Pengembangan buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial dalam proses pembelajaran untuk memperdalam pemahaman dan kepedulian siswa kelas V SD terhadap lingkungan

(1)

PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PENDESAINAN

PERTANYAAN ESENSIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN

UNTUK MEMPERDALAM PEMAHAMAN DAN MEMBANGUN

KEPEDULIAN SISWA KELAS V SD TERHADAP LINGKUNGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Sonialopita NIM: 131134201

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PENDESAINAN

PERTANYAAN ESENSIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN

UNTUK MEMPERDALAM PEMAHAMAN DAN MEMBANGUN

KEPEDULIAN SISWA KELAS V SD TERHADAP LINGKUNGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Sonialopita NIM: 131134201

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya  Orang tua saya bapak (Wardaya) dan Ibu (Atik Swasti) yang selalu

memberikan dukungan, doa, dan kasih tanpa pamrih.

 Adik saya (Fajar Ega Tama) yang telah memberikan dukungan.

 Yohanes Yulianto yang telah menemani, membantu dalam menyelesaikan masalah, memberikan solusi, dan memberikan dukungan serta semangat.  Keluarga besar Mbah Kasan Munawar dan Mbah Karmo yang telah

memberikan dukungan dan semangat.

 Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan dan semangat.  Almamater Universitas Sanata Dharma.


(6)

v

MOTTO

Jika kamu belum mencoba maka kamu tidak akan tahu. Dimana ada kemauan di sana ada kekuatan. Berusaha, berdoa, dan kerja keras. Keberuntungan pun akan mengikuti.


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Mei 2017 Peneliti


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sonialopita

Nomor Mahasiswa : 131134201

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengembangan Buku Pedoman Pendesainan Pertanyaan Esensial dalam Proses Pembelajaran untuk Memperdalam Pemahaman dan Membangun Kepedulian Siswa Kelas V SD Terhadap Lingkungan.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Mei 2017 Yang menyatakan


(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PENDESAINAN

PERTANYAAN ESENSIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN UNTUK MEMPERDALAM PEMAHAMAN DAN MEMBANGUN KEPEDULIAN

SISWA KELAS V SD TERHADAP LINGKUNGAN Sonialopita

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini diawali dengan temuan bahwa guru mengalami kesulitan dalam menyusun pertanyaan esensial dan belum adanya buku pedoman untuk menyusun pertanyaan esensial. Pertanyaan esensial diperlukan untuk memperdalam pemahaman siswa selain itu, dapat digunakan untuk membuat siswa melakukan aksi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menyusun buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial khususnya tema tentang lingkungan yang sekarang menjadi keprihatinan dunia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Produk yang dihasilkan berupa buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial. Proses pengembangan buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial tersebut, mengikuti dua tahap dari modifikasi Tessmer (1993) yaitu (1) Evaluasi diri, dan (2) Pendesainan Prototipe. Langkah-langkah dalam tahap evaluasi diri terdiri dari wawancara, observasi, dan proses desain sedangkan dalam tahap pendesainan prototipe terdiri dari expert review, one-to-one, dan small group. Prototipe yang didesain kemudian divalidasi oleh tiga orang validator dan diuji cobakan kepada small group yang terdiri dari dua guru kelas.

Hasil expert judgement menunjukkan bahwa pertanyaan yang disusun memiliki kualitas 50 % sangat baik, 18,18 % baik, 13,63 % cukup, 13,63 % kurang, dan 4,54 % sangat kurang. Hasil uji coba small group menunjukkan bahwa produk memiliki kualitas yang baik dari segi inspirasi penggunaan pertanyaan esensial, dan kemudahan penggunaan buku pedoman. Dapat disimpulkan bahwa produk buku ini telah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan meskipun perlu beberapa perbaikan. Kata Kunci: kegiatan menanya, pertanyaan esensial, peduli lingkungan.


(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MANUAL FOR DESIGNING ESSENTIAL QUESTIONS IN THE LEARNING PROCESS IN ORDER TO DEEPEN THE UNDERSTANDING AND BUILD ENVIRONMENTAL AWARENESS OF 5th

ELEMENTARY GRADES STUDENTS

Sonialopita

Universitas Sanata Dharma 2017

This study was initiated with the findings that teachers have a difficulty in constructing Essential Questions and there were not any guidebooks to design essential questions. Essential question was necessary to deepen the understanding of students. It also could be used to make students perform an action. Therefore, the goal of this research was to compile a manual for designing essential questions, specifically about environmental theme that nowadays becomes world concerns.

The type of this study was a Research and Development (Research and Development or R&D). The result product of this study was a manual for designing essential questions. The process of developing the manual for designing essential questions was based from Tessmer modification (1993), which are (1) Self-evaluation, and (2) Designing the prototype. The process of Self-Evaluation consists of interviews, observations, and design processes, while the process of designing the prototype consists of expert review, one-to-one, and small groups. The prototype which had been designed was validated by three validators and tested on a small group consisted of two teachers.

The results of expert judgment showed that the designed questions have quality ratings of 50% excellent, 18.18% good, 13.63% fair, 13.63% poor, and 4.54% very poor. The results of the test on a small group showed that the product has a good quality both from the inspiration of essential questions usage, and the easiness in using the manual. It can be concluded that this product is corresponding with the expected specifications although it still needs some improvements.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PENDESAINAN PERTANYAAN

ESENSIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN UNTUK MEMPERDALAM PEMAHAMAN DAN MEMBANGUN KEPEDULIAN SISWA KELAS V SD

TERHADAP LINGKUNGAN”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, peneliti menyusun skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi, peneliti ingin mengucapkan terikasih atas dukungan, bantuan, serta bimbingan kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu, peneliti ucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi., S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Irine Kurniastuti, M.Psi. selaku dosen pembimbing 2 yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberi pengarahan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Para validator yang telah membantu peneliti dalam proses memvalidasi produk yang dihasilkan dalam penelitian ini.

7. Muryanto, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Demangan Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.


(12)

xi

8. Tarcius Tri Indrartanta, S.Sos selaku Kepala Sekolah SD Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

9. Guru kelas V dan siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Guru kelas V dan siswa kelas V SD Joannes Bosco Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

11.Keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

12.Icak, Pani, Uik, Ciska yang memberikan semangat, motivasi, serta menghibur peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam penyusunan skripsi dan telah memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Tetapi peneliti berharap, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Yogyakarta, 27 April 2017 Peneliti,


(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

HALAMAN MOTTO ………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………. vii ABSTRAK ……… viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR TABEL ………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Manfaat Penelitian ……… 6

E. Definisi Operasional ……… 7

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ……….. 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ……….. 9


(14)

xiii

a. Pengertian Pendidikan Karakter ………... 9

b. Tujuan Pendidikan Karakter ………. 12

c. Fungsi Pendidikan Karakter ……….. 13

d. Peduli Lingkungan ……… 14

e. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013 ……….. 15

2. Pendekatan Saintifik ………... 16

a. Menanya (Questioning) ……… 18

b. Manfaat Penggunaan Model Pembelajaran Questioning ………… 19

3. Pertanyaan Esensial (Essential Question) ……….. 22

a. Karakteristik Pertanyaan Esensial (Essential Question) ……….. 22

b. Mengapa Menggunakan Pertanyaan Esensial? ………. 23

c. Cara Mendesain Pertanyaan Esensial ………... 24

d. Cara Menyampaikan Pertanyaan Esensial ……… 25

B. Penelitian yang Relevan ……… 27

C. Kerangka Berpikir ………. 31

D. Pertanyaan Penelitian ……… 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 35

B. Setting Penelitian ……….. 37

C. Prosedur Pengembangan ……….. 38

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 41

E. Instrumen Penelitian ………. 43

1. Pedoman Wawancara ……….. 44

2. Lembar Observasi ………... 45

F. Teknik Analisis Data ………. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ……… 48

1. Proses Pendesainan Petanyaan Esensial ………. 48


(15)

xiv

1) Wawancara ……….. 49

2) Observasi ………. 52

3) Proses Desain ……….. 55

b. Pendesainan Prototipe ………... 57

1) Hasil Perhitungan Rerata Validator Ahli ……… 57

2) Hasil Rerata yang Masih Perlu untuk Direvisi ………... 58

3) Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Small Group) ………. 59

2. Kualitas Produk Pertanyaan Esensial yang Diusulkan ………... 61

3. Pertanyaan Esensial untuk Memperdalam Pemahaman dan Membangun Kepedulian Siswa terhadap Lingkungan ……….. 61 B. Pembahasan ………... 67

