Pengaruh kemiripan kategori, citra merek dan keinovatifan konsumen pada kesuksesan perluasan merek dove.
ABSTRAK
PENGARUH KEMIRIPAN KATEGORI, CITRA MEREK, DAN
KEINOVATIFAN KONSUMEN PADA KESUKSESAN PERLUASAN MEREK DOVE
Elisabeth Sirimavo
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh pada kesuksesan perluasan merek Dove. Variabel-variabel tersebut adalah Kemiripan Kategori, Citra Merek, dan Keinovatifan Konsumen. Dalam mengambil sampel, penulis menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu atau kriteria. Teknik pengumpulan data menggunakan survey melalui kuesioner sebanyak 100 kuesioner yang tersebar di Sleman, DIY. Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah Skala Likert dan analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Citra Merek dan Kemiripan Kategori adalah kunci sukses Dove dalam melakukan perluasan merek.Hal ini dibuktikan bahwa Dove berhasil melakukan perluasan merek melalui Kemiripan Kategori yang dianggap mirip dengan produk induknya. Hal ini disebabkan karena Dove sudah memiliki Citra Merek yang kuat dibenak konsumen sehingga produk perluasan merek Dove lebih mudah diterima oleh masyarakat secara luas. Sedangkan Keinovatifan konsumen tidak mempengaruhi kesuksesan perluasan merek.
(2)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE SIMILARITY CATEGORY, BRAND IMAGE, AND CONSUMER INNOVATIVENESS TOWARDS THE SUCCESS OF
DOVE BRAND EXTENSION
Elisabeth Sirimavo
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
This study aims to determine which variables are the most influential in the success of the Dove brand extension. These variables are the similarity category, brand image and innovativeness of consumers. The researcher used a purposive sampling method to determine the sample with certain considerations or criteria. The data collection technique used a survey method by distributing questionnaires. There were 100 questionnaires distributed in Sleman, Yogyakarta. In this research, the scale used was Likert scale and the data analysis used was Multiple Linear Regression using SPSS 16. The results showed that the variables of brand image and similarity category are the successful key in Dove brand extension. It is proved that Dove succeeded in extensions the brand through the similarity category which is considered as similar as the parent product. This is because Dove has already a strong brand image on the mind of consumers so that the Dove brand extension products were more easily accepted by the society. Meanwhile, the innovativeness of consumers did not influence the success of the brand extension.
(3)
PENGARUH KEMIRIPAN KATEGORI, CITRA MEREK,
DAN KEINOVATIFAN KONSUMEN PADA
KESUKSESAN PERLUASAN MEREK DOVE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Disusun oleh
ELISABETH SIRIMAVO
112214016
PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
PENGARUH KEMIRIPAN KATEGORI, CITRA MEREK,
DAN KEINOVATIFAN KONSUMEN PADA
KESUKSESAN PERLUASAN MEREK DOVE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Disusun oleh
ELISABETH SIRIMAVO
NIM: 112214016
PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Be still and know that I am God “
(Psalm 46:10)
“ May He give you the desire of your heart and make all your plans succeed ”
(Psalm 20:4)
“ Never give up on what you really want to do. The person with big dreams is more powerful than one with all the facts”
(Albert Einstein)
“ Saat-saat yang luar biasa sulit dalam perjuangan adalah pertanda bahwa kesuksesan sudah mendekat”
(Merry Riana)
“Dare to believe is new hope when reality doesn’t match the logic”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Tuhanku Yesus Kristus tercinta, terima kasih atas segalanya yang tidak cukup disampaikan melalui kata-kata karena terlalu banyak
Papa Mama tersayang, terima kasih atas semua dukungan berupa financial, doa dan kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti untukku.
Adek-adek kebanggaanku yang selalu menghibur dan mendukung serta seluruh keluarga besarku dan almamater
(8)
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAGEMEN – PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul :
PENGARUH KEMIRIPAN KATEGORI, CITRA MEREK DAN KEINOVATIFAN KONSUMEN PADA KESUKSESAN PERLUASAN
MEREK DOVE
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 21 Agustus 2015 adalah hasil karya saya. Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain saya seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat sebagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa member pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila di kemudian hari terbukti bahwa saya ternayata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan serta proses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
Elisabeth Sirimavo
(9)
(10)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Apakah Kemiripan Kategori, Citra Merek dan Keinovatifan Konsumen Berpengaruh Pada Kesuksesan Perluasan Merek Dove”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si., selaku Ketua Prodi Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.d., selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa bersedia meluangkan waktu, tenaga, ide untuk memberikan bimbingan, masukan dan kritikan yang sangat berharga dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Dra. Yuliana Rini Hardanti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa bersedia meluangkan waktu, tenaga, ide untuk memberikan bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Dosen dan Staff Sekretariat Fakultas Ekonomi yang telah membagi ilmu yang dimiliki dan membimbing mahasiswa agar memiliki keunggulan akademik dan humanistik.
6. Mama dan Papa tercinta yang tidak pernah berhenti mendukung dalam hal finansial dan afeksi, memberi perhatian, kasih sayang, kesabaran, pengertian, memotivasi, mendoakan, dan memberi masukan serta
(11)
saran-saran dalam segala hal yang membangun. Terima kasih banyak atas segalanya.
7. Adek-adek tersayang Billy Abraham dan Christo Bezaleel yang selalu menghibur disaat sedang mengalami kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi.
8. Semua keluarga besar Semarang yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah memberi doa dan dukungannya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat gilaku linda fong yang sudah bersamaku sejak pertama kali kita masuk kuliah, teman satu kelas dari awal, teman satu kos. Terima kasih telah menjadi sahabatku yang sudah memberikan waktu, dukungan, semangat, dan canda tawanya.
10.Sahabatku tersayang Melinda Kusumaningrum yang selalu bersama dan menemaniku dalam suka maupun duka. Terimakasih atas waktu, solusi, dukungan, ide-ide, doa, semangatnya disaat bosan dan jenuh dalam menyelesaikan skripsi serta perbincangan-perbincangan hangat yang menghasilkan canda tawa, tangisan dan motivasi.
11.Sahabatku tersayang Melania Ela Widyaningrum yang senantiasa menemani mengerjakan skripsi dan memberi semangat dalam mengatasi kejenuhan. Terima kasih atas waktunya yang selalu ada menemaniku dalam melepas kepenatan, hura-hura dan ide-idenya.
12.Sahabatku terkonyol Dela Fransiska Apriyanti, satu-satunya sahabatku yang pernah menemaniku mengerjakan skripsi bersama hingga dini hari dan terimakasih untuk hiburannya ataupun tingkahnya hingga membuatku tertawa lepas dan fresh kembali.
13.Sahabatku terheboh Agata Marita Prihartanti yang selalu heboh menanggapi apapun. Terima kasih atas dukungan dan canda tawanya selama masa perkuliahan yang senantiasa memberikan cerita-cerita lucu dan konyol hingga membuatku tertawa heran melihat tingkahmu.
(12)
14.Sahabat terbaikku Drajad Agung Prabowo, teman dari awal semester 1 hingga saat ini. Terima kasih atas segala waktunya sudah menemaniku disaat suka dan duka, dukungan dan motivasinya. Terima kasih untuk setiap solusi, komentar-komentar, perhatian dan pengertiannya selama ini.
15.Adek kos yang paling luar biasa Margareta Desi Puspitasari dan Eukharistia Netanel. Terima Kasih atas waktunya yang senantiasa menemaniku kemana saja, memberi mendukung dan menghiburku dengan segala sikap-sikap alay, manja, gila, heboh yang membuatku sangat terhibur. Terima Kasih atas waktunya yang terlalu singkat ini dalam mengenalmu, senang dan bahagia bias mengenalmu.
16.Terima kasih untuk teman sekelasku Jantra Handoko yang sudah membantu memberikan ide-ide dan bertukar pendapat saat mengalami kesulitan dalam mengerjakan skripsi. Terima kasih untuk Wiliam Bala Kadang dan Bellarminus Armin teman seperjuangan yang selalu memberi semangat dan dukungan disaat bimbingan.
17.Terima kasih untuk Elysa dan Arin yang slalu memberi dukungan, doa dan hiburan serta masukan dan saran-sarannya.
18.Untuk semua teman-teman Program Studi Manajemen angkatan 2011 dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerjasamanya selama masa perkuliahan dan dukungannya selama ini. Terima Kasih sudah menjadi keluarga kecilku di Yogyakarta.
