kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar berdasarkan validasi guru kelas IV sekolah dasar?


(1)

130 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

131 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

132 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

133 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

134 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

135

BIODATA PENULIS

Matilda Kurniati. Lahir di Beangiung Manggarai NTT tanggal 14 Maret 1995. Lulus Sekolah Dasar pada tahun 2007. Melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Fransiskus Xaverius Ruteng dan lulus pada tahun 2010. Melanjutkan Sekolah Menengah Atas Di SMA Negeri SMA Negeri 1 Langke Rembong. Sekarang sedang melanjutkan studi di perguruan tinggi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi dengan mengakhiri menulis skripsi berjudul “Pengembangan MediaPembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi KPK pada Subtema Pemanfaatan Energi Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN DALAM MENJAWAB PERTANYAAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN KELIPATAN PENINGKATAN KETERAMPILAN DALAM MENJAWAB PERTANYAAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) MENGGUNAKAN MEDIA TURUS PADA SISWA KELAS

0 1 13

Pengembangan media konvensional kotak bintang pada materi mengurutkan angka dalam subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

0 1 212

Pengembangan media konvensional kotak bintang pada materi mengurutkan angka dalam subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar

0 0 210

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS VII SLB NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016.

1 31 255

PENGEMBANGAN MEDIA PERMAINAN DAKONMATIKA PADA MATERI FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB) DAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) BAGI SISWA KELAS IV MI BAITUR ROHIM.

2 11 73

Kelipatan Persekutuan Terkecil dan Faktor Persekutuan Terbesar

1 48 21

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES-TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB) PADA SISWA KELAS IV SDN SERUT 01 TULUNGAGUNG NOURMA OKTAVIARINI

1 1 13

MENENTUKAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB) DENGAN MENGGUNAKAN METODE “PEBI” Suci Yuniati

0 1 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB) DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI SYNERGETIC TEACHING PADA SISWA KELAS IV MI TEGALWATON KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN

0 1 156

Desain instruksional dan proses pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada materi menggunakan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) untuk menyamakan penyebut pecahan - USD Repository

0 3 353