PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS KOTAMADYA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR

IPS SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS KOTAMADYA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas)

TESIS

OLEH : S L A M E T O NIM. S811002008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : SLAMETO

NIM : S811002008

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Pelejaran IPS kelas V SD Kristen Kalam Kudus Kecamatan Banjarsari Kotamadya Surakarta Tahun Ajaran 2010 / 2011” adalah benar-benar karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya sendiri dalam tesis ini diberi tanda citasi dan menunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tsesis tersebut

Surakarta, Juni 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA MUTIARA

Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan / kekerasan, ia belajar membenci Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya, dia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya

Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan persahabatan, dia pun belajar menemukan Cinta dalam kehidupan


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepad Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat RahmatNya, sehingga tesis untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister pada Program Pasca Sarjana Program Studii Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan

Ungkapan terimakasih patut diucapkan kepad semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penyusunan tesi ini di antaranya yaitu

1. Rektor Universitas SebelasMaret, yang telah memberikan motivasi dan memberikan izin untuk mengikuti studi program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, ketua Program Study sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, dorongan, bantuan, petunjuk, arahan dan bimbingan.

4. Prof. Dr. Samsi haryanto M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan dengan penuh kesabaran sampai terselesaikannya tesis ini.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. Tim penguji Tesis Program Studi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah membantu terlaksananya ujian sehingga berjalan lancer.

6. Semua bapak /ibu Dosen di Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Kepala Sekolah, Jajaran Guru dan seluruh Staf yang tergabung

dalam sekolah dasar Kristen Kalam Kudus Surakarta.

8. Bapak, dan Istri tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk terselesaikannya tesis ini.

9. Teman- teman Pascasarjana teknologi UNS yang selalu bersama dalam perjuangan

Akhirnya, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA MUTIARA ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAk ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan masalah... 8

D. Rumusan maslah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Belajar dan Pembelajaran ... 11

2. Model Pembelajaran ... 16

3. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 18

4. Tujuan Pembelajaran kooperatif... ... 22

5. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran kooperatif... ... 23

6. Pembelajaran KooperatifTipe STAD ... 25

7. Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 27

8. Cara Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 28

9. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran ... 28

10.Prestasi Belajar ... 34

11.Mengukur Prestasi ... 40

12.Penilaian dan Pengukuran ... 42

13.Pelajaran IPS di SD ... 44

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 48

C. Kerangka Berpikir ... 49

D. Hipotesa Tindakan ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 52


(10)

commit to user

x

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

C. Subjek Penelitiian ... 55

D. Sumber dan tekhnik pengumpulan data……… . 56

E. Pelaksanaan Pengumpulan data ... 59

F. Validitas Data ... 60

G. Teknik Analisa Data ... 62

H. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 63

I. Prosedur Penelitian... 64

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL TINDAKAN ... 76

A. DeskripsiTempat Penelitian ... 76

B. Pelaksanaan Siklus Dan Hasilnya ... 80

C. Pembahasan Hasil ... 113

D. Keterbatasan Penelitian ... 123

BAB V PENUTUP ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Implikasi ... 127

C. Saran ... 128


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 1. Perubahan prilaku dalam belajar 13 2. Bagan 2. Posisi Hierarkis Model Pembelajaran, Pendekatan,metode dan

tekhnik Pembelajaran 46

3. Bagan 3. Langkah Standar Dalam Perencanaan Dan Penyusunan Tes

Prestasi Belajar 44

4. Bagan 4: Diagram Hubungan Tujuan Instruksional,

Proses Pembelajaran 46

5. Bagan. 5. kerangka berpikir penelitian 53


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

1. Table 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian 4 Mata Pelajaran 6 2. Tabel 2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 22 3. Tabel. 3 TIK Dan Aspek Tingkah Laku Yang Di Cakup 42 4. Tabel 4. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas 55 5. Tabel 5. Lembar Observasi Partisipasi Siswa 58 6. Tabel 6.Tabel Rencana Tindakan Tiap Siklus 69 7. Tabel 7.Tingkat Pendidikan Guru /Karyawan SD Kristen Kalam Kudus

Surakarta Tahun Pelajran 2910/2011 79

8. Tabel 8. Data Jumlah siswa berpartisipasi dalam KBM Prasiklus 81 9. Tabel 9. Pencapaian Prestasi / KKM siswa 82 10. Tabel 10. Data Jumlah Siswa Berpartisipasi Siklus I 86 11.Tabel 11. Perbandingan Partisipasi Siswa Prasiklus Dan Siklus I 87 12.Tabel 12. Data Pencapaian KKM Siklus I 88 13.Tabel 13. Perbandingan Pencapai KKM Pra Siklus Dengan Siklus I 88 14.Tabel 14. Data Jumlah Siswa Berpartispasi Dalam KBM Siklus II 96 15.Tabel 15. Perbandingan Siswa Berpartisipasi Prasiklus – Siklus II 97 16.Tabel 16. Data Pencapaian KKM Siklus II 98 17.Tabel 17. Perbandingan Penacapaian KKM Pra Siklus - Siklus II 98 18.Tabel 18. Data Jumlah Siswa Yang Berpartisipasi Siklus III 107 19.Tabel 19. Perbandingan Siswa Berpartisipasi Pra Siklus – Siklus III 108 20.Tabel 20. Data Pencapaian KKM Siklus III 109 21.Tabel 21. PerbandinganCapaian Prestasi Siswa prasiklus- siklus III 109


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Daftar Nilai UK Prasiklus 132

2. Lampiran 2. Silabus IPS Kelas 5 SekolahDasar Semester 133 3. Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PraSiklus 134 4. Lampiran 4. Hasil Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus 144 5. Lampiran 5. Wawancara dengan Wali Kelas Vc ( Ibu Ita) 145 6. Lampiran 6. Daftar nilai Uji kompetensi IPS Pra siklus 147 7. Lampiran 7. Renacana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 148 8. Lampiran 8. Daftar Partisipasi siswa Siklus I 159

9. Lampiran 9. Daftar Prestasi Siklus I 160

10.Lampiran 10.Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II 161 11.Lampiran 11. Hasil Partisipasi Siswa Siklus II 172 12.Lampiran 12. Pencapaian Prestasi Belajar siswa Siklus II 173 13.Lampiran 13.Rencana pelaksanaan Pembelajaran siklus III 174 14.Lampiran 14. Data Observasi Partisipasi Siswa Siklus III 184 15.Lampiran 15. Rangkuman Partisipasi Siswa Pra Siklus – Siklus III 186 16.Lampiran 16. Daftar Prestasi Siswa Siklus III 187 17.Lampiran 17. Rangkuman Prestasi Siswa Pra-Siklus III 188

18.Lampiran 18. Pedoman Wawancara 189

19.Lampiran 19.Wawancara dengan Observer I 191 20..Lampiran 20. Wawancara dengan Observer II 193


(14)

commit to user

xiv

22.Surat – surat 195


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv ABSTRAK

SLAMETO.S811002008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Pelajaran IPS Kelas V SD Kristen Kalam Kudus Kecamatan Banjarsari Kotamadya Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Tujuan Penelitian : (1) Mengetahui partisipasi siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar IPS. (2) Mengetahui prestasi siswa dalam pembelajaran IPS. (2) Mengetahui mengapa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan Prestasi belajar IPS.