1. Pembahasan Produk yang Dihasilkan ………. 67

2. Pembahasan Hasil Validasi Ahli dan Revisi……… 69

3. Pembahasan Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Small Group) ……… 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 88

B. Keterbatasan Pengembangan ……….... 89

C. Saran ………. 89

DAFTAR PUSTAKA ………... 90

LAMPIRAN ……….. 93


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan

saintifik ……… 18

Gambar 2.2 Literatur map penelitian yang relevan ……… 30

Gambar 3.1 Tahap-tahap penelitian dan pengembangan ……… 38

Gambar 3.2 Model pengembangan hasil modifikasi ………... 41

Gambar 4.1 Proses desain pertanyaan esensial ……….. 56


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman wawancara awal ………. 44

Tabel 3.2 Pedoman wawancara akhir ……… 44

Tabel 3.3 Pedoman Observasi ……… 45

Tabel 3.4 Skala Likert ………. 47

Tabel 4.1 Lembar Pencatatan Observasi Secara Naratif ……… 52

Tabel 4.2 Lembar Pencatatan Observasi Secara Naratif ……… 53

Tabel 4.3 Hasil perhitungan rerata tiga validator ahli ……… 57

Tabel 4.4 Hasil rerata yang masih perlu untuk direvisi ………. 58

Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ……… 59

Tabel 4.6 Hasil Rata – Rata Klasifikasi Produk Pertanyaan Esensial ……… 61

Tabel 4.7 Pertanyaan Esensial dengan tema lingkungan dari buku guru ….. 63

Tabel 4.8 Pertanyaan Esensial dengan tema lingkungan dari buku siswa ... 64

Tabel 4.9 Kriteria Penilaian Produk ……… 70

Tabel 4.10 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ……….. 71

Tabel 4.11 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 1 nomer 1.1 sebelum direvisi ………. 72

Tabel 4.12 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 1 nomor 1.1 setelah direvisi ………. 72

Tabel 4.13 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 1 nomor 2 sebelum direvisi ……….. 74

Tabel 4.14 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 1 nomor 2 setelah direvisi ……… 74

Tabel 4.15 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 2 nomor 1.1 dan 1.2 sebelum direvisi ……….... 75

Tabel 4.16 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 2 nomor 1.1 dan 1.2 setelah direvisi ………. 76

Tabel 4.17 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 2 nomor 2 sebelum direvisi ……….. 77


(18)

xvii

Tabel 4.18 Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 2 nomor 2 setelah

direvisi ……… 77

Tabel 4.19 Produk pertanyaan buku siswa pembelajaran 1 nomor 2

sebelum direvisi ………. 78 Tabel 4.20 Produk pertanyaan buku siswa pembelajaran 1 nomor 2 setelah

direvisi ……… 79

Tabel 4.21 Produk pertanyaan buku siswa pembelajaran 1 nomor

1.b.2 sebelum direvisi ……… 79 Tabel 4.22 Produk pertanyaan buku siswa pembelajaran 1 nomor

1.b.2 setelah direvisi ………. 80 Tabel 4.23 Revisi Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 2

nomer 3 ……….. 81 Tabel 4.24 Revisi Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 1

nomer 1.d ………... 82 Tabel 4.25 Revisi Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 3

nomer 1 ……….. 83 Tabel 4.26 Revisi Produk pertanyaan buku guru pembelajaran 3


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian di Sekolah Dasar ………. 94

Lampiran 2. Lembar Wawancara Guru ………... 96

Lampiran 3. Hasil Wawancara Guru SD Negeri Demangan ………... 97

Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru SD Joannes Bosco ……… 105

Lampiran 5. Lembar Pencatatan Observasi di Kelas ………... 108

Lampiran 6. Hasil Observasi Kelas ………. 109

Lampiran 7. Hasil Observasi Kelas ………. 117

Lampiran 8. Surat Telah Melakukan Penelitian di Sekolah Dasar ………….. 125

Lampiran 9. Surat Permohonan Validasi Kepada Validator Ahli ………... 127

Lampiran 10. Hasil Validasi oleh Validator A ……….. 132

Lampiran 11. Hasil Validasi oleh Validator B ……….. 144

Lampiran 12. Hasil Validasi oleh Validator C ……….. 157

Lampiran 13. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil pada Guru A ………... 170

Lampiran 14. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil pada Guru B ……… 171


(20)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk.

A. Latar Belakang

Proses pendidikan adalah mengubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Namun, pada praktiknya lebih ditekankan pada aspek prestasi akademik (academic achievement), sehingga mengabaikan pembentukan karakter (Listyarti, 2012:4). Untuk membentuk karakter, perlu mananamkan kebiasaaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham tentang mana yang baik dan buruk, serta mampu merasakan nilai yang baik dan melakukan hal yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter yang baik tidak hanya meliputi aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), tetapi juga merasakan dengan baik atau loving the good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action) (Fathurrohman, Suryana, & Fatriany, 2013:74).

Pembentukan karakter sangatlah penting dalam membangun karakter peserta didik. Menurut Megawangi (dalam Kesuma, 2011:5) pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Pendidikan karakter inilah yang ditekankan dalam Kurikulum 2013. Kemendikbud melakukan sejumlah terobosan agar mampu


(21)

menghasilkan lulusan yang siap bersaing secara global di masa yang akan datang untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu terobosan tersebut adalah dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang ditujukan untuk menjawab tantangan zaman terhadap pendidikan yakni untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, serta berkarakter (Abidin, 2014:11).

Kurikulum 2013 terdapat unsur pendidikan karakter karena di dalamnya mancakup aspek moral knowing, moral feeling, dan moral action. Harapannya dengan Kurikulum 2013, siswa dapat memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terus meningkat dan berkembang mengikuti jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Pada kurikulum 2013 aspek tersebut terdapat pada kompetensi inti yang akan dicapai, seperti aspek sikap yang meliputi sikap spiritual (KI 1) dan sikap sosial (KI 2), aspek pengetahuan (KI 3), dan aspek keterampilan (KI 4). Seluruh aspek tersebut diharapkan dapat berjalan seimbang dan beriringan walaupun melewati perubahan zaman yang memberikan banyak pengaruh positif maupun negatif diharapkan peserta didik dapat secara bijaksana dalam menghadapinya dan mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa.

Proses pembelajaran kurikulum 2013 dilakukan dengan pendekatan saintifik. Pendekatan tersebut mendorong siswa agar lebih mampu dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Salah satu tahap yang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini adalah tahap menanya. Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan menanya dalam kurikulum 2013 yaitu untuk melatih siswa mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, dan


(22)

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran yang kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Daryanto, 2014:64).

Proses bertanya dapat berlangsung apabila guru atau siswa melakukan kegiatan menanya dalam pembelajaran. Menurut Dewey (dalam Anwar, 2011)

“berfikir adalah bertanya” dengan mengajukan pertanyaan secara berencana,

siswa diantarkan agar mau berfikir kritis, kreatif dalam proses pembelajaran dan hasil belajarnya. Dengan melakukan kegiatan bertanya guru telah membimbing atau memandu siswanya melalui pertanyaan yang disampaikan.

Oleh karena itu kegiatan “menanya” sangatlah penting dalam proses

pembelajaran.

Menurut Kemendikbud 2013 (dalam Abidin, 2014) salah satu fungsi aktivitas bertanya adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. Selain itu fungsi yang lain adalah menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. Dari fungsi bertanya tersebut, tidak hanya segi kognitif saja yang ditekankan akan tetapi juga dapat menanamkan sikap atau karakter kepada siswa.