(13)
(14)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... xi
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
HALAMAN ABSTRAK ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
(15)
BAB II TINJAUAN LITERATUR & PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Literatur ... 10
B. Rumusan Hipotesis ... 26
C. Kerangka Pemikiran... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 30
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
D. Populasi dan Sampel ... 31
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 32
F. Jenis dan Sumber Data ... 32
G. Teknik Pengumpulan Data ... 33
H. Variabel Penelitian ... 33
I. Konseptual Variabel... 34
J. Operasionalisasi Variabel ... 35
K. Skala Pengukuran Data ... 38
L. Teknik Pengujian Instrumen ... 39
M. Uji Asumsi Klasik ... 42
N. Teknik Analisis Data... 44
O. Uji Hipotesis ... 45
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Unilever ... 49
(16)
C. Strategi Pemasaran Dove ... 54
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Responden ... 58
B. Analisis Deskripstif Variabel Penelitian ... 60
C. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 63
D. Analisis Statistik Deskriptif ... 68
E. Hasil Uji Persyaratan Regresi ... 71
F. Analisis Regresi Linier Berganda ... 72
G. Pembahasan ... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN A. Kesimpulan ... 80
B. Implikasi Manajerial ... 81
C. Implikasi untuk Penelitian Selanjutnya... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
(17)
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Rangkaian Produk Dove ... 6
Tabel 2.2 Kategori Pemakai ... 21
Tabel 5.1 Profil Responden ... 59
Tabel 5.2 Skor total tabel Kemiripan Kategori ... 60
Tabel 5.3 Skor total tabel Citra Merek ... 61
Tabel 5.4 Skor total tabel Keinovatifan Konsumen ... 61
Tabel 5.5 Skor total tabel Kesuksesan Perluasan Merek ... 62
Tabel 5.6 Hasil uji validitas variabel Kemiripan Kategori ... 63
Tabel 5.7 Hasil uji validitas variabel Citra Merek ... 64
Tabel 5.8 Hasil uji validitas variabel Keinovatifan Konsumen ... 64
Tabel 5.9 Hasil uji validitas variabel Kesuksesan Perluasan Merek ... 65
Tabel 5.10 Hasil uji reliabilitas variabel Kemiripan Kategori ... 66
Tabel 5.11 Hasil uji reliabilitas variabel Citra Merek ... 66
Tabel 5.12 Hasil uji reliabilitas variabel Keinovatifan Konsumen ... 67
Tabel 5.13 Hasil uji reliabilitas variabel Kesuksesan Perluasan Merek ... 67
Tabel 5.14 Output pengaruh Kemiripan Kategori, Citra Merek, Keinovatifan Konsumen dan Kesuksesan Perluasan Merek Dove ... 70
(18)
Tabel 5.15 Persamaan Analisis Linear Regresi Berganda untuk pengaruh Kemiripan
Kategori, Citra Merek, Keinovatifan Konsumen dan Kesuksesan
(19)
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Elemen Brand Equity versi David Aaker ... 13
Gambar 2.2 Model Penelitian ... 29
Gambar 4.1 Rangkaian produk Unilever ... 50
Gambar 4.2 Produk shampoo Dove ... 52
Gambar 4.3 Produk sabun mandi cair Dove ... 52
Gambar 4.4 Produk sabun mandi batang Dove ... 53
Gambar 4.5 Produk body lotion Dove ... 53
Gambar 4.6 Produk deodorant Dove ... 53
Gambar 5.1 Uji normalitas ... 68
(20)
Daftar Lampiran
Kuesioner ... 87
Data Olahan ... 90
Uji Validitas dan Reliabilitas ... 98
Uji Asumsi Klasik ... 101
(21)
ABSTRAK
PENGARUH KEMIRIPAN KATEGORI, CITRA MEREK, DAN
KEINOVATIFAN KONSUMEN PADA KESUKSESAN PERLUASAN MEREK DOVE
Elisabeth Sirimavo
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh pada kesuksesan perluasan merek Dove. Variabel-variabel tersebut adalah Kemiripan Kategori, Citra Merek, dan Keinovatifan Konsumen. Dalam mengambil sampel, penulis menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu atau kriteria. Teknik pengumpulan data menggunakan survey melalui kuesioner sebanyak 100 kuesioner yang tersebar di Sleman, DIY. Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah Skala Likert dan analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Citra Merek dan Kemiripan Kategori adalah kunci sukses Dove dalam melakukan perluasan merek.Hal ini dibuktikan bahwa Dove berhasil melakukan perluasan merek melalui Kemiripan Kategori yang dianggap mirip dengan produk induknya. Hal ini disebabkan karena Dove sudah memiliki Citra Merek yang kuat dibenak konsumen sehingga produk perluasan merek Dove lebih mudah diterima oleh masyarakat secara luas. Sedangkan Keinovatifan konsumen tidak mempengaruhi kesuksesan perluasan merek.
(22)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE SIMILARITY CATEGORY, BRAND IMAGE, AND CONSUMER INNOVATIVENESS TOWARDS THE SUCCESS OF
DOVE BRAND EXTENSION
Elisabeth Sirimavo
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
This study aims to determine which variables are the most influential in the success of the Dove brand extension. These variables are the similarity category, brand image and innovativeness of consumers. The researcher used a purposive sampling method to determine the sample with certain considerations or criteria. The data collection technique used a survey method by distributing questionnaires. There were 100 questionnaires distributed in Sleman, Yogyakarta. In this research, the scale used was Likert scale and the data analysis used was Multiple Linear Regression using SPSS 16. The results showed that the variables of brand image and similarity category are the successful key in Dove brand extension. It is proved that Dove succeeded in extensions the brand through the similarity category which is considered as similar as the parent product. This is because Dove has already a strong brand image on the mind of consumers so that the Dove brand extension products were more easily accepted by the society. Meanwhile, the innovativeness of consumers did not influence the success of the brand extension.
(23)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi sekarang ini
menyebabkan persaingan bisnis semakin ketat. Dilihat dari keinginan,
kebutuhan individu yang beragam dan selalu mengalami perkembangan sesuai
dengan perubahan zaman sehingga menyebabkan permintaan akan suatu
barang pun meningkat. Kotler dan Amstrong (2008) menjelaskan bahwa
keinginan adalah kebutuhan manusia yang terbentuk oleh budaya dan
kepribadian seseorang. Kebutuhan adalah keadaan yang timbul karena adanya
perasaan kekurangan. Sedangkan permintaan adalah keinginan manusia yang
didukung oleh daya beli. Hal ini membuat perusahaan gencar melakukan
inovasi dalam mengembangkan usahanya terutama pada kegiatan pemasaran.
Pemasaran adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi
pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan yang
bertujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Seiring
dengan perubahan yang terjadi di dunia pemasaran, maka perusahaan harus
dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
konsumen dalam menentukan keputusan untuk membeli suatu produk. Salah
satu kegiatan perusahaan yang sangat berperan dalam pengembangan usaha
(24)
untuk menarik konsumen dalam menawarkan produk baik secara langsung
maupun tidak langsung. Usaha perusahaan untuk mengenalkan produk kepada
konsumen adalah dengan cara promosi.
Promosi (Promotion) merupakan upaya dalam menyampaikan informasi untuk mengenalkan atau menawarkan produk atau jasa kepada
konsumen dengan tujuan menarik konsumen untuk membeli atau
mengkonsumsi produk atau jasa tersebut. Dalam mempromosikan produk
kepada konsumen, perusahaan lebih sering menggunakan iklan sebagai cara
promosi, karena iklan bertujuan untuk mempengaruhi konsumen dan iklan
yang bersifat membujuk berperan penting bagi perusahaan untuk mencoba
meyakinkan konsumen bahwa merek yang ditawarkan sesuai dengan kualitas
produk yang dihasilkan. Dalam mempengaruhi keputusan pembelian,
perusahaan harus memiliki citra merek yang kuat di benak konsumen.
Membangun citra merek yang kuat memang tidak gampang karena
perusahaan harus mengeluarkan biaya yang mahal dan upaya yang keras
diantaranya biaya untuk mengenalkan produk kepada konsumen dan
menjamin kualitas.
Keberadaan merek yang dianggap sebagai pilar bisnis menjadikan
merek sebagai kunci keberhasilan bagi perusahaan dalam memasarkan produk
untuk menarik minat konsumen dalam memilih dan memakai suatu produk.