Metode Penelitian : Penelitian dilaksanakan di SD Kristen Kalam Kudus Surakarta yang menjadi Subjek penelitian adalah kelas VC yang berjumlah 30 siswa. Sedangkan Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan, dengan tekhnik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan Tiga Siklus.

Hasil dari penelitian adalah : (1) Penerapan Model Pembelajaran Koopratif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi Siswa terhadap pembelajaran IPS (2) penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap pelajaran IPS, (3) Model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan Partisipasi dan Prestasi siswa terhadap pelajaran IPS jika dilaksanakan sesuai dengan Tahapan yang benar.

Kata kunci : Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Partisipasi dan Prestasi


(16)

commit to user

xvi ABSTRACT

SLAMETO. Application of Cooperative Learning STAD Model to Increase Participation and Student Achievement fifth grade Social Studies Lessons at Elementary level of Kalam Kudus Christian Surakarta. Thesis, Magister Of Educational Technology Sebelas Maret University

The Objectives of Research are: (1) Knowing the students' participation in the process of Teaching and Learning Activities in IPS. (3) Knowing the learning achievements of students in IPS. (3) Knowing why the Cooperative Learning STAD Model can enhance the learning achievement.

Research Methods: the study was action research with implementation techniques Classroom Action Research carried out by three cycles was done at fifth grade Social Studies Lessons at Elementary level of Kalam Kudus Christian Surakarta. The fifth grade was been research subject.

The results of this research are: (1) The application of Cooperative Learning STAD Model can increase participation (2) The application of Cooperative learning STAD Model can increase achievement of students in learning social studies, (3) The application of Cooperative learning STAD Model can increase participation and achievement of students of social studies, in accordance conducted as the correct of STAD Model phases.


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Pendidikan Nasional secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas Manusia Indonesia. Manusia yang berkualitas diharapkan mampu memahami ilmu dalam bidang-bidang tertentu, terlatih, berpikir kritis, menyelesaikan masalah untuk mengisi pembangunan sehingga pada akhirnya mampu bersaing dalam era globalisasi yang semakin kompetitif dan juga penuh perkembangan ilmu pengetehuan, teknologi, dan seni (IPTEKS)

Maksud tersebut akan dapat dicapai dengan mengupayakan sistem pendidikan dalam sekolah.

Pendidikan dalam sekolah dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat Pertama(SLTP), Sekolah Lanjutan tingkat Atas (SLTA) hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT).

Peningkatan Pendidikan kualitas juga diusahakan perjenjang, mulai dari tingkat SD hingga PT. Peningkatan ini secara terus menerus mengalami perbaikan dan penyempurnaan, mulai dari kurikulum yang terus menerus disempuarnakan, sarana dan prasarana, guru dan personalia lainnya.

Penyempurnaan kurikulum, sarana dan prasarana, serta kualitas Pendidik dimaksudkan agar lebih berdaya guna sehingga tidak hanya menghasilkan siswa yang dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tetapi juga siswa yang dapat


(18)

commit to user

memperoleh bekal hidup yang lebih memadai untuk menjadi insan yang mandiri memiliki daya juang tinggi dalam kehidupan yang semakin kompetitif.

Kurikulum di Indonesia sering dimodifikasikan sampai saat sekarang pendidikan Indonesia menggunakan Kurikulum 2006 atau sering disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) memberikan perubahan baru bagi pengelolaan proses belajar mengajar pada tingkat satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansi oleh setiap kelompok satuan pendidikan dan komite sekolah / madarasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten / kota untuk pendidikan dasar dan propinsi untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BNSP).

Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, berpedoman pada standar isi dan satandar komeptensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BNSP dikembangkan berdasarkan.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

2. Beragam dan terpadu


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan berkesinambungan

6. Belajar sepanjang hayat seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Amanat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau juga dikenal dengan kurikulum 2006, secara sederhana ialah bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

Jika suatu Satuan Tingkat Pendidikan telah memahami makna dan hakikat belajar dan juga melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum Berbasis Kompetensi maka persentase keberhasilan siswanya akan lebih besar jika dibandingkan dengan pembelajaran yang monoton, guru masih menjadi pusat pembelajaran (teacher centered) sementara siswa dianggap sebagai objek yang harus diisi dengan ilmu Pengetahuan atau apa saja tanpa memperhatikan potensi yang ada pada diri siswa.

Keberhasilan Pembelajaran pada Suatu Tingkat Satuan Pendidikan dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu kepala sekolah dalam memimpin, guru termasuk didalamnya strategi dan metode mengajarnya, sarana prasana, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, lingkungan dan berbagai hal lain baik sifatnya langsung maupun tak langsung.

Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, kelas dalam hal ini berarti segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan peserta didik disuatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup


(20)

commit to user

interaksi guru dan siswa, tekhnik dan strategi belajar mengajar, model pembelajaran dan implementasi kurikulum serta evaluasi.

Guru dalam kelas sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tidak lagi menajadi satu-satunya sumber ilmu lagi, tetapi berfungsi sebagai fasilitator bagi siswa – siswanya menemukan pengalaman dalam pembelajaran, sehingga suatu pembelajaran akan lebih bermakna. Belajar bukan apa (isi) pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana menggunakan peralatan, mental kita untuk menguasai hal- hal yang kita pelajari, pengetahuan diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan (digest) dan pemahaman.

Kenyataan di lapangan banyak Tingkat Satuan Pendidikan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Banyak pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP meskipun KTSP sudah dikenalkan sejak tahun2006. Banyak guru belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan agak sulit, tujuan pembelajaran pun sering kehilangan arah hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa yang sering berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang sudah ditentukan oleh Tingkat Satuan Pendidikan tersebut.

Dalam pembelajaran ini siswa begitu pasif, mereka hanya menunggu perintah, melaksanakan dan menilaikan hasil, sehingga seolah-olah pemahaman


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

suatu pelajaran tidaklah penting yang lebih penting adalah nilai, dan akhirnynya terjebak dalam kemalasan serta keengganan belajar.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di Tingkat Satuan Pendidikan SD Kalam Kudus Banjarsari Kodya Surakarta diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, siswa tidak menunjukkan partisipasinya dalam belajar pada pelajaran IPS, sehingga sering terlihat anak tidak tertarik ketika guru memberikan informasi ataupun pelajaran, siswa lebih sering berbicara sendiri dengan temannya, tidak ikut berpartisipasi atau kelihatan diam tetapi tidak memperhatikan pelajaran.

Perhatian siswa tidak terpusat pada pembelajaran maka pembelajaran jadi tidak seperti yang diharapkan guru, tampak lesu dan kurang bergairah, dan kadang berbicara dengan teman sendiri atau diam tetapi pikiran menerawang jauh di luar pembelajaran.

Hal ini diperparah dengan sistem pembelajaran guru yang masih mempraktekan sisitem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan pelajaran, mencatat,dan sedikit tanya jawab sehingga kebutuhan anak dalam proses pembelajaran tidak terakomodasi.

Guru belum memberdayakan seluruh potensi siswa sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan.

Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan


(22)

commit to user

menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada kelas V SD Kristen Kalam Kudus Surakarta juga tidak luput dari paradigma ini, guru cenderung masih menjadi pusat pembelajaran (Teacher Centered). Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Siswa sering terlihat bosan dan tidak berkonsentrasi pada pembelajaran. Hasil Ulangan Harian Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 belum begitu memuaskan (lampiran 1). Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang hanya 6,6 (Enam koma enam) di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang sudah ditetapkan, yaitu 7.0 (Tujuh koma nol) dan jika dibandingkan dengan nilai yang lain maka pencapain prestasi / nilai pelajaran IPS menempati urutan bawah. Berikut ini adalah tabel nilai uji kompetensi pertama empat matapelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.

Tabel 1. Rata-rata nilai ulangan harian 4 mata pelajaran

No

Rata-rata Nilai

B. Indonesia IPA IPS Matematika

1 7.39 7.71 6.6 7.28

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pencapaian prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial /IPS di Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus Surakarta menempati urutan terakhir dibanding dengan 3 mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, dan Matematika.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Terkait belum optimalnya prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus Banjarsari Kodya Surakarta maka perlu diupayakan untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

Pembelajaran dengan model Kooperatif Tipe STAD adalah pembelajaran yang melatih siswa bersosialisasi dengan sesamanya yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Dalam Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa juga dilatih kepemimpinan, berinteraksi sosial dan saling mengahargai sesama rekan yang berbeda jenis kelamin, agama suku dan latar belakang.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: "Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Belajar IPS siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus Kecamatan Banjarsari Kota Madya Surakarta Tahun Ajaran 20010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Model penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan identifikasi masalah

1. Partisipasi Siswa kelas V terhadap pembelajaran IPS kurang, baik dalam keterlibatan individual maupun dalam kelompok dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

2. Prestasi belajar siswa terhadap pelajaran IPS kurang memuaskan dan banyak siswa yang tidak melampaui KKM


(24)

commit to user

3. Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat diterapkan Untuk meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identitifikasi masalah, maka ditetapkan masalah yang pantas dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu mefokuskan dalam proses pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran mencakup sumber permasalahan yaitu meliputi peranan model Pembelajaran Koopertif Tipe STAD, dalam meningkatkan Partisipasi dan Prestasi belajar Siswa terhadap pelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Apakah Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS di kelas ?

2. Apakah Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe stad STAD dapat meningkatkan Prestasi belajar IPS ?

3. Mengapa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1.Mengetahui partisipasi siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar IPS.

2.Mengetahui prestasi siswa dalam pembelajaran IPS.

3.Mengetahui mengapa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan Prestasi belajar IPS.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian yang mengungkap bagaimana meningkatkan partisipasi dan hasil belajar IPS siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD .

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan kepada Instruktur / pengajar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan di suatu kelas dimana ia akan bertugas sehingga terjadi peningkatan mutu pendidikan di SD Kriten KalamKudus Surakarta pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Seperti

a. Bagi sekolah yang masih menggunakan sistem pembelajaran teacher centered sebagai kajian untuk melaksanakan pembelajaran yang bersifat student centered.


(26)

commit to user

b. Bagi sekolah yang sudah menggunakan sistem pengajaran yang bersifat student centered sebagai acuan untuk dapat meningkatkan diri sehingga dapat menimbulkan suasana belajar pembelajaran, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Paikem)

c. Bagi Dinas Pendidikan dan Lembaga lembaga terkait, dapat sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih bersifat Student Centered


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut teorema behavior yang agak radikal dalam (Semiawan 2008: 3) belajar didefinisikan sebagai” Perubahan prilaku yang terjadi melalui respon yang bersifat mekanis, oleh karena itu, lingkungan yang sistemstis, teratur, dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut, dan memberikan repon yang sesuai”.

Menurut pandangan konstruktivisme dalam Semiawan ( 2008: 3)”.Belajar adalah membangun (to construck) pengetahuan itu sendiri, setelah dipahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang ( for within)”. Dalam perbuatan belajar seperti aliran konstruktivis belajar bukan apa(isi) pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana menggunakan peralatan, mental kita unuk menguasai hal- hal yang kita pelajari, pengetahuan diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan (digest) dan pemahaman.

Smaldino ( 2007: 23) mengatakan ”learning is the development of new knowledge, skills, or attitudes as an individual interacts with information and the


(28)

commit to user

atau sikap yang baru sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungan.

Senada dengan pendapat tersebut diatas Alan Januszewski (2008 : 4 ) mengatakan bahwa” The learning does not connote today what it connoted 40 years ago when the first AECT definition was developed. There is a heightened awarenesss of the difference betweent the mere retention of information for testing purposes and the aqquisition of knowledge, skills, and attitudes used

beyond the classroom walls.” belajar mengalami perkembangan pemahaman,

tidak sama dengan definisi pertama dari AECT 40 tahun silam.Terdapat kesadaran dari perbedaan antara retensi sekedar informasi untuk tujuan pengujian dan perolehan pengetahuan, keterampilan,dan sikap yang digunakan di luar kelas.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Belajar menurut Klien (learning Principle and Aplication, 1992 : 2) dalam Semiawan (2008 :4) ”Belajar adalah proses eksperiensial ( pengalaman) yang menghasilkan perubahan prilaku yang relatif permanen dan yang tidak dapat dijelaskan dengan keadaan sementara kedewasaan, atau tendensi alamiah.”


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Kesimpulan belajar aliran Piaget menurut Semiawan (2008 :11) ” Belajar adalah adaptasi yang holistik dan bermakna yang datang dari dalam seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen”

Secara visual perubahan prilaku atau pribadi dalam belajar digambarkan oleh Di Vesta and Tompson (1979: III) tertulis dalam Makmun ( 2000:157) disajikan sebgai berikut.

Bagan 1. Perubahan prilaku dalam belajar

X=xxxa

Perubahan itu mungkin suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu ketrampilan yang telah ada seperti X pada gambar di atas, mungkin pula bersifat penambahan atau pengayaan dari informasi atau pengetahuan atau ketrampilan yang telah ada, seperti kasus Y pada gambar. Bahkan mungkin pula reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau prilaku tertentu yang tidak dikehendaki.

Dapat dipahami bahwa belajar pada dasarnya merupakan pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman, bisa penerimaan informasi baru, penambahan atau pengingkaran informasi sebelumnya. Sedang

X

X=0 Y=1 Z=1 Prilaku/ pribadi

sebelum belajar Pengalaman, praktik, latihan ( learning Experiences) X X1= (X+1)=1 Y1= (Y+1)=2 Z1= (Z+1)=0 Pribadi/ prilaku setelah belajar


(30)

commit to user

yang dimaksud pengalaman proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Smaldino (2007: 17) menyatakan ”Intruction refers to any effort to stimulate learning by the deliberate arranggement of experiences to help learners

achieve a desirable change in chapability.”Pembelajaran mengarah pada

beberapa rangsangan dengan penyusunan pengalaman yang terencana untuk membantu para siswa mendapat perubahan kemampuan yang di inginkan. Selanjutnya Smaldino (2007:17) menjelaskan bahwa” Isntruction is meant to lead

to learning.Pembelajaran berarti memandu proses belajar. lebih lanjut dalam

bukunya yang berjudul ”Intructional Technology and Media For Learning

(Smaldino 2007 : 17) Ia menyatakan” Active engagement with the information – questioning it, discussing it, applying it to practice situations-is the critical

component of instruction. Penyediaan aktif dengan informasi-

mempertanyakannya, mendiskusikannya, mengetrapkannya dalam situasi praktek adalah komponent kritikal dari sebuah pembelajaran.