Agar mampu mewujudkan pembelajaran berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan, langkah utama yang harus dilakukan guru adalah dengan mendesain pembelajaran secara tepat. Pertanyaan yang Esensial merupakan


(23)

salah satu alternatif yang dapat membantu guru untuk menciptakan pembelajaran yang fokus dan bermakna. Menurut McTighe dan Wiggins (2013:3) pertanyaan esensial yang dimaksud adalah pertanyaan yang mampu menstimulasi pikiran, merangsang inkuiri lebih lanjut, dan untuk menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru, termasuk pertanyaan yang mendalam dari siswa, dan membutuhkan jawaban yang lebih dari sekedar jawaban biasa. Pertanyaannya bersifat provokatif dan generatif. Dengan diberikannya pertanyaan-pertanyaan seperti ini, siswa diharapkan dapat terlibat dalam pembelajaran yang kaya dan mendalam tidak hanya sekedar belajar fakta.

Dari hasil observasi di sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 peneliti melihat pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswa diberikan dari buku siswa (lihat lampiran 7). Pada saat pembelajaran guru aktif bertanya dan pertanyaan yang diberikan tidak menimbulkan banyak jawaban (lihat lampiran 6). Siswa bertanya berdasarkan pertanyaan yang ada di buku (lihat lampiran 7). Sementara dari hasil wawancara dengan guru, pertanyaan yang dapat dipahami oleh siswa menurut guru adalah pertanyaan yang hanya mempunyai satu materi yang jawabannya satu sehingga tidak menyebar dan menimbulkan banyak jawaban (W2, S2, T4). Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup yang hanya memiliki satu jawaban (W2, S2, T4). Bertolak belakang dari hasil observasi dan wawancara, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendesain pertanyaan esensial. Menurut McTighe dan Wiggins (2004:106) pertanyaan esensial yang dimaksud adalah pertanyaan tanpa jawaban tunggal yang benar. Pertanyaan tersebut ditujukan untuk


(24)

menstimulasi kebutuhan, debat, pertanyaan lebih jauh, dan dapat diuji kembali dari waktu ke waktu. Pertanyaan esensial didesain untuk menstimulasi pikiran siswa, melibatkan mereka dalam kebutuhan yang terfokuskan dan terus menerus, serta untuk mencapai tindakan atau aksi yang bermakna.

Untuk membantu guru dalam memberikan pertanyaan esensial supaya tercipta pembelajaran yang fokus dan bermakna serta menimbulkan suatu niat untuk melakukan tindakan atau aksi, peneliti akan mendesain pertanyaan esensial. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan karena peduli lingkungan merupakan salah satu unsur dari pendidikan karakter. Sehingga dengan bertanya, dapat membangun karakter peduli lingkungan yang merupakan salah satu unsur pendidikan karakter. Peneliti memilih tema yang terfokus pada lingkungan untuk siswa kelas V SD. Peneliti memilih tema ini karena saat ini bumi sudah semakin tua dan semakin banyak masalah kerusakan lingkungan hidup di bumi ini. Untuk menjaga bumi ini dibutuhkan manusia-manusia yang peduli terhadap lingkungan dan anak-anak merupakan generasi penerus yang nantinya akan ikut merasakan akibat dari perbuatan atau perilaku yang telah dilakukan berhubungan dengan lingkungan tempatnya hidup. Maka dari itu, untuk menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan, peneliti memilih untuk mendesain pertanyaan esensial dengan tema lingkungan.


(25)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pendesainan pertanyaan esensial dalam proses pembelajaran untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa kelas V SD terhadap lingkungan?

2. Bagaimana kualitas pertanyaan esensial yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa kelas V SD terhadap lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan proses pendesainan pertanyaan esensialdalam proses pembelajaran untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa kelas V SD terhadap lingkungan.

2. Memaparkan kualitas pertanyaan esensial dalam proses pembelajaran yang dapat memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa kelas V SD terhadap lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoritis, manfaat dari penelitian adalah memberikan kontribusi berupa sumbangan pemikiran terhadap pembelajaran di sekolah dasar mengenai pertanyaan yang esensial untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan.

2. Secara praktis


(26)

Manfaat dari penelitian ini ialah memberi gambaran mengenai pertanyaan esensial yang dapat memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa khususnya kepedulian terhadap lingkungan.

b. Bagi siswa

Mendapat pembelajaran yang lebih bermakna dan dapat lebih memperdalam pemahaman siswa serta membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan.

c. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman dan tambahan ilmu yang sangat bermanfaat sebagai bekal kelak ketika menjadi seorang guru.

E. Definisi Operasional

1. Essential Questions (pertanyaan esensial) adalah pertanyaan yang penting dan pertanyaan tanpa jawaban tunggal yang benar atau pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan kalimat singkat dan tidak dapat langsung selesai, menstimulasi pikiran siswa dan melibatkan mereka dalam pembelajaran yang terfokuskan.

2. Panduan pendesainan pertanyaan esensial adalah buku panduan penyusunan pertanyaan yang esensial yang didalamnya terdapat pengertian mengenai pertanyaan esensial, apa saja yang perlu ada dalam pertanyaan esensial, bagaimana mendesain pertanyaan esensial, dan contoh pertanyaan yang esensial.


(27)

3. Peduli terhadap lingkungan adalah sikap peduli untuk menghargai lingkungan sekitar dengan melakukan tindakan atau aksi yang mencegah terjadinya kerusakan pada lingkungan.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku

pedoman untuk guru dengan judul “Pedoman Pendesainan Pertanyaan Esensial untuk Kelas 5 Tema 1 Subtema 1” yang digunakan untuk memperdalam pemahaman siswa dan membangun kepedulian siswa kelas 5 terhadap lingkungan. Buku ini berisi daftar pertanyaan esensial. Daftar pertanyaan yang ada dalam buku ini, dapat dijadikan panduan guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa. Spesifikasi produk buku pedoman ini adalah sebagai berikut.

1. Di dalam buku ini, berisi pendekatan saintifik dan menanya, pengertian dari pertanyaan esensial, mengapa pertanyaan esensial diperlukan, bagaimana cara mendesain pertanyaan esensial dan bagaimana menyampaikan pertanyaan esensial, serta contoh dari pertanyaan esensial.

2. Ukuran kertas dari buku pedoman ini adalah A4. 3. Cover buku menggunakan kertas ivory 210. 4. Isi buku menggunakan kertas hvs 80. 5. Jumlah halaman 30.


(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan dijelaskan (1) kajian pustaka dan (2) kerangka berpikir dalam penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Koesoema (2007:53) pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun dalam diri orang lain. Salahudin (2011) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.

Menurut Marimba (dalam Kurniawan, 2013:26) pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik tehadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk membentuk diri menjadi lebih baik


(29)

secara kualitas dengan bimbingan atau didikan yang diperoleh dari pendidik.

Samani dan Hariyanto (2013:22) karakter adalah sesuatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya tujuan hidup. Dengan kata lain karakter merupakan suatu dorongan pilihan untuk menentukan yang terbaik dalam hidup. Kertajaya (dalam Hidayatullah, 2010:13)

menjelaskan karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada

kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas dalam Fathurrohman, Suryana, dan Fatriany (2013:17) karakter adalah

“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, karakter dan akhlaq mulia, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Dari beberapa definisi

di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah watak yang sudah melekat sebagai ciri khas individu serta pilihan individu untuk bertindak, bersikap, dan berujar sesuai dengan apa yang telah ia tentukan.

Pendidikan karakter sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan di Indonesia dan masyarakat Indonesia saat ini. Tentu saja pendidikan karakter tersebut menjadi sangat penting, terlebih dengan adanya perilaku seperti kenakalan remaja (mengonsumsi narkoba, seks bebas, tawuran, pencurian atau perampokan), korupsi, pembunuhan, dan masih banyak lagi.


(30)

Menurut Winton dalam Samani dan Hariyanto (2013:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh – sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai – nilai kepada siswanya. William dan Schnaps (dalam Zubaedi, 2011:15) pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan oleh para personil sekolah, untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.

Definisi pendidikan karakter dalam setting sekolah menurut Kesuma, Triatna, dan Permana (2011:5) adalah sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh

sekolah.” Makna dari definisi tersebut adalah:

1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran; 2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan parilaku anak

secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan;

3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang ditunjuk sekolah (lembaga).