Merek (Brand) merupakan nama, istilah, simbol/ desain/ kombinasi dari elemen-elemen tersebut yang ditujukan untuk mengidentifikasi produk/ jasa
(25)
jasa tersebut dari pesaing-pesaingnya. Jumlah merek yang begitu banyak dan
produk-produk baru yang ditawarkan bisa membuat konsumen bingung dalam
memilih produk, sehingga perusahaan melakukan inovasi dengan
menggunakan strategi perluasan merek (brand extension) dengan tujuan konsumen lebih mudah mengingat dan menerima produk baru yang
ditawarkan karena perusahaan menggunakan merek yang sebelumnya sudah
dikenal oleh masyarakat (Kotler dan Keller, 2012). Konsumen membentuk
ekspektasi tentang nilai dan kepuasan yang akan diberikan berbagai
penawaran pasar dan membeli berdasarkan ekspektasi mereka. Konsumen
yang puas akan membeli lagi dan memberitahu orang lain tentang pengalaman
baik mereka mengenai produk tersebut dan sebaliknya apabila konsumen
tidak puas akan berganti ke produk pesaing dan menjelek-jelekkan produk
yang mereka beli kepada orang lain. Hal ini jelas ditegaskan bahwa citra
merek yang kuat sangat berpengaruh terhadap nilai suatu produk dan
kepuasan pelanggan. Dalam mencari konsumen baru atau konsumen tetap,
perusahaan juga harus memperhatikan dari berbagai segmen. Segmentasi yang
tepat bagi perusahaan dalam melakukan perluasan merek (brand extension), diantaranya segmentasi demografi pada usia dan segmentasi perilaku pada
status pengguna.
Dove diperkenalkan secara umum pada tahun 1957. Produk ini
dipositioningkan sebagai “pelembab” (moisturizer). Dove mengandung ¼
moisturizing cream. Selama bertahun-tahun, Dove menyampaikan pesannya,
(26)
lain”. Krim inilah yang ditonjolkan perusahaan dalam asosiasi produknya, dan sejak tahun 1957 sampai saat ini asosiasi dan positioning ini tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dove berhasil membangun “citra” nya dengan konsumen melalui usaha komunikasi yang konsisten. Sebagai gambaran ada
banyak konsumen yang telah menyaksikan iklan Dove sebanyak 600 kali
dalam kurun waktu 30 tahun yang mendorong penggunaan produk ini oleh
konsumen. Oleh karena itu, pesaing sulit untuk melakukan imitasi dalam
mengeluarkan produk dan positioning yang mirip dengan Dove meskipun
telah melakukan terobosan produk. Hasil lainnya juga tercermin pada tahun
1987 dimana pangsa pasarnya mencapai 9 persen namun pangsa pasar dari
segi financial mencapai 13,8%. Hal ini menunjukkan bahwa Dove berhasil
mempertahankan kekuatan mereknya dan menjual produknya dengan harga
yang premium (David A.Aaker, 1990).
Pada penelitian ini, penulis menyampaikan ada beberapa variabel yang
diduga akan mempengaruhi kesuksesan perluasan merek Dove. Variabel – variabel tersebut yaitu : Kemiripan Kategori, Citra Merek, dan Keinovatifan
Konsumen. Kemiripan Kategori adalah tingkatan dimana perluasan merek
dianggap mirip dengan produk dari kategori asli atau produk induknya. Citra
Merek adalah seperangkat keyakinan, ide, kesan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap suatu merek. Keinovatifan Konsumen adalah aspek kepribadian yang
berhubungan dengan penerimaan konsumen untuk ide-ide baru dan keinginan
untuk mencoba produk baru atau merek baru. Kemiripan Kategori sangat
(27)
citra merek yang kuat maka perusahaan akan melakukan inovasi dengan
menggunakan strategi perluasan merek. Dalam menggunakan strategi
perluasan merek perusahaan memperhatikan kemiripan kategori dengan
menciptakan produk baru yang mirip dengan produk induknya atau produk
utama. Hal ini bertujuan agar persepsi konsumen terhadap citra merek pada
produk tersebut tetap sama setelah diciptakannya produk baru. Karena
perluasan merek yang dianggap mirip dengan produk induknya akan lebih
mudah diterima oleh konsumen daripada perluasan merek yang tidak mirip
pada kategori induknya. Konsumen yang inovatif adalah konsumen yang
selalu mengevaluasi produk baru atau merek baru dan bisa dibilang konsumen
yang selalu up to date. Dalam hal ini penulis ingin tahu apakah keinovatifan konsumen juga dapat mempengaruhi kesuksesan Dove dalam melakukan
(28)
Tabel 1.1 Rangkaian Produk Dove
Hair Care Body Wash Deodorant Lotion Men + care
Shampo Sabun cair Deodorant roll Shampo
Conditioner Sabunbatang Deodorant Spray Shower tool
Serum
(29)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Dove sudah
melakukan pengembangan produk pada kategori baru. Beberapa penelitian
sebelumnya mengenai perluasan merek telah menunjukkan pengaruh positif
kemiripan kategori, persepsi merek, reputasi merek dan tingkat inovasi terhadap
perluasan merek pada produk Men’s Biore. Selain itu citra merek yang kuat pada suatu produk juga sangat mempengaruhi kesuksesan perluasan merek. Disini
penulis ingin mengetahui faktor apakah yang paling mempengaruhi kesuksesan
perluasan merek Dove dari beberapa faktor yaitu kemiripan kategori, citra merek
dan keinovatifan konsumen.
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini, penulis akan menyampaikan secara ringkas
dan jelas mengenai masalah-masalah utama pada penelitan ini berdasarkan
latar belakang tersebut, yaitu:
1. Apakah kemiripan kategori (category similarity) berpengaruh pada kesuksesan perluasan merek Dove?
2. Apakah citra merek (brand image) berpengaruh pada kesuksesan perluasan merek Dove?
3. Apakah keinovatifan konsumen berpengaruh pada kesuksesan
(30)
C. Batasan Masalah
Penelitian ini akan meneliti mengenai category similarity, brand image dan
innovativeness. Namun penelitian ini hanya akan membahas mengenai pengaruh kemiripan kategori, citra merek, dan keinovatifan konsumen dalam membeli produk
baru yang diperluas dari merek Dove.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kemiripan kategori pada kesuksesan
perluasan merek Dove.
2. Untuk mengetahui pengaruh citra merek pada kesuksesan perluasan
merek Dove.
3. Untuk mengetahui pengaruh keinovatifan konsumen pada kesuksesan
perluasan merek Dove.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dalam penelitian ini, diharapkan penulis dapat memecahkan
masalah yang ada, memperluas wawasan penulis terhadap fenomena
yang terjadi dalam dunia bisnis dan memiliki pengalaman dalam
(31)
2. Bagi Perusahaan
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
bagi Unilever khususnya Dove untuk menentukan pengembangan
kategori baru Dove dalam melakukan perluasan merek terhadap
produk yang tidak terkait dan mengetahui variabel apa yang sangat
(32)
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan LiteraturA.1 Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut :
a) Schiffman dan Kanuk (2010:23)
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai perilaku
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa
yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
b) Mowen (2002:11)
Perilaku konsumen dijelaskan bahwa terdapat tiga perspektif
riset perilaku konsumen, yaitu:
1. Perspektif pengambilan keputusan (decision making perspective), menggambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian langkah-langkah
(33)
2. Perspektif pengalaman (experiential perspective), hal yang menyebabkan konsumen melakukan pembelian
adalah dorongan dari dalam hati dan adanya keinginan
konsumen untuk mencari variasi, kesenangan,
menciptakan fantasi, ketika konsumen mulai beralih ke
merek lain sebab tergoda oleh produk lain.
3. Perspektif pengaruh perilaku (behavioral influence perspective), mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan
pembelian tanpa harus terlebih dahulu membangun
perasaan atau kepercayaan terhadap produk.
c) The American Marketing Association yang dikutip oleh Setiadi
(2003)
Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara
afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia
melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.
A.2 Produk
Produk (Product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau
(34)
kebutuhan.Produk dibagi menjadi 2 kelompok besar berdasarkan tipe
konsumen yaitu :
a) Produk konsumen
Produk konsumen (consumer product) adalah produk dan jasa yang dibeli oleh konsumen untuk konsumsi pribadi. Produk konsumen
ini juga digolongkan lagi menjadi 4 diantaranya :
1. Produk kebutuhan sehari-hari (convenience product) adalah produk dan jasa konsumen yang biasanya sering dan segera
dibeli pelanggan, dengan usaha pembandingan dan pembelian
yang minimum. Contohnya: makanan, pakaian, sabun, dll.
2. Produk belanja (shopping product) adalah produk dan jasa konsumen yang lebih jarang dibeli dan pelanggan
membandingkan kecocokan, kualitas, merek, harga, dan
gayaproduk secara cermat. Contohnya: perabotan, mobil, jasa
hotel serta maskapai penerbangan.
3. Produk khusus (specialty product) adalah produk dan jasa konsumen dengan karakteristik unik atau identifikasi merek di
mana sekelompok pembeli signifikan bersedia melakukan
usaha pembelian khusus. Contohnya: perlengkapan fotografi
mahal, pakaian rancangan desainer terkenal, dll.
4. Produk yang tidak dicari (unsought product) adalah produk konsumen yang mungkin tidak dikenal konsumen atau produk
(35)
tidak berpikir untuk membelinya.Contohnya: peti, asuransi
jiwa, dll.
b) Produk industri
Produk industri (Industrial product) adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam
menjalankan suatu bisnis (Kotler dan Amstrong, 2006:270).