Pemahaman yang berarti, dan aplikasi aktivitas pembelajaran yang dikehendaki, termasuk di dalamnya belajar dan umpan baliknya, pembelajaran mempunyai tujuan yaitu perubahan kemampuan dari anak didik. Ini adalah faktor penting yang membedakan pembelajaran dengan dari hanya sekedar menyediakan informasi belaka. Dapat dimengerti bahwa guru menempati posisi sebagai orang dewasa yang berkewajiban mengembangkan potensi - potensi anak yang ada dalam diri seorang anak atau siswa bukan hanya sekedar menyajikan informasi belaka.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Edy Suyanto mengatakan “Teori dasar pembelajaran merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran”. (www.psb-psma.org/.../pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran)

Dalam melaksanakan pembelajaran banyak hal yang harus di perhatikan Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu :

1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,

2. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam

pembelajaran,

3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru

memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,

4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar

yang mendukung pembelajaran, dan

5. Instructional and nurturant effects hasil belajar yang diperoleh

langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).(

ekagurunesama.blogspot.com/.../definisi-model-pembelajaran.html)

Dapat kita simpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru sebagai manusia dewasa dengan siswa yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam belajar yang telah ditentukan dengan menggunakan strategi, sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses tersebut dengan juga memperhatikan


(32)

commit to user

langkah-langkah operasional pembelajaran, suasana dan norma yang berlaku, dan bagaimana pandangan guru terhadap siswa.

2. Model Pembelajaran

Menurut Udin (1996 :78) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Anitah ( 2009:25) model adalah media tiga dimensi yang mewakili benda yang sebenarnya. Benda tiga dimensi adalah benda yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan isi (tinggi). Suatu model mungkin lebih besar, lebih kecil atau sama dengan bendanya.

Secara khusus istilah model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Model juga mempunyai makna benda tiruan. Sedangkan pembelajaran adalah usaha secara sadar yang dilakukan untuk mencapai suatu kompetensi yang telah ditentukan. dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Model Pembelajaran menurut Arends (1997:7) dalam Triyanto (2007 :5) ”

The term teaching model refers to a particular approach to instruction that

incluidees its goal, syntax, environment, and managemnt system.”istilah model

pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertenru termasuktujuannya, sintaknya, lingkunganya, dan sitem pengelolaannya.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Selanjutnya Triyanto (2007: 6) mengutip dari (Kardi dan Nur:2000:9) menjelaskan bahwa istilah model lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran ang akan dicapai)

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000 : 9)

Dalam penjelasannya Triyanto (2007:6-8) lebih lanjut mengatakan (1) Istilah Model Pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh.(2) Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintak (pola urutan) dan sifat lingkungan belajarnya. (3) Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. (4) Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan system pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir dalam mencapai tujuan pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu


(34)

commit to user

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran untuk dieterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut (Pendekaatan,metode, dan tekhnik pembelajaran), kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Bagan 2. posisi hierarkis Model Pembelajaran, Pendekatan,metode dan tekhnik pembelajaran

Sumber:www.psb-psma.org/.../pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran

Dalam penelitian ini yang dikembangkan adalah model pembelajaran jadi unsure – unsurl ain dalan bagan tersebut di atas tidak akan banyak disinggung secara langsung.


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Menurut Triyanto (2007:41) pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkanmasalah - masalah yang komplek.Jadi, hakikat Sosial Cooperative learning mencakup suatu kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif .

Menurut Smaldino ( 2007:29) menyatakan ” Cooperatif learning is a grouping strategy in which student work together to benefit each other’s learning potential’. Pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi pengelompokan di mana siswa bekerjasama untuk memanfaatkan petensial belajar mereka masing – masing.

Selanjutnya Johnson and Johnson dalam Smaldino ( 2007: 29) menganjurkan bahwa pembelajaran kooperatif akan sukses jika mengikuti tahap – tahap sebagai berikut :

a) Members who view their role as part of a whole team

b) Interactive enggagement among the members of the group

c) Both individual and group accountability

d) Members who have interpersonal and leadership skills

e) The ability to reflect on personal learning and group function,

Menurutnya pembelajaran kooperatif akan sukses jika mengikuti tahapan :


(36)

commit to user

b) Keterlibatan interaktif antar anggota kelompok c) Bertanggung jawab secara individu dan kelopmok

d) Anggota memiliki kemampuan interpersonal dan kepemimpinan e) Kemampuan merefleksikan pembelajaran secara pribadi dan fungsi

kelompok

Pelakasanakan pembelajaran sesuai saran Smaldino (2007:29) adalah”

many educators have critizedthe competitive atmosphere that dominates many classrooms. They believe that cooperative learning situations mirror the societal

requirements of cooperation in student’s future world of work. The are ways to asses student learning in cooperative groups. Competition in the classroom interferes with student learning from each other, whereas cooperative grouping allows students to gain knowledge from each other.

Banyak Pendidik yang mengkritisi suasana persaingan, lebih mendominasi kelas. Mereka percaya bahwa situasi pembelajaran kooperatif mencerminkan persyaratan kerjasama masyarakat di dunia kerja masa depan siswa. Ini adalah cara untuk menilai belajar siswa dalam kelompok kooperatif. Persaingan dikelas mempengaruhi belajar antara siswa satu dengan yang lain, sedangkan kelompok kooperatif memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dari satu sama lain.

Dalam kooperatif learning siswa belajar dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajad tetapi heterogen dalam hal kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu bekerja sama sebagai


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya sampai beberapa kali pertemuan. Diajarkan kepada mereka beberapa ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, berdiskusi dan sebagainya.

Guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan Pembelajaran Kooperatif learning mempunyai peran sebagai fasilitator agar pembelajaran benar – benar bersifat ”Student Centered” sesuai dengan pandangan pendidikan yang bersifat kontstruktivis belajar bukan apa (isi) pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana mnggunakan peralatan, mental kita untuk menguasai hal- hal yang kita pelajari, pengetahuan diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamtan, pencernaan (digest) dan pemahaman.

Maka siswa dipandang mempunyai persiapan awal yang berbeda sehingga perlu seseorang dewasa / guru yang mampu memfasilitasi keberagaman mereka dalam sebuah interaksi pembelajaran yang sudah dirancang sebelumnya oleh seoorang guru. Guru bukan lagi menjadi sumber pembelajaran tetapi lebih bersifat sebagai fasilitator untuk menggerakan proses pembelajaran, dengan cara menyajikan informasi, memotivasi dan membantu siswa memperoleh pengalaman berinteraksi sosial dengan teman yang memiliki latar belakang yang berbeda.