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya dari guru yang ditujukan untuk siswa dengan maksud untuk mengajarkan nilai-nilai positif agar memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.


(31)

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kesuma, Triatna, & Permana, 2011:6).

Dilihat dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, tujuan pendidikan nasional mengarah pada pengembangan berbagai karakter manusia di Indonesia, meskipun dalam penyelenggaraannya belum seperti yang dimaksudkan dalam UU.

Menurut Kesuma, Triatna, dan Permana (2011:9) pendidikan karakter dalam setting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:

1. menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;

2. mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;


(32)

3. membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

c. Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam Samani dan Hariyanto (2013:9) menyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi: 1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik,

dan berperilaku baik;

2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; 3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan

dunia.

Dalam kaitan itu telah diidentiifkasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai- nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab. (Samani & Hariyanto, 2013:9).


(33)

d. Peduli Lingkungan

Soemarwoto (dalam Hamzah, 2013:3) berpendapat kita harus menyadari bahwa hubungan manusia dengan lingkungan hidup bersifat sekuler. Hal ini bermakna bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia dalam terhadap lingkungannya, dampaknya akan kembali lagi kepada manusia, baik itu berupa keuntungan maupun kerugian. Dampak lingkungan hidup menurut UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah pengaruh pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/ atau kegiatan.

Menurut Samani dan Hariyanto (2013:9) berdasarkan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum, telah diidentifikasi nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan. Salah satu nilai tersebut yaitu peduli lingkungan. Kurniawan (2013:42) peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Siswa hendaknya disadarkan tentang warisan alam dan lingkungan sebagai suatu anugerah pada manusia sehingga manusia harus mampu menjaga dan menghargai lingkungan sebagaimana seharusnya (Hamzah, 2013:54).


(34)

e. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal baik sehingga siswa menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (perilaku) (Fathurrohman, Suryana, & Fatriany, 2013:74).

Samani dan Hariyanto (2013:50) dalam pendidikan karakter diinginkan terbentuknya anak yang mampu menilai apa yang baik, memelihara secara tulus apa yang dikatakan baik itu, dan mewujudkan apa yang diyakini baik walaupun dalam situasi tertekan (penuh tekanan dari luar, pressure from without) dan penuh godaan yang muncul dari dalam hati sendiri (temptation from within). Menurut Fathurrohman, Suryana, dan Fatriany (2013:74) pendidikan karakter erat kaitannya dengan kebiasaan yang terus menerus dilakukan. Pendidikan karakter yang baik tidak hanya melibatkan aspek pengetahuan yang baik (moral knowing) saja, akan tetapi merasakan dengan baik atau loving the good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action).

Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (dalam Fathurrohman, 2013:17) pendidikan karakter adalah sebagai upaya sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Selanjutnya ia menambahkan, “Character so conceived has threeinterrelated parts: moral knowing, moral


(35)

feeling, and moral behavior”. Karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviours) dan keterampilan (skills) seperti yang terdapat pada kompetensi inti dalam kurikulum 2013. Pada KI 1 (Kompetensi Inti 1) dalam kurikulum 2013 meliputi kompetensi sikap spiritual, KI 2 kompetensi sikap sosial, KI 3 kompetensi pengetahuan, dan KI 4 kompetensi keterampilan. Dengan demikian diharapkan kurikulum ini dapat membentuk generasi bangsa yang berkarakter baik, melakukan hal – hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

2. Pendekatan Saintifik

Dalam konteks Kurikulum 2013, terdapat model pembelajaran saintifik proses. Model pembelajaran proses saintifik merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Dalam praktiknya siswa diharuskan melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan metode


(36)

ilmiah seperti yang dipaparkan oleh Kuhltau, Maniotes, dan Caspari, (dalam Abidin, 2014). Serangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi: (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) mengolah dan menganalisis data, dan (5) membuat kesimpulan.

Model pembelajaran proses saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiannya dalam mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaaan, serta dipandu dalam membuat simpulan jawaban atas pertanyaan yang diajukan (Abidin, 2014:125).

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah - langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan/observing,bertanya/questioning, percobaan/experimenting, kemudian mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta serta membentuk jaringan/networking. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat


(37)

diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah (Daryanto, 2014:59). Menurut Kemendikbud dalam Abidin (2013) pendekatan ilmiah dalam pembelajaran dikemukakan sebagai asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian pendekatan saintifik proses, Kemendikbud menyajikan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran secara visual sebagai berikut.

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik a. Menanya (Questioning)

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan ilmilah (scientific appoach) pada kurikulum 2013 tersebut, salah satu kegiatan yang penting adalah kegiatan menanya/questioning. Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik) (Hosnan, 2014:48). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang diperlukan untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Observing

(mengamati)

Questioning (menanya)

Experimentil (mencoba)

Associating (menalar)

Networking (membentuk


(38)

Menurut Kemendikbud (dalam Abidin, 2014), untuk membina siswa agar terampil bertanya, perlu diketahui kriteria pertanyaan yang baik. Kriteria pertanyaan yang baik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Singkat dan jelas

2. Menginspirasi Jawaban 3. Memiliki Fokus

4. Bersifat Probing atau Divergen 5. Bersifat Validatif atau Penguatan

6. Memberi Kesempatan Peserta Didik untuk Berpikir Ulang 7. Merangsang Peningkatan Tuntunan Kemampuan Kognitif 8. Merangsang Proses Interaksi.

b. Manfaat Penggunaan Model Pembelajaran Questioning

Al - Tabany (2014:148) pengetahuan yang dimiliki seseorang

selalu bermula dari „bertanya‟. Bertanya merupakan strategi utama

yang berbasis konstektual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

1. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. 2. Mengecek pemahaman siswa.


(39)

3. Membangkitkan respons kepada siswa. 4. Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa. 5. Mengetahui hal - hal yang sudah diketahui siswa.

6. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.

7. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa. 8. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Selain itu, bertanya dalam Kemendikbud memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

2. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

4. Mestrukturkan tugas - tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

5. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

6. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, beragumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.


(40)

7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespons persoalan yang tiba-tiba muncul.

8. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespons persoalan yang tiba-tiba muncul.

9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Berdasarkan uraian mengenai kegunaan bertanya dan fungsinya, bertanya merupakan kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran karena berfungsi untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, mendorong siswa untuk aktif belajar, siswa menjadi terampil dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, memberi jawaban secara logis, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar. Guru pun dapat mendiagnosis kesulitan belajar siswa sehingga dapat mencari solusinya dan mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa.

Selain itu, bertanya berfungsi untuk membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, membiasakan siswa berpikir spontan dan sigap dalam merespon persoalan, serta melatih kesantunan siswa dalam berbicara. Dengan melakukan kegiatan bertanya, guru membangkitkan pertanyaan lebih banyak lagi dari siswa dan menyegarkan kembali


(41)

pengetahuan siswa.

3. Pertanyaan Esensial(Essential Question)

a. Karakteristik Pertanyaan Esensial (Essential Question)

Pertanyaan yang esensial membantu guru untuk memberikan proses pembelajaran yang bermakna untuk siswa melalui pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa. Berikut ini merupakan tujuh karakteristik pertanyaan yang esensial atau essential question menurut McTighe dan Wiggins (2013).

1. Merupakan pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang tidak hanya memiliki satu jawaban tunggal yang benar, atau satu jawaban final. 2. Merangsang keinginan berpikir dan keterlibatan intelektual,

seringkali merangsang adanya diskusi atau debat.

3. Membangun kemampuan berpikir, ke tingkat lebih tinggi, seperti kemampuan dalam menganalisis, menarik kesimpulan, mengevaluasi, dan melakukan prediksi. Pertanyaan jenis ini tidak dapat dijawab dengan hanya mengingat fakta.