Berdasarkan penjabaran dan berbagai golongan produk tersebut,
peneliti akan menjelaskan bahwa produk Dove yang sedang diteliti ini
termasuk pada produk konsumen golongan kebutuhan sehari-hari. Dove
dipositioningkan sebagai “pelembab”(moisturizer), Dove mengandung ¼
moisturizing cream, yang maksudnya bahwa Dove pertama kali dikenalkan pada masyarakat dengan produk kecantikan kulit, badan dan rambut. Jelas
bahwa produk Dove menciptakan produk perawatan untuk kebutuhan
sehari-hari khususnya untuk wanita.
A.3 Merek
Merek (Brand) merupakan nama, istilah, simbol/desain/kombinasi dari elemen-elemen tersebut yang ditujukan untuk mengidentifikasi produk/jasa
dari seorang penjual/kelompok penjual dan untuk mendiferensiasi produk/jasa
tersebut dari pesaing-pesaingnya (Kotler dan Keller, 2011)
Menurut Kotlerdan Keller (2011) citra merek (brand image) adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seoseorang terhadap
(36)
suatu merek. Oleh karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu
merek ditentukan oleh citra merek tersebut, selain itu citra merek juga
merupakan syarat dari brand yang kuat. Konsumen yang terbiasa mengunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image. Membangun citra merek yang positif dapat dicapai dengan program
pemasaran yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki
kelebihan yang ditonjolkan yang membedakan dengan produk lain.
Gambar 2.1 Elemen Brand Equity Versi David Aaker (Kotler dan
Keller,2008 )
a) Brand Equity (Ekuitas merek) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek ini tercermin dari cara konsumen
dalam berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan
merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek
bagi perusahaan.
b) Brand Awareness (Kesadaran merek) adalah kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan
Brand Equity
(37)
anggota dari kategori produk tertentu. Brand Awareness sendiri di definisikan menjadi 3 tingkatan, yaitu sebagai berikut :
1. Brand recognition (pengenalan), merupakan tingkatan yang paling rendah, dimana para konsumen baru mengenal sebuah
merek dan masih membutukan alat bantu untuk bisa
mengingat merek tersebut.
2. Brand recall (mengingatkan kembali), merupakan kesadaran merek langsung yang muncul di benak para konsumen setelah
merek tertentu disebutkan. Berbeda dengan brand recognition
dimana konsumen membutuhkan pengulangan/ penyebutan
ulang untuk mengingatkan merek produk.
3. Top of mind (puncak), merupakan tingkatan tertinggi dimana merek tertentu telah mendominasi di benak para konsumen,
sehingga dalam level ini mereka tidak membutuhkan
pengingat apapun untuk bisa mengenali merek produk tertentu.
c) Perceived quality (persepsi kualitas), merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruan kualitas/ keunggulan suatu produk/ jasa layanan
berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
d) Brand loyalty (loyalitas merek), merupakan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk/ jasa.
(38)
A.4 Perluasan Merek
Perluasan merek (Brand Extension) merupakan strategi standar untuk memperkenalkan produk baru yang terus menerus mengalami
perkembangan. Selain itu penerapan perluasan merek memberikan
pengaruh yang positif terhadap merek yang sudah ada meskipun
pengaruh tersebut hanya akan terjadi pada saat merek produk lama dan
produk baru memiliki persepsi yang sama (Aaker 1990; Aaker dan Keller
1990; Park, Milbreg dan Lason 1991). Strategi perluasan merek ini
adalah strategi yang biasanya digunakan perusahaan-perusahaan dalam
kegiatan mengeluarkan produk baru, namun apabila strategi ini gagal
akan memberikan hal buruk yaitu menurunkan nilai merek yang sudah
dikenal baik dan unggul di masyarakat. Secara garis besar, ada dua
kategori pengklasifikasian dari perluasan merek (Keller, 2003), yaitu:
a) Perluasan lini (line extension), artinya merek induk digunakan pada merek sebuah produk baru yang mempunyai target ke segmen baru pada
kategori produk yang sama dengan kategori produk merek induk.
b) Perluasan kategori (category extension), artinya merek induk digunakan untuk masuk ke dalam kategori produk yang berbeda dengan kategori
(39)
Ada beberapa bentuk perluasan merek yang dapat dilakukan (Aaker,
1990), yaitu:
a) Perluasan lini (line extension), yaitu versi baru dari produk dalam kategori yang sama, seperti rasa baru, kemasan baru, atau ukuran
kemasan baru.
b) Perluasan vertikal (stretching the brand vertically), adalah perluasan yang dilakukan terhadap kategori produk yang sama. Perluasan dapat
dilakukan ke level yang lebih tinggi (stretching/moving up) atau ke level yang lebih rendah (stretching/ moving down).
c) Perluasan merek (brand extension), artinya menggunakan merek yang telah ada di pasaran (established brand) untuk masuk ke dalam kategori yang berbeda.
d) Co-branding, yaitu penggunaan dua merek untuk meningkatkan persepsi manfaat yang dimiliki produk tersebut sehingga mengurangi
biaya yang harus dikeluarkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perluasan merek sebagai berikut :
a) Reputation
Reputasi dianggap sebagai hasil yang diperoleh dari kualitas
produk, pemasaran, penerimaan merek produk di pasaran,
pengalaman konsumen dengan merek dan informasi mengenai
(40)
Abidden dan Abdul Latif (2011) dikatakan bahwa reputasi merek
menunjuk pada persepsi konsumen terhadap kualitas pada merek
induk yang kemudian akan mempengaruhi perluasan merek.
b) Consumer Perception Fit
Consumer Perception Fitdianggap sebagai kesesuaian dan kesamaan yang dirasakan konsumen terhadap produk induk dengan
produk perluasannya. Kesamaan dan kesesuaian produk induk
dengan produk perluasannya dapat dilihat dari ciri (features), atribut, fungsi atau kegunaan dan manfaat.
c) Perceived Risk
Penerimaan resikodianggap sebagai ketidakpastian yang dihadapi
konsumen ketika konsumen tidak bisa meramalkan konsekuensi
dari sebuah keputusan pembelian (Schiffman dan Kanuk, 2004).
d) Innovativeness
Keinovatifan konsumen adalah aspek kepribadian yang
berhubungan dengan penerimaan konsumen untuk ide-ide baru dan
keinginan untuk mencoba produk baru atau merek baru. Berkaitan
dengan Consumer Innovativeness, Schiffman dan Kanuk (2004) dan Assael (1992) mengatakan bahwa terdapat sebuah category of adaptor yang adalah klasifikasi rencana yang mengindikasi posisi konsumen mengadopsi sebuah produk baru di lihat dari terms of time. Lima Adaptor Categories yang biasanya terdapat dalam literature diantaranya : Inovator (Innovators), Pemakai awal (Early
(41)
adopters), Mayoritas awal (Early majority), Mayoritas belakangan
(The late majority), Orang yang terlambat (Laggards).
Adapun alasan perusahaan melakukan strategi perluasan merek (brand extension) (Aaker, 1990), diantaranya :
a) Meningkatkan peluang keberhasilan produk baru
Konsumen dapat membuat kesimpulan dan menyusun ekspetasi tentang
komposisi dan kinerja produk baru berdasarkan apa dan sejauh mana
tentang merek induk yang telah mereka ketahui. Misalnya ketika Dove
memperkenalkan produk baru yaitu deodorant, konsumen mungkin sudah merasa nyaman dan mengenal baik kualitas Dove sehingga
konsumen tidak segan untuk mencoba produk baru yang dikeluarkan
Dove karena pengalaman dan pengetahuan mereka mengenai produk
Dove lainnya yang sudah melekat di benak mereka.
b)Memberikan umpan balik positif kepada merek induk dan perusahaan.
Perluasan merek dapat membantu mengklarifikasi arti merek dan nilai
merek atau meningkatkan loyalitas dan persepsi konsumen tentang
kredibilitas merek tersebut. Misalnya produk shampo Dove melakukan
perluasan lini yang awalnya hanya untuk wanita sekarang
mengeluarkan produk shampo Dove untuk pria, hal ini dilakukan
dengan tujuan sebagai dasar untuk perluasan selanjutnya pada segmen
(42)
A.5 Kemiripan Kategori
Kemiripan Kategori (category similarity) adalah suatu tingkatan dimana perluasan merek dianggap mirip dengan produk dari
kategori asli merek tersebut (Smith dan Park, 1992). Menurut Hem,
Chernatony, Iversen, (2003), perluasan merek ke kategori yang
dianggap lebih mirip dengan kategori induknya akan lebih diterima
dibanding perluasan dilakukan ke kategori yang tidak ada kemiripan.