Sesuai dengan defenisi pembelajaran sebelumnya bahwa dalam proses pembelajaran pandangan guru terhadap siswa merupakan salah satu aspek yang


(38)

commit to user

diperhatikan maka dalam proses pembelajaran kooperatif memandang bahwa setiap siswa mempunyai bekal pengalaman belajar yang berbeda termasuk di dalamnya yang berbeda latar belakang, suku, agama, jenis kelamin.

Tabel 2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase 1

Menyampaikan

tujuandan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

Fase 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber : Ibrahim dkk. (2000:10) 4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Eggen and Kauchak (1996: 279) dalam Triyanto (2007: 42) Pembelajaran Kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran Kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya. Triyanto (2007:42).

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Tujuan dari Pembelajaran Kooperatif adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan Partisipasi siswa,

b) Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimipinan,

c) Memberikan kesempatan kepada siswa berinteraksi dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda latarbelakangnya

Secara singkat tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa berinteraksi sosial dengan siswa lain yang berlatar belakang berbeda dengan menumbuhkan sikap saling menghargai, sikap kepemimpinan, dan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.

5. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran kooperatif

Tidak ada suatu model pembelajaran yang sempurna, demikian juga Model Pembelajaran Kooperatif mempunyai kelemahan dan kelebihan. Berikut ini adalah kelemahan dan kelebihan pembelajaran kooperatif menurut Smaldino (2007: 30)

a. Advantages

1) Learning benefit. Grouping students with varying ability levels

together leads to learning benefits for all.

2) Formal or informal. Grouping can be informal or formal based on


(40)

commit to user

3) Learning opportunity. Long term groups can be developed,

creating multiple learning.

4) Content areas. All content areas can be included in group

learning activities.

b. Limitations

1) Size limitation. Groups need to be kept small, otherwise learning

will not be balanced

2) Potential overuse. As a strategy, cooperative learning can be

overused and lose its effectiveness.

3) Group member limitation. Groupingby one ability level does not

enhance the learning opportunities for all the members.

Terjemahan

a. Keunggulan

1) Belajar manfaat.

Pengelompokan siswa dengan berbagai tingkat kemampuan belajar bersama-sama mengarah kemanfaat bagi semua.

2) Formal atau informal.

Pengelompokan dapat formal atau informal berdasarkan kebutuhan belajar.

3) Belajar kesempatan.

Kelompok jangka panjang dapat dikembangkan, menciptakan berbagai pembelajaran.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Semua bidang isi dapat dimasukkan dalam kegiatan kelompok belajar.

b. Keterbatasan 1) Ukuran terbatas.

Grup harus tetap kecil, sebaliknya belajar tidak akan berada dalam Keseimbangan

2) Potensi berlebihan.

Sebagai strategi, pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara

berlebihan dalam pembelajaran, dan kehilangan efektivitasnya. 3) Anggota Kelompok terbatas.

Pengelompokan dengan satu tingkat kemampuan tidak meningkatkan Kesempatan belajar bagi semua anggota.

Dengan mengkaji kelebihan dan kelemahan didapat bahwa kelebihan lebih banyak daripada kelemahan dan kelemahan yang ada, dan dengan keyakinan bahwa kelemahan- kelemahan yang ada dapat diatasi dengan mengupayakan pemahaman Model Pembelajarannya, maka Model Pembelajaran Kooperatif dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas VC SD Kristen Kalam Kudus Surakarta.

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada


(42)

commit to user

belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Komponen STAD menurut Slavin dalam Triyanto (2007: 52) menyatakan bahwa pada STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum dilaksanakan. Persiapan – persiapan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perangkat pembelajaran

Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.

b) Belajar dalam tim

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan. c) Tes individu

Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis). d) Skor pengembangan individu

Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam satu tim.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim.

e) Penghargaan tim

Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim agar dapat memotivasi mereka.

7. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tidak ada suatu model pembalajaran yang sempurna yang dapat berdiri sendiri atau menjadi paling baik, demikian juga Pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan pembalajaran Kooperatif Tipe STAD :

a. Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1) Mengembangkan serta menggunakan ketrampilan berpikir kritis Dan kerjasama kelompok. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda. 2) Menerapkan bimbingan oleh teman.

3) Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. 4) Menanamkan jiwa kepempinpinan

b. Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:


(44)

commit to user

1) Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.

2) Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan model ini.

8. Cara Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Setelah diketahui kelebihan dan kelemahannya maka akan dapat dilakukan usaha – usaha untuk meminimalisasi kelemahan tersebut dan mengoptimalkan kelebihannya. Kelemahan pertama dapat diatasi dengan cara menjelaskan secara detail bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD jika dipandang perlu diadakan simulasi terlebih dahulu agar siswa benar-benar mengerti sehingga tidak mengalami kebingungan lagi. Kelemahan kedua dapat diatasi dengan cara guru mempelajari pengelolaan pembelajaran dengan Model Pemebelajran Kooperatif tipe STAD dengan hati- hati dan serius bila perlu guru meminta bantuan penjelasan ahli untuk dapat meningkatkan kemampuan penguasaan pengelolaan Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Kelebihan dapat ditingkatkan dengan merefleksi tiap siklus yang dilksanakan, siklus berikutnya adalah usaha menyempurnakan siklus sebelumnya dengan meminta pendapat dan saran kolaborator.

9. Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar a. Partisipasi


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriah dengan keadaan batiniahnya Sastropoetro ( 1995 : 5). Sedangkan menurut Mardikanto partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. (2001: http: turindraatp.blogspot.com/2009/06pengertian partisipasi.Html. diakses tanggal 10 April 2010)

The meaning of participation according Cristavao (1990: 50)

is:”Participatio became, than people’s involvement in decision making

throughout a programe an acces and control over resources and institution”. Hoof Sleede (1971: 35) said that participation is “the takin part in one or

more phases of the process” while Keith Devis (1967: 1) said that participation

As mental and emotional involment of persons of in a group situation which

encourages him to contribute to group goal and share responsibility in them”. Pengertian partisipasi menurut Cristovao (1990:50): partisispasi terjadi dari keterlibatan orang-orang dalam mengambil keputusan melalui sebuah program dan penyediaan serta control atas sumber dan intuisi. Hoof sleede (1971: 35) menyatakan bahwa partisipasi adalah ambil bagian dari satu atau lebih tahapan dalam proses tersebut, sedangkan Keith Devis (1967: 1) mengatakan partisipasi adalah “Sebagai keterlibatan dari mental dan emosioal manusia dalam sebuah situasi kelompok yang mendukungnya untuk berkontribusi dalam tujuan-tujuan kelompoknya dan berbagi tanggung jawab didalamnya.


(46)

commit to user

Secara umum pengertian partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif yang ditunjukan oleh yang bersangkutan. Partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang dalam suatu kelompok social untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya diluar pekerjaan atau profesinya sendiri. (http://furindraap.blogspot.com/2009/06/pengertian-partisipasi.html)

Faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembangnya partisipsi dapat lakukan dengan berbagai pendekatan keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, pertisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan yang di berikan, dalam hal ini tangapan merupakan fungsi dari manfaat (reward) yang dapat diharapkan (Berlu,1961 : 97). Sejalan dengan pendapat

Madikanto.2001.(http:turindraatp.blogspot.com/2009/06pengertian-partipasi.html.diakses tanggal 10 April2010) syarat tumbuhnya partisipasi ada 3 unsur pokok yaitu (1) adanya kemauan yang diberikan untuk berpartisipasi (2) adanya kesempatan untuk berpartisipasi dan (3) adanya kemampuan untuk berpartisipasi.