4. Merujuk pada ide-ide penting dan dapat ditransfer kapan saja dan pada pelajaran apa saja.

5. Menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru dan merangsang inkuiri lebih lanjut.

6. Membutuhkan dukungan dan justifikasi bukan sekedar jawaban. 7. Pertanyaan dapat diulang dengan catatan direvisi sesuai dengan


(42)

Berdasarkan karakteristik pertanyaan esensial tersebut dengan bertanya yang esensial, dapat merangsang pemikiran yang sedang berlangsung dan menimbulkan proses inquiry. Selain itu juga menimbulkan banyak pertanyaan yang bermunculan dari siswa, serta memancing untuk diskusi dan debat. Jawaban dari pertanyaan yang diberikan tidak hanya dijawab singkat dan dijawab dalam sekali pembelajaran ataupun tidak jawaban tunggal yang benar. Jawaban siswa dapat berubah karena pemahaman yang semakin mendalam. Pertanyaannya bersifat provokatif dan generatif.

Diharapkan siswa dapat mengikuti pembelajaran dan memperoleh pembelajaran yang mendalam dan bermakna serta tidak hanya sekedar belajar fakta. Pertanyaan esensial di desain untuk menstimulasi pikiran siswa, melibatkan mereka dalam pembelajaran yang terfokuskan dan terus menerus, serta untuk mencapai tindakan atau aksi yang bermakna. Pertanyaan dapat disebut pertanyaan yang esensial apabila memenuhi kriteria pada karakteristik tersebut (McTighe & Wiggins, 2004).

b. Mengapa MenggunakanPertanyaan Esensial?

Dalam proses pembelajaran, bertanya merupakan kegiatan yang sangat penting. Dengan mengajukan pertanyaan yang esensial, guru akan terbantu dalam memberikan pertanyaan yang fokus dan bermakna. Berikut adalah beberapa alasan untuk menggunakan pertanyaan esensial menurut McTighe dan Wiggins (dalam Setyawan, Kurniastuti, dan Sumarah, 2016), yaitu:


(43)

1. Memberikan isyarat bahwa inkuiri merupakan tujuan inti dari proses pembelajaran.

2. Membuat tiap unit pembelajaran atau tema mempunyai kaitan secara logis.

3. Membantu guru mengklarifikasi dan memprioritaskan materi pembelajaran.

4. Memberikan tranparasi kepada siswa.

5. Mendukung dan memberi contoh metakognisi untuk siswa.

6. Memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk menghubungkan pembelajaran baik intradisipliner dan interdisipliner.

7. Mendukung diferensiasi yang berfokus pada pembelajaran yang bermakna.

c. Cara Mendesain Pertanyaan Esensial

Selain memberikan pertanyaan yang baik kepada siswa, memberikan pertanyaan yang esensial juga sangat penting dan bukanlah hal yang mudah. Berikut ini terdapat beberapa cara untuk mendesain pertanyaan yang esensial yang dipaparkan McTighe dan Wiggins (dalam Setyawan, Kurniastuti, dan Sumarah, 2016).

1. Menurunkan pertanyaan esensial dari tujuan akhir pembelajaran 2. Membuat pertanyaan yang lebih spesifik

3. Considering Possible or Predictable Misconceptions (menemukan beberapa miskonsepsi yang mungkin terjadi kemudian membuat pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada perbaikan konsep).


(44)

4. Considering the Facets of Understanding (mempertimbangkan tingkatan-tingkatan kognitif sekaligus kata-kata kerja yang dapat digunakan untuk membuat pertanyaan yang esensial).

d. Cara Menyampaikan Pertanyaan Esensial

Selanjutnya menurut Setyawan, Kurniastuti, dan Sumarah (2016) perlu juga dipahami tentang tata cara menggunakan pertanyaan esensial. Cara pemberian pertanyaan esensial berbeda dengan penyampaian instruksi secara konvensional, pertanyaannya tidak sekedar ditanyakan, didiskusikan, dan ditinggalkan begitu saja. Keseluruhan poin dari pemberian pertanyaan esensial ialah eksplorasi yang didesain seperti spiral atau bolak-balik antara pertanyaan dan sumber-sumber informasi yang baru, pengalaman, atau perspektif. Dengan kata lain, kita perlu untuk berulangkali kembali ke pertanyaan untuk menggali lebih lanjut, berpikir lebih dalam, dan mendapatkan pemahaman yang mencerahkan (insightful).

McTighe dan Wiggins (dalam Setyawan, Kurniastuti, dan Sumarah, 2016) mengemukakan bahwa untuk sukses dalam menggunakan pertanyaan esensial, perlu mengikuti proses empat fase berikut.

Fase 1: Berikan pertanyaan yang memprovokasi rasa ingin tahu siswa Pastikan bahwa pertanyaan esensialnya benar-benar merangsang pemikiran, relevan dengan siswa dan isi dari materi pembelajaran, dan pertanyaan percobaan, masalah, isu, atau kegiatan simulasi.


(45)

Gunakan teknik bertanya yang memungkinkan jawaban yang beraneka macam dari siswa, misalnya dengan ambiguitas kata-kata dalam pertanyaan.

Fase 3: Kenalkan dan gali perspektif-perspektif baru

Bawalah teks bacaan baru, data baru, atau fenomena maupun peristiwa yang membuat siswa bertanya-tanya. Bandingkan antara jawaban atau data dari informasi sebelumnya dengan informasi yang baru didapat, cari kemungkinan hubungannya, dan adanya inkonsistensi antar data. Fase 4: Berikan penutup dari masing-masing proses

Mintalah siswa untuk menyimpulkan temuannya, menyampaikan pemahaman baru, dan tetap bertanya-tanya mengenai pemahaman sementara yang didapatkan mengenai materi yang dipelajari.

Dari cara menyampaikan pertanyaan esensial yang telah diuraikan, dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang memprovokasi rasa ingin tahu siswa. Sehingga siswa terdorong untuk mencari tahu dan merangsang kenginginan berpikirnya, terutama jika pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan yang relevan dengan siswa dan isi materi pembelajaran. Kemudian timbulkan beraneka macam respons dari pertanyaan dan mengenalkan serta menggali perspektif-perspektif baru. Setelah itu beri penutup dari masing-masing proses dengan meminta siswa untuk menyimpulkan temuannya, menyampaikan pemahaman barunya, dan bertanya mengenai pemahaman sementara yang telah didapatkan.


(46)

B. Penelitian yang Relevan

Susanti (2010) melakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan bertanya pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode tanya - jawab dan dengan bantuan media film peristiwa alam. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 dengan subyek penelitian 6 orang siswa kelas IV SD. Dalam pengumpulan data, metode-metode yang digunakan adalah pendataan pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung, perekaman video, dan pengisian kuesioner oleh siswa untuk mengetahui penyebab siswa malas untuk bertanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen studi kasus. Penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini peneliti melakukan treatment kepada subyek yang diteliti. Sedangkan penelitian studi kasus yaitu penelitian yang mendalami suatu kasus pada individu atau sekelompok individu.

Berdasarkan jenis data dan cara analisisnya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-kualitatif. Dikatakan penelitian kuantitatif karena jenis data yang diperoleh berupa bilangan. Jenis data yang berupa bilangan adalah jumlah pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Sedangkan dalam analisis kualitatif, jenis data yang digunakan adalah jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa dan jenis pertanyaan tersebut digolongkan ke dalam pertanyaan tingkat rendah atau pertanyaan tingkat tinggi.

Berdasarkan analisis dan data yang diperoleh peneliti, maka peneliti menyimpulkan bahwa siswa sebenarnya memiliki keinginan


(47)

bertanya yang besar, hanya pada beberapa siswa keinginan bertanya tersebut lebih mudah diungkapkan dalam bentuk pertanyaan tertulis. Kemampuan bertanya siswa dilihat dari jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa yaitu pada pertemuan I siswa lebih banyak mengajukan jenis pertanyaan analisis, sedangkan pada pertemuan II siswa lebih banyak mengajukan pertanyaan pengetahuan. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa malas untuk bertanya adalah kesulitan untuk merangkai kalimat (membuat pertanyaannya), malu dan takut salah.