A.6 Keinovatifan (innovativeness)
Menurut Keller (2003), produk atau merek baru yang berhasil
serta inovatif dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk atau merek
yang up to date. Dalam kaitannya dengan brand extension, konsumen cenderung untuk mengevaluasi produk baru tersebut dengan mencari
kecocokan antara merek induk dengan merek extension nya, apakah produk yang ditawarkan oleh brand extension sesuai dengan persepsinya dengan merek induk.Berkaitan dengan Consumer Innovativeness, Schiffman dan Kanuk (2007:467) mengatakan bahwa terdapat lima category of adaptor yang adalah klasifikasi rencana yang mengindikasi posisi konsumen mengadopsi sebuah produk baru dilihat
(43)
Tabel 2.1 Kategori Pemakai (Schiffman dan Kanuk, 2007)
KATEGORI
PEMAKAI
DESKRIPSI PERSENTASE
RELATIF
KONSUMEN YANG
MEMAKAI
Inovator (Innovators) Mereka biasanya memiliki pandangan yang cukup tinggi, berani menerima
resiko, memiliki tingkat pendidikan
yang baik dan cosmopolite social relationship yang tinggi.
2,5%
Pemakai awal (Early adopters)
Mereka bukan kelompok pertama yang
mengadopsi tetapi mereka mengadopsi
lebih dulu pada product’s life-cycle.
13,5%
Mayoritas awal (Early majority)
Mereka lebih suka mencari informasi
lebih banyak mengenai merek tersebut
dan mengevaluasinya.
34%
Mayoritas belakangan
(The late majority)
Kelompok ini cenderung berusia lebih
tua dan memiliki tingkat pendapatan
yang tinggi. Mereka mengadopsi karena
sudah banyak rekan mereka yang
mengadopsi juga.
(44)
Orang yang terlambat
(Laggards)
Mereka memiliki kecurigaan terhadap
produk-produk baru, memegang kuat
pada tradisi yang berorientasi masa lalu.
Kelompok ini bisa dikatakan kelompok
yang memiliki pendapatan rendah.
16%
Faktor-faktor pendukung keberhasilan inovasi adalah (Schiffman dan
Kanuk, 2007):
a) Inovasi harus berorientasi pasar.
Banyak inovasi yang sekedar memecahkan masalah secara kreatif
tetapi tidak mempunyai keunggulan dalam bersaing dipasaran. Hal
yang perlu diperhatikan dalam hubungan inovasi dengan kebutuhan
pasar antara lain 5C, yaitu Competitor (pesaing), Competition
(persaingan), Change of competition (perubahan persaingan), Change driver (penentuan arah perubahan) dan Customer behavior (perilaku konsumen).
b) Inovasi harus mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan.
Jenis kemampuan dalam berinovasi :
1. Invensi (penemuan), yaitu penemuan produk atau jasa yang benar-
(45)
2. Ekstensi (pengembangan), yaitu pemanfaatan baru atau penerapan
lain pada produk, jasa atau proses yang telah ada.
3. Duplikasi (pengadaan), yaitu replikasi kreatif atas konsep yang telah
ada.
4. Sintesis, yaitu kombinasi dari konsep atau faktor-faktor yang telah
ada dalam penggunaan formulasi baru.
A.7 Segmentasi (segmentation)
Menurut (Kotler dan Amstrong, 2006:225) segmentasi pasar adalah
kegiatan membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan
kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan
produk atau bauran pemasaran tersendiri. Segmentasi digolongkan menjadi 4
yaitu :
a) Segmentasi Geografis adalah membagi pasar menjadi unit
geografis yang berbeda seperti: negara, negara bagian, wilayah,
kabupaten, kota, atau lingkungan sekitar.
b) Segmentasi Demografis adalah membagi pasar menjadi kelompok
berdasarkan variabel seperti:usia, jenis kelamin, ukuran keluarga,
siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, agama, ras, generasi.
c) Segmentasi Psikografis adalah membagi pasar menjadi kelompok
berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik
(46)
d) Segmentasi Perilaku adalah membagi pasar menjadi kelompok
berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respon
konsumen terhadap sebuah produk.
Berdasarkan beberapa penggolongan diatas, peneliti akan meneliti
berdasarkan :
a) Segmentasi demografis pada usia adalah upaya membagi pasar ke
dalam kelompok usia karena kebutuhan dan keinginan konsumen
berubah sesuai dengan usia.
b) Segmentasi perilaku pada status pengguna, dikelompokkan
menjadi 5 golongan diantaranya: nonpengguna, mantan pengguna,
pengguna potensial, pengguna pertama, dan pengguna tetap
produk. Pengguna potensial adalah konsumen yang menghadapi
perubahan tahap hidup seperti pengantin baru atau orang tua baru
yang bisa berubah menjadi pengguna berat.
Menurut William J. Stanton (2000), syarat-syarat segmentasi pasar yang
efektif antara lain:
a) Dapat diukur (measurable), artinya karakteristik yang dipergunakan untuk mengkategorikan konsumen harus dapat
(47)
b) Mudah diperoleh atau dicapai (accessible), artinya perusahaan harus dapat menembus dan mengkoordinasikan pada segmen
tertentu.
c) Cukup besar dan menguntungkan (large enough), artinya setiap segmen yang hendak ditembus atau dicapai harus cukup luas dan
benar-benar menguntungkan.
d) Dapat dilaksanakan (actionable), artinya pasar sasaran dan segmen pasar yang dapat dicapai atau ditembus tersebut harus mampu
diimplementasikan oleh perusahaan sesuai dengan kemampuan
sumber daya yang dimiliki.
Bentuk efektif segmentasi yang popular untuk kategori penggunaan merek,
seperti (Wiliam J. Stanton, 2000):
a) Tingkat penggunaan : perbedaan segmentasi antara pengguna
berat, pengguna sedang, pengguna ringan dan bukan pengguna
untuk sebuah produk, jasa atau merek khusus.
b) Tingkat kesadaran : kesadaran konsumen pada produk, tingkat
ketertarikan pada produk, kesiapan membeli produk atau apakah
konsumen butuh informasi tentang produk menyangkut semua
aspek kesadaran.
c) Loyalitas merek : kadang-kadang digunakan sebagai dasar untuk
segmentasi. Pemasar kadang mencoba untuk mengidentifikasikan
(48)
langsung menjadi pendukung promosi mereka ke orang dengan
karakteristik yang sama dalam populasi yang lebih besar.
B. Perumusan Hipotesis
1. Apakah kemiripan kategori (perceived similarity) berpengaruh pada kesuksesan perluasan merek Dove?
Kategori merek induk adalah produk utama yang dikeluarkan
perusahaan. Sedangkan produk kategori baru adalah produk
sampingan yang dikeluarkan perusahaan untuk membuat produk
utama menjadi lebih kompetitif. Tetapi terkadang konsumen lebih
tertarik pada kategori merek induk dibanding kategori produk baru
bahkan jika kategori merek induk lebih unggul dan lebih kuat di benak
konsumen serta kategori produk baru yang tidak memiliki kemiripan
dengan kategori merek induk. Dalam melakukan perluasan merek,
perusahaan sering mengalami dilema pada produk kategori baru yang
belum tentu diterima langsung oleh konsumen. Konsumen akan lebih
bersikap positif terhadap perluasan merek jika ia merasakan keserasian
antara merek induk dengan perluasannya. Hal ini sangat jelas bahwa
seringkali konsumen lebih tertarik pada kategori produk baru yang
memiliki kemiripan dengan kategori produk aslinya.
H1: Semakin tinggi anggapan kemiripan kategori baru dengan kategori merek induk maka perluasan merek akan lebih diterima
(49)
dibanding perluasan merek dilakukan ke kategori yang dianggap lebih tidak mirip.
2. Apakah Brand image berpengaruh pada kesuksesan perluasan merek Dove?
Keberadaan merek yang dianggap sebagai pilar bisnis,
menjadikan merek sebagai kunci keberhasilan bagi perusahaan dalam
memasarkan produk untuk menarik minat konsumen dalam memilih
dan memakai suatu produk.Dalam melakukan perluasan merek,
perusahaan harus memiliki citra merek yang kuat di benak konsumen
terutama pada produk utama.Merek yang kuat mempunyai ekuitas
merek yang tinggi. Ekuitas merek (brand equity) adalah pengaruh diferensial positif bahwa jika pelanggan mengenal merek, maka
pelanggan akan merespon produk atau jasa tersebut (Kotler dan
Amstrong, 2006:282). Konsumen yang terbiasa mengunakan merek
tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image
tersebut.
H2: Semakin kuat citra merek pada suatu produk tertentu, semakin tinggi kesuksesan perusahaan dalam melakukan perluasan merek.
(50)
3. Apakah Keinovatifan Konsumen berpengaruh pada kesuksesan
perluasan merek Dove?