Jadi Seorang guru yang efektif dapat mengkondisikan iklim dalam kelas sehingga siswa merasa menjadi satu kesatuan dalam kelas pendapat ini dikemukakan oleh Gayle H. Gregory. (2007: 9) ” Effective teachers consciolously create a climate in which all students feell included.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa syarat tumbuh dan berkembangnya partisipasi belajar ditentukan 3 unsur pokok


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

yaitu : (1) adanya kemauan yang diberikan untuk berpartisisapi, (2) adanya kesempatan untuk berpartisipasi, dan (3) adanya kemampuan berpartisipasi.

Partisipasi memiliki manfaat antara lain : (1) lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar, (2) dapat digunakan sebagai sarana berpikir kreatif, dan (3) dapat mengendalikan nilai, martabat manusia, (4) lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab, (5) lebih memungkinkan untuk mengikuti perusahaan.

Menurut Allyn dan Bacon (1991 : 16), ada berbagai macam cara untuk memperoleh partisipasi siswa selama pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang aktif, yaitu :

1) Membuka diskusi

Menanyakan sebuah pertanyaan dan membuka sesi diskusi yang mendorong para siswa untuk bertanya.

2) Kartu tanggapan

Membagikan kartu pertanyaan dan para siswa memberi tanggapan yang kemudian membahas secara singkat.

3) Polling

Digunakan untuk peninjauan secara langsung dengan menunjukkan tangan atau mengangkat kartu jawaban.

4) Kelompok bagian diskusi

Membentuk suatu kelompok untuk mediskusikan suatu persoalan guna memperoleh partisipasi setiap orang


(48)

commit to user

Menggunakan latihan yang menyenangkan / permainan untuk medatangkan ide siswa, pengetahuan atau ketrampilan.

b. Siswa

Siswa adalah sekelompok orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalani kegiatan pendidikan. Siswa merupakan pokok persoalan yang memiliki kedudukan dan menempati posisi yang menentukan dari sebuah interaksi. Dalam perspektif pedagogis, siswa adalah sejenis makhluk hidup yang menghajatkan pendidikan dimana siswa disebut sebagai homo education.

Sebagai manusia, siswa memiliki karakteristik. Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Penentuan tujuan belajar harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan / karakteritik siswa (Sudirman, 1986: 120)

Karakteristik siswa menurut Djamarah ( 1997 : 52) yaitu :

1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab guru

2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dan kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung jawab guru


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

3) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, latar belakang sosial, latar belakang biologis serta perbedaan individual

Karakteristik setiap individu akan berbeda dengan individu yang lain sehingga setiap individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual dipengaruhi oleh perbedaan faktor pembawaan dan lingkungan yang dimilki oleh masing-masing individu. Perbedaan individual membawa implikasi imperatif terhadap setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik siswa yang unik dan bervareasi.

c. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran

Salah satu Tujuan pembelajaran adalah mendorong siswa peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses belajar. Prinsip keaktifan siswa dalam belajar untuk mendapatkan hasil yang optimal dinyatakan oleh piaget (1973 : 268). ”

The best that one can do is to make such knowledge, such familiarity, seem

intersting and action and accessible to the child ”. Satu yang terbaik yang

dapat kita lakukan adalah membuat pengetahuan , membuat hubungan yang familiar dan tindakan yang dapat membantu anak. Siswa mendapat pengetahuan dan dianggabnya benar dan diterimanya dengan akrab hingga dalam proses pembelajaran selanjutnya bila siswa menemukan suatu kesalahan


(50)

commit to user

akan dapat dan berani memperbaikinya. Jadi, pengertian pada dasarnya dibangun secara bertahap melalui partisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, tingkatan partisipasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu (1) partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain, (2) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi dalam pelaksanaan. (Mardikanto, 2001 dalam http://turindraatp. Blogspot.com/2009/06pengertian-partisipasi.html. diakses tanggal 10 april 2010)

Dari teori – teori diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu partisipasi siswa dalam pelajaran dapat terjadi jika (1) siswa diberi kesempatan Untuk berpartisipasi (2) ada iklim yang kondusif dimana semua siswa merasa sebagai satu kesatuan di dalam kelas (3) ada bimbingan dan motivasi guru

Dalam penelitian ini yang hendak diukur adalah Partisipasi dan intstrumen alat ukurnya melalui Observasi.

10.Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi belajar

Prestasi dapat diartikan sebagai suatu yang dicapai semaksimal mungkin oleh orang yang sedang belajar. Belajar menyebabkan pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, keragaman dan sikap orang tersebut terakomodasi dan berkembang (Hudoyo, 1990 : 13).


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Menurut Arianto dalam (http://sobatbaru,blogspot.com/2008/06/ pengertian prestasibelajar,html), prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri sesesorang. Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar mengandung pengertian yang luas mencakup pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar.

Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman atau kajian, memadukannya dalam pikiran atau mengingat, menyimpannya untuk menguasai melalu pengalaman menjadikan suatu informasi yang didapati, jadi belajar memiliki pengertian dasar adanya aktivitas atau kegiatan.

Belajar dapat diperoleh dari pengalaman. Dengan pengalaman seseorang dapat mengembangkan dan menggunakan cara dan gaya melihat, mendengar atau mengerjakan sesuatu. Dari pengalaman seseorang mendapatkan dan membentuk pengetahuan, nilai, sikap tertentu tentang dunia dan lingkungan sekitar. Winkel (2007 : 59) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan bersifat relatif konstan dan berksesan. Belajar harus dilakukan secara aktif dan berkesinambungan melalui kecakapan atau ketrampilan baru yang berupa perubahan tingkah laku yang permanen.


(52)

commit to user

Menurut Slameto dalam ( http://spesialis-torch.com) ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah : 1) perubahan terjadi secara sadar, 2) perubahan bersifat kontinyu dan fungsional, 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah dan 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan orang yang belajar adalah prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil atau kecakapan yang dicapai seseorang setelah melakukan belajar dalam waktu tertentu. Prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes yang diadakan setelah selesai suatu program pembelajaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dalam satuan waktu tertentu. Secara khusus dalam pendidikan prestasi belajar adalah capaian hasil yang dilakukan secara formal di sekolah. Prestasi belajar tersebut merupakan keberhasilan siswa dalam menguasai sebuah kompetensi/ pengetahuan atau ketrampilan yang dipelajari dalam proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai.


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Setiap aktifitas yang dilakukan seseorang tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat.

Mennurut Ahmadi dalam

(http://sobatbaru,blogspot.com/2008/06/penertianprestasibelajar, html) ada 2 macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam siswa, meliputi :

1) Faktor Intelegensi

Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan menyampai prestasi di sekolah yang di dalamnya berpikir perasaan. Intelegensi memegang peranan penting bagi prestasi belajar siswa.

2) Faktor Minat

Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang berminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.

3) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis

Keadaan fisik menunjuk pada tahapan pertumbuhan, kesehatan jasmani dan keadaan alat indera. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang saehat sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.