Rahmawati (2013) melakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan strategi pembelajaran The Learning Cell pada siswa kelas IV SD N Pengkok 1 Kedawung Sragen tahun ajaran 2012/2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan bertanya siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan strategi pembelajaran The Learning Cell. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK (penelitian tindakan kelas). Subyek penelian adalah siswa kelas IV SD N Pengkok 1 Kedawung Sragen yang berjumlah 36 siswa. Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan bertanya siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari 1) siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru sebelum diadakan


(48)

tindakan sebesar 19,44% pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 72,22 %, 2) mengajukan pertanyaan dengan bahasa yang tepat sebelum diadakan tindakan sebesar 16,66% pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 61,11%, 3) percaya diri dalam mengajukan pertanyaan sebelum diadakan tindakan sebesar 13,88% pada siklus II pertemuan meningkat menjadi 63,88 %, 4) menghargai teman yang bertanya sebelum diadakan tindakan sebesar 33,33% pada siklus II pertemuan meningkat menjadi 66,66%. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran the learning cell pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa.

Yusmanah (2012), melakukan penelitian mengenai peningkatan keterampilan bertanya dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan bertanya dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Berdasarkan hasil pengamatan siswa yang bertanya dengan mengacungkan tangan sebanyak 12 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 30 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya dengan tertulis sebanyak 12 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 33 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya dengan sesamanya sebanyak 12 orang pada siklus pertama, menjadi 34 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya antar kelompok sebanyak 6


(49)

orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 32 orang pada siklus kedua. Siswa yang berani menjawab pertanyaan sebanyak 15 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 32 orang pada siklus kedua. Hal ini berarti dengan menggunakan metode penemuan terbimbing keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkat.

Berikut ini adalah literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini.

Kemampuan Bertanya Keterampilan Bertanya

Gambar 2.2 Literature map penelitian yang relevan

Dari berbagai penelitian di atas, kemampuan bertanya dapat ditingkatkan dengan melakukan berbagai pembelajaran yang menarik dan inovatif sehingga dapat memancing dan memunculkan pertanyaan

Peningkatan Kemampuan Bertanya pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Metode Tanya-Jawab dan dengan

Bantuan Media Film Peristiwa Alam (Susanti, 2010) Peningkatan Kemampuan Bertanya

Siswa pada Mata Pelajaran IPA melalui

Penerapan Strategi The Learning Cell pada Siswa Kelas IV

SD N Pengkok 1 Kedawung Sragen Tahun Ajaran 2012/2013) (Rahmawati, 2013) Peningkatan Keterampilan Bertanya dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika (Yusmanah, 2012) Yang diteliti:

Pengembangan Buku Pedoman Pendesainan Pertanyaan Esensial dalam Proses Pembelajaran untuk Memperdalam Pemahaman dan Membangun


(50)

dari siswa (Susanti, 2010). Kemampuan bertanya juga dapat ditingkatkan dengan penerapan strategi The Learning Cell pada mata pelajaran IPA (Rahmawati, 2012). Penelitian yang lainnya menemukan bahwa keterampilan bertanya dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika (Yusmanah, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian relevan tersebut, ada yang membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian yang sebelumnya, belum ada penelitian mengenai pedoman pendesainan pertanyaan esensial untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa kelas V SD terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengembangkan produk buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial yang dapat membantu guru dalam menyusun pertanyaan esensial agar siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna, lebih fokus, dapat membuat siswa lebih memahami materi yang diberikan guru, dan merangsang inkuiri yang membuat siswa aktif untuk bertanya dalam proses pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Pada abad ke-21 ini diharapkan sumber daya manusia memiliki pengetahuan yang luas, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif (Abidin, 2014). Guna meningkatkan mutu pendidikan, Kemendikbud melakukan sejumlah terobosan agar mampu menghasilkan lulusan yang siap bersaing secara global di masa yang


(51)

akan datang. Salah satu terobosan awal tersebut adalah dengan memberlakukan Kurikulum 2013. Menanya merupakan salah satu kegiatan penting yang ada dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses bertanya yang menandakan bahwa terjadi proses berpikir karena dengan mengajukan pertanyaan atau dengan diajukan pertanyaan maka otomatis hal tersebut mengantarkan seseorang untuk mau berfikir kritis dan kreatif dalam proses belajar terlebih jika pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan yang baik.

Dengan mendesain pertanyaan yang esensial, guru akan membantu peserta didiknya untuk lebih memahami apa yang dipelajari secara mendalam. Tidak hanya aspek kognitifnya saja yang diasah, akan tetapi juga aspek afektif, dan psikomotorik siswa. Siswa akan belajar menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Dengan pertanyaan yang baik dan esensial siswa akan terbantu untuk melihat dan menghargai apa yang ada di sekitar dan lingkungannya. Harapannya siswa dapat belajar untuk menghargai dan menghormati, bijak dalam bertindak pada kehidupan sehari-harinya baik dengan orang di lingkungan sekitar, makhluk hidup di lingkungan sekitarnya maupun di lingkungannya sendiri sehingga dapat memberikan kontribusi berupa tindakan atau aksi yang positif pada lingkungannya.

Untuk hidup pada zaman penuh tantangan pada dunia yang global ini, siswa diharapkan dapat menjadi generasi yang berkualitas. Manusia yang berkualitas tidak hanya unggul dalam akademik saja


(52)

akan tetapi juga karakternya. Seperti yang telah dipaparkan oleh Kevin Ryan dan Bohlin (dalam Fathurrohman, Suryana, dan Fatriany, 2013:17), manusia dengan karakter yang baik memiliki pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Salah satu karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah menghargai, terutama manusia dan lingkungan. Siswa dituntut untuk bertanya dan mencari jawabannya dari pertanyaannya pada saat melaksanakan kegiatan belajar. Diharapkan terbentuk generasi bangsa dengan karakter baik, melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dalam dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

D. Pertanyaan Penelitian

Berikut ini adalah pertanyaan penelitian untuk mengetahui hasil penelitian ini selanjutnya.

1. Bagaimana proses pendesainan buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan?

2. Bagaimana kualitas produk pertanyaan esensial yang diusulkan untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan?


(53)

3. Seperti apa pertanyaan essensial yang mampu untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa kelas 5 terhadap lingkungan?


(54)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III menguraikan tentang jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, uji validasi produk, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah R&D (Research and Development) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan penelitian dan pengembangan. Menurut Sugiyono (2013:407) penelitian dan pengembangan ini merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sependapat dengan Sugiyono, menurut Setyosari (2010:194) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Pengembangan yang dimaksud dapat berupa proses, produk, dan rancangan.

Pada penelitian dan pengembangan ini peneliti mengembangkan suatu produk yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Peneliti akan mengembangkan panduan pertanyaan esensial atau Essential Questions untuk memperdalam pemahaman dan membangun karakter siswa untuk peduli terhadap lingkungan. Produk yang dihasilkan ialah buku yang berisi mengenai pendekatan saintifik dan menanya, pengertian dari pertanyaan esensial, mengapa pertanyaan esensial diperlukan, bagaimana cara


(55)

mendesain pertanyaan esensial dan bagaimana menyampaikan pertanyaan esensial, serta contoh dari pertanyaan esensial.

Tahap-tahap dalam penelitian dan pengembangan (dalam Tessmer, 1993) adalah:

1. Evaluasi Diri

Melakukan analisis kebutuhan berupa wawancara dengan guru kelas dan observasi kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya adalah membuat desain produk yang dikembangkan dari hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan.

2. Pendesainan Prototipe

Selanjutnya, produk pertanyaan diberikan kepada expert judgement untuk menilai produk tersebut. Kemudian peneliti melakukan proses one-to-one. Proses tersebut merupakan proses konsultasi dengan dosen pembimbing terkait dengan produk pertanyaan yang dihasilkan. Produk yang telah dinilai oleh expert kemudian direvisi. Selanjutnya prototipe diujikan pada kelompok kecil (small group).

3. Uji Coba Lapangan

Pada tahap ini dilakukan uji coba lapangan terhadap produk yang telah dihasilkan setelah melalui proses revisi. Dengan adanya masukan dan revisi, produk di uji cobakan di lapangan untuk mengetahui kualitas dan keefektifannya.