Individu yang memiliki tingkat inovasi tinggi biasanya lebih
berani dan lebih mau mencoba produk baru. Setelah mencoba produk
baru konsumen cenderung mengevaluasi produk baru tersebut dengan
mencari kecocokan antara merek induk dengan merek extension nya, apakah produk yang ditawarkan oleh brand extension sesuai dengan persepsinya dengan merek induk.
H3: Semakin tinggi keinovatifan konsumen, semakin positif pula evaluasi konsumen terhadap perluasan merek.
(51)
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan ketiga hipotesis tersebut, maka secara sederhana
peneliti dapat menggambarkan model penelitian, yaitu :
Gambar 2.2 Model penelitian
Kemiripan
Kategori
Citra Merek
Tingkat Inovasi
Konsumen
Perluasan Merek
Dove
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
Sugiyono (2008:4), mengatakan bahwa metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan
dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk menganalisis
variabel-variabel apa saja yang berpengaruh pada kesuksesan perluasan
merek (brand extension). Sugiyono (2012:23), mengatakan bahwa metode kuantitatif adalah data penelitian berupa angka-angka dan analisis yang
menggunakan statistik. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau
statistika.
B. Subjek dan Objek
1. Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sampel
dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
(53)
2. Objek penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian
adalah kemiripan kategori (category similarity), citra merek
(brand image), tingkat inovasi konsumen (innovativeness) dan perluasan merek (brand extension).
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sleman, DIY.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada bulan Februari 2015
sampai April 2015.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/ subjek
yang mempunyai kualitas dan krakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/ subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki
oleh subjek/ objek (Sugiyono, 2012:80). Adapun yang menjadi sampel
(54)
produk Dove. Pada penelitian ini yang dijadikan populasi adalah laki-laki
dan perempuan yang berusia 16 tahun – 45 tahun.
Sampel (sample) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:81). Adapun dalam
penelitian ini digunakan 100 anggota sampel.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan peneliti dalam mengambil sampel adalah
purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria yang ditentukan oleh penulis
dalam menentukan responden yaitu perempuan sebanyak 61 orang dan
laki-laki sebanyak 39 orang. Angka ini mendekati dengan target pasar
Dove yaitu 57% wanita dengan identifikasi wanita yang suka
menggunakan produk kecantikan untuk perawatan pribadi dan 43% pria.
F. Jenis-jenis sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki
sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat
(55)
lain: observasi, wawancara, diskusi terfokus dan penyebaran
kuesioner. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer adalah kuesioner.
G. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.Dalam hal ini metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah survey melalui kuisioner, karena kuisioner dimaksudkan untuk
mengetahui hasil penelitian yang lebih terperinci.
Menurut Sugiyono (2012:142) kuisioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi berbagai
pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Dalam
penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data dari para
responden yang telah ditentukan.
H. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:38) variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik
kesimpulan. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang
lain, maka variabel penelitian dibedakan menadi 2 macam yaitu :
1. Independent Variable atau biasa disebut sebagai variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
(56)
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kemiripan
kategori (X1), citra merek (X2), tingkat inovasi konsumen (X3).
2. Dependent Variable atau biasa disebut sebagai variabel terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel terikat adalah perluasan merek (Y1).
I. Konseptual Variabel
Operasionalisasi variabel-variabel berdasar hipotesis yang telah
ditentukan, yaitu :
1. Kemiripan kategori adalah suatu tingkatan dimana merek
perluasan dianggap mirip dengan produk dari kategori asli
merek tersebut (Smith dan Park, 1992).
2. Citra merek adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Oleh karena itu
sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek ditentukan
oleh citra merek tersebut, Kotler juga menambahkan bahwa
citra merek merupakan syarat dari brand yang kuat (Kotler dan Keller, 2011).
3. Inovasi adalah nilai sebuah kepribadian yang dimiliki oleh
seorang individu terhadap ide baru dan ketersediaannya dalam
(57)
produk atau merek baru yang berhasil serta inovatif
dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk atau merek yang
up to date. Keinovatifan Konsumen adalah aspek kepribadian yang berhubungan dengan penerimaan konsumen untuk ide-ide
baru dan keinginan untuk mencoba produk baru atau merek
baru (Henry Assael, 2004).
4. Perluasan merek merupakan strategi standar untuk
memperkenalkan produk baru yang terus menerus mengalami
perkembangan yang memberikan pengaruh yang positif
terhadap merek yang sudah ada meskipun pengaruh tersebut
hanya akan terjadi pada saat merek produk lama dan produk
baru memiliki persepsi yang sama (Aaker 1990; Aaker dan
Keller 1990; Park, Milbreg dan lason 1991).
J. Operasionalisasi Variabel
Dalam mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan
sebelumnya, peneliti perlu menentukan dengan tepat variabel-variabel
operasional. Berikut variabel-variabel yang dioperasionalisasikan:
1. Kemiripan kategori dioperasionalisasikan sebagai berikut: a. Produk Shampo dan kondisioner Dove
(58)
a) Dove memiliki tingkat kualitas yang sama
dalam menciptakan produk shampo dan
kondisioner.
b) Fungsi dan kegunaan produk shampo dan
kondisioner Dove yang tidak bertolak belakang
dengan citra merek Dove.
c) Produk Shampo dan kondisioner Dove memiliki
kesesuaian dengan produk induknya.
b. Produk body wash Dove
a) Dove memiliki tingkat kualitas yang sama
dalam menciptakan produk body wash.
b) Fungsi dan kegunaan produk body wash Dove yang tidak bertolak belakang dengan citra
merek Dove.
c) Produk body wash Dove memiliki kesesuaian dengan produk induknya.
c. Produk body lotion Dove
a) Dove memiliki tingkat kualitas yang sama
dalam menciptakan produk body lotion.
b) Fungsi dan kegunaan produk body lotion Dove yang tidak bertolak belakang dengan citra
(59)
c) Produk body lotion Dove memiliki kesesuaian dengan produk induknya.
d. Produk deodorant Dove
a) Dove memiliki tingkat kualitas yang sama
dalam menciptakan produk deodorant.
b) Fungsi dan kegunaan produk deodorant Dove yang tidak bertolak belakang dengan citra
merek Dove.
c) Produk deodorant Dove memiliki kesesuaian dengan produk induknya.
2. Citra merek dioperasionalisasikan sebagai berikut:
a. Dove merupakan produk yang memiliki kredibilitas
baik.
b. Produk Dove sudah menjadi Top of Mind bagi konsumen atau sudah ada dibenak/dipikiran konsumen.
c. Dove dipakai oleh orang-orang yang tahu persis
mengenai kualitas produk.
d. Dove dipakai oleh orang-orang yang saya kagumi.
3. Keinovatifan konsumen dioperasionalisasikan sebagai berikut: a. Saya akan membeli produk baru, walaupun saya belum
mendengarnya dengan pasti.
b. Saya sudah mengetahui produk baru lebih awal
(60)
c. Saya orang pertama dari teman-teman saya yang
membeli produk baru jika sudah ada dipasaran.
d. Saya selalu menjadi trendsetter bagi teman-teman saya.
4. Kesuksesan perluasan merek dioperasionalisasikan sebagai berikut:
a. Saya memiliki pandangan yang positif terhadap
perluasan merek Dove.
b. Menurut saya, produk baru Dove memiliki tingkat
kualitas yang sesuai dalam menciptakan produknya.
c. Menurut saya, produk baru Dove ini sesuai dengan citra
merek Dove secara keseluruhan.
d. Saya merasa produk baru Dove ini menjadi pelengkap
bagi produk sebelumnya.
K. Skala Pengukuran Data
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur,
karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka. Skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
(61)
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah Skala
Likert. Skala Likert yaitu skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu
gejala. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Skala Likert untuk
menganalisis pengaruh kemiripan kategori, citra merek, dan keinovatifan
konsumen terhadap kesuksesan perluasan merek Dove. Dalam Skala
Likert terdapat 5 kategori jawaban dengan skor sebagai berikut :
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (S) : 4
Netral (N) : 3
TIdak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
L. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu alat pengukur untuk
mengukur sejauh mana alat ukur memiliki ketepatan dan
kecermatan dalam melakukan fungsinya. Artinya
membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang
sama pada waktu berbeda atau oleh peneliti yang lain
(62)
Rumus Korelasi Product Moment (Wijaya, 2009):
r = n∑xy − ∑x ∑y
√{n∑ 2− ∑x 2}{n∑ 2− ∑y 2}
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y (product moment)
X : Nilai total jawaban dari masing-masing nomor dari
responden
Y : Total butir dari jawaban responden
∑ X : Jumlah skor butir
∑ XY : Jumlah hasil kali antara X dan Y N : Banyaknya partisipan uji coba
Data dikatakan valid, jika koefisien korelasi (r) < 0,50
atau jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen tersebut dikatakan valid, jika r hitung < r tabel
dengan taraf keyakinan 95 %, maka instrumen tersebut
dikatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau
keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran
(Umar, 2005). Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuisioner yang merupakan indikator dari variabel konstruk.