(54)

commit to user

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri manusia yang mempegaruhi prestasi belajar, meliputi :

1) Faktor Guru

Sebagai tenaga pendidik guru memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga menunjuk fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan dedaktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.

2) Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga turut mempengaruhi hasil karya bahkan dapat menjadi faktor yang sangat penting karena sebagian waktu belajar dilaksanakan di rumah.

3) Faktor Sumber Belajar

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar dapat berupa media atau alat bentu belajar serta bahan penunjang . alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk mebantu


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Prlajaran akan lebih menarik, menjadi kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang bermakna

Menurut Muhibbin Syah (2000:132) mengatakan ” Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi 3 macam yaitu.

1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar (aproach to learning) yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi, dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi materi pelajaran

Dari definisi definisi tersebut dapat diambil kesimpulan keberhasilan siswa sangat terpengaruh oleh dua hal yang keduanya tidak bisa dipisahkan yaitu faktor internal (segala sesuatu yang ada di dalam siswa termasuk di dalamnya Intelegensi, sifat, mental, daya upaya,minat, kemauan) dan faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri siswa bisa berupa materi benda hidup atau benda mati dan non materi seperti stimulus yang berupa nasihat, pujian dan sebaginya.


(56)

commit to user

11. Mengukur Prestasi

Untuk dapat menentukan ukuran sesuatu maka harus ada alat ukurnya, Dalam penelitian ini yang hendak diukur adalah prestasi belajar maka instrumen yang digunakan untuk mengukur adalah tes.

Azar (2009:8) menyatakan bahwa Tes prestasis belajar, secara luas tentu mencakup ketiga kawasan tersebut”.tetapi dalam penelitan ini kita akan membatasi pembahasan secara khusus pada kawasan kognitif yang akan diukur dengan tes yang tertulis.

Selanjutnya Arikunto (2002 : 3) menyatakan ”Evaluasi adalah sebuah proses untuk mengumpulkan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”.

Tes yang dibuat agar dapat menuju terciptanya tes yang memenuhi syarat kwalitas harus dirancang dengan baik. Azwar (2009 : 53) mengatakan bahwa” Pada langkah perancangan inilah dipertimbangkan segala aspek yang menyangkut karakteristik tes yang diinginkan dengan mengingat tujuan penyususnan tes yang bersangkutan”. Selanjutnya azwar (2009:53) juga mengatakan bahwa, ” Aspek -aspekk tersebut merupakan spesifikasi tes yang biasanya, disamping uraian isi materi dan batasan prilaku, memuat juga informasi mengenai tipe aitem, rata-rata taraf pemberian skor dan sebagainya.”

Dalam pembelajaran maka isi tes tidak boleh menyimpang dari indikator dan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya, yang biasanya dirancang dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar dalam kurikulum.


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Di bawah ini disajikan Langkah perancangan tes yang disarankan oleh Azwar (2009 : 54)

Bagan 3. Langkah Standar Dalam Perencanaan Dan Penyusunan Tes Prestasi Belajar

Identifikasi Tujuan dan kawasan ukur

Delienasi / uraian komponen isi

Batasan Prilaku dan Kompetensi

BLUE PRINT Spesifikasi tes

Penulisan Aitem / Soal Review aitem

Uji- Coba awal

Field tes Analisis Aitem

Perakitan tes & Penyususnan Instruksi

Pengujian Reliabilitas

Bentuk final TES SIAP PAKAI


(58)

commit to user

Agar suatu tes baik maka perlu diadakan urutan langkah seperti yang disarankan Arikunto (2002 : 153) adalah sebagai berikut 1) menentukan tujuan yang dilakukan, 2) mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan, 3) merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan, 4) menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu.

Tabel. 3 TIK dan Aspek Tingkah Laku Yang di Cakup TIK

AspekTingkah Laku

C1 C2 C3 Keterang

an 1.Siswadapat meyebutkan...

2. Siswa mampu mendeskripsikan 3.Siswa dapat menerangkan...

٧ ٧

٧

Jadi dari teori – teori tersebut diatas dapat disimpulkan untuk mengetahui prestasi belajar maka diadakan tes atau evaluasi yang bahannya disesuaikan dengan materi yang diajarkan, Kompetensi Dasar, Standar kompetensi, Indikator, dan tujuan pembelajaran itu sendiri.

12.Penilaian dan Pengukuran

Penilaian dan pengukuran dalam Suharsimi Arikunto ( 1987 : 3) mengatakan bahwa 1) mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuatitatif. 2) menilai adalah mengambil, sesuatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitaif. 3) mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah mengukur dan menilai


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Menurut Nana Sudjana belajar mengandung tiga unsur pokok yaitu tujuan pembelajaran, (instruksional), pengalaman (proses) pembelajaran, dan hasil belajar ( Nana Sudjana 2006 : 2 ). Hubungan tersebut dilukiskan dalam diagram berikut :

Bagan 4: Diagram Hubungan Tujuan Instruksional, Proses Pembelajaran dan hasil belajar

Garis A menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional, dengan proses pembelajaran, garis B menunjukan hubungan antara proses pembelajaran dengan hasil belajar dan garis C menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari diagram tersebut dapat dinyatakan bahwa penilaian ditunjukan pada garis, yaitu kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan –tujuan instruksional telah dicapai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar setelah, menempuh proses pembelajaran. Belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Perubahan yang diharapkan dirumuskan dalam tujuan instruksional. Penilaian akan memeriksa sejauh mana tujuan instruksional tersebut telah dicapaiuntuk menentukan tindakan perbaikan pembelajaran. Dengan demikian

Tujuan Instruksional (A) (C)

(B)

Proses Hasil


(60)

commit to user

jelas bahwa penilaian tidak hanya untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan instruksional saja tetapi sekaligus memberi umpan balik terhadap keefektifan sebuah pembelajaran.

Dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar evaluasi Suharsimi Arikunto (1978 : 11) menyatakan bahwa dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai hal tujuan dan fungsi Penilaian ada beberapa hal yaitu : 1) Penilaian berfungsi selektif, 2) Penilaian berfungsi diagnostik, 3) penilaian berfungsi sebagai penempatan, dan 4) penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasil

Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian dan pengukuran selalu diawali dengan sebuah evaluasi. Hasil penilaian dan pengukuran dapat dijadikan input untuk mengadakan perbaikan – perbaikan dalam kurikulum, strategi pembelajaran, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, mengefektivitaskan pengajaran, penyediaan data untuk mengambil keputusan, dan komunikasi dan melibatkan orang tua siswa.

13.Pelajaran IPS di SD

a. Pengertian Pelajaran IPS SD

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan diberikan mulai dari SD sampai SMA. Pada satuan pendidikan SD mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat kajian manusia, tempat dan lingkungan, sistem sosial dan budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, serta waktu, Keberlanjutan dan Perubahan. Melalui mata


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang fungsional akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karenanya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk membangun dan membina peserta didik dalam memasuki kehidupan bermasyarakat pada masa yang akan datang yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.

Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi suatu mata pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalah-masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial, perubahan sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa, dari waktu ke waktu.