Berdasarkan langkah pengembangan menurut Tessmer (1993), peneliti memodifikasi langkah penelitian menjadi dua langkah agar sesuai dengan langkah penelitian yang dilakukan. Langkah penelitian


(56)

dimodifikasi oleh peneliti karena dalam pengembangan produk ini, hanya dilakukan pada uji coba terbatas. Kedua langkah tersebut meliputi (1) Evaluasi diri, (2) Pendesainan Prototipe.

B. Setting Penelitian

Pada setting penelitian ini membahas tentang tempat penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian, dan objek penelitian.

1. Tempat Penelitian

Peneletian akan dilakukan di dua sekolah dasar, yaitu SD Negeri Demangan Yogyakarta dan SD Joannes Bosco Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, yaitu pada bulan Juli-Febuari 2016.

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas 5 dan siswa kelas 5 SD. Adapun jumlah guru kelasnya adalah 2 guru kelas 5 dari SD yang berbeda dan siswa satu kelas dalam kelas 5 dari dua SD yang berbeda. 4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial yang mempunyai manfaat untuk memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan khususnya untuk kelas 5 tema 1 subtema 1.


(57)

- Expert Review

- One-to-one

- Small Group

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap self evaluation (evaluasi diri), prototyping (pendesaianan prototype), dan yang terakhir adalah field test (uji coba lapangan) (Tessmer, 1993). Pada tahap evaluasi diri terdiri dari analisis kebutuhan dan proses desain, selanjutnya pada tahap pendesainan prototipe terdiri dari proses uji ahli atau expert review, one-to-one atau uji coba individu, dan uji coba kelompok kecil atau small group, dan yang terakhir adalah tahap uji coba lapangan. Berikut ini merupakan gambaran tahap-tahap tersebut.

Gambar 3.1 Tahap-tahap penelitian dan pengembangan (Tessmer, 1993).

Berdasarkan langkah pengembangan dari Tessmer, peneliti memodifikasi menjadi dua tahap yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Peneliti memodifikasi menjadi dua tahap karena penelitian ini mempunyai keterbatasan pada waktu dan tenaga. Apabila dilakukan uji coba lapangan maka mengharuskan dilakukan uji coba pada semester ganjil sehingga penelitian ini hanya sampai pada tahap pendesainan prototipe dan pada tahap tersebut peneliti telah mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian mengenai proses pendesainan pertanyaan esensial dan kualitas pertanyaan esensial. Berikut ini akan dijelaskan mengenai

- Analisis Kebutuhan

- Desain

Evaluasi diri

Pendesainan Prototipe

Uji Coba Lapangan


(58)

tahap-tahap dalam penelitian dan pengembangan yang digunakan oleh peneliti.

Tahap 1: Evaluasi Diri

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi diri guna memperoleh data awal dengan melakukan observasi di Sekolah Dasar dan melakukan wawancara kepada guru kelas untuk analisis kebutuhan. Observasi yang dilakukan merupakan observasi anecdoctal record. Menurut Herdiansyah (2013:162) observasi tersebut dilakukan dengan hanya membawa kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas, unik dan penting yang dilakukan subjek penelitian.Setelah analisis kebutuhan kemudian peneliti mulai mendesain produk yang akan dikembangkan.

Dalam proses desain, peneliti menggunakan langkah dari Wiggins dan McTighe yang merupakan pakar dari pertanyaan esensial dan didalam buku tersebut terdapat contoh-contoh yang konkret mengenai pertanyaan esensial. Peneliti menggunakan langkah dari Wiggins dan McTighe (2012:56) sebagai berikut.

1) Original draft question

Membuat daftar pertanyaan yang terdapat pada buku guru dan buku siswa kelas 5 tema 1 subtema 1. Peneliti memilih tema 1 subtema 1 karena terdapat materi yang berhubungan dengan lingkungan. Peneliti memilih materi yang terkait dengan lingkungan untuk memumbuhkan karakter peduli lingkungan dalam diri siswa.


(59)

2) Commentary on the drafts

Menandai pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tema pokok yang diusung dalam penelitian (kepedulian lingkungan) kemudian mengklasifikasikan daftar pertanyaan ke kategori pertanyaan esensial atau tidak dan mengklasifikasikannya sesuai dengan tingkat taksonomi Bloom.

3) Revised questions

Merevisi pertanyaan menjadi pertanyaan yang esensial. Pertanyaan yang telah diklasifikasikan ke dalam kategori pertanyaan yang esensial atau tidak, direvisi jika pertanyaan tersebut tidak esensial, supaya menjadi pertanyaan yang esensial.

4) Commentary on the revisions

Pertanyaan yang telah direvisi menjadi pertanyaan esensial kemudian diberikan kepada expert judgement untuk direvisi kembali. Pertanyaan yang telah direvisi perlu untuk diberi masukan oleh expert judgement agar dapat diketahui apakah pertanyaan tersebut sudah memenuhi kriteria pertanyaan yang esensial atau belum.

Tahap 2: Pendesainan Prototipe

Setelah selesai melakukan pendesainan produk, desain prototipe dapat diberikan kepada expert (validator) untuk memberikan penilaian terhadap produk pertanyaan yang diusulkan peneliti. Hasil dari penilaian expert kemudian dijadikan dasar revisi produk yang dikembangkan.


(60)

Kemudian dilakukan proses (one-to-one) dengan berkonsultasi kepada dosen pembimbing terkait produk pertanyaan yang telah diusulkan dan yang telah dinilai expert. Dari prototipe yang telah direvisi kemudian diuji cobakan pada small group.

Berikut ini merupakan gambar langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti:

Revisi

Revisi

Gambar 3.2 Model pengembangan hasil modifikasi (Tessmer, 1993)

D. Teknik Pengumpulan Data

Widoyoko (2015:33) memaparkan bahwa pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin Evaluasi

diri

Expert Review

One -to-one

Small Groups


(61)

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2015:317).

Dalam proses wawancara awal untuk analisis kebutuhan, peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur karena pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh narasumber. Tujuan dari wawancara semi terstruktur ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2015:320).

Sedangkan pada proses wawancara akhir untuk memperoleh data uji coba produk, peneliti menggunakan bentuk wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data (Widoyoko, 2015:42).

Pedoman wawancara digunakan untuk mengatur alur pembicaraan atau pertanyaan yang diajukan peneliti kepada partisipan. Wawancara pada penelitian ini, dilakukan kepada guru SD kelas V untuk memperoleh data analisis kebutuhan dan data uji coba produk secara terbatas untuk mengetahui kualitas buku pedoman pertanyaan esensial yang dikembangkan.

2. Observasi

Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi dalam proses pengumpulan data analisis kebutuhan. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta sistematis (Arikunto, 2002).


(62)

Menurut Widoyoko (2016:46) observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Anecdotal record merupakan metode yang digunakan peneliti dalam observasi ini.

Menurut Herdiansyah (2013:162) anecdotal record merupakan salah satu model dalam observasi, di mana ketika peneliti melakukan observasi, ia hanya membawa kertas kosong saja untuk mencatat perilaku yang khas, unik dan penting yang dilakukan subjek penelitian. Dalam metode anecdotal record observer mencatat dengan teliti dan merekam perilaku-perilaku yang dianggap penting dan bermakna sesegera mungkin setelah perilaku tersebut muncul. Catatan tersebut harus sedetail dan selengkap mungkin sesuai dengan kejadian yang sebenarnya tanpa mengubah kronologisnya. Pada observasi ini, peneliti mencatat pertanyaan apa saja yang muncul dari guru dan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Trianto (2010:263) menyebutkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan lembar observasi.


(63)

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan peneliti dalam melakukan wawancara dengan guru kelas yang diwawancarai. Berikut merupakan tabel pedoman wawancara awal.

Tabel 3.1 Pedoman wawancara awal

No. Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana proses dalam kegiatan bertanya di kelas selama ini?

2. Bagaimana menurut Bapak / Ibu mengenai pertanyaan yang dapat membantu siswa memahami materi? 3. Apa kesulitan yang Bapak / Ibu

hadapi dalam menyusun pertanyaan? 4. Apa kendala yang Bapak / Ibu temui

dalam proses kegiatan menanya di dalam proses pembelajaran?