(63)
responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Dalam menghitung
reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s Alpha yang mana rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas
yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal
bentuk uraian.
Rumus Cronbach’s Alpha :
� = ⌊� − 1⌋ [1 − � ∑�� 2
�2 ]
Keterangan :
r : Koefisien reliabilitas instrument (cronbach alpha)
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal
∑�2 : Total varian butir
��2 : Total varian
Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha
antara 0,70-0,90 maka reliabilitas tinggi, jika alpha antara
0,50-0,70 maka reliabilitas moderat, jika alpha < 0,50 maka
reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau
(64)
jika nilai alpha berada di atas 0,6 atau 60%. Semakin tinggi
nilai koefisien alpha, semakin konsisten hasil yang diperoleh, sehingga data dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.
M. Uji Asumsi Klasik
Regresi linear berganda harus memenuhi asumsi-asumsi yang
ditetapkan agar menghasilkan nilai-nilai koefisien sebagai penduga.
Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki hubungan
linear atau hubungan garis lurus.
2. Variabel tidak bebas harus bersifat kontinu atau setidaknya
berskala interval.
3. Keragaman dari selisih nilai pengamatan dan pendugaan harus
sama untuk semua nilai pendugaan Y. Jadi, (Y-Y’) kira-kira harus sama untuk semua nilai Y’. Apabila kondisi ini tidak terpenuhi maka disebut heteroskedastisitas dan residu yang dihitung dari (Y-Y’) arus menyebar normal dengan rata-rata nol.
4. Pengamatan-pengamatan variabel tidak bebas berikutnya harus
tidak berkorelasi. Pelanggaran asumsi ini disebut autokorelasi
(65)
5. Tidak adanya korelasi yang sempurna antara variabel bebas
yang satu dengan variabel bebas yang lain. Apabila asumsi ini
dilanggar disebut multikolinearitas.
Terdapat pelanggaran asumsi-asumsi yang perlu dideteksi dalam
persamaan regresi linear berganda yaitu heteroskedastisitas, normalitas, dan multikolinearitas. Adapun cara untuk mendeteksi gejala-gejala tersebut sebagai berikut:
1. Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas diuji dengan metode Glejser dengan
cara menyusun regresi antara nilai absolut residual dengan
variabel bebas. Apabila masing-masing variabel bebas tidak
berpengaruh signifikan terhadap absolut residual (α= 0,05) maka dalam model regresi tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
2. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual memiliki distribusi
normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak
valid. Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
(66)
akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
residual adalah normal, maka garis diagonal yang
menggambarkan data sesungguhnya akan meliputi garis
diagonalnya (Ghozali,2005).
3. Multikolinearitas
Pendeteksian teradap multikolinearitas dapat dilakukan dengan
melihat nilai Variance Inflating Factor (VIP) dari hasil analisis regresi. Jika nilai VIF > 10 maka terdapat gejala
multikolinearitas yang tinggi.
N. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah mendiskripsikan teknik analisis apa yang
akan digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan, termasuk pengujiannya (Anwar Sanusi, 2011:131).
1. Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda pada dasarnya merupakan
perluasan dari regresi linier sederhana, yaitu menambahkan jumlah
variabel bebas yang sebelumnya hanya satu menjadi dua atau lebih
variabel bebas.Dalam pendekatan ini, sering diacu sebagai analisis
jejak (path analysis) yang mana regresi dipakai untuk menjelaskan keterkaitan struktur yang telah diperluas dari teori sebab akibat.
(67)
Dalam hal ini ada tiga variabel bebas yang diberi symbol X1, X2,
X3 dan satu variabel terikat yang diberi symbol Y. Persamaan
yang dipergunakan untuk memprediksi nilai variabel Y disebut
dengan persamaan regresi (Anwar Sanusi, 2011:134). Secara
matematis sebagai berikut :
Regresi Linier berganda, untuk hipotesis :
Y = a + b 1X1+b 2X2 + b 3X3 + e
Dimana :
Y = Perluasan merek
a = Konstanta
X1 = Kemiripan kategori
X2 = Citra merek
X3 = Tingkat inovasi konsumen
b 1, b 2, b 3 = Koefisien regresi
e = Faktor pengganggu
O. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi
dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara individual dan menganggap dependen yang lain konstan.
Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan
(68)
Apabila nilai thitung.>ttabel maka variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen, sedangkan
thitung.<ttabelvariabel independen secara individual tidak
mempengaruhi variabel dependen.
thitung.>ttabel, X b < 0 berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
thitung.<ttabel, X b > 0 berarti H0 diterima dan H1 ditolak.
Uji t juga bisa dilihat pada tingkat signifikansinya:
Jika tingkat signifikansi ≤ 0,05, X b < 0 maka H0 ditolak dan H1
diterima Jika tingkat signifikansi > 0,05, X b > 0 maka H0 diterima
dan H1 ditolak.
Berikut langkah-langkah pengujian Hipotesis statistik adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
a. Hipotesis nol/ nihil (H0) adalah hipotesis yang dirumuskan
sebagai suatu pernyataan yang akan diuji.
b. Hipotesis Alternatif/ tandingan (Ha/ H1) adalah hipotesis
yang dirumuskan sebagai lawan atau tandingan dari
(69)
2. Menentukan taraf Nyata (α)
Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam
menerima kesalahan hasil hipotesis terhadap nilai populasi.
Semakin tinggi taraf nyata yang digunakan semakin tinggi juga
penolakan hipotesis nol. Besaran yang sering digunakan untuk
menentukan taraf nyata dinyatakan dalam % yaitu: 1% (0,01),
5% (0,05), 10% (0,10).
3. Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan
dalam menerima atau menolak hipotesis nol (H0) dengan cara
membandingkan nilai α table distribusi (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya. Sesuai dengan bentuk pengujiannya.
4. Menentukan Nilai Uji Statistik
Uji statistic merupakan rumus-rumus yang
berhubungan dengan distribusi tertentu dalam pengujian
hipotesis. Misal, akan di uji parameter populasi (P), maka yang
pertama-tama di hitung adalah statistic sampel (S).
5. Membuat Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan
keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol
(H0) yang sesuai dengan nilai kriteria pengujian. Penerimaan
(70)
Sedangkan penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistic berada di
(71)
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini akan membahas mengenai sejarah perusahaan pemilik merek Dove
dan berbagai rangkaian produk Dove yang digunakan dalam penelitian ini yang
terdiri dari pengetahuan mengenai PT. UNILEVER INDONESIA dan berbagai
rangkaian produk Dove.
A. PT. UNILEVER INDONESIA
PT. UNILEVER adalah perusahaan multinasional yang bermarkas di
Rotterdam, Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun 1930. Saat itu perusahaan
mempekerjakan 206.000 pekerja. Memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan
konsumen pribadi. Beberapa merek terkenal milik Unilever adalah: Rinso, Sunsilk,
Dove, dan Clear.
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken
N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers
Indonesia. Pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia Tbk. Pada tanggal 16 November 1981 Unilever Indonesia mendaftarkan
15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dan mempunyai
lebih dari 1000 supplier. Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove,
(72)
Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco,
Bango, dan lain-lain.
Gambar 4.1 Rangkaian Produk Unilever
B. DOVE
Dove adalah sebuah merek dengan asal-usulnya di Amerika Serikat di Post-era PPost-erang Dunia II. Dove pertama kali disebut sebagai “beauty bar”, diluncurkan pada tahun 1957 dengan klaim bahwa ia tidak akan menyebut sebagai sabun. Dove yang awalnya disebut sebagai “krim pembersih” diganti sebagai “krim pelembab”. Iklan menginginkan proyek kejujuran dan keaslian, lebih memilih untuk memiliki wanita terlihat alami yang memberi kesaksian manfaat Dove daripada gaya model fashion. Pada 1980-an, The Dove beauty bar secara luas didukung oleh dokter dan
(73)
dermatologists untuk merawat kulit kering. Dove perlu melakukan komunikasi yang berbeda melalui “Campaign for te real beauty” seperti eksplorasi riset pasar, konsultan dengan para pakar, percakapan para wanita.
Arti nama Dove adalah nama modern atau dari kosa kata yang menunjukkan nama burung yang maksudnya sebagai simbol dari perdamaian dan kehalusan. Nama Dove biasanya digunakan untuk perempuan, oleh sebab itu Dove diposisikan sebagai kecantikan perempuan sebelum akhirnya menciptakan produk untuk laki-laki.