Peserta didik diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan tersebut di atas melalui substansi Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah dirancang secara sistematis dan komprehensif. Dengan demikian, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diperlukan bagi peserta didik dalam proses menuju kedewasaan dan mencapai keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat di kelak kemudian hari. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.


(62)

commit to user

Mata Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang penting dalam kehidupan bermasyarakatdan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kreatif, ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki kemampuan dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta berkebangsaan

4. Mampu berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara lokal, nasional maupun global.

c. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek aspek sebagai berikut. 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Sistem Sosial dan Budaya

3. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan 4. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.

d. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SD

Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan


(63)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997: 148).

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003: 2).

Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.

e. Ranah Hasil Belajar IPS

Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002: 22).

Berdasarkan konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang


(1)

commit to user

Dalam pelaksanaan perlu memperhatikan keterbatasan penelitian, agar dapat mengurangi kekeliruan dalam penggunaan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena keterbatasan peneliti dalam berbagai hal diantaranya keterbatasan kemampuan dan keterbatasan yang bersifat prosedural pelaksanaan di lapangan seperti :

1. Fokus peneliti lebih dominan pada proses tindakan, sehingga instrumen tes dalam setiap siklus digunakan seperlunya guna mengetahui peningkatan atau peubahan proses pembelajaran yang dipandu oleh guru, keterlibatan siswa dalam pelaksanaan KBM sebelum dan sesudah tindakan, bukan instrumen yang dirancang secara ketat seperti pada penelitian Kuntitatif.

2. Pengamatan yang dilakukan observer kurang efektif , karena perhatian observer kurang terfokus. Ini terjadi observer bukanlah seorang yang ahli dibidangnya dan subyektivitas observer juga mempengaruhi dalam pengisian data observasi.

3. Keberadaaan 2 orang dewasa / guru atau lebih dalam kelas sebagai pengajar dan observer mempengaruhi tindak tanduk siswa dalam mengikuti KBM di kelas sehingga obyektivitas pelaksanaan pembelajaran juga berpengaruh


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

4. Keterbatasan waktu yang dirancang harus sesuai dengan pembagian waktu dalam pengajaran. Sehingga penelitian berjalan menyesuaika jadwal yang ada tidak dikembangkan sesuai dengan tuntutan penelitian yang bebas intervensi .


(3)

commit to user

125

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Siswa Kelas VC Kompetensi Dasar

”Menghargai Peranan Tokoh Pejuang Dan Masyarakat Dalam Mempersiapkan Dan

Mempertahankaan Kemerdekaan Indonesia”Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus

Surakarta telah selesaikan dilaksanakandalam tiga siklus secara berkesinambungan. Setiap Siklus dalam penelitian tindakan kelas ini selalu dilaksanakan 4 (empat) tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Siklus berikutnya merupakan perbaikan siklus sebelumnya dengan terlebih dulu merefleksi mencari kekurangan dan kelemahan yang terjadi yang bekerja sama dengan observer.Berikut ini adalah kesimpulan hasil dari penelitian.

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan

Partisipasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket partisipasi yang diberikan pada kondisi awal (pra siklus) menunjukan bahwa partisipasi siswa kelas VC dalam pembelajaran IPS sangat rendah, tetapi setelah pelaksanaan ketiga siklus dalam penelitian menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Baik dilihat secara individual maupun klasikal skor partisipasi sudah memenuhi Indikator keberhasilan yang telah ditentukan.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa terhadap pelajaran IPS

Pencapaian rata-rata prestasi kelas Siswa terhadap mata pelajaran IPS Setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terjadi peningkatan di setiap siklusnya.

Setelah pelaksanaan siklus I didapat data bahwa pencapaian prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dibanding dengan sPra maka mengalami peniSiklus, setelah pelaksanaan Siklus II mengalami penigkatan dari siklus I demikian juga setelah siklus III mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus II. Kenaikan ini menunujkan tidak hanya secara individual tetapi juga secara keseluruhan kelas. Dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi.

3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD jika dilaksanakan

dengan benar sesusai tahapan dan ketentuan yang ada dapat meningkatkan Partisipasi dan prestasi siswa

Dari data yang diambil dari tabel kegiatan guru di setiap siklusnya ,

Guru sudah melakukan tahap demi tahap dalam pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang digunakan.Seperti menyamapikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, menyajikan informasi dengan jelas disertai demonstrasi sehingga menarik siswa, membimbing setiap kelompok dengan merata, mengevaluasi kerja siswa dengan mempersilahkan tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja, memberikan penghargaan kepada siswa dan tetapp membri motivasi yang baik.


(5)

commit to user

siswa tertarik dengan pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Mereka mengaku sangat terkesan dan ingin semua pelajaran jika dapat menggunakan model ini. Siswa mengaku dengan model pembelajaran yang baru saja digunakan siswa merasa menjadi satu kesatuan dan dapat menikmati pemeblajaran dengan ringan sehingga mereka terlibat dengan baik dan memperoleh prestasi yang baik.

Berdasrakan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Partisipasi dan prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan pengaplikasian Model Pembelajaran tipe STAD dengan tahapan yang benar.

B. Implikasi

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut.

1. Siswa yang biasa pasif dalam Prose Kegiatan belajar mengajar menjadi siswa yang aktif berpartispasif dalam pelajaran tidak baik dengan perintah guru atau tidak.

2. Untuk meningkatkan Pencapaian Prestasi siswa perlu mendapat dorongan,

bimbingan dan kepercayaan baik dari teman sekelas maupun dari guru.

3. Guru perlu meningkatkan upaya – upaya agar pembelajaran berpusat pada anak didik, perlu mengubah pandangan bahwa anak didik mempunya kesamaan dlam pembelajaran menjadi pemahaman bahwa setiap individu berbeda namun


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

berbedaan itu menjadi satu kekuatan untuk salaing mengisidan menopang demi kemajuan bersama.

C. Saran

Setelah dilaksanakan penelitian dan diambil kesimpulan maka dapat disarankan sebagai berikut.

1. Diharapkan guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan berbagai model

pembelajaran yang sesuai dengan materi peljaran agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran

2. Bila siswa belum terbiasa dengan suatu model maka guru hendaknya menjelaskan

langkah-langkah dengan jelas sehingga siswa benar-benar memahaminya

3. Siswa sebagai Subjek pendidikan hendaknya menyadari tugas dan kewajibannya

serta berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran.

4. Siswa sebagai generasi penerus hendak sadar tanggung jawabnya mengisi

kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang terdahulu dengan cara mengisinya melalui belajra giat sebagai wujud penghormatan kepada para Pahlwan.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SD Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Kanisius Nglinggi Kecamatan Klaten Selatan Kab

0 3 16

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SD Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Kanisius Nglinggi Kecamatan Klaten Selatan Kab

0 2 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD PADA PEMBELAJARAN IPS.

1 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPS DI SD.

0 4 29

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Dawungan 1 Kecamatan Masaran Kabupaten Srag

0 0 13

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Dawungan 1 Kecamatan Masaran Kabupaten Sra

0 1 15

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010 2011 SKRIPSI

0 0 166

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DALAM SOAL CERITA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I SOMOKATON TAHUN AJARAN 2010 2011

0 2 135

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 021 RUMBAI

0 0 13