5. Apakah Anda mengetahui atau pernah mendengar essential question sebelumnya?

Wawancara akhir dilakukan untuk memperoleh data uji coba produk secara terbatas dan bertujuan untuk mengetahui pendapat guru mengenai produk yang dihasilkan, kesan terhadap produk buku yang dihasilkan, apakah buku dapat digunakan oleh guru di kelas, apakah langkah-langkah penyusunan pertanyaan esensial pada buku mudah untuk diikuti, apakah guru tergerak untuk menyusun pertanyaan esensial, dan saran untuk perbaikan buku. Berikut merupakan tabel pedoman wawancara akhir.

Tabel 3.2 Pedoman wawancara akhir

No. Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana pendapat Bapak / Ibu guru mengenai produk pedoman penyusunan pertanyaan esensial ini?


(64)

No. Daftar Pertanyaan Jawaban 3. Setelah membaca buku ini, apakah buku ini

dapat digunakan oleh guru di kelas?

4. Apakah langkah-langkah penyusunan pertanyaan esensial pada buku ini mudah untuk diikuti?

5. Apakah setelah membaca buku ini anda tergerak untuk menyusun pertanyaan esensial? Mengapa?

6. Adakah saran yang dapat diberikan untuk perbaikan buku ini?

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi (pengamatan) untuk memperoleh data yang diinginkan. Observasi dilakukan dengan menggunakan pencatatan secara naratif dengan pencatatan anecdoctal untuk mengetahui pertanyaan seperti apa yang sering diajukan oleh siswa dan guru di dalam kelas, kapan aktivitas bertanya itu terjadi, apa saja jenis pertanyaan yang muncul dari siswa dan guru, apa yang terjadi ketika perilaku bertanya terjadi, apa respons siswa, dan apa yang terjadi setelah kegiatan bertanya terjadi.

Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Lembar Observasi No. Perilaku yang diamati Deskripsi

perilaku

Catatan lapangan 1. Perilaku bertanya guru (cara

bertanya, frekuensi bertanya) 2. Perilaku bertanya siswa 3.

Jenis pertanyaan yang dikemukakan guru (pertanyaan yang muncul dari guru, pemicu sebelum terjadinya pertanyaan, respons jawaban siswa) 4. Jenis pertanyaan yang dikemukakan


(65)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang akan diuraikan sebagai berikut: 1. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa hasil observasi, wawancara dengan guru dan komentar penilaian oleh validator ahli. Hasil observasi dan wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan dan data yang telah didapat dideskripsikan sesuai dengan hasil penelitian yang telah didapat dari proses observasi dan wawancara. Data kualitatif juga didapat dari komentar para validator ahli yang telah memberikan komentar, baik kekurangan maupun kelebihan buku panduan pertanyaan esensial. Hasil komentar dan masukan para validator ahli menjadi dasar untuk memperbaiki produk. Peneliti melakukan revisi terhadap produk dan memperbaiki produk yang sedang dikembangkan tersebut sesuai dengan komentar validator ahli.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari penilaian produk pertanyaan esensial oleh validator ahli yang merupakan 2 dosen PGSD dan 1 dosen PBSI. Penilaian tersebut berupa nilai. Nilai dari validator ahli kemudian diolah dengan menggunakan skala Likert. Penilaian yang diberikan oleh validator ahli adalah nilai yang berkisar antara 1-5. Dengan menggunakan skala Likert, hasil penilaian dari validator ahli tersebut kemudian dikonversikan ke dalam bentuk data kualitatif dengan klasifikasi sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang (Widoyoko, 2009: 238).


(66)

Berikut ini merupakan klasifikasi skala Likert yang digunakan oleh peneliti.

Tabel 3.4 Skala Likert (Widoyoko, 2009: 238) Rerata Skor Klasifikasi

>4,2 Sangat Baik

>3,4 – 4,2 Baik

>2,6 -3,4 Cukup

>1,8 – 2,6 Kurang

≤1,8 Sangat Kurang

Dari data kuantitatif yang diperoleh dari penilaian validator ahli, apabila mendapati rerata skor dengan klasifikasi cukup, kurang, maupun sangat kurang maka perlu dilakukan perbaikan pada produk yang dikembangkan oleh peneliti.


(67)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini berisi uraian hasil penelitian pengembangan dan pembahasan mengenai buku pedoman pendesainan pertanyaan esensial untuk guru SD.

A. Hasil Penelitian Pengembangan

Dalam penelitian pengembangan ini ada tiga masalah yang hendak dipaparkan. Pertama mengenai proses pendesainan panduan pertanyaan esensial, yang kedua mengenai kualitas produk pertanyaan esensial yang diusulkan, dan yang ketiga mengenai pertanyaan esensial yang dapat memperdalam pemahaman dan membangun kepedulian siswa terhadap lingkungan. Jawaban dari ketiga masalah tersebut diuraikan satu persatu di bawah ini :

1. Proses Pendesainan Pertanyaan Esensial

Berdasarkan langkah-langkah pengembangan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, proses pendesainan buku pedoman ini mengikuti dua tahap berikut.

a. Evaluasi diri

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian pengembangan panduan pertanyaan esensial ini adalah evaluasi diri dengan melakukan analisis kebutuhan. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan wawancara dan observasi. Peneliti melakukan pengumpulan data analisis kebutuhan yang diperoleh melalui wawancara dan observasi di dua SD


(68)

yaitu SD Negeri Demangan dan SD Joannes Bosco Yogyakarta. Wawancara dilakukan dengan guru kelas V di SD yang menggunakan kurikulum 2013 (SD Joannes Don Bosco) dan KTSP (SD Negeri Demangan) sedangkan observasi dilakukan ketika proses pembelajaran di dalam kelas V di SD yang menggunakan kurikulum 2013 dan KTSP. Setelah analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan melakukan proses desain. 1) Wawancara

Berikut ini merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas V SD Joannes Bosco dan SD Negeri Demangan.

a) Hasil Wawancara dengan Guru Kelas V SD Joannes Bosco

Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V di SD Joannes Bosco pada tanggal 28 Juli 2016. Di SD tersebut menggunakan kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Hasil yang didapat peneliti melalui wawancara dengan guru adalah sebagai berikut.

Pertama, dalam proses bertanya di dalam kelas guru dan siswa komunikatif. Anak berani bertanya kepada guru dan guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Siswa pun menanggapi dengan antusias.

Kedua, mengenai pertanyaan yang dapat membantu siswa memahami materi menurut guru pertanyaan dapat dipahami oleh siswa apabila pertanyaan hanya ada satu item materi yang jawabannya satu jadi tidak menimbulkan banyak jawaban.


(1)

(2)

(3)

LAMPIRAN 14


(4)

(5)

LAMPIRAN 15

BUKU PEDOMAN PENDESAINAN PERTANYAAN ESENSIAL


(6)

Sonialopita, lahir di Klaten 27 Juli 1994. Peneliti menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kadipiro. Setelah lulus pendidikan dasar pada tahun 2007, peneliti melanjutkan menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 7 Yogyakarta dan tamat pada tahun 2010. Kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan menengah atas di SMA Negeri 10 Yogyakarta yang tamat pada tahun 2013. Lulus dari sekolah menengah atas, peneliti melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma, peneliti aktif dalam kegiatan di luar perkuliahan. Pada tahun 2015, peneliti menjadi panitia dalam acara Kolaborasi Wayang Kulit Duo Dalang dan Tari “Pandawa Membangun Pura Kencana”. Pada tahun 2013 penulis mengikuti workshop Latihan Dasar Kepemimpinan “Aku Seorang Pemimpin, Bukan Bos!”. Pada tahun 2015 peneliti berpartisipasi sebagai peserta seminar “Reinventing Childhood

Education”. Peneliti mengakhiri masa studi di Universitas Sanata Dharma dengan

menulis skripsi tugas akhir dengan judul “Pengembangan Buku Pedoman

Pertanyaan Esensial dalam Proses Pembelajaran untuk Memperdalam Pemahaman dan Membangun Kepedulian Siswa Kelas V SD terhadap Lingkungan”.