Seperti yang sudah diketahui bahwa Dove memiliki lini produk yang beragam seperti Shampo yang memiliki 5 varian produk, sabun mandi dengan 2 jenis yaitu sabun batang Dove dengan 2 varian produk dan sabun cair Dove dengan 3 varian produk, deodorant dengan 4 varian produk dan body lotion dengan 4 varian produk.
(74)
Berikut ini adalah gambar berbagai produk Dove :
Gambar 4.2
Produk Shampo Dove
Gambar 4.3
(75)
Gambar 4.4
Produk Sabun mandi batang Dove
Gambar 4.5
Produk Body Lotion Dove
Gambar 4.6
(76)
C. Strategi Pemasaran bagi Dove
1. Perencanaan Media
Menggunakan serangan kilat dari media yang dibayar. Melalui Youtube dan
penayangan di televisi dalam konteks program berita. Dalam hal pemilihan
media, ada tiga media yang dipilih oleh Dove yaitu billboard, TV dan internet.
2. Public Relation
Public Relation dari brand Dove saling terhubung diberbagai negara termasuk Amerika Serikat untuk merealisasikan dan memperluas kampanye Real Beauty. Dengan tujuan untuk memperjelas maksud Dove sebagai “krim
pelembab” dan mengembangkan strategi perluasan pasar ataupun perluasan target. Mendirikan yayasan untuk meningkatkan kepercayaan diri pada
wanita.
3. Pengorganisasian untuk manajemen merek
Di tahun 2000 Unilever mulai membagi tanggung jawab untuk brand menjadi dua group, pertama dengan pelaksanaan brand development dan pelaksanaan lain yaitu brand building ke dalam spesifik market. Brand development di pusatkan ke dalam dan cakupannya global. Brand building di desentralisasikan menurut daerah geografis terbesar tempat Unilever
(77)
4.2.3 Pertahanan Dove Terhadap Para Pesaing
Pada tahun 1991, Dove meluncurkan serangan terlebih dahulu untuk
mengantisipasi peluncuran produk Oil of Olay dari P&G. Senjata satu-satunya
yang dimiliki Dove adalah iklan yang baru dan dramatis. Dove tidak
mengeluarkan anggaran lebih untuk iklan dan tidak ada perubahan yang
signifikan pada anggaran promosi. Empat tahun berikutnya, market share
Dove meningkat dari 15,7% menjadi 23,4%, melampaui Ivory yang menurun
dari 15,2% menjadi 11,9%, sedangkan Olay yang akhirnya diluncurkan tahun
1995 hanya mendapat 3,5%. Sementara, angka penjualan Dove rata-rata
mengalami pertumbuhan yang cukup besar setiap tahunnya. Dove menjadi
salah satu contoh dari kasus dalam hal membangun merek yang sukses dalam
sejarah Canada. Sejak diluncurkan di Canada pada tahun 1964, Dove meraih
posisi yang sulit untuk ditandingi oleh pesaing manapun di pasar sabun.
Selama bertahun-tahun Dove menyampaikan pesannya “Kulit Anda tidak akan kering seperti halnya jika memakai sabun-sabun yang lain.”
Kalimat unggulan lainnya adalah, “Dove mengandung ¼ moisturizer cream”.
Pada tahun 1990, Dove sudah meraih prestasi di pasar sabun sambil bersaing
lumayan ketat dengan Ivory. Dove ternyata bisa meraih keuntungan di pasar
sabun yang telah matang dan stabil. Namun serangan dari pesaing seperti Oil
of Olay sangat kuat. P&G dan reputasi Oil of Olay dalam bidang perawatan
kulit bukanlah hal yang mudah untuk dikalahkan. Satu-satunya strategi
(78)
market share, serta menciptakan suasana/ lingkungan yang sekiranya bisa mempersulit Olay untuk merebut pelanggan Dove. Berdasarkan uji pasar,
Dove menduga Olay akan menetapkan harga yang setara dengan Dove, tentu
saja hal ini akan merugikan bagi Dove karena Dove juga memutuskan untuk
tidak menaikkan anggaran promosi.
Dengan demikian Dove memilih strategi kreatif untuk meluncurkan
iklan baru yang dramatis dan menetapkan tujuan kampanye periklanan,
sebagai berikut:
Memposisikan Dove sebagai sabun terbaik, untuk menarik konsumen
yang belum memakai produk Dove
Menegaskan ulang keunggulan Dove bagi para pemakai lama
Melalui tiga fase yang diluncurkan Dove antara lain:
1. Fase pertama adalah demo “Litmus”, yang membuktikan bahwa produk ini adalah sabun yang paling lembut. Iklan ini diputar di televisi dan majalah.
2. Fase kedua adalah “focus group”, yang membuktikan bahwa kredibiltas
Dove tidak diragukan lagi dengan mengumpulkan sekelompok wanita
dalam sebuah diskusi kelompok dan memfilmkan reaksi mereka terhadap
uji litmus.
3. Fase ketiga adalah “Flex Wash” yang membuktikan kelembutan Dove dengan cara menggosokkan sabun Dove selama 60 detik langsung ke
(79)
digosokkan di sabun lainnya kemerahan sedangkan tangan yang
digosokkan ke sabun Dove hampir tidak ada tanda sama sekali.
Ketiga fase ini ternyata membuat Dove mulai menanjak. Dove membuktikan
bahwa iklan mampu meningkatkan market share dalam pasar yang matang. Keunggulan produk, positioning produk yang kuat dan matang mampu
dikomunikasikan dengan jelas kepada segmen pasar yang tepat walaupun tanpa
(80)
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai analisa data dengan menggunakan hasil
penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner sebanyak 100 kuesioner pada
responden sebagai sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini. Setelah
kuesioner terkumpul kemudian penulis melakukan tabulasi melalui Ms.Excel dan
dilanjutkan menggunakan program SPSS 16. Dalam penelitian ini skala pengukuran
yang digunakan adalah Skala Likert. Analisis secara kuantitatif meliputi Uji
Instrumen diantaranya uji validitas dan uji reliabilitas dan dilanjutkan uji asumsi
klasik sebagai syarat untuk melakukan uji regresi dan uji regresi berganda.yang
dibantu dengan program SPSS 16.
A. Analisis Deskriptif Responden
A.1 Profil Responden
Dalam penelitian ini responden yang diperoleh sejumlah 100 orang.
Pengumpulan data selama 3 minggu di lokasi kampus Universitas Sanata
Dharma, beberapa tempat makan, beberapa kos, “tempat tongkrong” anak muda di Sleman, DIY.
(81)
Tabel 5.1 Profil Responden
Pengelompokan Total
Jenis Kelamin Laki-laki 39 Perempuan 61
Total responden 100
Kelompok Usia
16 - 25 tahun 71 26 - 35 tahun 19 36 - 45 tahun 10
Total responden 100
Status
Pelajar 9 Mahasiswa 57 Pekerja 34
Total responden 100
Tabel 5.1 menunjukkan data profil responden yang terlihat bahwa
pengguna Dove terbanyak adalah Perempuan dengan total responden
sebesar 61 orang dari 100 responden dengan mayoritas responden berusia
16-25 tahun yaitu sejumlah 71 responden dengan status sebagai mahasiswa
(1)
UJI HASIL VALIDITAS
Correlations
Kemiripan_1 Kemiripan_2 Kemiripan_3 Total_Kemiripan Kemiripan_1 Pearson Correlation 1 .536** .462** .801**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
Kemiripan_2 Pearson Correlation .536** 1 .723** .883**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
Kemiripan_3 Pearson Correlation .462** .723** 1 .853**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
Total_Kemiripan Pearson Correlation .801** .883** .853** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 100 100 100 100
(2)
UJI HASIL RELIABILITAS
Reliabilitas Kemiripan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.797 3
Reliabilitas Citra Merek
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.755 4
Reliabilitas Keinovatifan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
(3)
Reliabilitas Kesuksesan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
(4)
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
Uji Normalitas
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.345 1.122 3.874 .000
Kemiripan .315 .101 .242 3.128 .002 .708 1.412 Citra_Merek .488 .069 .596 7.042 .000 .592 1.690 Keinovatifan .033 .053 .045 .628 .532 .809 1.236 a. Dependent Variable: Kesuksesan
(5)
(6)
HASIL REGRESI LINIER BERGANDA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .770a .593 .580 .35739
a. Predictors: (Constant), Keinovatifan, Kemiripan, Citra_Merek
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 17.878 3 5.959 46.658 .000a
Residual 12.262 96 .128
Total 30.140 99
a. Predictors: (Constant), Keinovatifan, Kemiripan, Citra_Merek b. Dependent Variable: Kesuksesan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.088 .280 3.879 .000
Kemiripan .236 .076 .241 3.119 .002 Citra_Merek .488 .069 .596 7.045 .000 Keinovatifan .033 .053 .045 .627 .532 a. Dependent Variable: Kesuksesan